Ruster terengah-engah saat ciuman terlepas dan pandangan mata mereka saling bertemu. begitu intensnya, seakan mampu menggugurkan pertahanan Ruster.
"Turuti perintahku," ucap Raven yang tidak mau di bantah.
Ruster meneguk salivanya kalau melihat Raven seperti ini bulu kuduk Ruster selalu merinding. karena kepribadian pria ini kadang berubah begitu cepat. Tetiba air mata Ruster jatuh dengan deras.
"Bodoh!" ucap Raven yang meraih tubuh Ruster dan memeluk wanita itu dengan eratnya.
Raven terpaksa menggunakan kekerasan pada Ruster, karena ia sudah tidak tahu cara membujuk Ruster pulang dan usahanya mencari siapa yang menghasut Ruster pergi dari rumah juga sia-sia. Semua karena Romeo mengacaukan semua rencananya dengan menyakiti diri sendiri.
Dari kejauhan, Keith melihat ke arah Zeus.
“Kau yakin, kakakku akan baik-baik saja?” tanya Keith yang cemas dengan kakak perempuannya yang saat ini hamil.
“Yakin seratus persen dan ak
"Maafkan aku lain kali aku akan menahan diri,” ujar Raven yang tahu Ruster meringis saat melangkahkan kakinya."Memang seharusnya begitu, biar tidak menyakitiku!" balas Ruster.Saat mereka memasuki rumah, Raven melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Ruster. Tatapan Raven yan memperhatikan Romeo menuruni anak tangga.Wajah Romeo tercengang, terpancar kebahagian di mimik wajahnya. senyumnya melebar."Ruster?" Romeo bergegas menghampiri istrinya dan memeluknya erat hingga Ruster terlonjak kaget."Ya Tuhan benarkah ini kau, aku merindukanmu dan kemana saja kau selama ini. aku terus mencarimu selama ini, tapi aku tidak pernah bisa menemukanmu!" jelas Romeo dan menciumi wajah Ruster, ia tidak menyadari keberadaan kembarannya, yang masih berada di antara mereka."Aku hanya menenangkan diri,” alasan Ruster."Tidak akan ku lepaskan lagi dan aku tidak peduli dengan apapun. yang penting kita tetap bersam selamanya," ujar
"Hemm..""Apa kau ingin makan sesuatu?" tawar Ruster ramah."Kau bersikap seolah kau adalah istriku, apa kau menganggap serius pernikahan kita?" cibir Raven dengan nada sinisnya. Karena ia sudah memutuskan untuk mengubur perasanya pada Ruster.DegPerkataan Raven begitu menusuk ulu hati Ruster dan wajahnya memucat dengan tatapan kaget ke arah wajah Raven."Seluruh dunia pasti tahu, bahwa pernikahan kita tidak sah dan berhentilah seolah menjadi istri untukku!" lanjut Raven dengan nada sinisnya yang lebih menusuk hati.Raven berjalan mendekati Ruster dan berbisik di telinganya."Kau hanya pelacurku dan aku sudah bosan padamu."Ruster menatapi Raven dengan mata berkaca-kaca, ia kecewa atas semua sikap Raven, yang selama ini lakukan padanya."Jadi kau hanya membodohiku, kau berpura pura manis dan hanya ingin mengajakku kembali ke rumah ini?" pekik Ruster dengan suara penuh kemarahannya."Tepat sekali."PLAK
Ruster mengejapkan matanya dan ia sungguh sangat lelah melayani nafsu Raven yang tiada batas."A-aku,” Ruster menggantung kalimatnya, kalau dirinya mengatakan ingin beristirahat sejenak. apa Raven akan marah padanya.Rafael terkekeh garing dan ia berbaring di samping Ruster. Untuk memeluk tubuh Ruster secara erat. tangannya tidak tinggal diam untuk meremas dada Ruster yang semakin besar. Sejak Ruster hamil."Tidurlah, aku juga sangat lelah!” ucap Raven yang menghembuskan nafasnya yang kelelahan di dekat telinga Ruster.DegJantung Ruster berdetak semakin kencang dan wajahnya sudah terasa panas. ia berbalik menghadap ke arah Raven dan mengusap wajah pria itu. pria yang membuat hatinya sangat tersiksa selama ini. Pria yang selalu mengisi hatinya.Raven mengerutkan dahinya semakin dalam, sentuhan Ruster sungguh menganggu waktu tidurnya.Tatapan mata Raven ke arah manik mata Ruster yang ada binar kebahagiaan di mat
