Raven mengusap wajahnya dengan kasar, ia sungguh tidak tahu mencari istrinya kemana lagi. Raven berpikir, seandainya ia dan Romeo tidak bertengkar di depan Ruster. Mungkin hal ini tidak akan terjadi.
Pencarian sampai pagi dan tidak menghasilkan apapun. Raven sudah menghubungi Zeus untuk membantu pencarian. Zeus sedang beralasan sedang di China untuk membantu Devan Holland menangani kasus.
Raven kembali menjambak rambutnya secara kasar. Ia lupa, Zeus sedang tidak ada di Los Angels seminggu lalu.
Dengan putus asa, Raven dan Romeo pulang kerumah mereka berdua. saat matahari mulai di atas kepala mereka berdua yang berjalan sempoyongan.
Pintu terbuka lebar, Reina berdiri di depan kedua putranya yang sudah bertampang seperti pengamen jalanan. Reina sangat marah, ia susah payah pulang ke sini. Tapi kedua anak durhakanya, tidak memperdulikan atau menyambut kepulangannya dari semalam. Berapa kali Reina menghubungi ponsel kedua anaknya, tidak pernah dapat balasan s
Raven dan Romeo kehilangan segalanya. Mereka sudah miskin dalam semenit. Di tambah lagi mereka harus mencari istri mereka berdua dengan tenaga sendiri tanpa bisa mengandalkan jaringan keluarga Van Diora lagi."Apa aku bilang, jangan buat ibu kalian murka!" cibir Rayyan yang melihat kedua anaknya naik ke atas tangga dengan lesu. Di saat keduanya akan turun untuk menyiapkan makan siang."Usaha dengan tenaga sendiri dan introspeksi diri. Biar sadar dengan kesalahan yang kalian perbuatan selama ini. Syukur jika Ruster mau balik lagi. Jika tidak selamat menatapi kebahagian mantan istri dengan pria lain yang mungkin lebih baik dari kalian berdua," sambung Reihan dengan perkataan menohoknya."Untungnya kita tidak seperti mereka berdua yang mental lemah. Karena hidup enak tanpa kesulitan," ucap Rayyan terkekeh garing. Ketika mengingat masa lalu apa yang mereka lakukan mati-matian."Masa Lalu kita sangat indah. Berapa kali terlahir kembali. Jiwa kita selalu
Romeo menatapi kedua ayahnya yang sungguh kompak dalam memilih menu yang sama dan bersuara bersama. Serta gerak-gerik keduanya seperti bayangan di dalam cermin yang memantulkan sosok asli.Selesai mendapatkan makanan untuk dirinya dan Raven. Romeo duduk di dalam kursi dengan pikiran berkelana ke masa lalu. Saat kakek mereka masih hidup dan kedua ayahnya kadang sibuk di luar dengan meninggalkan ibunya di dalam rumah yang penuh penjagaan ketat. Di tambah dengan salah satu kakeknya yang posesif gila, yang akan mengikuti ibunya kemanapun. Walau hanya keluar beli ice cream atau cemilan.Romeo masih ingat jelas, kedua ayahnya pas pulang kerumah. Gerakkan keduanya selalu seperti sama satu sama lain. Walau ayahnya yang bernama Rayyan lebih cemburuan dan menujukkan sikap cemburu secara terang-terangan. Tetapi ayahnya yang bernama Reihan sangat tenang dan semakin memanas-manasin suasana. Walau keduanya di jitak kepalanya oleh kakek Raphael secara bersamaan.Tok tok tok
Dahi Raven dan Romeo berkerut dalam, soalnya mereka tidak ingat pasti di mana aset keluarga Van Diora yang begitu banyak. Terakhir mereka di Prancis itu masih berusia 10 tahun. Setelah itu menetap di Inggris, Seoul, Swiss, New York dan terakhir di Los Angels.“Ibu benar-benar deh, kok mencabut aset kita sih di saat genting gini!” ngeluh Romeo.“Mau gimana lagi, percuma mengeluh dan sekarang kita pulang saja.”Dengan hati tidak ikhlas, Romeo menyetir mobilnya untuk pulang ke apertement.Sementara di di perdalaman salah satu desa di Prancis. Ruster mengeluh kesakitan pada perutnya. Pelayan berlari tergesah-gesah mencari tuan mereka.“Tuan… gawat! Nyonya akan melahirkan,” pekik salah satu pelayan.“Cepat siapkan semua peralatan dan panggil semua dokter ahli ke sini,” balas Zeus yang melemparkan satu buku berisi dokter ahli bedah dan kandungan kepada pelayannya.Zeus berlari cep
