Di perusahan Wings, Gilbert Wings masuk ke dalam ruangan kantornya dengan satu nampan berisi minuman dan sedikit makanan ringan dan di ikutin oleh seorang seketaris Gilbert Wings untuk menaruh nampan tersebut di atas meja tamu. mata Raven melirik sekilas makanan tersebut.
“Silahkan di cicipi,” ucap seketaris Gilbert dan sekaligus pamit keluar ruangan.
“Tidak perlu repot-repot,” balas Raven yang melihat Gilbert Wings duduk dengan menyekat keringat dingin. Kemudian matanya ke arah Liam Sein.
“Tidak merepotkan kok,” balas Gilbert Wings yang berusaha bersikap santai mungkin. Karena aura Raven yang di kira sebagai Romeo sungguh menekan mentalnya.
“Jack,” ucap Raven dengan mengangkat salah satu tangannya, sebagai perintah untuk meminta Jack yang berbicara.
Jack segera menyerahkan satu berkas yang siap di tandatangani oleh Gilbert Wings.
“Apa ini?” tanya Gilbert Wings yang masih pena
Gilbert Wings sampai melonggo melihat sikap putrinya yang semakin gimana gitu.***Mobil yang di kendarai oleh Jack sampai di pakiran mobil khusus para petinggi di perusahaan Van Diora."Tuan, anda mau keman lagi?" tanya Jack yang hendak mengikuti Raven pergi. saat Raven keluar dari dalam mobil sambil berpikir dengan tangan menyentuh dagunya yang kini di tumbuhi jambang agak lebat."Aku mau kembali ke rumah, kamu masuk saja ke perusahaan."Jack langsung mematuhi perkataan Raven dan sempat melirik Raven masuk kedalam mobil dan mengemudikan mobil mewah itu pergu dari arah pakiran. baru lah, jack masuk ke dalam lift dengan tenang.Raven memilih pulang ke rumah daripada masuk ke dalam kantor. Sampai di dalam, Raven baru ingat dengan perkataan Ruster soal ibu mertuanya yang datang bertamu. Merasa tidak enak dan nyaman, Raven memutuskan untuk menunggu di dalam mobil. Tapi
Raven membalas tatapan kemarahan Ruster dengan sebuah senyuman lembut yang melelehkan hati Ruster yang tidak jadi untuk memarahi Raven.Di depan pintu, Romeo yang sedari diam. kini mulai bersuara“Hmmmm…. Aku mau juga dong,” ucap Romeo yang sedari melihat percintaan panas barusan dan ia juga ingin memakai trik yang sama dengan Raven. Untuk main di bagian atas Ruster yang berisi padat itu dan ingin tahu bagaimana sensasinya.“Tidak,” tolak Ruster yang tidak mau di setubuhi dengan gaya yang ternyata memuaskan para suaminya dan ia tidak mendapatkannya.Romeo terkekeh garing melihat penolakkan Ruster yang ternayat lebih membangkitkan gairahnya yang semakin meninggi.“Aku ingin mendapatkan apa yang menjadi bagianku. tidak ada pilih kasih dalam memperlakukan para suamimu, Sayang.”Mata Ruster melihat Romeo melepaskan pakaian sendiri dan Raven memilih pergi karena ia tidak suka mandi terlalu malam yang tid
Ruster berjalan pelan dan memasuki ruang kerja Raven, ia membawakan satu gelas coklat panas dan sepotong cake yang banyak cream dengan atasan ada buah strobery. Makanan dan minuman di taruh di atas meja kerja, Ruster mengulum senyumannya. Ia senang Raven tidak menyadari kehadirannya. karena pria itu gila kerja dan telalu serius dengan urusan kantor. Dengan perlahan-lahan, Ruster berjalan mengintari meja dan berakhir di belakang Raven.Pelukkan hangat dan sensual membuat Raven menaruh berkas perusahan Wings di atas meja kerja.“Kenapa belum tidur siang?” ucap Raven yang menarik Ruster untuk duduk di atas pangkuannya.“Karena tidak ada yang menemani,” lirih Ruster yang bermanja-manja pada Raven.“Meo kemana?” tanya Raven tetiba.“Mengantar Keith dan ibu kebandara, jadi aku sendirian di dalam kamar. Lalu aku tidak bisa tidur,” gerutu Ruster dengan nada manjanya. Ia membuka satu perkancing kemeja Raven hi
