"Bunuh saja dia, Mahess!" ucap Vanessa tanpa disangka-sangka."Nessa! Aku mencintaimu Nessa! Tolong aku Nessa! Bukankah kamu juga mencintaiku, Nessa? Kita akan menikah Nessa? Maafkan aku Nessa... Maafkan aku..." Jerit Gavin memohon. Lelaki itu terus berontak dengan air matanya yang bercucuran tanpa henti. Benar-benar takut jika ajal akan menjemputnya hari ini."Kamu tidak pernah mencintaiku! Karena yang kamu inginkan hanya harta ayahmu kan? Harusnya, sejak kamu pergi meninggalkan aku ke Paris, aku sudah menyadarinya. Aku memang bodoh..." ucap Vanessa semakin terisak."Percaya padaku, Nessa, awalnya memang aku menginginkan uang itu, tapi setelah aku mengenalmu, aku sungguh-sunggu mencintaimu, Nessa. Lelaki bernama Mahessa itu sudah gila, Nessa! Jangan pernah percaya dengan kata-katanya apalagi itu menyangkut soal Yasa!"Wajah Vanessa yang tadinya tertunduk dalam tangis seketika mendongak menatap ke arah Gavin, sementara Mahessa seketika bergerak hendak melangkah mendekati Gavin.Mahess
"Vanessa, dengarkan aku dulu! Kamu mau apa?" ucap Mahessa untuk yang kesekian kalinya saat dirinya dan Vanessa kini sudah kembali ke apartemen pribadinya."Aku mau pulang ke rumah Papa! Aku muak padamu!" ucap Vanessa sambil memasukkan pakaian miliknya ke dalam koper.Setelah pertengkaran hebat yang terjadi menimpa mereka akibat ulah Gavin malam ini, Vanessa yang berpikir bahwa apa yang sudah Gavin katakan soal Yasa adalah sebuah kebenaran, jelas merasa sangat marah pada Mahessa.Lelaki itu sudah membohonginya.Sudah memperlakukannya dengan tidak baik dan selalu merendahkan harga dirinya selama ini,Vanessa mungkin mampu menerima semua itu. Tapi, jika kenyataannya, bahwa meninggalnya Yasa akibat ulah Mahessa, Vanessa benar-benar tidak terima."Jadi, kamu percaya dengan semua yang sudah dikatakan Gavin tentang Yasa padamu?" ucap Mahessa lagi dengan wajah sama marah.Menghentikan sejenak kegiatannya, Vanessa menegakkan tubuh tepat di hadapan Mahessa. Dagunya terangkat, menantang. "Kamu d
Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba.Yakni, hari di mana Mahessa dan Vanessa akan menjalani bulan madu pernikahan mereka bersama Wildan dan juga Vanilla.Pagi yang sibuk di kediaman dua pasang pengantin baru itu, setelah mereka mendapat kabar terbaru secara mendadak dari pihak Bandara tadi malam, bahwa penerbangan mereka menuju Switzerland yang tadinya pukul sepuluh pagi, dimajukan menjadi pukul tujuh pagi.Siapa yang tidak kelabakan?"Kenapa bisa berubah mendadak begini sih? Harusnya kalau emang jadwal diubah, pihak Bandara kasih konfirmasi dari kemarin-kemarin dong, nyebelin banget sih!" umpat Vanilla saat wanita itu baru saja mendaratkan bokongnya di atas jok mobil. Saat itu, Vanilla bahkan tak sempat mengeringkan rambut lalu mencatoknya. Alhasil, dia kini harus berangkat dengan rambut basah yang bahkan disisir pun seadanya, akibat terlalu terburu-buru."Lagian kamu kan udah aku kasih tau dari semalam, salah kamu juga tadi bangun kesiangan," ucap Wildan di sampingnya sambil
Hari pertama di Swiss, dua pasangan muda Mahessa-Vanessa dan Wildan-Vanilla, menghabiskan malam untuk beristirahat sejenak setelah melalui perjalanan yang cukup panjang seharian ini.Mereka memutuskan untuk menginap di salah satu Hotel mewah, sebelum melanjutkan perjalanan menuju Villa Pribadi Mahessa yang kebetulan letaknya memang masih sangat jauh dari Bandara.Sesampainya di hotel, Vanilla bergantian dengan Wildan membersihkan tubuh mereka dan berganti pakaian untuk lekas tidur. Berbeda halnya dengan Mahessa yang langsung menyibukkan diri dengan laptop, bahkan saat Vanessa sudah selesai bersih-bersih, Mahessa masih saja fokus menatap layar laptopnya.Diam-diam mencuri pandang ke arah sang suami, Vanessa jadi teringat dengan ucapan Vanilla saat mereka bertemu di toilet Bandara International Swiss sesampainya mereka di Swiss sore tadi.*"Suamimu sangat aneh, Nessa.""Aneh bagaimana?""Ya aneh, di pesawat tadi dia terus saja memaksaku untuk mengingat sosok Yasa. Dan saat kutanya lebi
