Home / Pernikahan / HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS / Bab 51. Siapa Lelaki Itu

Share

Bab 51. Siapa Lelaki Itu

Author: Trinagi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah selesai dan mendapatkan kesepakatan harga akhirnya Agnes dan Niken permisi pulang. Hatiku kebat-kebit tidak menentu. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan bertemu dengan Niken. Momen ini harus aku pergunakan sebaik mungkin. Tanpa berfikir panjang aku mengejar Niken dan sangat ingin memeluknya. Kerinduanku terhadap sang buah hati sangat menggebu-gebu.

Bersama Vita, aku tidak bisa mempunyai anak karena istri mudaku tidak mau ada kehadiran anak dalam rumah tangga kami. Dia menganut budaya childfree.

"Dek, kamu di sini dulu, ya? Mas mau ke toilet sebentar." pamitku dan langsung saja berdiri serta melangkahkan kaki menuju ke belakang cafe tanpa menunggu jawaban dari Vita.

Kaki ini terus saja melangkah mencari keberadaan Agnes dan Niken.

Mereka cepat sekali menghilang dari pandangan. Padahal tadi mereka masih berjalan bergandengan tangan menuju ke arah kasir. Apa mereka mau memesan makanan? Apa mungkin makanannya dibungkus. Coba cari saja dulu. Mana tau mereka sedang menunggu p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Bab 52. Pelakor Teriak Pelakor

    Pov Agnes."Agnes!" suara mantan suamiku terdengar begitu menyebalkan di telinga ini. Ingin rasanya aku bersembunyi dan tidak menjumpai lelaki itu lagi. Terlalu sakit bagai disayat-sayat sembilu atas apa yang sudah torehkan di hati ini. Jika kami berlari menjauh dari mas Rama tetapi rasanya seperti seorang anak kecil yang sedang bermain petak umpet. "Ada apa kamu mencari-cari saya?" tanyaku."Mas kangen sama kalian, Nes. Bisa kah kita bicara sebentar saja?" ujar mas Rama dan dia berusaha berjalan sejajar dengan kami. Tanganku begitu kuat dipegang Niken seakan dia tidak ingin berpisah."Jangan suka mencari masalah. Saya gak mau jika istrimu berprasangka buruk terhadap saya. Jadi tolong menjauh dan jangan usik lagi hidup kami. Aku tidak mau berantem hanya karena memperebutkan satu orang lelaki macam kamu! Macam tidak ada lelaki lain saja di dunia ini!" hardikku seraya berjalan meninggalkan lelaki yang pernah merajai hati ini beberapa tahun yang lalu. Namun sekarang jangankan bertahta d

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Bab 53. Aku Tidak Tertarik Dengan Bekas Orang

    "Mas Rama!!" teriak istri mas Rama seraya terus berjalan menghampiri kami.Begitulah jika wanita yang tidak tahu malu. Tidak peduli dia sedang berada dimana. Seakan dialah manusia paling benar. Merasa paling suci. Padahal dia yang merebut suami orang tetapi dnegan tidak tau malunya berteriak aku yang merebut suaminya."Hei, berani sekali kamu menggoda suamiku." Dasar wanita tidak tahu malu. Dia sendiri pelakor tapi malah menuduh aku pelakor. Yang merebut suami dia itu siapa? Gak malu dan gak tahu malu. Malah dia bagaikan orang kebakaran jenggot."Sttt jangan keras-keras sayang. Malu dilihat orang." Mas Rama berusaha menenangkan istrinya, satu tangannya berusaha merangkul bahu sang istri tetapi segera ditepis sama wanita bar-bar tersebut. Cantik sih cantik tapi di mataku Vita ini wanita tidak punya akhlak apalagi tatakrama."Biar aja, Mas. Biar semua orang tahu kalau wanita jalang ini pelakor. Menggoda suami orang. Pura-pura jual mahal padahal gratis saja gak ada yang berminat." hina

