Usai berkeliling menikmati pameran yang memanjakan mata, Agus juga mengajak Bella untuk ikut menyaksikan pertunjukan teater. Seluruh acara berlangsung sampai malam. Langit telah gelap ketika mereka meninggalkan gedung kesenian.
“Kamu mau langsung pulang?” tanya Agus hati-hati.
“Ya jadi mau ngapain lagi?” Bella balik bertanya.
“Enggak ... misal kamu nggak mau langsung pulang, kita bisa makan dulu, Bel. Aku tau tempat sate yang enak di dekat sini. Atau kalau kamu mau ... kita bisa makan di rumah aku.”
Bella langsung menggeleng kuat. “Enggak usah, jangan ... nggak enaklah aku numpang makan di tempat kamu. Apalagi kalau Cuma berdua-dua gitu, apa kata orang nanti?”
“Siapa bilang berdua? Ada ayah aku, ibu aku, sama kadang-kadang ada kakak aku juga, tapi seringnya dia nggak di rumah biarpun kami masih tinggal di rumah aya
Satu hari menjelang hari pernikahan Yusuf, teman-teman sekolahnya dulu semasa SMP dan SMA serta beberapa rekan bisnis yang dekat dengannya mengadakan pesta lajang untuknya. Pesta itu dimeriahkan oleh seorang DJ kenamaan ibu kota dan begitu banyak model-model serta penari seksi yang menghibur.Yusuf sebetulnya menolak, tapi tak pelak, hampir semua teman-temannya mendesak agar acara berlanjut, dia hanya bisa pasrah menerima.“Nanti setelah lu kawin, lu mana bakal bisa minum-minum sebebas ini lagi, Suf! Makanya bebasin aja! Nikmati hari terakhir lu sebagai lajang!” seru salah seorang temannya yang telah setengah mabuk.“Kalau lu mau main cewek pun, ini hari terakhir lu boleh! Ini nggak bakal dianggap selingkuh!” timpal yang lain.“Udah pada gila lu semua,” sahut Yusuf datar.Dua penari seksi mendekat, hendak merayu Yusuf tapi dia malah
Aufar berjalan mendekati Leila, tubuh keduanya teramat dekat sampai Leila bisa mencium aroma alkohol menguar dari mulut Aufar.“Ada baiknya lu cari tau sendiri, Leila. Gue bukan tangan kanan lu atau sumber informasi buat lu. Tapi sebagai teman lama ya ... saran gue, sebaiknya lu emang cari tau sebelum terlambat.”Dengan santai Aufar berlalu, menuju tempat parkir, meninggalkan Leila yang masih haus akan informasi.“Sialan banget tuh orang!” maki Leila kesal.“Pasti ada sesuatu yang mereka sembunyikan,” lirih Malik. “Apa mungkin karena itu juga sikap Bella beda belakangan ini?”Leila langsung menatap Malik tajam, keduanya saling beradu pandang selama beberapa detik sebelum Leila berbalik badan untuk pergi dari sana.***Mau tak mau Yusuf memang harus menahan
Malam telah menjelang larut, jam dinding di kamar pengantin Yusuf dan Leila tepat menunjuk angka 12, tepat tengah malam. Hari ini adalah hari berat bagi mereka, begitu banyak tamu yang harus disambut, begitu banyak kegiatan dan acara yang mesti mereka ikuti satu per satu. Keduanya belum juga tertidur.Leila baru melepas gaun pengantinnya, kemudian pergi mandi bunga, memperwangi diri, menyiapkan seluruh tubuh moleknya untuk malam pertama. Malam ini sudah begitu lama dia nanti-nantikan, sebaik mungkin Leila ingin semuanya lancar.Dengan mengenakan lingerie warna merah muda, Leila kembali ke kamar yang juga telah dihias sedemikian rupa dengan bunga serta lilin-lilin indah. Namun tampaknya hanya Leila yang bersemangat untuk malam pengantin, Yusuf yang sudah sejak tadi mandi justru kini sedang mengenakan jaketnya.“Suf ... Kamu mau ke mana?” tanya Leila, suasana hatinya langsung berubah kecut. “Ini udah lewat tengah malam loh, Sayang. Ini juga malam
