“Halo, Bella ...!”
Sapaan tiba-tiba dari Agus mengentak kesadaran Bella yang tengah fokus mengecek laporan. Dengan muka mutung dia menyahut, “Heh! Bikin kaget aja! Kalau aku jantungan gimana, hah?!” sergahnya.
“He he. Jangan baper gitu, dong. Nih, aku beliin kamu ice coffee. Diminum ya.” Agus meletakkan secangkir ice coffee di atas meja kerja Bella.
“Duh jadi ngerepotin. Makasih, ya.” Bella meneguk kopi tersebut, tapi baru saja dia mencium aroma kopi yang menguar, perutnya tiba-tiba mual. Bella langsung bangkit dari kursinya kemudian berlari ke toilet.
Panik, Agus pun menyusul. “Bella! Kamu nggak apa-apa?! Kamu kenapa?!” tanya Agus.
“Huek ... huek ...” Bella mual-mual di wastafel, perutnya serasa berguncang di dalam.
Bukan hanya mual, kepala Bella pun kemudian tera
Bukan hanya alat test-pack yang mengonfirmasi bahwa Bella positif hamil, dokter pun telah menyatakan hal yang sama, Bella positif mengandung delapan minggu. Sikap tenang yang tadi ditunjukkan Yusuf perlahan memudar, kepalanya bagai diantuk palu godam, dia kini menghadapi kenyataan, ini bukan masalah kecil.“Kita harus gimana, Mas? Aku nggak mau gugurin anak ini, ini buah hati kita,” tanya Bella setelah mereka kembali ke kantor majalah GLAM.Saat ini keduanya tengah berada di area parkir bawah tanah, hanya berdua.“Kamu pulang aja ya sekarang, aku akan cari solusinya, nanti aku hubungi kamu. Kamu naik taksi nggak apa-apa, kan? Aku harus ketemu sama klien, aku nggak bisa ninggalin mereka gitu aja. Maaf banget, ya.”“Mas nggak lagi berusaha untuk kabur dari masalah, kan?” cecar Bella.“Bel! Kamu ini ngomong apa, sih? Kamu terlalu
Bella menunggu dengan was-was keputusan yang akan dibuat oleh Yusuf. Sampai larut malam sekalipun, dia tak mampu untuk memejamkan mata. Ketika pintu apartemen terbuka, Bella langsung bergegas menghampiri, dia tahu Yusuf yang datang.“Gimana, Mas?! Apa keputusan yang akhirnya Mas buat?! Mas udah bicara sama Leila, kan?” tanya Bella tak sabaran.“Ya. Aku udah bicara sama dia, kita duduk aja dulu.”Yusuf duduk di sofa meski wajahnya masih terlihat cemas.“Mas, tolong jawab aku sekarang, apa kata Leila tadi?” tanya Bella tak sabaran.Yusuf menarik napas panjang, kemudian dia menjawab, “Kita udah buat keputusan tadi, Leila nggak mau cerai,” jawabnya.“Hah? Terus?! Terus gimana kalau nggak mau cerai?! Mas nggak mau tanggung jawab?! Mas tau kan seserius apa masalah ini?! Tau, kan?! A
Sampai jarum pendek jam dinding menunjuk angka 10, mata Bella masih tak kunjung terpejam. Apa yang diucap oleh Agus beberapa hari yang lalu di depan rumahnya masih membayangi pikiran Bella.Menikah ... Dengan Agus? Menerimanya sebagai suami sekaligus ayah bagi anaknya nanti? Bella harus bagaimana sekarang, apa yang akan dia katakan kepada Yusuf?Suara pintu apartemen yang terbuka mengejutkan Bella, bergegas dia bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu.“Mas Yusuf? Ngapain lagi?” sapa Bella tak ramah sama sekali.“Kamu masih marah? Kamu masih jengkel soal yang kemarin?” Yusuf mendekat perlahan.“Pikir aja sendiri! Nggak tau!”“Aku nanya baik-baik loh ... aku udah sepakat sama Leila—““Udahan ngomongin itu, aku nggak mau dengar!” putus Bella sinis.“Bel—““Tanpa Mas pun aku bisa kok membesarkan anak ini. Aku udah buat keputusan.&rd