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Bab 54. Kelicikan Vita

    Pov Vita."Siapa itu Raka, Dek? Mas lihat kamu seperti mencari perhatian di depan dia. Sampai menjelasi secara detail bahwa kamu itu wanita baik-baik. Emang ada hubungan apa antar kamu dan Raka?" Tanya mas Rama saat kami sudah berada di dalam mobil. Kami segera pulang setelah Agnes membatalkan penjualan asetnya kepada kami, karena masalah sepele tersebut. Dan yang lebih menyebalkan lagi mas Rama mulai curiga jika aku dan mas Raka pernah menjalin hubungan yang serius. Bukan ... bukan hubungan sih sebenarnya. Tepatnya aku saja yang mencintai dan menyayangi Raka. Perasaan ini tidak bisa kututupi. Aku terlalu mencintai Raka. Apa pun akan ku lakukan untuk mendapatkan cintanya. Sampai-sampai istri dan anaknya Raka berhasil aku singkirkan. Mereka meninggal karena kecelakaan yang aku buat. Aku sengaja merusak rem mobil yang digunakan oleh istrinya Raka. Saat itu istri Raka hendak berlibur ke rumah orang tuanya di desa. Kebetulan jalan menuju ke desa tersebut penuh dengan tanjakan serta tur

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Bab 55. Hasutan Vita

    Tok ... tok ... tok."Assalamualaikum." Terdengar suara pintu utama di ketuk oleh seseorang dan aku sangat mengenal suara itu. Siapa lagi kalau bukan wanita yang telah melahirkan suamiku ke dunia ini."Wa alaikum salam." jawabku seraya berjalan ke arah pintu utama dan membukanya untuk dua wanita yang sangat disayangi oleh suamiku."Silahkan masuk. Bu, Sin. Mas Rama lagi di kamar dan pintunya dikunci. Entah apa salah aku sehingga mas Rama sangat membenci aku saat ini." Aku berusaha menjelaskan duduk persoalan. Mertua dan Sinta berjalan menuju kursi tamu dan mendudukkan tubuhnya di sana."Ada masalah apa sih kalian berdua? Berantem saja pun Ibu lihat. Masalah kalian berdua gak ada habis-habisnya." tanya ibu mertua."Mas Rama kayak anak kecil, Bu.""Vit, Ibu haus. Bisa ambilkan ibu minuman dingin? Diluar cuaca panas banget." Aku hanya mengangguk dan berjalan ke dapur, membuka kulkas dan mengambil satu botol minuman dingin beserta gelasnya. Setelah sampai di ruang tamu aku letakkan gekas

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Bab 56. Pov Rama

    Pov Rama"Ibu, kapan datang? Kok Rama gak tau Ibu disini? Sudah makan?" Aku berjalan mendekati wanita yang telah melahirkan aku ke dunia ini. Meraih tangannya dan mencium dengam takzim."Ibu barusan saja sampai, Nak. Ibu sudah makan tadi di rumah. Kamu sendiri apa sudah makan?" Aku menjawab dengan hanya mengangguk saja dan setelah itu aku juga ikut duduk bersebelahan dengan ibu."Rama, katanya kamu sudah rujuk sama wanita udik itu ya?" Pertanyaan ibu membuat aku terkejut dan mata ini menoleh ke arah Vita. Sungguh pandai dia mengarang cerita. Kenapa baru sekarang aku menyadari jika istri ku ini bukan wanita baik-baik. Licik dan tidak tahu diri. Berbuat kesalahan tapi tidak pernah mau intropeksi diri."Mas kok diam saja? Apa benar yang dikatakan ibu barusan, Mas." Sekarang Sinta ikut meneror aku dengan berjuta pertanyaan yang membuat aku pusing untuk menjawabnya. Bagaimana aku bisa menjawab sementara yang mereka tanyakan itu tidak benar sama sekali."Rama kamu kok diam, Nak. Berarti ben