Seorang pria mulai berjalan ke arah dapur, setelah langkah Romeo terhenti.“Honey, kamu mulai bandel. Aku sudah bilang jangan kerja keras,” timpal Raven yang lebih parah dari penampilan Romeo. karena, Raven belum mengancing kemeja putihnya, bahkan rambutnya masih berantahkan. sikap posesif Raven terhadap istrinya, membuat ruster memutar matanya.Ruster berjalan ke arah salah satu suaminya.“Pagi hubby, aku tidak kerja keras. Hanya membuatkan sarapan ringan,” balas Ruster yang memeluk Romeo lalu memeluk Raven.Mata Raven menurun menatapi wajah berseri-seri istrinya, ia tidak bisa marah lagi. selain hanya memasang wajah tersenyum, saat Ruster mengancingkan semua kancing di kemeja putihnya.“Ven, aku sudah bilang berapa kali. Keringkan dulu rambutmu,” celoteh Romeo yang mengeringkan rambut kembaranya.Romeo sebenarnya sudah jengkel dengan sikap Raven yang selalu menyusahkan. Tapi sekaligus senang, karena mere
"Jika pengaruh, aku orang pertama yang akan kena duluan. daripada kalian berdua yang hmmm," balas Lius Versalius yang mengantungkan kalimatnya. ia tidak akan membahas seks menyimpang dari kedua sahabatnya yang tidak normal."Jadi sudah berapa tahun kau sterilisasikan diri?" tanya Romeo yang penasaran. berbeda dengan Raven yang hanya diam."Sudah hampir enam tahun, anak kedua sudah berusia tujuh tahun. jadi sudah cukup lama dan kegiatan panas di atas ranjang tak pernah pudar," jelas Lius Versalius menjilati bibirnya dengan maksud tertentu yang hanya bisa di pahami kedua kembar. karena keduanya memiliki kegiatan seks yang besar.“Ck, sial. Kau memang brengsek,” umpat Romeo yang kesal dengan sikap Lius yang seolah mengejeknya.Sedangkan Raven hanya diam tidak bersuara. ia hanya melirik pertengkaran Romeo dan Lius sejak tadi.“Ven, kamu baik-baik saja?” ucap Lius yang menyentuh dahi Raven, untuk memastikan Raven tidak demam.
Lius Versalius menatapi kedua kembar dengan senyuman penuh maksud."Terserah sih, aku mau ajak kalian makan sehat. baru kita mulai operasinya," jelas Lius Versalius yang menatapi Raven dan Romeo bersamaan."Sekarang masih bisa, jika siang ini tidak bisa. aku harus pulang ke rumah untuk asuh anak. istriku mau jalan sama temannya," balas Raven jujur."Aku bisa sih?" timpal Romeo dengan senyuman."Tidak enak makan sama dirimu, terasa janggal. bagaimana jika besok kita makan dulu baru esok lakukan operasi. tenang saja, dengan aku mah gratis dan cepat. tidak perlu biaya?" jelas Lius Versalius yang menolak tawaran Romeo secara halus."Benar juga, enak bersama-sama. jika tanpa Raven terasa jangal," balas Romeo yang melirik ke arah Raven.Raven membalas tatapan Romeo dengan tatapan kesal."Jangan marah Ven," ujar Romeo lirih sambil memeluk kembarannya."Melihat kalian, mata aku semakin sakit deh. lebih baik, kalian pulang saja daripada