Dengan tubuh masih hanya berbalut selimut putih, Yusuf yang terbaring telentang memeluk Bella yang menaruh kepala di atas dada bidangnya. Entah sudah berapa kali mereka bercinta sepanjang malam, dan telah berbagai tempat serta posisi mereka coba, rasanya Yusuf tak mengenal lelah meski kemarin adalah hari pernikahannya dengan Leila. Janjinya untuk pulang pukul 1 tidak dia tepati, sampai kini jam telah menunjuk pukul 4, dia masih terjaga bersama Bella.“Jadi sekarang ... kita harus kayak gini?” bisik Bella sendu.“Mau gimana lagi, kamu terima aja dulu, sementara sampe keadaan stabil,” jawab Yusuf. “Oya, Bel ... mau sampe kapan kamu tinggal di apartemen Malik? Hm?”“Ya ... sampe aku bisa dapat tempat tinggal barulah.”“Mau aku belikan rumah? Atau apartemen baru? Supaya aku juga ngerasa lebih aman buat nemuin kamu?”“J
“Apa, Bel? Satu minggu family trip ke Bandung? Sama ayah dan ibu kamu?” ulang Malik seolah tak percaya apa yang baru saja dia dengar dari mulut Bella.Bella yang sedang menyusun pakaian ke dalam kopernya mengangguk, mengiyakan. “Heum. Ini tuh acara tahunan keluarga, nggak enak kalau nggak pergi, soalnya kami mau ketemu sama Nenek sama Kakek,” bohong Bella berkelit.“Aku ikut boleh?” tanya Malik penuh harap.“Idih, kamu ngapain ikut? Kayak apa aja! Nanti dikira kita ada sesuatu, lagi,” protes Bella.Malik berdiri dari ujung tempat tidur, menghampiri Bella. Dia tarik tangan Bella agak lembut. “Bel, kamu belum jawab pertanyaan aku, loh. Soal lamaran dari aku.”Tuntutan itu mulai terdengar bagai momok bagi Bella. Ditariknya tangannya kembali. “Aku kan minta waktu dari kamu, Lik. Jangan desak aku, itu
Mobil Malik berhenti tepat di depan pagar rumah orang tua Bella. Rumah itu tak seperti rumah yang penghuninya sedang pergi liburan. Malah sebaliknya, rumah itu terlihat sangat hidup. Ibu Bella terlihat sedang menjahit di ruang depan, sedang ayahnya sibuk memperbaiki sebuah sepeda motor di halaman samping rumah.Rahang Malik mengeras, dia pukul setirnya satu kali, dia menggeram hebat.“Apa kamu kira aku setolol itu, Bella? Sampai aku nggak bisa tau apa yang lagi kamu kerjain? Kamu pikir aku nggak bisa cek soal beginian? Ini kecil!” gerutu Malik.Harga dirinya serasa telah diinjak-injak dengan kebohongan yang diciptakan Bella. Dan dia memang punya keyakinan kuat bahwa sebetulnya Bella dan Yusuf masih ada hubungan hingga hari ini.Tak lama berselang, sebuah sepeda motor berhenti di samping jendela pintu mobil Malik. Sang pengendara mengeluarkan sebuah amplop coklat lalu men
