Kedua wanita langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut.
"Dia siapa?" tanya Aelin yang merasa tidak asing dengan wanita yang mendekati Ruster dan memeluknya seperti seorang sahabat. sampai cipika cipiki segala.
"Vio Shark, sahabat karibku. dia yang mengenalkan aku kepada Romeo," balas Ruster yang memperkenalkan Vio kepada Aelin.
"Senang berkenalan denganmu, aku Aelin Wings."
Kedua wanita saling menatap satu sama lain setelah sekian lama, karena keduanya saling mengenal satu sama lain. terutama Aelin, akhirnya ia paham. kenapa si setan menugaskan menjaga Ruster, karena teman baik Ruster adalah Vio Shark seorang pemilik klub malam yang tidak baik yang tidak perduli dengan teman atau musuh. asal uang berbicara, maka semua akan sama di mata Vio Shark.
"Senang berkenalan denganmu, Aelin. aku harap kita bisa jadi teman," akhirnya Vio membalas perkenalan tersebut dengan berpura-pura baru mengenal satu sama lain. begitu juga dengan Aelin.
"Ngomo
Wajah Ruster kembali memerah, ia mengedipkan kedua matanya."Siapa?" tanya Vio yang semakin idak sabaran."Romoe dan Raven Van Diora."Seketika darah di tubuh Vio langsung membeku. mendengar nama terkutuk itu keluar dari bibir Ruster."Tidak salah?" tanya Vio sekali lagi untuk memastikannya, karena Vio ingat ia hanya menjual Ruster kepada Romeo dan setelah itu ia kabur jauh-jauh dari Los Angels untuk menghindari pihak berwajib yang akan menangkapnya atas laporan Ruster di kemudian hari."Tidak, salah dengar. suamiku Romeo dan Raven Van Diora," balas Ruster dengan wajah malu-malunya.Aelin terkekeh geli, melihat tampang terkejutnya Vio dan Aelin juga menduga semua rencana Vio hari ini pasti kandas semua. karena mengusik barang Van Diora maka sama saja mengantar nyawa dengan suka rela."Jadi yang benar yang mana? Romeo atau Raven?" tanya Vio sekali lagi, karena barusan ia mendengar nama kedua pria kembar itu di sebutkan dari bibir Ruste
"Tentu saja romantis, Ruster ini kan wanita kesayangan mereka berdua. jadi wajarkan mendapatkan perhatian seperti itu," ucap Aelin dengan nada menyindirnya kepada Vio."Sudah, jangan mengodaku lagi. ayo kita pergi makan," balas Ruster yang tidak ingin Vio dan Aelin yang merupakan calon iparnya saling bertengkar karena hal tidak masuk akal.Mata Vio terbelalak melihat kartu hitam edisi khusus tersebut yang memang di buat secara khusus di pergunakan untuk keluarga Van Diora di tangan Ruster yang membayar biaya perawatan rambut di salon."Kali ini pakai kartu punya siapa?" goda Aelin dengan mengedipkan mata nakalnya."Punya Raven, tadi punya Romeo sudah aku pakai beli baju. aku punya dua kartu, jadi mesti adil mengunakanya. jangan sampai ada pilih kasih di antara keduanya," jelas Ruster yang memasukkan kartu hitam tersebut ke dalam dompetnya.Dalam hati, Aelin berharap ia tidak kena tuduh oleh Raven. karena Ruster memakai kartu Raven untuk mentr
***Vio mengendari mobil mewahnya memasuki salah satu pakiran di restoran dan Ruster melihat sekeliling pakiran mobil yang terasa tidak asing dengan logo di setiap sudut pakiran mobil yang sepertinya pernah di lihatnya entah di mana."Ayo turun," ajak Aelin yang melihat Ruster melamun."Iya," balas Ruster yang melepaskan tali pengaman dan ia berjalan mengikuti Aelin di samping.Berapa kali Ruster menatapi Aelin yang sangat cantik dengan make up yang segar dan tetiba ia menjadi minder dengan diri sendiri."Mencemaskan Raven ya?" tanya Aelin yang melihat Ruster berjalan sambil melamun."Begitulah," dusta Ruster mengaruk pipinya yang sudah merona."Cih, enak banget si setan dapat perhatian dari wanita sebaik dirimu. padahal sikapnya tidak ada yang bagus," cibir Aelin yang masih dendam dengan Raven yang mengagalkan rapatnya tadi."