Hampir satu minggu tak ada kabar dari Yusuf kepada Bella. Bella menunggu dalam kekhawatiran di apartemen seorang diri. Saat di kantor pun, pekerjaannya tak bisa dia kerjakan dengan baik hingga membuat Agus bertanya-tanya. Berkali-kali Agus membawakan makanan maupun minuman sekaligus menghibur Bella, tapi tak ada respons positif dari Bella.“Bel, gimana dengan pertanyaan aku yang malam itu? Kamu udah punya jawaban?”“Jangan desak aku, Gus. Yusuf udah bilang dia mau menikahi aku, menceraikan Mbak Leila, tapi sampe sekarang dia belum datang nemuin aku juga, udah satu minggu.”Wajah Agus ikut berubah murung, bisa dia mengerti bagaimana gundah dan sedih yang dirasakan oleh Bella saat ini.Sementara itu, di lain pihak, malam ini Yusuf sengaja datang ke Bar, sebelum dia memberanikan diri untuk menjumpai Bella dan membuat jawaban pasti perihal hubungan mereka. Di sana, dia memesan sebotol wiski untuk menemani malam yang rumit.&ldqu
Nyaris tak bisa dipercaya oleh Leila ketika beberapa petugas kepolisian muncul di depan pintu rumah. Dan yang mereka tanyakan adalah, “Apa benar ini kediaman Yusuf Aktaf?!”Leila terpaku, bingung. “I-iya, Pak ... saya istrinya, ada apa ya, Pak?”“Yusuf Aktaf telah melakukan tindakan penganiayaan sekaligus membuat keributan di sebuah bar. Sebelumnya kami sudah mengirim surat pemanggilan tapi tidak direspons, karena itu kami harus membawa yang bersangkutan segera!”Leila langsung membentangkan tangan, menghalangi. “Bapak nggak bisa berbuat seenaknya! Bapak nggak tau siapa Yusuf Aktaf?! Siapa kami?! Kami ini bukan orang sembarangan! Bisa-bisa malah Bapak nanti yang kena masalah!”“Silakan selesaikan di kantor aja, Bu. Tugas kami hanya membawa Pak Yusuf Aktaf ke kantor sekarang!” tegas mereka.Saat polisi menangkap Yus
Air mata Bella langsung banjir lagi ketika dia temui Yusuf di penjara. Kondisi pria itu tampak begitu murung, tubuhnya tidak terlihat dalam kondisi prima seperti biasanya.“Mas Yusuf ... kenapa semuanya jadi begini, Mas?” Bella mendekat.“Kenapa kamu harus nangis? Nggak ada yang perlu ditangisi, Bel. Aku malah senang banget, aku bisa ketemu sama kamu. Aku bisa melihat muka kamu yang cantik, aku kangen sama kamu.”Yusuf membelai rambut Bella kemudian dia tarik Bella ke dalam pelukannya. Yusuf membenamkan wajah di leher Bella, dia ciumi dan dia rasakan benar-benar wangi rambut Bella.“Apa semua ini ulah Malik? Dia yang udah memfitnah Mas, kan? Jawab aku, Mas! Ini semua karena dia, kan?!”Yusuf memejamkan matanya, ingin sekali dia mengatakan ‘iya’ kepada Bella, tapi dia menahan diri.“