"Aku sudah tahu di mana Zeus, apa hubungannya Zeus dengan semua ini?" cercah Raven kepada kedua ayahnya yang saling menatapi satu sama lain."Zeus bukalah Ruzel, apa yang ayah sembunyikan dan kenapa ia membawa Ruster pergi?" timpal Romeo yang emosi tinggi.Keith melihat ke empat orang yang berwajah sama. Ia langsung membeku di tempat. Selama ini, Keith menganggap perkataan paman Lius Versalius hanya sebuah kebohongan. Kini ia sungguh percaya setelah melihat dengan kepala sendiri."Jangan katakan padaku, Zeus mengharapkan kematian?" ucap Rayyan yang berdiri dari tempat duduknya."Bisa jadi, ia berharap di bunuh oleh kita. Karena ia sudah kesepian dalam menjalani kehidupan ini?" timpal Reihan yang ikutan berdiri dari tempat duduknya. Ia harus mencegah kegilaan Zeus yang benar-benar mengharapkan kematian.Reina melihat kedua suaminya dengan tatapan bingung."Kalian tidak mungkin meninggalkan aku kan?" tanya Reina lirih."Tidak Saya
Mobil semakin memasuki taman luas dan berhenti di tempat pakir.Raven dan Romeo keluar tergesah-gesah untuk membebaskan Ruster yang di sandera Zeus.“Jangan gegabah,” ucap Rayyan yang menarik kedua kerah baju belakang putranya.Raven dan Romeo mengerutkan dahi semakin dalam, melihat ayah mereka yang menarik kerah baju mreka dengan kuat.“Jangan terlalu waspada, Yan. Zeus tidak akan memasang jebakkan atau mengaktifkan system apapun di kastil ini. Karena ia sengaja memancing kita datang ke sini dengan arti lain, ia sedang menunggu kita di depan pintu!” jelas Reihan yang berjalan duluan dan menendang pintu dengan kakinya, kemudian mengeluarkan pistol khusus yang ia selipkan di belakang pinggang.“Welcome master,” saut Zeus dengan santainya, bahkan tidak ada ketakutan di wajahnya.plangDaripada memilih menembak Zeus, Reihan memilih membuang pistolnya ke arah samping. Kemudian ia langsung memukul
“Mom,” ucap keduanya bersamaan.“Kalian berdua ikut Mommy kelantai satu, kita butuh bicara sekarang!” perintah Reina mutlak.Reihan dan Rayyan melihat ke datangan Reina dengan menarik kuping kedua anaknya. Hanya bisa berdiam dan tidak berani bersuara.Reina melihat ke arah Keith.“Keith, bisa minta tolong awasin para pelayan yang di dapur yang memanaskan air panas?” ucap Reina dengan senyumannya.“Baik,” balas Keith yang berlari keluar dari ruangan tamu sambil bertanya pada pelayan di mana arah dapur.Di ruang tamu, ke empat pria duduk bersamaan di salah satu sofa yang luas. Yang bisa menampung lima orang. Mata Reina menatap kedua anaknya dengan penuh amarah.“Kalian berdua di larang memasuki kamar Ruster satu langkahpun.”“Tapi Mom,” protes keduanya bersamaan.“Pilih mematuhi perintah atau…” ucap Reina mengantung dan tidak lupa ia
Saat keduannya akan protes, Reina mengeluarkan selembar surat cerai yang sudah di tanda tangani oleh Ruster. Wajah keduanya memucat, mereka semakin ketakutan.“Punya siapa itu?” tanya keduanya bersamaan.“Menurut kalian? Sisa selembar lagi, maka Zeus akan mengantikan posisi kalian berdua. Ngomong-ngomong dia pria baik. beda dengan kalian berdua yang otak selangkangan,” cibir Reina dengan nada menusuknya.“Kami kan mirip ayah,” protes keduanya bersamaan.“Mirip dalam hal otak selangkangan, tapi yang lain nol besar. Ayah kalian berdua lebih romantis dan tahu bagaimana menyenangkan hati wanita,” lanjut Reina dengan cibirannya. Bahkan ia terang-terangan meminta Rayyan memasakkan ia sup jamur. Saat Rayyan baru turun dari atas tangga sambil menguap.“Mau sedikit asin atau biasa?” tanya Rayyan dengan tatapan lembut dan mengecup kening Reina.Kedua tanga Reina masih melingkar di pinggang Ra
Ruster masih diam. Ia membiarkan keduanya memeluk tubuhnya berapa menit.“Sesak, sakit…” lirih Ruster yang tetiba sakit perut.Raven dan Romeo langsung melepaskan pelukkan. Kemudian Raven menekan tombol lampu di dekat nakas.“Apa masih sesak dan sakit?” tanya raven penuh perhatiannya.“Sakit di mana, apa perlu dokter?” tanya Romeo yang seperti biasa panik seorang dan berjalan mondar-mandir.Raven yang jengkel dengan Romeo yang hanya menambah kekalutan, ia melemparkan satu bantal ke arah Romeo.“Lebih baik diam, jangan memancing orang lain tahu.”Romeo memikirkan apa yang di katakan oleh Raven ada benarnya. Ia segera naik ke atas ranjang dan matanya menatap Ruster dengan tatapan lirih.Ruster yang tidak ingin melihat wajah keduanya. Langsung menyembunyikan diri di balik selimut.Raven dan Romeo menarik selimut tersebut dengan sekuat tenaga.Ruster yang kalah da