Tepatnya, Lesti adalah kaki tangan kepercayaan Raven dalam urusan mengawasi Ruster. sehingga ia langsung melaporkan kepada Raven. jika Ruster dan Aelin sudah keluar dari dalam rumah. Di dalam kantor, Raven yang sudah selesai menyantap bekal buatan Ruster. bergegas untuk segera pulang ke rumah. "Mau aku antar tidak?" tanya Romeo yang melihat kembaranya meraih jas di kursi. "Ada Jimmy, yang antar aku pulang dan berapa pekerjaan minta Jack kirim ke rumah saja. aku kerjakan di rumah sambil mengasuh Time," perintah Raven pada Romeo yang ikutan berdiri dari tempat duduk. "Baiklah, aku akan meminta Jack mengantarkan berkas kantor untukmu. lalu perusahan Wings gimana?" tanya Romeo yang sudah tahu, perusahan itu akan bangkrut dalam waktu dekat. "Bayar saja semua utang perusahan itu dan gaji para pekerjannya. nanti kita lihat, mau di alihkan ke mana perusahan itu." "Bagaimana jika jadikan sebagai perusahan kain, mengingat perusahan itu awalnya b
Kedua wanita langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut."Dia siapa?" tanya Aelin yang merasa tidak asing dengan wanita yang mendekati Ruster dan memeluknya seperti seorang sahabat. sampai cipika cipiki segala."Vio Shark, sahabat karibku. dia yang mengenalkan aku kepada Romeo," balas Ruster yang memperkenalkan Vio kepada Aelin."Senang berkenalan denganmu, aku Aelin Wings."Kedua wanita saling menatap satu sama lain setelah sekian lama, karena keduanya saling mengenal satu sama lain. terutama Aelin, akhirnya ia paham. kenapa si setan menugaskan menjaga Ruster, karena teman baik Ruster adalah Vio Shark seorang pemilik klub malam yang tidak baik yang tidak perduli dengan teman atau musuh. asal uang berbicara, maka semua akan sama di mata Vio Shark."Senang berkenalan denganmu, Aelin. aku harap kita bisa jadi teman," akhirnya Vio membalas perkenalan tersebut dengan berpura-pura baru mengenal satu sama lain. begitu juga dengan Aelin."Ngomo
"Aku sayang padamu," ucap keduanya dengan memeluk Ruster bersamaan.Dahi Ruster semakin mengerut dalam, tetapi ia menikmati permainan kedua suaminya kali ini.Romeo mengandeng tangan Ruster di kiri dan Raven di kanan.Pintu utama di buka.Kedua mata Ruster terbelalak besar. ia melihat banyak tamu undangan yang hadir dan ada ibu juga adiknya."Ini?" tanya Ruster heran."Acara pernikahan kita," balas keduanya bersamaan."Ha?" balas Ruster yang masih binggung. tapi masih mengikuti keduanya berjalan ke altar."Dulu kita menipumu pakai pastor palsu untuk menikah, sekarang kita pakai yang asli. tepatnya kita akan menikah hari ini," jelas Romeo.Ruster melihat ke wajah Raven untuk meminta penjelasan."Maafkan kami berdua yang menipumu selama berapa tahun ini, pernikahan dulu tidak sah. ini yang sah," ucap Raven dengan senyuman lembut yang membuat hati Ruster meleleh."Jahat, kalian berdua sangat jahat. sampai aku
Romeo dan Raven saling memandang satu sama lain."Baik Bu. kami akan mempertaruhkan nyawa untuk menjaga Ruster selamanya dan tidak akan membiarkan siapapun mendekatinya," balas keduanya secara bersamaan.Ibu Ruster terkejut dengan tekat keduanya. lebih terkejut lagi, kenapa ia bisa melihat ada kembar yang segila keduanya yang mau berbagi istri.Selesai dengan acara pernikahan Keith dan Aelin.Ruster mengeluh sakit kaki, ia meminta kedua suaminya untuk memijat-mijatkan kedua kakinya. dengan posisi terbaring terlentang di atas ranjang yang besar dan empuk."Apa aku sudah tua? jadi badan aku sakit semua?" tanya Ruster kepada Raven dan Romeo."Siapa bilang kamu tua," balas Romeo yang tidak terima dengan perkataan Ruster yang mengatakan kata tua.Sedangkan Raven hanya diam. otaknya sedang sibuk dengan rencana selanjutnya. rencana yang akan membuat Ruster terkaget-kaget."Ven..." sahut Ruster pada Raven yang diam mematung sejak