“Kamu yakin, Bel? Kamu yakin banget sama keputusan kamu ini?”Berkali-kali Agus menanyakan lagi perihal keputusan Bella untuk menerima lamarannya.“Kamu kan yang bilang mau jadi ayah dari anak aku, mau jadi suami aku, terus kenapa sekarang kamu ragu? Hm? Kamu juga nggak bisa pegang omongan, ya?!” sergah Bella naik darah.“Bel ... calm down, kenapa harus marah-marah, sih? Kenapa kamu harus sesensitif ini? Aku Cuma mau mastiin kalau keputusan kamu ini tepat, dan kamu udah mikirin banget-banget, aku nggak mau juga kalau kamu gegabah, atau hanya sebagai pelampiasan aja.”Tak salah jika Agus menyebut keputusan mendadak Bella sebagai pelampiasan belaka, toh memang Bella baru saja dihantam kenyataan pahit atas kehamilan Leila, tapi mana mungkin dia mau jujur mengaku.Bella yang kepalang emosi berdiri begitu saja, “Okelah kalau
Alam seolah ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh Bella. Dari pagi hujan tak juga reda, langit dirajai oleh awan gelap serta angin bertiup kencang dibarengi petir menggelegar berkali-kali.Hari yang seharusnya indah dengan perayaan besar dan sukacita berubah jadi duka bagi Bella. Tak ada aura bahagia sedikit pun di wajahnya. Bahkan sampai resepsi berlangsung pun, Bella tak seberapa menyambut tamu yang hadir.“Senyum dong, Bel! Ini kan hari bahagia kamu!” ujar para sepupu menggoda.Bella diam saja, tak satu pun dari keluarganya bisa paham apa yang dirasakan oleh Bella. Berulang kali Bella menjauh, pergi ke belakang sekadar untuk membiarkan dirinya menangis tanpa diketahui oleh orang lain.“Bel, are you okay?” tanya Ruby saat dia tiba.Bella mengangguk, menyembunyikan kegundahan dan kesedihan yang menyesaki dada.
Tiga tahun telah berlalu sejak pernikahan Malik dan Leila berlangsung dengan lancar. Keduanya memutuskan untuk pindah ke Turki tahun lalu sebab bisnis fashion yang dikelola oleh Leila berkembang pesat di Turki seperti yang dia harapkan. Sama halnya dengan Malik dan Leila, hubungan Bella dan Yusuf pun terbilang stabil selama tiga tahun ini. Deniz kini telah menginjak usia lima tahun, baru-baru ini dia telah masuk ke Taman Kanak-kanak, dan hari-harinya pun lebih banyak dihabiskan di rumah neneknya, entah itu bersama Erika maupun Tiara yang kerap datang untuk menjemputnya. Seperti pada minggu pagi hari ini, suasana rumah Bella terlalu senyap, nyaris tak ada suara terdengar. Deniz sedang berada di rumah Erika menghabiskan libur akhir pekannya, di rumah hanya ada Bella dan Yusuf. Suami istri itu masih terlelap di atas tempat tidur empuk mereka meski jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Semalam entah berapa kali Yusuf menggempur Bella tanpa tahu waktu dan lel
Janji Yusuf sungguh dia tepati. Berkat dirinya, Malik hanya mendapat hukuman satu tahun penjara, dengan beberapa syarat tentunya. Setelah lepas sebagai tahanan kota selama enam bulan pula, Malik akhirnya bisa pulang ke Indonesia. Ada rencana besar yang akan dia laksanakan di sana. Seluruh keluarga dan kerabat berkumpul di rumah induk yang kini ditempati Yusuf dan Bella untuk menyambut kepulangannya.Selain rasa kangennya terhadap puterinya sudah menggunung, dia pula telah berencana untuk menikahi Leila. Kabar itu sudah lebih dulu diketahui Yusuf dan Bella, keduanya mendukung niat mulia Malik.Sejak menjanda, Leila memang tidak punya niatan untuk mencari pengganti Yusuf, fokusnya hanya merawat puterinya yang diberi nama Aisyah Aktaf. Aisyah seusia dengan Deniz, sekarang usianya telah lebih dari dua tahun, sedang gemar-gemarnya berlatih bicara dan berjalan, sedang usia-usia paling gemasnya.Ketika tahu Malik ak
