Menggunakan taksi dari hotel,Flora mengantar anak-anak ke bandara. Yang pertama berangkat, Ami dan Dean. Flora berpesan kepada mereka untuk hati-hati,jangan terpisah satu sama lain.“ Goodbye, take care and keep in touch if you arrive. Mom going to miss you so much.”“ Goodbye Mom, we mill miss you so much.”Mereka berpelukan. Flora menatap Ami dan Dean yang masuk ke dalam waiting room dengan perasaan tak enak karena membiarkan mereka pergi tanpa pendampingan.Tak terasa airmatanya jatuh, Flora memanjatkan doa untuk Ami dan Dean agar Sang Penyelenggara Ilahi menjaga mereka dalam penerbangan yang cukup jauh tanpa dirinya.Sambil menunggu jam keberangkatan Liza, Flora mengajak Liza makan dan minum di restoran yang ada di bandara.Mereka berbincang bukan saja sebagai seorang ibu kepada anaknya, bahkan seperti pembicaraan dua sahabat. Liza menyarankan agar Flora sebaiknya mengajak Ami dan Dean tinggal di London.“Irene’s dead ,no once can bother mom anymore.” Katanya sambil menatap Flo
Setelah menandatangani kontrak dengan Graham Mc. Bride serta memberikan panjar sesuai kesepakatan, Flora meninggalkan London kembali ke Singapura. Kepulangannya tidak disampaikan ke Krishna dan Mirna. Ami dan Dean sudah masuk asrama, dia ingin membiarkan dirinya sendiri. Ingin menyendiri, untuk menentramkan hatinya yang kacau.Flora seperti berada di ujung jalan buntu dan tidak tahu apakah pilihannya menyewa detektif yang tiba-tiba dikenalnya , yang tidak tahu bagaimana sepak terjangnya sebagai seorang detektif swasta adalah keputusan yang tepat.Pesawat mendarat dengan mulus di bandara Changi, Flora langsung melalui alur kedatangan , mengambil bagasi kemudian melakukan proses pemeriksaan imigrasi untuk melakukan proses keimigrasian. Betapa terkejutnya Flora ketika keluar dari bandara, Krishna sudah menunggunya. Tanpa mengatakan apa-apa diambilnya koper Flora. Raut wajahnya terlihat tidak baik, tidak ada senyum , wajahnya terlihat datar.“Mengapa engkau tahu kepulanganku hari ini?” ta
Flora menatap ponselnya, tidak percaya dengan pandangan matanya.Log panggilan berkedip dengan namapanggilan yang sangat familiar di telinganya .Ketika akan meraih puncak kenikmatan, berpagut kuat-kuat , menyatukan tubuh mereka, Flora selalu menjerit ,”Reno, harder please!”Kebiasaan Flora yang selalu menjerit harder please akhirnya menjadi inspiratif Reno memanggil Flora jika mereka sedang bercinta, memberi julukan spesifik ke Flora, “Plus dur.” Kata yang diambilnya dari bahasa Perancis, ditambah sy , disimpan dengan nama”Plussy Dur.”ponselnya.Yang mengetahui panggilan itu hanya Flora dan Reno.Flora terkesiap ketika membuka pesan dari nomor yang tidak dikenalnya. Kakinya terasa lemas dan tak sanggup lagi menahan berat tubuhnya kemudian terhuyung dan jatuh terduduk di lantai kamar, ”Siapa yang memanggilku dengan nama yang sangat bersifat pribadi?” bisiknya.Tidak lama beberapa foto yang dikirim oleh nomor yang tidak dikenalnya, foto-foto hubungan intimnya dengan Reno.Ekspresi panik
Suasana ruang kerja terasa tegang. Flora baru saja berdebat dengan Krishna , hal yang sama diperdebatkan ‘detektif swasta yang disewa Flora’.“Berapa uang yang sudah Madam keluarkan untuk membayar si detektif yang tidak tahu siapa dia?”“Bukan urusanmu! Saya tidak mempergunakan uang perusahaan. Bahkan uang warisan Reno. Uang saya sendiri!”“Benar! Tapi saya sangat tidak setuju kalau madam keluarkan uang untuk hal-hal yang tidak diketahui apakah ada hasilnya. “Betapa sedih sekaligus sakit hatinya Flora yang tidak dipercaya telah menyewa detektif swasta yang menurut Flora cukup capable.Flora mengengkus kesal. “Menurut saya dia memiliki kekuatan dan kamampuan memecahkan masalah kematian Reno.Kamu? Apa yang kamu lakukan ? Mempercayai begitu saja perkataan anak buah Chackrii dan polisi di Bangkok bahwa itu kecelakaan tunggal?Mungkin kamu bahagia Reno meninggal?” Ucap FloraRahang tegas Krishna mengetat keras menahan kejengkelannya, ucapan Flora bagai belati yang mencabik-cabik hatinya. K