"Tidak perlu, aku sudah pesan yang super besar. takut tak habis," tolak Ruster yang tidak ingin menambah makanan lain lagi. sekarang ia hanya fokus melirik berapa cake yang di menu sambil menundukkan kepalanya."Mau cake rasa apa? aku pesankan untukmu," ucap Liam Sein yang berusaha dekat lagi dengan Ruster. agar bisa menjalanin hubungan masa lalu kembali.Aelin hanya melihat sikap Liam Sein yang asli benar-benar mirip buaya. dari satu wanita ke wanita lain dan Vio tidak tahu harus berbua apa kali ini.Ruster masih diam, sampai semua makanan yang di oder. sudah di hidangkan di atas meja."Oh ya, sekarang kamu tinggal di mana?" ucap Liam Sein yang tidak menyerah dengan apa yang ia lakukan untuk bisa dekat lagi dengan Ruster.Ruster menatapi Liam yang masih menatapinya dengan tatapan yang membuat Ruster sedikit berdebar-debar. tapi debaran jantungnya semakin kencang. saat matanya menangkap sesosok pria yang masuk kedalam dan melihat ke segala arah.
Romeo terkekeh geli, ia tidak berhenti-hentinya menculik kesempatan mencium bibir Ruster yang merupakan candunya."Udah Meo, aku mau makan. ciuman nanti saja, memangnya dirimu tidak lapar apa?" tanya Ruster yang berusaha mendorong tubuh Romeo menjauh.Romeo kembali tersenyum dan mengenggam jemari Ruster. bahkan mengecupnya untuk menunjukkan perasaan cintanya. tepatnya, Romeo memamerkan istri tercintanya kepada Liam yang sudah berwajah hitam."Tidak lapar, aku akan makan bersama dengan Raven nanti. kasihan dia belum makan sedangkan aku makan enak di sini?" balas Romeo yang menatapi Ruster yang sedang menyantap cream sup jamur.Sendok yang di pegang ruster terhenti, ia menatapi Romeo dengan tatapan terkejut. sekaligus heran dengan sikap anak kembar yang selalu tergantung satu sama lain."Kalau gitu, aku tidak jadi makan deh. soalnya..." Ruster mengantungkan kalimatnya. karena merasa kasihan dengan Raven yang di tinggal di dalam rumah."J
"Maafkan aku Sayang, aku lupa dengan pakaian sehari-harimu. lain kali aku belikan yang model terbaru," balas Romeo yang mengecup bibir Ruster."Ngak mau lagi, baju aku sudah banyak. tidak tahu lagi mau taruh di mana," tolak Ruster yang mendorong dada Romeo. Romeo terkekeh dengan penolakkan Ruster.Ruster bisa menebak dari balik ketawa Romeo. karena Romeo pasti akan mengaduhkannya ke Raven dan di pastikan satu lemari baju akan bertambah lagi di dalam ruang khusus penyimpan pakaian mereka bertiga."Jangan tawa lagi," protes Ruster yang merajuk.Romeo mengelum senyumannya, ia mengenggam jemari Ruster dan membimbing Ruster untuk berjalan bersama-sama. bahkan Romeo rela menyesuaikan langkah kakinya untuk bisa sejajar dengan Ruster.Dari kejauhan, Liam Sein menatapi keduanya dengan tatapan kebencian. dalam hati, Liam bersumpah akan menghancurkan semua kebahagian Ruster yang berani membandingkan dirinya dengan pria lain.Setelah keduanya sudah perg