"Karena aku tidak bisa berhenti,” ucap Raven yang masih bisa di dengar jelas oleh Romeo."Persetan dengan mu, Ven. Ruster milikku dan kalaupun ia tau kebenaran siapa dirimu pastilah dia akan membencimu, bahkan tidak akan melihatmu lagi!” ancam Romeo yang bertekat membocorkan sisi gelap Raven. Ia tidak perduli lagi dengan Raven, karena api kecemburuan menguasai otak dan hatinya.Raven mengeraskan rahangnya, keningnya mengerut semakin dalam."Aku tahu, kau telah membunuh Emilia Lim dan Eliana Lim sekaligus keluarga Lim lainnya.”"Aku hanya memberikan pelajaran yang pantas untuk mereka, itu hukuman yang pantas untuk mereka yang menyakiti pemimpin Van Diora.”"Dengan membunuh lagi dan lagi. kau telah sakit jiwa, Ven."DegRaven menatap tajam pada Romeo, kalau yang bicara ini bukanlah adiknya. pastinya Romeo akan menyesali ucapannya."Aku tidak akan membiarkan Ruster memilihmu dan kau tidak pantas untuk istri
Sekarang Raven memilih menetap di apartemen dan Ini mungkin yang terbaik...Wajah Ruster yang berlinang air mata terekam jelas di memori ingatan Raven. ia tidak ada niat untuk melukai Ruster karena semua itu ia lakukan. Agar wanita itu melupakannya. padahal di lubuk hatinya ingin berteriak keras, bahwa ia mencintai wanita itu tapi Raven harus tahu diri, karena dirinya bukan yang utama, dirinya hanya sebagai bayangan hitam menyelimuti hubungan mereka.Apa lagi ucapan Romeo yang menyingung perasaannya, tapi apa yang di ucapkan oleh Romeo. memang ada benarnya juga.Raven hanya seorang yang sakit jiwannya yang tidak pantas untuk di cintai sedangkan Romeo selalu berharap keluar dari bayang-bayang keluarga Van Diora.“Aku rasa kau butuh waktu untuk istirahat, Ven!” ucap Lius yang langsung menancapkan salah satu jarum kecil di leher Raven.Raven ingin memaki Lius, tapi matanya langsung tertutup rapat.“Aku tidak menyangkah, kau ak
"Kau mencintainya?" tanya Romeo lagi, walau ia tahu jawaban dari Ruster. tapi Romeo ingin mendengarnya secara langsung dari Ruster."Sudah cukup Romeo, jangan bertanya lagi. aku sungguh lelah," balas Ruster yang berbaring membelakangi Romeo.Pandangan Romeo masih berkaca-kaca, ia mengepalkan kedua tangannya. ia tidak bisa menerima Ruster memperlakukannya seperti ini. tapi Romeo tidak bisa berbuat apapun, Romeo tidak ingin menyakiti Ruster lagi dengan tindakan kasarnya. apa lagi kehilangan Ruster, ia benar-benar tidak sanggup.Romeo berdiri meninggalkan kamar, ia menuruni anak tangga menuju garasi mobil. ia memasuki salah satu mobil sportnya yang berwarna hitam dengan merk mayback. Mobilnya melajukan dengan kecepatan penuh menuju apertemen Raven.Romeo harus bicara pada Raven dan ia akan mengalah demi kebahagian Ruster. Romeo tidak akan mempertanyaan perasaan Raven sesungguhnya, kalau benar kembarannya itu menyukai Ruster. maka ia rela mu
