“Apa, Bel? Satu minggu family trip ke Bandung? Sama ayah dan ibu kamu?” ulang Malik seolah tak percaya apa yang baru saja dia dengar dari mulut Bella.
Bella yang sedang menyusun pakaian ke dalam kopernya mengangguk, mengiyakan. “Heum. Ini tuh acara tahunan keluarga, nggak enak kalau nggak pergi, soalnya kami mau ketemu sama Nenek sama Kakek,” bohong Bella berkelit.
“Aku ikut boleh?” tanya Malik penuh harap.
“Idih, kamu ngapain ikut? Kayak apa aja! Nanti dikira kita ada sesuatu, lagi,” protes Bella.
Malik berdiri dari ujung tempat tidur, menghampiri Bella. Dia tarik tangan Bella agak lembut. “Bel, kamu belum jawab pertanyaan aku, loh. Soal lamaran dari aku.”
Tuntutan itu mulai terdengar bagai momok bagi Bella. Ditariknya tangannya kembali. “Aku kan minta waktu dari kamu, Lik. Jangan desak aku, itu
Mobil Malik berhenti tepat di depan pagar rumah orang tua Bella. Rumah itu tak seperti rumah yang penghuninya sedang pergi liburan. Malah sebaliknya, rumah itu terlihat sangat hidup. Ibu Bella terlihat sedang menjahit di ruang depan, sedang ayahnya sibuk memperbaiki sebuah sepeda motor di halaman samping rumah.Rahang Malik mengeras, dia pukul setirnya satu kali, dia menggeram hebat.“Apa kamu kira aku setolol itu, Bella? Sampai aku nggak bisa tau apa yang lagi kamu kerjain? Kamu pikir aku nggak bisa cek soal beginian? Ini kecil!” gerutu Malik.Harga dirinya serasa telah diinjak-injak dengan kebohongan yang diciptakan Bella. Dan dia memang punya keyakinan kuat bahwa sebetulnya Bella dan Yusuf masih ada hubungan hingga hari ini.Tak lama berselang, sebuah sepeda motor berhenti di samping jendela pintu mobil Malik. Sang pengendara mengeluarkan sebuah amplop coklat lalu men
Bila Yusuf disambut oleh Pak Abizard, Bella justru disambut oleh Malik. Anehnya, Malik bahkan telah menyiapkan makan malam baginya, lengkap dengan sebotol anggur.“Buat apa semua ini, Malik?” tanya Bella terheran-heran.“Sebagai sambutan aja, karena kamu pulang selamat dari Bandung. Kita rayakan kepulangan kamu!” jawab Malik sekenanya. “Oya, kamu ada foto bareng di sana? Atau foto sendiri, deh! Ada nggak?”“Kamu tau kan aku nggak suka foto, jadi nggak ada foto, sorry, ya.”“Buat apa minta maaf? Nggak perlu. Ayo duduk, kita mulai makan. Nanti aja barang-barang kamu, aku ikut bantu beresin. Tenang.” Malik menarik bangku makan untuk Bella.Meski agak canggung campur bingung, Bella ikut juga duduk di bangku. Malik menghidangkan satu ayam utuh yang sengaja dia panggang, lalu mulai dia potong-potong agak tebal, kem
Tubuh Bella goyah, pun juga kesadarannya. Ke mana perginya Malik yang biasanya begitu manis dan sopan, lembut dan penuh kesabaran? Mengapa Malik kini malah terlihat seperti setan?"Malik ... apa yang ada di pikiran kamu? Biarin aku pergi!" seru Bella sambil berusaha bangkit dari sofa.Bukannya melepaskan Bella, Malik malah mendorong kembali bahu Bella sampai gadis itu terbaring tak berdaya di atas sofa. Bella langsung menangkap firasat buruk, dia tahu apa yang direncanakan Malik, apa yang dia inginkan.Lantaran telah mengetahui niat jahat Malik, Bella makin panik, dan semangatnya untuk melepaskan diri makin menjadi-jadi.“Kalau sampe Yusuf tau kelakuan kamu ini, kamu bisa mati, Malik!” kecam Bella.Alih-alih gentar, Malik malah tertawa terbahak-bahak seperti orang kesurupan. “Kamu kira aku peduli, hah?! Kamu kira aku takut?! Jangan goblok kamu, Bella