Bila Yusuf disambut oleh Pak Abizard, Bella justru disambut oleh Malik. Anehnya, Malik bahkan telah menyiapkan makan malam baginya, lengkap dengan sebotol anggur.“Buat apa semua ini, Malik?” tanya Bella terheran-heran.“Sebagai sambutan aja, karena kamu pulang selamat dari Bandung. Kita rayakan kepulangan kamu!” jawab Malik sekenanya. “Oya, kamu ada foto bareng di sana? Atau foto sendiri, deh! Ada nggak?”“Kamu tau kan aku nggak suka foto, jadi nggak ada foto, sorry, ya.”“Buat apa minta maaf? Nggak perlu. Ayo duduk, kita mulai makan. Nanti aja barang-barang kamu, aku ikut bantu beresin. Tenang.” Malik menarik bangku makan untuk Bella.Meski agak canggung campur bingung, Bella ikut juga duduk di bangku. Malik menghidangkan satu ayam utuh yang sengaja dia panggang, lalu mulai dia potong-potong agak tebal, kem
Tubuh Bella goyah, pun juga kesadarannya. Ke mana perginya Malik yang biasanya begitu manis dan sopan, lembut dan penuh kesabaran? Mengapa Malik kini malah terlihat seperti setan?"Malik ... apa yang ada di pikiran kamu? Biarin aku pergi!" seru Bella sambil berusaha bangkit dari sofa.Bukannya melepaskan Bella, Malik malah mendorong kembali bahu Bella sampai gadis itu terbaring tak berdaya di atas sofa. Bella langsung menangkap firasat buruk, dia tahu apa yang direncanakan Malik, apa yang dia inginkan.Lantaran telah mengetahui niat jahat Malik, Bella makin panik, dan semangatnya untuk melepaskan diri makin menjadi-jadi.“Kalau sampe Yusuf tau kelakuan kamu ini, kamu bisa mati, Malik!” kecam Bella.Alih-alih gentar, Malik malah tertawa terbahak-bahak seperti orang kesurupan. “Kamu kira aku peduli, hah?! Kamu kira aku takut?! Jangan goblok kamu, Bella
Tiga tahun telah berlalu sejak pernikahan Malik dan Leila berlangsung dengan lancar. Keduanya memutuskan untuk pindah ke Turki tahun lalu sebab bisnis fashion yang dikelola oleh Leila berkembang pesat di Turki seperti yang dia harapkan. Sama halnya dengan Malik dan Leila, hubungan Bella dan Yusuf pun terbilang stabil selama tiga tahun ini. Deniz kini telah menginjak usia lima tahun, baru-baru ini dia telah masuk ke Taman Kanak-kanak, dan hari-harinya pun lebih banyak dihabiskan di rumah neneknya, entah itu bersama Erika maupun Tiara yang kerap datang untuk menjemputnya. Seperti pada minggu pagi hari ini, suasana rumah Bella terlalu senyap, nyaris tak ada suara terdengar. Deniz sedang berada di rumah Erika menghabiskan libur akhir pekannya, di rumah hanya ada Bella dan Yusuf. Suami istri itu masih terlelap di atas tempat tidur empuk mereka meski jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Semalam entah berapa kali Yusuf menggempur Bella tanpa tahu waktu dan lel
Janji Yusuf sungguh dia tepati. Berkat dirinya, Malik hanya mendapat hukuman satu tahun penjara, dengan beberapa syarat tentunya. Setelah lepas sebagai tahanan kota selama enam bulan pula, Malik akhirnya bisa pulang ke Indonesia. Ada rencana besar yang akan dia laksanakan di sana. Seluruh keluarga dan kerabat berkumpul di rumah induk yang kini ditempati Yusuf dan Bella untuk menyambut kepulangannya.Selain rasa kangennya terhadap puterinya sudah menggunung, dia pula telah berencana untuk menikahi Leila. Kabar itu sudah lebih dulu diketahui Yusuf dan Bella, keduanya mendukung niat mulia Malik.Sejak menjanda, Leila memang tidak punya niatan untuk mencari pengganti Yusuf, fokusnya hanya merawat puterinya yang diberi nama Aisyah Aktaf. Aisyah seusia dengan Deniz, sekarang usianya telah lebih dari dua tahun, sedang gemar-gemarnya berlatih bicara dan berjalan, sedang usia-usia paling gemasnya.Ketika tahu Malik ak