Orang yang di utus Liam mulai mengikuti Vio secara diam-diam dan merekam semua yang Vio lakukan dari penjualan wanita hingga obat-obtan dan senjata berbahaya. semua di lakukan oleh Vio demi bisa hidup enak dan ia sudah melakukan pekerjaan ini dalam waktu lama. jadi tidak ada rasa takut dan iba kepada wanita yang ia jual. selain para wanita, Vio juga menjual anak-anak di bawah umur. tepatnya perdagangan manusia untuk tujuan tidak baik semua ia lakukan dengan rapi tanpa tercum oleh pihak kepolisian setempat.Liam yang melihat semua rekaman tersebut tersenyum dengan tawa jahatnya."Wanita bodoh," cibir Liam yang memutar video tersebut berapa kali dan berapa bagian ia potong. lalu mengirimkannya kepada Vio sebagai pengirim misterius yang meminta uang di sertai dengan ancaman akan menyebarkan video tersebut ke publik dan otomatis Vio akan menjadi incaran banyak pihak kepolisian semua negara atas apa yang di lakukan oleh Vio selama ini.Vio yang terkejut dengan ancama
Sang kasir sudah selesai menghitung belanjaan melihat ke arah kartu yang di serahkan oleh Romeo. ia langsung segera memprosesnya dan meminta kode pin khusus untuk menyetujui proses pembayaran.Dengan jemari cepat, Romeo mengetik kode pin tersebut."Terima kasih Tuan, ini kartu anda. semoga hari anda menyenangkan," ucap sang kasir kepada Romeo.Romeo mendorong troli keluar dari antrian di kasir dan Ruster mengikuti dari belakang."Meo, mau aku bantu bawakan semua belanjaan ini?" tawar Ruster yang berjalan di samping Romeo yang mendorong troli ke arah pakiran."Tidak perlu, Sayang. kita kan pakai troli dan bukannya di angkut semua barangnya," jelas Romeo yang merangkul Ruster dengan sebelah tangannya. untuk menunjukkan sikap posesifnya kepada para pria yang sedari menatapi Ruster dengan tatapan ingin berkenalan atau sebagainya.Sesampai di pakiran mobil, Romeo mengeluarkan semua belanjaan yang tersimpan di dalam troli dan meletakka
"Aku sayang padamu," ucap keduanya dengan memeluk Ruster bersamaan.Dahi Ruster semakin mengerut dalam, tetapi ia menikmati permainan kedua suaminya kali ini.Romeo mengandeng tangan Ruster di kiri dan Raven di kanan.Pintu utama di buka.Kedua mata Ruster terbelalak besar. ia melihat banyak tamu undangan yang hadir dan ada ibu juga adiknya."Ini?" tanya Ruster heran."Acara pernikahan kita," balas keduanya bersamaan."Ha?" balas Ruster yang masih binggung. tapi masih mengikuti keduanya berjalan ke altar."Dulu kita menipumu pakai pastor palsu untuk menikah, sekarang kita pakai yang asli. tepatnya kita akan menikah hari ini," jelas Romeo.Ruster melihat ke wajah Raven untuk meminta penjelasan."Maafkan kami berdua yang menipumu selama berapa tahun ini, pernikahan dulu tidak sah. ini yang sah," ucap Raven dengan senyuman lembut yang membuat hati Ruster meleleh."Jahat, kalian berdua sangat jahat. sampai aku
Romeo dan Raven saling memandang satu sama lain."Baik Bu. kami akan mempertaruhkan nyawa untuk menjaga Ruster selamanya dan tidak akan membiarkan siapapun mendekatinya," balas keduanya secara bersamaan.Ibu Ruster terkejut dengan tekat keduanya. lebih terkejut lagi, kenapa ia bisa melihat ada kembar yang segila keduanya yang mau berbagi istri.Selesai dengan acara pernikahan Keith dan Aelin.Ruster mengeluh sakit kaki, ia meminta kedua suaminya untuk memijat-mijatkan kedua kakinya. dengan posisi terbaring terlentang di atas ranjang yang besar dan empuk."Apa aku sudah tua? jadi badan aku sakit semua?" tanya Ruster kepada Raven dan Romeo."Siapa bilang kamu tua," balas Romeo yang tidak terima dengan perkataan Ruster yang mengatakan kata tua.Sedangkan Raven hanya diam. otaknya sedang sibuk dengan rencana selanjutnya. rencana yang akan membuat Ruster terkaget-kaget."Ven..." sahut Ruster pada Raven yang diam mematung sejak