Seminggu setelah kejadian tak menyenangkan yang menimpa Bella, keluarga besar Aktaf mengadakan acara family gathering, sekaligus pengumuman resmi bahwa sebentar lagi Yusuf akan diangkat sebagai CEO. Acara kumpul keluarga itu diadakan di sebuah villa di puncak. Para sepupu Yusuf pun ikut berkumpul, mereka asyik bercakap-cakap soal kesibukan sehari-hari, rencana liburan, sampai barang-barang yang ingin mereka beli.Namun tidak dengan Yusuf, sejak datang tadi, dia hanya menatap tajam Malik. Cuma Malik seorang. Matanya nyalang, tinjunya seolah siap untuk meretakkan rahang Malik. Adik tirinya itu layak menerima pukulan bertubi-tubi, seharusnya dia bahkan mendekam di penjara. Setidaknya sekarang Bella berada di tempat yang aman, tapi semua itu tidak cukup bagi Yusuf, amarahnya belum tuntas.“Kamu kenapa sih, Suf? Dari tadi kamu melotot aja ngeliatin Malik!” tanya Leila penasaran. Yusuf diam, tak menggubris. “Suf, ini
Pak Abizard yang memang terkena serangan jantung untungnya masih sempat dibawa untuk mendapat pertolongan pertama, dia langsung mendapat perawatan di IGD. Sementara itu, sebagian anggota keluarga menunggu di luar, sedang yang lain memilih untuk pulang.Suasana masih kelam sampai sore hari, semua masih memikirkan keadaan Pak Abizard sekaligus memikirkan soal perbuatan Malik. Saat ini aja Malik tak diizinkan ibunya untuk menunggu Pak Abizard, mencegah keadaan tambah buruk.“Minum dulu, Suf. Kamu dari tadi keliatan tegang banget.” Leila menyerahkan sebotol air minum kepada Yusuf.Yusuf menerima botol air dari tangan Leila, tapi matanya tajam menatap. Seusai dia menenggak beberapa teguk, dia mencecar, “Masih bisa ya kamu keliatan santai gini, keliatan nggak punya dosa, keliatan nggak punya salah apa-apa.”Leila menatap polos. “Apa maksud kamu bicara kayak g
Walau berusaha keras untuk tak memikirkan ucapan sang ayah, nyatanya pikiran Yusuf terus dipenuhi oleh kata-kata Pak Abizard. Bagaimana jika dia nanti memang akan menyesali pilihannya, apakah dia sebegitu tega , sampai hati membiarkan Leila terus berjuang seorang diri mempertahankan cinta mereka? Yusuf belum tahu jawabannya.Dan berhubung Pak Abizard masih dirawat di rumah sakit, Yusuf nyaris tak punya waktu untuk menemui Bella, hari-harinya hanya dilalui di kantor, lalu ke rumah sakit, kemudian pulang. Bella menahan rindu seorang diri saja rasanya.“Kamu mau makan apa, Sayang? Hari ini aku mau masak buat kamu,” ujar Leila pada satu hari sebelum Yusuf berangkat kerja.“Hah? Aku udah mau berangkat, kok. Kamu masak aja untuk kamu sendiri. Nanti aku makan siang di kantor, makan malam juga abis aku pulang dari kantor aja, aku mau makan di luar.”“Kok
Ting Tong! Ting tong!Lebih dari dua kali bel apartemen sudah berbunyi, Bella sengaja tidak membukakan, dia sudah bisa menebak siapa yang datang.Dan tak berapa lama, pintu apartemen memang terbuka, dan Yusuf muncul dengan muka mengeras menahan jengkel.“Kamu sengaja nggak buka pintu karena tau aku yang datang?!” sergah Yusug jengkel.“Mas juga tau kan kodenya, kenapa pake acara bikin drama segala? Udah bisa masuk sendiri, kan?”“Aku bisa aja kurang ajar buat masuk, tapi aku mau tau gimana reaksi kamu! Masih marah karena yang tadi siang? Kamu sendiri yang tadi datang! Udah tau itu kantor tempat aku kerja!”“Jadi aku nggak boleh datang? Aku tau kok aku emang nggak berhak buat bilang rindu sama Mas! Aku sadar kok! Ya udah kalau emang nggak mau ketemu.”Yusuf menggosok muka fr
Leila terbangun dari sofa begitu dia dengar suara pintu rumah terbuka. Yusuf masuk dengan muka lusuh.“Kamu telat-telat juga ujungnya! Huh! Katanya tadi kita bakal sama-sama ke rumah sakit buat ikut beres-beres!” omel Leila manja.“Maaf ya, La ... kamu taulah, ada banyak kerjaan yang belum kelar tadi.” Yusuf menghampiri Leila.Leila penuh perhatian menghampiri kemudian membantu melepas jas yang dikenakan Yusuf, kemudian ikut diambilnya pula tas kerja Yusuf dari tangannya. “Sini biar aku yang bawa ke kamar.”“Makasih, ya. Jadi ngerepotin,” ucap Yusuf basa-basi.“Apaan ngerepotin! Aku ini istri kamu, Suf. Emang udah seharusnya itu jadi tugas aku. Lagian ya, kamu tuh nggak perlu ngerasa segan atau ngerasa ganjil kalau aku bantuin, harusnya kamu senang dong, Yang!”“Iy