Sejak lama, nama lain Malik adalah BAYANGAN. Dia memang tak lebih dari bayangan Yusuf. Sejak lahir, Yusuf telah mendapat pengakuan, sesuatu yang tak pernah didapat oleh Malik. Seluruh keluarga dan kolega bisnis Pak Abizard melihat Yusuf sebagai penerus yang mampu, disegani, terpandang, dan punya karisma sebagai calon pemimpin hebat.Hal lain diperoleh oleh Malik. Dia adalah kebalikan, dia adalah aib yang harus disembunyikan, ibarat sampah yang harus ditimbun, atau dibuang jauh-jauh agar tak tercium baunya.Ketika kecil dulu, Malik selalu menatap iri sekaligus kagum kepada Yusuf. Yusuf sungguh sempurna di matanya. Sebagai anak yang tumbuh seorang diri, dia melihat Yusuf tak ubahnya seorang kakak, kakak yang dia harapkan bisa menjaga dan melindungi dia. Malik pernah beberapa kali mencoba mendekati Yusuf, ingin mengajaknya bermain selayaknya anak pada umumnya.Namun, pandangan Malik terhadap Yusuf seketika
Air mata Bella tak kunjung berhenti mengalir, dia terus berada di samping Yusuf yang telah berada di ruang perawatan. Pikiran-pikiran buruk terus mengisi benaknya.“Mas Yusuf ... Tolong jangan tinggalin aku sama Deniz, Mas bahkan sekarang lagi jauh dari Deniz. Aku mohon, Mas. Tolong kuat untuk anak kita ... Kita baru aja menikah, akhirnya kita bisa bersama, tapi kenapa semua langsung jadi buruk lagi?” isak Bella tak kuasa menahan kesedihan.Yusuf yang baru siuman dengan perut diperban berucap tawar, “Apa, sih kamu? Berisik banget, aku mau istirahat, tau.”“Mas Yusuf!” pekik Bella sambil mengguncang tubuh Yusuf. “Ya Tuhan ... aku kira Mas nggak akan bangun lagi! Aku udah panik banget tau, nggak?! Aku panggil Dokter ya sekarang!”“Nggak usah,” sahut Yusuf seraya bangkit untuk duduk.“Jangan dipaksa
“Kamu yang psikopat! Kamu yang nggak sadar diri kamu siapa!” teriak Bella sambil berusaha mendorong Malik agar menjauh darinya.Dengan senyum miring yang tampak mengerikan, Malik menarik Bella agar lebih dekat dengannya. “Aku dengar kamu melahirkan anak laki-laki, sayang banget ya, Bella ... seharusnya bayi itu perempuan ...”Mata Bella terbelalak mendengarnya, seolah dia tahu yang akan dikatakan Malik selanjutnya.“Kamu tau kenapa? Supaya aku bisa menyentuh dia juga suatu saat nanti. Hi hi~”“Nggak punya otak! Padahal kamu sendiri yang sekarang udah punya anak perempuan! Sadar kamu!”“Aku enggak anggap anak itu adalah anak aku, sayang sekali, Bella ...”Tawa Malik terdengar begitu menggelikan sekaligus mencekam. Bella yang sudah naik pitam berniat melayangkan satu pukulan di rahang Malik, tapi