"Silahkan masuk,” ucap Jimmy yang membukakan pintu mobil untuk Ruster."Terima kasih Jim," balas Jimmy yang masuk ke dalam mobil. tidak lama Jimmy menyusul duduk di depan dan mengemudikan mobilnya.Selama di dalam perjalanan dalam hati Ruster kegirangan tapi ada sebekas kesedihan apakah Raven mau menerima kedatangannya. Ruster mengusap lembut perutnya yang menginjak delapan bulan. Sebulan lagi, ia akan melahirkan anakknya. Selama ini, Ruster tidak pernah memeriksakan kehamilannya dan ia tidak tahu kondisi anak di dalam perutnya. Ia selalu yakin, anaknya pasti baik-baik saja. Mau laki atau perempuan, Ruster tidak perduli. Karena ia tahu, anaknya adalah milik salah satu pria yang sering menidurinya."Kita bertemu daddy, Sayang!” bisik Rutser yang membelai perutnya yang lebih besar dari wanita hamil lainnya.Jimmy hanya tersenyum walau apa yang di ucapkan oleh Ruster tidak begitu jelas. Jimmy hanya tahu nyonyanya itu sangat bahagia in
"Aku tidak peduli, aku tetap mau bersama mu."Seetttttt…Kedua mata Ruster terbelalak, tubuhnya gemetar dan terkulai lemas dalam pelukkan Raven.Raven terheran menatap Ruster dengan mimic wajah pucatnya."Kau kenapa, hey..?" tanya Raven yang menyentuh bahu Ruster.Rasa lembab dan hangat membasahi telapak tangan Raven. Raven menatap telapak tangannya dan ia membelalakkan kedua matanya. Raven tidak percaya melihat warna merah darah memenuhi telapak tangannya.Raven yang murka menatap kesekelilingnya seseorang barlari memasuki lift, tidak begitu jelas siapa sosok itu. tapi Raven yakin dia lah yang menembak Ruster.“Zeus,” pekik Raven dengan suara keras yang mengaketkan Zeus yang sedang memakai bajunya dengan tergesah-gesah. Karena ia bosan melihat drama yang belum berakhir antara tuannya dan Ruster. Sehingga ia memilih mandi duluan.Raven bergegas menggendong Ruster yang di susul oleh Zeus yang mengemudikan mobi
"Aku sayang padamu," ucap keduanya dengan memeluk Ruster bersamaan.Dahi Ruster semakin mengerut dalam, tetapi ia menikmati permainan kedua suaminya kali ini.Romeo mengandeng tangan Ruster di kiri dan Raven di kanan.Pintu utama di buka.Kedua mata Ruster terbelalak besar. ia melihat banyak tamu undangan yang hadir dan ada ibu juga adiknya."Ini?" tanya Ruster heran."Acara pernikahan kita," balas keduanya bersamaan."Ha?" balas Ruster yang masih binggung. tapi masih mengikuti keduanya berjalan ke altar."Dulu kita menipumu pakai pastor palsu untuk menikah, sekarang kita pakai yang asli. tepatnya kita akan menikah hari ini," jelas Romeo.Ruster melihat ke wajah Raven untuk meminta penjelasan."Maafkan kami berdua yang menipumu selama berapa tahun ini, pernikahan dulu tidak sah. ini yang sah," ucap Raven dengan senyuman lembut yang membuat hati Ruster meleleh."Jahat, kalian berdua sangat jahat. sampai aku
Romeo dan Raven saling memandang satu sama lain."Baik Bu. kami akan mempertaruhkan nyawa untuk menjaga Ruster selamanya dan tidak akan membiarkan siapapun mendekatinya," balas keduanya secara bersamaan.Ibu Ruster terkejut dengan tekat keduanya. lebih terkejut lagi, kenapa ia bisa melihat ada kembar yang segila keduanya yang mau berbagi istri.Selesai dengan acara pernikahan Keith dan Aelin.Ruster mengeluh sakit kaki, ia meminta kedua suaminya untuk memijat-mijatkan kedua kakinya. dengan posisi terbaring terlentang di atas ranjang yang besar dan empuk."Apa aku sudah tua? jadi badan aku sakit semua?" tanya Ruster kepada Raven dan Romeo."Siapa bilang kamu tua," balas Romeo yang tidak terima dengan perkataan Ruster yang mengatakan kata tua.Sedangkan Raven hanya diam. otaknya sedang sibuk dengan rencana selanjutnya. rencana yang akan membuat Ruster terkaget-kaget."Ven..." sahut Ruster pada Raven yang diam mematung sejak
