Wajah Ruster kembali memerah, ia mengedipkan kedua matanya.
"Siapa?" tanya Vio yang semakin idak sabaran.
"Romoe dan Raven Van Diora."
Seketika darah di tubuh Vio langsung membeku. mendengar nama terkutuk itu keluar dari bibir Ruster.
"Tidak salah?" tanya Vio sekali lagi untuk memastikannya, karena Vio ingat ia hanya menjual Ruster kepada Romeo dan setelah itu ia kabur jauh-jauh dari Los Angels untuk menghindari pihak berwajib yang akan menangkapnya atas laporan Ruster di kemudian hari.
"Tidak, salah dengar. suamiku Romeo dan Raven Van Diora," balas Ruster dengan wajah malu-malunya.
Aelin terkekeh geli, melihat tampang terkejutnya Vio dan Aelin juga menduga semua rencana Vio hari ini pasti kandas semua. karena mengusik barang Van Diora maka sama saja mengantar nyawa dengan suka rela.
"Jadi yang benar yang mana? Romeo atau Raven?" tanya Vio sekali lagi, karena barusan ia mendengar nama kedua pria kembar itu di sebutkan dari bibir Ruste
"Tentu saja romantis, Ruster ini kan wanita kesayangan mereka berdua. jadi wajarkan mendapatkan perhatian seperti itu," ucap Aelin dengan nada menyindirnya kepada Vio."Sudah, jangan mengodaku lagi. ayo kita pergi makan," balas Ruster yang tidak ingin Vio dan Aelin yang merupakan calon iparnya saling bertengkar karena hal tidak masuk akal.Mata Vio terbelalak melihat kartu hitam edisi khusus tersebut yang memang di buat secara khusus di pergunakan untuk keluarga Van Diora di tangan Ruster yang membayar biaya perawatan rambut di salon."Kali ini pakai kartu punya siapa?" goda Aelin dengan mengedipkan mata nakalnya."Punya Raven, tadi punya Romeo sudah aku pakai beli baju. aku punya dua kartu, jadi mesti adil mengunakanya. jangan sampai ada pilih kasih di antara keduanya," jelas Ruster yang memasukkan kartu hitam tersebut ke dalam dompetnya.Dalam hati, Aelin berharap ia tidak kena tuduh oleh Raven. karena Ruster memakai kartu Raven untuk mentr
***Vio mengendari mobil mewahnya memasuki salah satu pakiran di restoran dan Ruster melihat sekeliling pakiran mobil yang terasa tidak asing dengan logo di setiap sudut pakiran mobil yang sepertinya pernah di lihatnya entah di mana."Ayo turun," ajak Aelin yang melihat Ruster melamun."Iya," balas Ruster yang melepaskan tali pengaman dan ia berjalan mengikuti Aelin di samping.Berapa kali Ruster menatapi Aelin yang sangat cantik dengan make up yang segar dan tetiba ia menjadi minder dengan diri sendiri."Mencemaskan Raven ya?" tanya Aelin yang melihat Ruster berjalan sambil melamun."Begitulah," dusta Ruster mengaruk pipinya yang sudah merona."Cih, enak banget si setan dapat perhatian dari wanita sebaik dirimu. padahal sikapnya tidak ada yang bagus," cibir Aelin yang masih dendam dengan Raven yang mengagalkan rapatnya tadi."
"Tidak perlu, aku sudah pesan yang super besar. takut tak habis," tolak Ruster yang tidak ingin menambah makanan lain lagi. sekarang ia hanya fokus melirik berapa cake yang di menu sambil menundukkan kepalanya."Mau cake rasa apa? aku pesankan untukmu," ucap Liam Sein yang berusaha dekat lagi dengan Ruster. agar bisa menjalanin hubungan masa lalu kembali.Aelin hanya melihat sikap Liam Sein yang asli benar-benar mirip buaya. dari satu wanita ke wanita lain dan Vio tidak tahu harus berbua apa kali ini.Ruster masih diam, sampai semua makanan yang di oder. sudah di hidangkan di atas meja."Oh ya, sekarang kamu tinggal di mana?" ucap Liam Sein yang tidak menyerah dengan apa yang ia lakukan untuk bisa dekat lagi dengan Ruster.Ruster menatapi Liam yang masih menatapinya dengan tatapan yang membuat Ruster sedikit berdebar-debar. tapi debaran jantungnya semakin kencang. saat matanya menangkap sesosok pria yang masuk kedalam dan melihat ke segala arah.