Usai berjalan-jalan bersama dan menikmati keindahan kota Kapadokia, Ririn mengajak Yusuf dan Bella untuk mengunjungi kedai kopi yang dia kelola sendiri. Kedai kopi itu juga masih berada di sekitar kota Kapadokia, orang-orang bisa menikmati segelas kopi di teras sambil memandang jalan-jalan dan kota yang indah.“Ya beginilah kerjaan aku sekarang, Suf. Aku udah nggak mau kerja kantoran lagi, menurut aku lebih enak buka usaha begini,” ujar Ririn sambil meletakkan nampan berisi tiga gelas kopi espresso. “Malik juga kemarin datang ke sini buat minum kopi. Dia juga kayaknya lagi betah di sini.”Bella langsung mengerling menatap Yusuf seolah ada teror di depan matanya. “Malik? Buat apa dia di sini?” Spontan Bella bertanya.“Kenapa emangnya?” Ririn balik bertanya. “Malik juga kan separuh orang Turki, sama kayak Yusuf. Dia juga udah sering kayaknya bolak-balik ke sini.&r
Enam bulan setelah menikah, Bella dan Yusuf memutuskan untuk melaksanakan bulan madu mereka yang tertunda, yaitu pergi ke Kapadokia, Turki.Lantaran Deniz masih berumur sekitar 7 bulan, dia tak dibolehkan Yusuf untuk ikut. Dan karena itu pula mereka hanya akan pergi selama satu minggu. Deniz sementara akan dirawat dan dijaga oleh seorang perawat yang khusus diminta datang ke rumah.Berat betul hati Bella untuk meninggalkan Deniz selama satu minggu, meskipun ASI bahkan telah dia siapkan selama satu minggu ke depan, namun rasanya tetap berat untuk meninggalkan Deniz yang masih bayi.“Apa kita tunda aja lagi Mas sampe dua tahun? Tiga tahun?” tanya Bella pada malam sebelum berangkat.Yusuf yang sedang menyiapkan pakaian ke dalam koper mengerling sebal. “Nggak sekalian tunda sepuluh tahun? Kamu tenang aja, Deniz di tangan yang tepat, kok. Anggap aja kamu ibu pekerja yan
Hari yang telah lama ditunggu-tunggu Bella dan Yusuf akhirnya tiba juga, hari pernikahan mereka. Sebelumnya hari bahagia ini tak pernah mereka kira akan tiba, terutama bagi Bella. Semua masih terasa bagai mimpi baginya. Menikah dengan Yusuf? Terdengar seperti lelucon tidak lucu, tapi kali ini sungguh bukan lelucon.Jauh-jauh hari segala persiapan telah dipastikan Yusuf tidak ada kesalahan. Mulai dari gedung pernikahan, dekorasi, tema, sampai siapa-siapa saja yang diundang, dia tak mau ada kesalahan sedikit pun. Semua harus sempurna.Tema yang dipilih oleh Yusuf adalah putih, white wedding, sebab putih adalah simbol kesucian, bersih, sebagai permulaan yang baru baginya dengan Bella. Di matanya, Bella bukanlah bekas istri orang lain, pun di mata Bella, Yusuf bukanlah seorang duda dari Leila. Bagi mereka, ini adalah pernikahan pertama untuk mereka masing-masing.Jantung Bella rasanya mau copot, sejak semal
“Apa kegiatan Mama akhir-akhir ini?” tanya Yusuf berbasa-basi.“Biasalah, Mama sekarang merawat bunga, kebun kecil di rumah. Tapi, sebentar lagi Mama akan pergi,” beber Tiara.Alis Yusuf terangkat sedikit. “Ke mana? Buat apa?”“Baliklah, Suf. Udah terlalu lama Mama di sini. Udah seharusnya Mama pulang ke Amerika, ada bisnis yang harus Mama kerjakan lagi. Kamu kan nggak bisa ikut juga.”“Hm. Aku harus menjaga Bella sama Deniz sekarang, seenggaknya Mama tunggu sampe aku nikah bulan depan.”“Iya ... pasti.”Tiara duduk di bangku taman, keduanya kompak terdiam selama beberapa detik. Tiara membasahi bibir sendiri, menutupi rasa gugup yang menyerangnya. “Yusuf ... untuk semua yang terjadi, Mama betul-betul minta maaf, ya. Mama akui, Mama memang bersalah.”