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Bab 57. Pov Rama

    "Masuk ya, sayang?" ujarku lembut seraya menarik lembut wanitaku untuk masuk ke kamar.Vita mengikuti saja ajakanku untuk masuk ke kamar tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.Ia berbaring di ranjang dengan menghadap ke arah dinding."Adek masih marah sama Mas?" Tanyaku. Aku ikut berbaring disebelah Vita seraya memeluknya dari belakang."Hmm ..." sahutnya singkat.Aku pun mulai mengelus perut Vita dengan lembut. Perlahan kuberikan sentuhan-sentuhan halus di tubuhnya. Semakin lama hasratku semakin bergejolak. Hasratku meminta lebih dari itu."Sayang ..." panggilku penuh kelembutan seraya menyentuh wajah cantik Vita."Ada apa, Mas?" tanya Vita dengan suara yang lembut mendayu-dayu. Mendengar suaranya saja membuat jantungku ingin lepas rasanya.Ingin rasanya aku tuntaskan segera hasratku yang sudah lama tidak terpenuhi. Vita sering menolak ajakan untuk bermesraan dengan alasan yang menurut aku sangat tidak masuk akal."Mas, rindu." ujarku seraya mengecup pucuk kepalanya.Tiba-tiba Vita ban

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Bab 58. Bertemu Siska

    "Mas Rama? Apa kabar." sapa seorang wanita. Aku mencari asal suara itu. Karena suasana club yang temaram jadi pandangan tidak begitu jelas terlihat dengan mata ini. Tetapi suara itu seperti tidak asing di telingaku."Mas Rama ...." panggilnya lagi seraya menepuk bahuku membuat diri ini terkesiap. Ya Tuhan. Mimpi apa aku semalam. Engkau mempertemukan kembali diri ini dengan wanita yang pernah mengisi relung hati di masa-masa sekolah dulu. "Siska? Ngapain kamu disini?" tanyaku penasaran. Wanita baik-baik seperti Siska bukan disini tempatnya. "Hmmm ... aa ku ... aa ku." jawab Siska terbata-bata."Pulang sana. Disini bukan tempatmu. Kamu tidak pantas berada di tempat penuh dengan orang-orang jahat." Aku sok menasehati padahal aku sendiri lebih dari bajingan. Tapi itu semua karena keadaanlah yang membuat aku begini."Aku mau mencari suamiku, Mas!" jawab wanita itu seraya mendudukkan diri bersebelahan dengan kursi yang aku tempatk saat ini. Dia semakin nampak cantik diusia yang tidak muda

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Bab 59. Kasihan Siska

    "Biar aku antar pulang, ya? Jam segini tidak baik kamu masih berada di club. Mas takut kamu dianggap wanita tidak benar sama lelaki hidung belang. Tuh lihat lelaki yang sedang duduk dipojokan sana, dari tadi Mas perhatikan dia terus melirik kamu, Sis." ucapku sambil menunjuk ke arah lelaki berkaos navy yang sedang duduk di pojokan seraya memegang botol minuman. Seketika Sinta juga memalingkan wajahnya ke arah lelaki tersebut dan kulihat raut wajah ketakutan terukir di wajahnya."Boleh, Mas. Antarkan saja aku pulang. Untuk apa berlama-lama disini malah bikin aku semakin gila.""Tapi Mas janji ya. Janji untuk mencari tahu keberadaan Mas Rendi. Ini fotonya." pinta Siska seraya merogoh tasnya dan mengeluarkan selembar foto dan segera aku meraihnya. Kutelisik foto tersebut, sepertinya diri ini pernah melihat lelaki yang berstatus suami Siska tetapi aku tidak ingat dimana."Iya. Kamu tenang saja. Ayo aku antarkan pulang. Malam semakin larut, banyak setan bergentayangan malam-malam begini."

Latest chapter

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Kasihan Mas Rama

    Tiga tahun sudah berlalu sejak mas Rama meminta hak asuh Niken jatuh ke tangannya. Sekarang lelaki yang pernah menjadi suamiku itu tidak mempersoalkan lagi Niken tinggal sama dia atau ikut denganku. Baginya yang penting buah hati kami berdua bahagia dan tidak kurang kasih sayang sedikit pun dari kedua orang tuanya."Ma, besok Niken mau nginap di rumah papa!" ujar Gadis berusia tiga belas tahun itu seraya duduk disebelah aku yang sedang menonton drama korea."Dijemput kan?" tanyaku memastikan. Bukan aku tidak mempercayai kepada Niken, tetapi untuk memastikan keamanannya saja."Iya, Ma. Dijemput besok siang dari sekolah. Kayak biasalah, Ma. Papa menelpon Mama jika kami sudah berangkat," jelas Niken panjang lebar."Kalau di jemput, ya udah gak apa-apa," ujarku."Mama gak ngajar hari ini? Kok santai banget nonton drakor?" tanya gadis kecilku yang sudah menginjak remaja tersebut."Mama gak enak badan tadi, Nak." Ketika berbincang-bincang dan menyantap makanan yang di beli oleh Niken sepul