Sejak lama, nama lain Malik adalah BAYANGAN. Dia memang tak lebih dari bayangan Yusuf. Sejak lahir, Yusuf telah mendapat pengakuan, sesuatu yang tak pernah didapat oleh Malik. Seluruh keluarga dan kolega bisnis Pak Abizard melihat Yusuf sebagai penerus yang mampu, disegani, terpandang, dan punya karisma sebagai calon pemimpin hebat.Hal lain diperoleh oleh Malik. Dia adalah kebalikan, dia adalah aib yang harus disembunyikan, ibarat sampah yang harus ditimbun, atau dibuang jauh-jauh agar tak tercium baunya.Ketika kecil dulu, Malik selalu menatap iri sekaligus kagum kepada Yusuf. Yusuf sungguh sempurna di matanya. Sebagai anak yang tumbuh seorang diri, dia melihat Yusuf tak ubahnya seorang kakak, kakak yang dia harapkan bisa menjaga dan melindungi dia. Malik pernah beberapa kali mencoba mendekati Yusuf, ingin mengajaknya bermain selayaknya anak pada umumnya.Namun, pandangan Malik terhadap Yusuf seketika
Air mata Bella tak kunjung berhenti mengalir, dia terus berada di samping Yusuf yang telah berada di ruang perawatan. Pikiran-pikiran buruk terus mengisi benaknya.“Mas Yusuf ... Tolong jangan tinggalin aku sama Deniz, Mas bahkan sekarang lagi jauh dari Deniz. Aku mohon, Mas. Tolong kuat untuk anak kita ... Kita baru aja menikah, akhirnya kita bisa bersama, tapi kenapa semua langsung jadi buruk lagi?” isak Bella tak kuasa menahan kesedihan.Yusuf yang baru siuman dengan perut diperban berucap tawar, “Apa, sih kamu? Berisik banget, aku mau istirahat, tau.”“Mas Yusuf!” pekik Bella sambil mengguncang tubuh Yusuf. “Ya Tuhan ... aku kira Mas nggak akan bangun lagi! Aku udah panik banget tau, nggak?! Aku panggil Dokter ya sekarang!”“Nggak usah,” sahut Yusuf seraya bangkit untuk duduk.“Jangan dipaksa
“Kamu yang psikopat! Kamu yang nggak sadar diri kamu siapa!” teriak Bella sambil berusaha mendorong Malik agar menjauh darinya.Dengan senyum miring yang tampak mengerikan, Malik menarik Bella agar lebih dekat dengannya. “Aku dengar kamu melahirkan anak laki-laki, sayang banget ya, Bella ... seharusnya bayi itu perempuan ...”Mata Bella terbelalak mendengarnya, seolah dia tahu yang akan dikatakan Malik selanjutnya.“Kamu tau kenapa? Supaya aku bisa menyentuh dia juga suatu saat nanti. Hi hi~”“Nggak punya otak! Padahal kamu sendiri yang sekarang udah punya anak perempuan! Sadar kamu!”“Aku enggak anggap anak itu adalah anak aku, sayang sekali, Bella ...”Tawa Malik terdengar begitu menggelikan sekaligus mencekam. Bella yang sudah naik pitam berniat melayangkan satu pukulan di rahang Malik, tapi