Masuk ke dalam kondo, Flora langsung masuk ke kamar tidur menghempaskan tubuhnya ke kasur yang ikut bergoyang karena hempasan tubuhnya, serasa bumi seperti berguncang. Tangisnya langsung meluncur turun dari mata dan mulutnya meracau mengeluarkan kata-kata yang menyerang dirinya sendiri.“Mengapa aku tidak tahu masalah Dean? Mengapa aku membiarkan Ami dan Dean pulang sendiri hanya karena ambisiku untuk memenangkan pikiranku sendiri bahwa Reno meninggal bukan karena kecelakaan tunggal? Apakah aku telah berbuat kesalahan mengabaikan Ami dan Dean yang masih hidup sangat membutuhkan kehangatan pelukanku, malah mendahulukan Reno yang sudah meninggal masih meninggalkan bayang-bayang masa lalu yang indah dan erotis, yang terus menerus menghantui diriku.” Bisik Flora, bibirnya gemetar menahan kekesalan hatinya.Saat mendengar perkataan Kepala Sekolah Flora mengalami momen yang membuat dia serba salah, gundah dan putus asa sehingga hatinya bergejolak. Menurut Flora keputusannya membiarkan A
Matahari telah tenggelam di ufuk barat. Hari mulai gelap ketika mobil yang dinaiki Flora dan anak-anak menyusuri jalan di tengah kota padat Singapura. Mereka akhirnya sampai di kodno. Ami langsung berlari ke kamarnya, diikuti Dean yang masuk ke dalam kamar tidurnya. Flora termenung sejenak melihat mereka langsung masuk kamar tidur mereka masing-masing.Ada keinginannya langsung mengajak mereka tidur bersamanya. Takut usulnya ditilak, Flora masuk ke kamar tidurnya membasuh tubuhnya yan g terasa penant, memakai baju tidur. Waktu menunjukkan pukul 22.15 saat akhirnya Flora mengetuk pintu kamar Ami,” Tempat tidur Mom terasa dingin dan besar. Mom ingin kalian tidur bersama Mom.” Seru Flora akhirnya mencetuskan isi hatinya.Flora menahan napas takut kalau permintaannya ditolak Ami.“Mom ingin ditemani? “ tanya Ami.“Yeah. Mom ingin memeluk kalian berdua. Waktu kencan kita tadi terlalu cepat berlalu, mom masih ingin bersama kalian.”“Ok, Ami akan mengajak Dean.”Sahut Ami yang langsung turun d
Selama bersama Ami dan Dean, Flora mematikan ponselnya. Dia tidak ingin quality timenya bersama kedua buah hatinya terganggu oleh deringan ponsel. Sebelum mematikan ponsel Flora menelpon Krishna bahwa selama dua hari dia akan mematikan ponselnya, tidak ingin waktunya bersama Ami dan Dean terganggu .“Aku dengar dari Mirna Dean sedang bermasalah.”“Hum, dia sudah menjelaskan. Nanti kuceritakan pada kalian apa yang membuat Dean gelisah dan tidak fokus pada pelajarannya. Aku ingin weekendku bersama mereka terisi sempurna, hangat dan menyenangkan.” Ujar Flora. “Sebaiknya kamu tanya apa keinginan mereka mengisi weekend agar keinginanmu menghangatkan hubungan kalian bisa terwujud.”“Thanks Krishna, usulmu akan kuperhatikan.” Ujar Flora langsung mematikan ponselnya.Esok paginya, Flora bangun lebih dahulu. Dia sendiri mempersiapkan sarapan buat mereka.Pancake berisi sosis dan keju serta susu coklat kesukaan Dean, roti lapis dan orange juice kesukaan Ami . Dia memberi libur sehari para asi
Flora mengantar Ami dan Dean kembali ke asrama. Perpisahan terasa sangat menyakitkan hati Flora, apalagi kata Dean yang sempat terucapkan ketika seremoni perpisahan dilakukan,”Mom pikirkan untuk pindah ke London.”Kembali ke kondo, paket yan g tergeletak di atas meja diliriknya, kemudian mengambilnya. Tidak ada nama pengirim.“Andara!” Panggil Flora.“Mengapa kamu terima paket tanpa nama?” tanya Flora.Andara membalik paket,”Ini ada namanya admirer.”“Huh! Pengagum?” Dengus Flora kesal.“Buka paketnya!” Ujar Flora yang masih kesal. Kekesalannya bukan karena paket, tapi perkataan Dean agar dia memikirikan kepindahan ke London. Kepindahan ke London tidak segampang membalikkan telapak tangan, banyak hal yan g harus diurus dan diselesaikan sejak kematian Reno.“ Godness!” Jerit Andara.Flora melihat beberapa foto terjatuh di lantai, dengan tangan gemetar Andara berusaha memungut foto yang berserakan ,satu persatu. Flora mengambil foto dari tangan Andara. Matanya melotot, wajahnya langsun