Ruster melihat ke arah belakang, ia melihat tinggi sampai suara kedua suaminya memang sama satu sama lain."Kenapa aku baru sadar?" batin Ruster yang selama ini hanya bisa membedakan keduanya. kecuali orang lain akan susah."Mungkin aku spesial," lanjut Ruster dalam hati dengan perasaan bangga.Selesai memilih pakaian, ketiganya memutuskan segera pulang ke rumah. karena perut Raven sudah berbunyi nyaring.Romeo mengerutkan keningnya yang menatap Raven dengan tatapan jengkel."Sekarang perut Raven yang berbunyi, kemarin dirimu. kalian berdua ini selalu kompak deh," ucap Ruster dengan wajah senang. karena ia sudah malas mau jalan ke tempat lain lagi, beruntungnya nasib baik berpihak padanya.Raven hanya diam dengan wajah tidak senang. ia bisa saja memaksakan diri makan junk food atau makan luar. tetapi permintaan Ruster yang membuatnya tidak bisa mengatakan kata tidak.Sesampai di rumah, Ruster segera masuk ke kamar untuk melihat keanda
"Ven, kita harus menyelesaikan semua ini secepatnya. sebelum ketahuan oleh Ruster!" perintah Romeo kepada Raven."Kau juga, jangan sampai bocor. kita akan memperlihatkan pernikahan terindah dan termewah untuk Ruster," balas Raven dengan sikap seriusnya.Kedua kembar saling berpelukan, lalu tertawa renyah bersamaan."Kalian berdua kenapa?" tanya Ruster yang heran melihat kelakuan kedua suamianya yang super ajaib hari ini."Biasa, kita teringat permainan masa kecil. permainan yang kalah dan menang," dusta Romeo yang mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. sedangkan Raven memasang wajah masam.Ruster tertawa pelan, ketika melihat wajah Raven yang masam yang menandakan kalah permainan."Jangan marah lagi, ayo berangkat bersama-sama!" perintah Ruster menarik kedua tangan si kembar.Kedua pria sengaja jatuh ke dalam pelukkan Ruster dan bermanja-manja.
Ruster yang jengkel dengan kelakuan keduan suaminya. Ia memilih duduk di kursi lain daripada duduk di kursi yang membuatnya susah memilih. salah-salah di antara kedua suaminya akan bertengakr karena menganggap dirinya piluh kasih.Raven dan Romeo langsung pindah tempat duduk, melihat Ruster memilih duduk di tempat lain. daripada duduk di kursi yang mereka berdua tawarkan.Keduanya mengelus paha Ruster secara bersamaan sebagai arti lain.Ruster melototkan kedua matanya.Kedua pria kembar tersenyum lebar tanpa merasakan kesalahan.Ruster ingin mengumpat kedua suaminya kurang ajar. Tapi ia sudah terlena dengan sentuhan liar kedua suaminya yang semakin naik ke atas pahanya.Kryukkkk KryukkkkSuara perut Romeo yang super nyaring, membuat dahi Raven berkerut dalam. Lagi-lagi kesenangannya terhenti oleh ulah Romoe."Maaf," ucap Romeo