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Menyesal Tidak Ada Gunanya

    "Biar saja Niken bersama saya, Mas," ujarku disaat mas Rama meminta izin untuk membawa Niken tinggal bersamanya."Kenapa kamu keberatan Niken bersama aku, Nes? Niken kan anak aku juga. Apa kamu takut dia akan kelaparan jika tinggal bersama aku? Enggak, Nes. Apapun akan kulakukan untuk membahagiakan darah dagingku. Aku bukan lagi Rama yang dulu," tegas Mas Rama."Saya tau Mas juga sayang sama Niken. Bapak mana sih yang gak sayang sama darah dagingnya sendiri? Tapi Mas, kalau Niken bersama saya, saya pastikan Mas akan lebih leluasa mencari rejeki tanpa kepikiran Niken bakal tinggal sama siapa di rumah," ucapku mencoba meyakinkan mantan lelaki yang pernah sangat aku cintai waktu itu."Kamu tenang saja. Niken akan aku bawa kemana saja aku pergi, Nes." Nampaknya mas Rama sangat menginginkan Niken untuk tetap tinggal bersamanya. Dan aku bukan seorang ibu yang bisa hidup terpisah dengan anak yang masih butuh perlindungan kedua orang tuanya. Jangan tinggal terpisah, tidak berjumpa sehari saj

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Bermain Dengan Niken

    "Papa!" Niken berteriak kencang dan berlari ke arahku saat dia sudah keluar dari pintu gerbang sekolah. Hari ini aku menjemputnya dan akan menginap semalam dirumah sesuai janji kami kemarin sore."Niken!" Aku renggangkan kedua tangan seraya berjongkok, kemudian memeluk putri cantikku. Aku mengangkatnya tinggi dan membawa kepelukan. Niken tertawa serta menjerit kesenangan. Hanya inilah yang bisa aku lakukan untuk membuatnya bahagia. "Papa mau mengajak Niken menjumpai nenek, mau?" tanyaku sambil tetap menggendong bocah berusia sepuluh tahun itu."Mau ... mau," jawabnya antusias. Dia tidak tahu jika neneknya sekarang sedang dirawat di rumah sakit jiwa."Tadi udah bilang sama papa Raka dan mama kan bahwa Niken akan dijemput Papa?" tanyaku sekali lagi untuk memastikan."Udah, Pa!" seru Niken dengan mimik lucunya.Merasa tidak enak hati, akhirnya aku menelpon Agnes dan Raka untuk memastikan bahwa Niken sudah meminta izin kepada kedua orang tuanya menginap di rumahku."Gak apa-apa, Mas. Kas

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Agnes melahirkan

    Hari lahiranku, rasanya akan segera tiba. Saat hendak sarapan, aku merasakan ada cairan keluar dari jalan lahir. Cairan kental berwarna merah muda. Karena rasa sakit belum begitu terasa, aku masih menyempatkan mengantar Niken berangkat ke sekolah, setelahnya singgah ke klinik bersalin untuk menanyakan perihal yang aku rasakan saat ini. "Ini tanda-tanda mau melahirkan, Bu. Cuma masih lama karena masih pembukaan satu," ucap bu Bidan. "Kalau begitu, saya pulang dulu untuk menyiapkan keperluan bayi saya, Bu." pamitku pada wanita muda berusia lima tahun di atas aku. "Boleh, Bu. Hmmm ... Raka gak ikut, Bu?" tanya bu bidan. Beliau sangat mengenal keluarga kami, apalagi anaknya merupakan sahabat Niken di sekolah dan juga merupakan anak didikku juga. "Belum saya beritahu, Bu. Kasihan merepotkan," ucapku seraya beranjak dari tempat tidur kamar pasien. "Jangan gitu, bu Agnes. Suaminya harus diberitahu juga, kan buatnya bersama-sama. Masak lahiran sendirian," ucap bu bidan terdengar sedikit