Ruster melihat ke arah belakang, ia melihat tinggi sampai suara kedua suaminya memang sama satu sama lain."Kenapa aku baru sadar?" batin Ruster yang selama ini hanya bisa membedakan keduanya. kecuali orang lain akan susah."Mungkin aku spesial," lanjut Ruster dalam hati dengan perasaan bangga.Selesai memilih pakaian, ketiganya memutuskan segera pulang ke rumah. karena perut Raven sudah berbunyi nyaring.Romeo mengerutkan keningnya yang menatap Raven dengan tatapan jengkel."Sekarang perut Raven yang berbunyi, kemarin dirimu. kalian berdua ini selalu kompak deh," ucap Ruster dengan wajah senang. karena ia sudah malas mau jalan ke tempat lain lagi, beruntungnya nasib baik berpihak padanya.Raven hanya diam dengan wajah tidak senang. ia bisa saja memaksakan diri makan junk food atau makan luar. tetapi permintaan Ruster yang membuatnya tidak bisa mengatakan kata tidak.Sesampai di rumah, Ruster segera masuk ke kamar untuk melihat keanda
"Ven, kita harus menyelesaikan semua ini secepatnya. sebelum ketahuan oleh Ruster!" perintah Romeo kepada Raven."Kau juga, jangan sampai bocor. kita akan memperlihatkan pernikahan terindah dan termewah untuk Ruster," balas Raven dengan sikap seriusnya.Kedua kembar saling berpelukan, lalu tertawa renyah bersamaan."Kalian berdua kenapa?" tanya Ruster yang heran melihat kelakuan kedua suamianya yang super ajaib hari ini."Biasa, kita teringat permainan masa kecil. permainan yang kalah dan menang," dusta Romeo yang mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. sedangkan Raven memasang wajah masam.Ruster tertawa pelan, ketika melihat wajah Raven yang masam yang menandakan kalah permainan."Jangan marah lagi, ayo berangkat bersama-sama!" perintah Ruster menarik kedua tangan si kembar.Kedua pria sengaja jatuh ke dalam pelukkan Ruster dan bermanja-manja.
Ruster yang jengkel dengan kelakuan keduan suaminya. Ia memilih duduk di kursi lain daripada duduk di kursi yang membuatnya susah memilih. salah-salah di antara kedua suaminya akan bertengakr karena menganggap dirinya piluh kasih.Raven dan Romeo langsung pindah tempat duduk, melihat Ruster memilih duduk di tempat lain. daripada duduk di kursi yang mereka berdua tawarkan.Keduanya mengelus paha Ruster secara bersamaan sebagai arti lain.Ruster melototkan kedua matanya.Kedua pria kembar tersenyum lebar tanpa merasakan kesalahan.Ruster ingin mengumpat kedua suaminya kurang ajar. Tapi ia sudah terlena dengan sentuhan liar kedua suaminya yang semakin naik ke atas pahanya.Kryukkkk KryukkkkSuara perut Romeo yang super nyaring, membuat dahi Raven berkerut dalam. Lagi-lagi kesenangannya terhenti oleh ulah Romoe."Maaf," ucap Romeo