Usai berjalan-jalan bersama dan menikmati keindahan kota Kapadokia, Ririn mengajak Yusuf dan Bella untuk mengunjungi kedai kopi yang dia kelola sendiri. Kedai kopi itu juga masih berada di sekitar kota Kapadokia, orang-orang bisa menikmati segelas kopi di teras sambil memandang jalan-jalan dan kota yang indah.“Ya beginilah kerjaan aku sekarang, Suf. Aku udah nggak mau kerja kantoran lagi, menurut aku lebih enak buka usaha begini,” ujar Ririn sambil meletakkan nampan berisi tiga gelas kopi espresso. “Malik juga kemarin datang ke sini buat minum kopi. Dia juga kayaknya lagi betah di sini.”Bella langsung mengerling menatap Yusuf seolah ada teror di depan matanya. “Malik? Buat apa dia di sini?” Spontan Bella bertanya.“Kenapa emangnya?” Ririn balik bertanya. “Malik juga kan separuh orang Turki, sama kayak Yusuf. Dia juga udah sering kayaknya bolak-balik ke sini.&r
Enam bulan setelah menikah, Bella dan Yusuf memutuskan untuk melaksanakan bulan madu mereka yang tertunda, yaitu pergi ke Kapadokia, Turki.Lantaran Deniz masih berumur sekitar 7 bulan, dia tak dibolehkan Yusuf untuk ikut. Dan karena itu pula mereka hanya akan pergi selama satu minggu. Deniz sementara akan dirawat dan dijaga oleh seorang perawat yang khusus diminta datang ke rumah.Berat betul hati Bella untuk meninggalkan Deniz selama satu minggu, meskipun ASI bahkan telah dia siapkan selama satu minggu ke depan, namun rasanya tetap berat untuk meninggalkan Deniz yang masih bayi.“Apa kita tunda aja lagi Mas sampe dua tahun? Tiga tahun?” tanya Bella pada malam sebelum berangkat.Yusuf yang sedang menyiapkan pakaian ke dalam koper mengerling sebal. “Nggak sekalian tunda sepuluh tahun? Kamu tenang aja, Deniz di tangan yang tepat, kok. Anggap aja kamu ibu pekerja yan
Hari yang telah lama ditunggu-tunggu Bella dan Yusuf akhirnya tiba juga, hari pernikahan mereka. Sebelumnya hari bahagia ini tak pernah mereka kira akan tiba, terutama bagi Bella. Semua masih terasa bagai mimpi baginya. Menikah dengan Yusuf? Terdengar seperti lelucon tidak lucu, tapi kali ini sungguh bukan lelucon.Jauh-jauh hari segala persiapan telah dipastikan Yusuf tidak ada kesalahan. Mulai dari gedung pernikahan, dekorasi, tema, sampai siapa-siapa saja yang diundang, dia tak mau ada kesalahan sedikit pun. Semua harus sempurna.Tema yang dipilih oleh Yusuf adalah putih, white wedding, sebab putih adalah simbol kesucian, bersih, sebagai permulaan yang baru baginya dengan Bella. Di matanya, Bella bukanlah bekas istri orang lain, pun di mata Bella, Yusuf bukanlah seorang duda dari Leila. Bagi mereka, ini adalah pernikahan pertama untuk mereka masing-masing.Jantung Bella rasanya mau copot, sejak semal
“Apa kegiatan Mama akhir-akhir ini?” tanya Yusuf berbasa-basi.“Biasalah, Mama sekarang merawat bunga, kebun kecil di rumah. Tapi, sebentar lagi Mama akan pergi,” beber Tiara.Alis Yusuf terangkat sedikit. “Ke mana? Buat apa?”“Baliklah, Suf. Udah terlalu lama Mama di sini. Udah seharusnya Mama pulang ke Amerika, ada bisnis yang harus Mama kerjakan lagi. Kamu kan nggak bisa ikut juga.”“Hm. Aku harus menjaga Bella sama Deniz sekarang, seenggaknya Mama tunggu sampe aku nikah bulan depan.”“Iya ... pasti.”Tiara duduk di bangku taman, keduanya kompak terdiam selama beberapa detik. Tiara membasahi bibir sendiri, menutupi rasa gugup yang menyerangnya. “Yusuf ... untuk semua yang terjadi, Mama betul-betul minta maaf, ya. Mama akui, Mama memang bersalah.”