"Sudah selesai?" tanya Mahessa mengawali percakapan baru antara dirinya dengan Vanessa di kamar hotel mereka.Vanessa yang kini sudah duduk di sisi Mahessa, hanya menjawab dengan anggukan kepala. Tatapan Mahessa yang tampak berbeda kepadanya membuat Vanessa jadi salah tingkah.Tak kuat menahan pesona Mahessa yang memabukkan, Vanessa pun memilih untuk memalingkan wajah ke arah lain. Menghindari manik hitam sepasang netra Mahessa yang seperti tak mau berkedip menatapnya."Hal penting apa yang ingin kamu bicarakan? Aku mengantuk," ucap Vanessa saat itu. Masih tetap berpaling, meski degupan jantungnya semakin lama terasa semakin cepat.Entah apa yang sudah terjadi pada dirinya, Vanessa sendiri tidak tahu. Sosok Mahessa di matanya sangat menyebalkan. Kasar, kejam dan tak berprikemanusiaan, tapi anehnya, kenapa setiap kali mereka berdekatan begini, Vanessa selalu saja merasa gugup.Terlebih setelah Vanessa melihat gambar seorang lelaki tua bangka brengsek yang tadi terpampang jelas di layar
"Vanilla harus menerima hukuman atas kelalaiannya yang sudah melupakan janjinya pada Yasa, dengan cara tidur denganku," Mahessa menggantung kalimatnya dan terdiam sejenak. Tatapannya lekat menusuk bola mata Vanessa yang tampak terbelalak saking kaget, sebelum akhirnya lelaki itu kembali berkata, "kita, bertukar pasangan, sepertinya seru."Vanessa yang sudah terkejut atas ucapan Mahessa soal kata "Tidur Dengannya" jadi lebih dibuat kaget saat Mahesaa mengucapkan kata "Bertukar Pasangan".Sungguh, Mahessa memang benar-benar sudah gila! Rutuk batin Vanessa geram."Mahess, apa sebenarnya yang kamu inginkan dari Vi? Kamu bahkan tidak berhak mengatur hidupnya, apalagi sampai menyentuhnya! Baik, jika kamu memang mengatasnamakan Yasa sebagai dalih bahwa Yasa dan Vi memiliki hubungan dekat di masa lalu, tapi, itu tidak menjadi sebuah keharusan jika di masa depan Vi harus tetap mengingat Yasa kan? Vi berhak melanjutkan kehidupannya sesuai dengan keinginannya!" Tutur Vanessa dengan segala perasa
Keesokan harinya, setelah sarapan pagi lalu check out dari hotel tempat mereka singgah, sebuah Limousine mewah sudah menunggu kedatangan dua pasang pengantin baru itu di depan lobi hotel.Tak perlu ditanya lagi siapa pemilik mobil super mewah itu, karena Wildan dan yang lain sudah bisa menebak bahwa Mahessa lah orangnya.Ya, siapa lagi?Toh setelah ini pun mereka akan pergi ke mansion mewah milik Mahessa yang berada tepat di tepi Danau Geneva.Memasuki kendaraan mewah itu, manik hitam Vanilla seolah tak mampu berkedip, saking terkesima dengan apa yang dia lihat di bagian dalam mobil tersebut.Varian mobil sedan ini sangat mudah dibedakan karena memiliki bentuk yang sangat mencolok dengan ukuran bodi yang sangat panjang dan memiliki lebih dari empat pintu.Sebagai kendaraan super mewah, mobil Limousine pun dibekali dengan banyak teknologi canggih seperti kaca anti peluru hingga fasilitas mewah yang sangat memanjakan penumpang.Tak heran bila mobil Limousine pun banyak digunakan oleh or
Flashback On..Beberapa hari sebelum keberangkatan ke Swiss...Hari itu, Wildan baru saja mengambil cuti di kantor karena dia harus bersiap packing untuk rencana bulan madunya bersama sang istri tercinta, Vanilla Larasati.Harusnya Wildan pulang lebih cepat sore ini, tapi, karena Vanilla yang meminta Wildan untuk dibelikan rujak bebek pedas, jadilah Wildan harus berkeliling kota mencari apa yang diinginkan sang istri.Setelah berlelah diri mencari tapi tidak juga ketemu, bahkan sampai Wildan menghubungi satu persatu anggota keluarganya dan keluarga Vanilla termasuk Vanessa dan Mahessa untuk menanyakan di mana tempat jual rujak bebek di Jakarta, alhasil Wildan pun menyerah juga.Saat itu, Wildan memang belum tahu bahwa Vanilla tengah hamil, sambil terus menggerutu di dalam mobil, Wildan hendak menghubungi Vanilla untuk mengatakan bahwa yang diinginkan sang istri tidak berhasil dia temukan, namun, sebuah pesan masuk dari sebuah nomor baru membuat niat Wildan menghubungi Vanilla pun tert