Romeo terkekeh geli, ia tidak berhenti-hentinya menculik kesempatan mencium bibir Ruster yang merupakan candunya."Udah Meo, aku mau makan. ciuman nanti saja, memangnya dirimu tidak lapar apa?" tanya Ruster yang berusaha mendorong tubuh Romeo menjauh.Romeo kembali tersenyum dan mengenggam jemari Ruster. bahkan mengecupnya untuk menunjukkan perasaan cintanya. tepatnya, Romeo memamerkan istri tercintanya kepada Liam yang sudah berwajah hitam."Tidak lapar, aku akan makan bersama dengan Raven nanti. kasihan dia belum makan sedangkan aku makan enak di sini?" balas Romeo yang menatapi Ruster yang sedang menyantap cream sup jamur.Sendok yang di pegang ruster terhenti, ia menatapi Romeo dengan tatapan terkejut. sekaligus heran dengan sikap anak kembar yang selalu tergantung satu sama lain."Kalau gitu, aku tidak jadi makan deh. soalnya..." Ruster mengantungkan kalimatnya. karena merasa kasihan dengan Raven yang di tinggal di dalam rumah."J
"Maafkan aku Sayang, aku lupa dengan pakaian sehari-harimu. lain kali aku belikan yang model terbaru," balas Romeo yang mengecup bibir Ruster."Ngak mau lagi, baju aku sudah banyak. tidak tahu lagi mau taruh di mana," tolak Ruster yang mendorong dada Romeo. Romeo terkekeh dengan penolakkan Ruster.Ruster bisa menebak dari balik ketawa Romeo. karena Romeo pasti akan mengaduhkannya ke Raven dan di pastikan satu lemari baju akan bertambah lagi di dalam ruang khusus penyimpan pakaian mereka bertiga."Jangan tawa lagi," protes Ruster yang merajuk.Romeo mengelum senyumannya, ia mengenggam jemari Ruster dan membimbing Ruster untuk berjalan bersama-sama. bahkan Romeo rela menyesuaikan langkah kakinya untuk bisa sejajar dengan Ruster.Dari kejauhan, Liam Sein menatapi keduanya dengan tatapan kebencian. dalam hati, Liam bersumpah akan menghancurkan semua kebahagian Ruster yang berani membandingkan dirinya dengan pria lain.Setelah keduanya sudah perg
Orang yang di utus Liam mulai mengikuti Vio secara diam-diam dan merekam semua yang Vio lakukan dari penjualan wanita hingga obat-obtan dan senjata berbahaya. semua di lakukan oleh Vio demi bisa hidup enak dan ia sudah melakukan pekerjaan ini dalam waktu lama. jadi tidak ada rasa takut dan iba kepada wanita yang ia jual. selain para wanita, Vio juga menjual anak-anak di bawah umur. tepatnya perdagangan manusia untuk tujuan tidak baik semua ia lakukan dengan rapi tanpa tercum oleh pihak kepolisian setempat.Liam yang melihat semua rekaman tersebut tersenyum dengan tawa jahatnya."Wanita bodoh," cibir Liam yang memutar video tersebut berapa kali dan berapa bagian ia potong. lalu mengirimkannya kepada Vio sebagai pengirim misterius yang meminta uang di sertai dengan ancaman akan menyebarkan video tersebut ke publik dan otomatis Vio akan menjadi incaran banyak pihak kepolisian semua negara atas apa yang di lakukan oleh Vio selama ini.Vio yang terkejut dengan ancama
Sang kasir sudah selesai menghitung belanjaan melihat ke arah kartu yang di serahkan oleh Romeo. ia langsung segera memprosesnya dan meminta kode pin khusus untuk menyetujui proses pembayaran.Dengan jemari cepat, Romeo mengetik kode pin tersebut."Terima kasih Tuan, ini kartu anda. semoga hari anda menyenangkan," ucap sang kasir kepada Romeo.Romeo mendorong troli keluar dari antrian di kasir dan Ruster mengikuti dari belakang."Meo, mau aku bantu bawakan semua belanjaan ini?" tawar Ruster yang berjalan di samping Romeo yang mendorong troli ke arah pakiran."Tidak perlu, Sayang. kita kan pakai troli dan bukannya di angkut semua barangnya," jelas Romeo yang merangkul Ruster dengan sebelah tangannya. untuk menunjukkan sikap posesifnya kepada para pria yang sedari menatapi Ruster dengan tatapan ingin berkenalan atau sebagainya.Sesampai di pakiran mobil, Romeo mengeluarkan semua belanjaan yang tersimpan di dalam troli dan meletakka
Kedua kembar hanya bisa saling memandang satu sama lain, kemudian mendapatkan kecupan dari Ruster yang pamit untuk memasak.Keduanya menatapi kepergian Ruster dari dalam kamar dengan tatapan tidak berdaya."Gimana jalan-jalannya?" tanya Raven tetiba."Lain kali giliranmu. hari ini aku jadi perhatian semua orang karena benda norak ini," balas Romeo yang mencopot bando kelinci pink di atas kepalanya dan menaruh di atas meja.Raven menelan saliva dengan gugup."Maksudmu, kau memakai itu berkeliling mall seharian?" tanya Raven dengan wajah kagetnya."Ya ialah, bisa kau bayangkan gimana tatapan orang."Raven tidak bersuara lagi, ia melihat Romeo melepaskan pakaian satu persatu."Aku mau mandi duluan," pamit Romeo yang mengakut semua pakaiannya ke dalam kamar mandi.Raven menarik bando di atas kepalanya dan melihat bentuk telinga kelinci berwarna pink tua dengan bling-bling yang cukup membuat matanya sakit."Jangan kata