Ruster melihat ke arah belakang, ia melihat tinggi sampai suara kedua suaminya memang sama satu sama lain."Kenapa aku baru sadar?" batin Ruster yang selama ini hanya bisa membedakan keduanya. kecuali orang lain akan susah."Mungkin aku spesial," lanjut Ruster dalam hati dengan perasaan bangga.Selesai memilih pakaian, ketiganya memutuskan segera pulang ke rumah. karena perut Raven sudah berbunyi nyaring.Romeo mengerutkan keningnya yang menatap Raven dengan tatapan jengkel."Sekarang perut Raven yang berbunyi, kemarin dirimu. kalian berdua ini selalu kompak deh," ucap Ruster dengan wajah senang. karena ia sudah malas mau jalan ke tempat lain lagi, beruntungnya nasib baik berpihak padanya.Raven hanya diam dengan wajah tidak senang. ia bisa saja memaksakan diri makan junk food atau makan luar. tetapi permintaan Ruster yang membuatnya tidak bisa mengatakan kata tidak.Sesampai di rumah, Ruster segera masuk ke kamar untuk melihat keanda
"Ven, kita harus menyelesaikan semua ini secepatnya. sebelum ketahuan oleh Ruster!" perintah Romeo kepada Raven."Kau juga, jangan sampai bocor. kita akan memperlihatkan pernikahan terindah dan termewah untuk Ruster," balas Raven dengan sikap seriusnya.Kedua kembar saling berpelukan, lalu tertawa renyah bersamaan."Kalian berdua kenapa?" tanya Ruster yang heran melihat kelakuan kedua suamianya yang super ajaib hari ini."Biasa, kita teringat permainan masa kecil. permainan yang kalah dan menang," dusta Romeo yang mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. sedangkan Raven memasang wajah masam.Ruster tertawa pelan, ketika melihat wajah Raven yang masam yang menandakan kalah permainan."Jangan marah lagi, ayo berangkat bersama-sama!" perintah Ruster menarik kedua tangan si kembar.Kedua pria sengaja jatuh ke dalam pelukkan Ruster dan bermanja-manja.
Ruster yang jengkel dengan kelakuan keduan suaminya. Ia memilih duduk di kursi lain daripada duduk di kursi yang membuatnya susah memilih. salah-salah di antara kedua suaminya akan bertengakr karena menganggap dirinya piluh kasih.Raven dan Romeo langsung pindah tempat duduk, melihat Ruster memilih duduk di tempat lain. daripada duduk di kursi yang mereka berdua tawarkan.Keduanya mengelus paha Ruster secara bersamaan sebagai arti lain.Ruster melototkan kedua matanya.Kedua pria kembar tersenyum lebar tanpa merasakan kesalahan.Ruster ingin mengumpat kedua suaminya kurang ajar. Tapi ia sudah terlena dengan sentuhan liar kedua suaminya yang semakin naik ke atas pahanya.Kryukkkk KryukkkkSuara perut Romeo yang super nyaring, membuat dahi Raven berkerut dalam. Lagi-lagi kesenangannya terhenti oleh ulah Romoe."Maaf," ucap Romeo
Jika orang yang sedang senyum itu adalah Romeo. mereka berdua tidak akan kaget seperti ini. tapi orang ini adalah Raven. maka di pastikan bencana akan datang dalam waktu dekat.Takut mendapatkan kemarahan, keduanya segera pamit dengan alasan mau fitting baju pegantin untuk acara bagian malam.Ruster sebenarnya sedikit terkejut dengan keputusan keduanya. yang tetiba pergi begitu tergesah-gesah.Sedangkan Raven masih duduk santai dengan kedua mata menatapi isi undangan pernikahan yang telalu simpel dan elegan.Jika di pikir-pikir, ia dan Romeo tidak pernah memakai kertas undangan untuk pernikahan Ruster. sesaat Raven merasa ia menajdi pria menyedihkan di dunia. untuk kertas seperti ini saja tidak mampu ia persiapkan untuk undangan tamu, saat menikahi Ruster."Sedang melihat apa?" tanya Ruster yang penasaran dengan sikap Raven yang diam sejak tadi."Melihat kertas undangan ini, begitu simple dan elegan. jika di pikir-pikir, aku dan Romeo tidak