Jika orang yang sedang senyum itu adalah Romeo. mereka berdua tidak akan kaget seperti ini. tapi orang ini adalah Raven. maka di pastikan bencana akan datang dalam waktu dekat.Takut mendapatkan kemarahan, keduanya segera pamit dengan alasan mau fitting baju pegantin untuk acara bagian malam.Ruster sebenarnya sedikit terkejut dengan keputusan keduanya. yang tetiba pergi begitu tergesah-gesah.Sedangkan Raven masih duduk santai dengan kedua mata menatapi isi undangan pernikahan yang telalu simpel dan elegan.Jika di pikir-pikir, ia dan Romeo tidak pernah memakai kertas undangan untuk pernikahan Ruster. sesaat Raven merasa ia menajdi pria menyedihkan di dunia. untuk kertas seperti ini saja tidak mampu ia persiapkan untuk undangan tamu, saat menikahi Ruster."Sedang melihat apa?" tanya Ruster yang penasaran dengan sikap Raven yang diam sejak tadi."Melihat kertas undangan ini, begitu simple dan elegan. jika di pikir-pikir, aku dan Romeo tidak
"Lapar dalam arti apa?" tanya Raven yang berpura-pura bodoh. ia tahu Ruster meminta hal lain. Ruster yang kesal, langsung memukul wajah Raven dengan lembut. "Jangan pura-pura bodoh," seru Ruster yang dengan nada sedikit marahnya. Kemarahan Ruster di tangkapi dengan tawa oleh Raven. "Kau mulai jadi wanita binar," balas Raven yang menatapi Ruster dengan tatapan penuh nafsu. "Binar untuk suami sendiri, tidak salah kan?" balas Ruster yang mengedipkan salah satu mata dan mengigit bibir bawahnya. "Ya, tidak salah. justru sangat menyenangkan. aku suka itu," ucap Raven yang langsung menahan tengkuk Ruster. lalu mencium bibir Ruster semakin dalam di sertai dengan pangutan. Klekkk... Pintu terbuka dan Resti merasa bersalah. ia tidak tahu kedua tuannya sedang bermestraan di dalam ruangan kerja. "Ma-maaf... saya tidak sengaja," ujar Resti jujur. Raven hanya mendengus kesal. sedangkan Ruster berusaha mera
Kedua ayah hanya menatapi kedua anak kembar dengan tatapan kaget, bagaimana tidak, di usia yang masih belum 10 tahun, keduanya sudah akan masuk kuliah. "Daddy, kita mau pergi main-main dengan paman Zeus. boleh ya?" pinta Karlos memohon kepada Raven. "Ayolah Daddy, kita tidak akan nakal dan membuat Daddy cemas. boleh ya," pinta Raph kepada Romeo. Romeo melirik ke arah Raven dan begitu juga dengan Raven. keduanya saling menghela nafas panjang. bagaimanapun mereka sangat susah untuk memgatakan tidak kepada kedua anak kembar yang kini mulai tumbuh besar. "Janji jangan melakukan hal macam-macam yang membahayakan nyawa?" ucap Romeo pada akhrinya. "Tentu saja," jawab keduanya bersamaan. Raven mengelus kepala putra kesayangnya dan memeluknya dengan cinta. "Belajar yang cepat, agar bisa mengantikan daddy di masa depan. daddy capek kerja," ucap Raven kepada Karlos yang akan mengantikan dirinya di masa depan. Karlos menatapi
Melihat keduanya masih diam, Lius berjalan selangkah ke depan. Devan langsung mengakui apa yang terjadi barusan.BukSatu tinju melayang di wajah Devan Holland.Tanpa kata-kata Lius berjalan ke arah Romeo. satu kali pukulan juga di terima oleh Romeo. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu, Lius memilih mencari ruangan Raven dan ia melakukan serangkaian pemeriksaan. Lalu matanya melihat ke arah Raven yang tertidur dengan tenang.Devan dan Romeo masih di luar menunggu dengan was-was.Kali ini Lius tidak marah, ia hanya berjalan keluar dan hal ini membuat keduanya terheran.Romeo memilih kembali ke dalam kamar yang merupakan kamar Ruster, tetapi ia tidak menemukan Ruster di manapun.Panik, itu lah yang di rasakan oleh Romeo. ia mencari istrinya di semua tempat dan terakhir mengingat kamar raven. tebakan Romeo benar, ia melihat Ruster duduk di samping Raven dan mengenggam jemari Raven yang dingin."Apa yang terjadi," tanya Ruster me