Jika orang yang sedang senyum itu adalah Romeo. mereka berdua tidak akan kaget seperti ini. tapi orang ini adalah Raven. maka di pastikan bencana akan datang dalam waktu dekat.Takut mendapatkan kemarahan, keduanya segera pamit dengan alasan mau fitting baju pegantin untuk acara bagian malam.Ruster sebenarnya sedikit terkejut dengan keputusan keduanya. yang tetiba pergi begitu tergesah-gesah.Sedangkan Raven masih duduk santai dengan kedua mata menatapi isi undangan pernikahan yang telalu simpel dan elegan.Jika di pikir-pikir, ia dan Romeo tidak pernah memakai kertas undangan untuk pernikahan Ruster. sesaat Raven merasa ia menajdi pria menyedihkan di dunia. untuk kertas seperti ini saja tidak mampu ia persiapkan untuk undangan tamu, saat menikahi Ruster."Sedang melihat apa?" tanya Ruster yang penasaran dengan sikap Raven yang diam sejak tadi."Melihat kertas undangan ini, begitu simple dan elegan. jika di pikir-pikir, aku dan Romeo tidak
"Lapar dalam arti apa?" tanya Raven yang berpura-pura bodoh. ia tahu Ruster meminta hal lain. Ruster yang kesal, langsung memukul wajah Raven dengan lembut. "Jangan pura-pura bodoh," seru Ruster yang dengan nada sedikit marahnya. Kemarahan Ruster di tangkapi dengan tawa oleh Raven. "Kau mulai jadi wanita binar," balas Raven yang menatapi Ruster dengan tatapan penuh nafsu. "Binar untuk suami sendiri, tidak salah kan?" balas Ruster yang mengedipkan salah satu mata dan mengigit bibir bawahnya. "Ya, tidak salah. justru sangat menyenangkan. aku suka itu," ucap Raven yang langsung menahan tengkuk Ruster. lalu mencium bibir Ruster semakin dalam di sertai dengan pangutan. Klekkk... Pintu terbuka dan Resti merasa bersalah. ia tidak tahu kedua tuannya sedang bermestraan di dalam ruangan kerja. "Ma-maaf... saya tidak sengaja," ujar Resti jujur. Raven hanya mendengus kesal. sedangkan Ruster berusaha mera
Kedua ayah hanya menatapi kedua anak kembar dengan tatapan kaget, bagaimana tidak, di usia yang masih belum 10 tahun, keduanya sudah akan masuk kuliah. "Daddy, kita mau pergi main-main dengan paman Zeus. boleh ya?" pinta Karlos memohon kepada Raven. "Ayolah Daddy, kita tidak akan nakal dan membuat Daddy cemas. boleh ya," pinta Raph kepada Romeo. Romeo melirik ke arah Raven dan begitu juga dengan Raven. keduanya saling menghela nafas panjang. bagaimanapun mereka sangat susah untuk memgatakan tidak kepada kedua anak kembar yang kini mulai tumbuh besar. "Janji jangan melakukan hal macam-macam yang membahayakan nyawa?" ucap Romeo pada akhrinya. "Tentu saja," jawab keduanya bersamaan. Raven mengelus kepala putra kesayangnya dan memeluknya dengan cinta. "Belajar yang cepat, agar bisa mengantikan daddy di masa depan. daddy capek kerja," ucap Raven kepada Karlos yang akan mengantikan dirinya di masa depan. Karlos menatapi
Melihat keduanya masih diam, Lius berjalan selangkah ke depan. Devan langsung mengakui apa yang terjadi barusan.BukSatu tinju melayang di wajah Devan Holland.Tanpa kata-kata Lius berjalan ke arah Romeo. satu kali pukulan juga di terima oleh Romeo. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu, Lius memilih mencari ruangan Raven dan ia melakukan serangkaian pemeriksaan. Lalu matanya melihat ke arah Raven yang tertidur dengan tenang.Devan dan Romeo masih di luar menunggu dengan was-was.Kali ini Lius tidak marah, ia hanya berjalan keluar dan hal ini membuat keduanya terheran.Romeo memilih kembali ke dalam kamar yang merupakan kamar Ruster, tetapi ia tidak menemukan Ruster di manapun.Panik, itu lah yang di rasakan oleh Romeo. ia mencari istrinya di semua tempat dan terakhir mengingat kamar raven. tebakan Romeo benar, ia melihat Ruster duduk di samping Raven dan mengenggam jemari Raven yang dingin."Apa yang terjadi," tanya Ruster me