"Lapar dalam arti apa?" tanya Raven yang berpura-pura bodoh. ia tahu Ruster meminta hal lain. Ruster yang kesal, langsung memukul wajah Raven dengan lembut. "Jangan pura-pura bodoh," seru Ruster yang dengan nada sedikit marahnya. Kemarahan Ruster di tangkapi dengan tawa oleh Raven. "Kau mulai jadi wanita binar," balas Raven yang menatapi Ruster dengan tatapan penuh nafsu. "Binar untuk suami sendiri, tidak salah kan?" balas Ruster yang mengedipkan salah satu mata dan mengigit bibir bawahnya. "Ya, tidak salah. justru sangat menyenangkan. aku suka itu," ucap Raven yang langsung menahan tengkuk Ruster. lalu mencium bibir Ruster semakin dalam di sertai dengan pangutan. Klekkk... Pintu terbuka dan Resti merasa bersalah. ia tidak tahu kedua tuannya sedang bermestraan di dalam ruangan kerja. "Ma-maaf... saya tidak sengaja," ujar Resti jujur. Raven hanya mendengus kesal. sedangkan Ruster berusaha mera
Kedua ayah hanya menatapi kedua anak kembar dengan tatapan kaget, bagaimana tidak, di usia yang masih belum 10 tahun, keduanya sudah akan masuk kuliah. "Daddy, kita mau pergi main-main dengan paman Zeus. boleh ya?" pinta Karlos memohon kepada Raven. "Ayolah Daddy, kita tidak akan nakal dan membuat Daddy cemas. boleh ya," pinta Raph kepada Romeo. Romeo melirik ke arah Raven dan begitu juga dengan Raven. keduanya saling menghela nafas panjang. bagaimanapun mereka sangat susah untuk memgatakan tidak kepada kedua anak kembar yang kini mulai tumbuh besar. "Janji jangan melakukan hal macam-macam yang membahayakan nyawa?" ucap Romeo pada akhrinya. "Tentu saja," jawab keduanya bersamaan. Raven mengelus kepala putra kesayangnya dan memeluknya dengan cinta. "Belajar yang cepat, agar bisa mengantikan daddy di masa depan. daddy capek kerja," ucap Raven kepada Karlos yang akan mengantikan dirinya di masa depan. Karlos menatapi
Melihat keduanya masih diam, Lius berjalan selangkah ke depan. Devan langsung mengakui apa yang terjadi barusan.BukSatu tinju melayang di wajah Devan Holland.Tanpa kata-kata Lius berjalan ke arah Romeo. satu kali pukulan juga di terima oleh Romeo. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu, Lius memilih mencari ruangan Raven dan ia melakukan serangkaian pemeriksaan. Lalu matanya melihat ke arah Raven yang tertidur dengan tenang.Devan dan Romeo masih di luar menunggu dengan was-was.Kali ini Lius tidak marah, ia hanya berjalan keluar dan hal ini membuat keduanya terheran.Romeo memilih kembali ke dalam kamar yang merupakan kamar Ruster, tetapi ia tidak menemukan Ruster di manapun.Panik, itu lah yang di rasakan oleh Romeo. ia mencari istrinya di semua tempat dan terakhir mengingat kamar raven. tebakan Romeo benar, ia melihat Ruster duduk di samping Raven dan mengenggam jemari Raven yang dingin."Apa yang terjadi," tanya Ruster me