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Bahagia Bersama Putriku

    Setelah salat subuh, aku memasak nasi goreng untuk sarapan. Hari ini, aku buat agak banyak karena ingin memberi sedekah sedikit untuk pekerja karena ibu sudah di temukan.Setelah membagikan sarapan, ku rebahkan tubuh ini di gubuk kecil dekat kolam ikan. Angin bertiup lembut menghadirkan rasa kantuk pada mata ini. Hingga tak sadar, diri ini terlelap. Sebuah dering telpon membuat ku terjaga. Nama Niken tertera disana. Aku segera mengangkat dan mengucapkan salam."Papa, jadi jemput Niken hari ini?" tanya gadis kecilku."Jadi dong! Anak Papa dimana sekarang?" Kubalik bertanya."Udah di dekat rumah Papa, nih," jawabnya."Ya udah. Papa jemput dimana ni? Atau langsung ke rumah aja ya, Nak?" titahku."Jemput di mini market sejahtera ya, Pa! Niken tunggu disitu." "Baik, tunggu Papa ya?" Aku menutup telpon dan bergegas pergi.Niken sedang menunggu di bangku di teras mini market tersebut. Dia nampak seperti kebingungan. Mungkin takut tidak jadi ku jemput."Niken!" "Papa!" Niken berteriak kenca

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Mantan Mertua Masuk Rumah Sakit Jiwa

    Aku sangat kaget melihat mantan mertua berjalan sepanjang rel kereta api. Beliau menghitung batu kerikil yang berada di rel tersebut. Aku mengikuti wanita yang telah menjadikan aku menjanda dari belakang, karena ku pandang bu Lastri bagaikan orang yang sedang linglung. "Bu, mau kemana?" tanyaku saat melihat wanita berkerudung coklat susu itu menuju ke arah pemakaman."Mau menemani anak saya. Kasian dia sendirian di dalam situ." Tunjuknya ke area tempat pemakaman. "Apa? Ah enggak-enggak saja ibu? Ibu pulang aja ya? Biar saya telpon mas Rama untuk menjemput Ibu ya?" "Apa hak kamu menyuruh aku pulang?" Karena tidak bisa di ajak bicara baik-baik akhirnya aku menelpon mas Rama, anaknya yang jelas-jelas lebih tahu apa yang terjadi pada bu Lastri."Mas, mantan mertua saya nampaknya sedang depresi. Dia mau masuk ke area pemakaman," ucapku pada mas Raka melalui sambungan telpon."Jadi bagaimana?""Mas, bisa bantu saya? Saya mau menelpon mas Rama untuk menjemput ibunya. Saya yakin dia gak t

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Rindu Yang Sangat Menyakitkan

    "Rama, kawanin Ibu ke toko ponsel sebentar. Ibu mau membeli ponsel tercanggih." titah ibu membuat aku bertanya-tanya. "Untuk apa, Bu? Kan ponsel Ibu masih bagus?" "Ibu mau menelpon Sinta, Nak. Ibu sudah sangat rindu sama permata hati Ibu." Suara ibu serak seakan ada tangisan yamg sedang ditahankan."Ibu berhentilah meratapi kepergian Sinta. Kasian dia tersiksa di sana," ucapku dengan air mata sudah menganak sungai tidak dapat lagi aku tahankan. Cobaan hidup terberat dalam hidupku adalah ditinggal pergi ayah untuk selamanya dan sekarang menyusul adik semata wayangku, Sinta."Ibu tidak meratapi Sinta. Hanya ingin menelpon dia aja, menanyakan kabar dia. Apa ada yang salah?" tanya wanita yang telah melahirkanku ke dunia ini dengan tatapan kosong."Ibu, Sinta sudah enggak ada lagi di dunia ini. Mana bisa di telpon sih, Bu. Kita sudah berbeda alam dengannya," ujarku seraya memijat lembut betis wanita yang sangat aku sayangi itu."Berbeda alam? Hahaha. Kita sudah berbeda alam, Nak. Jadi ba

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Hancur Duniaku

    "Bu, jenazah Sinta mau dimandikan," ungkap Rama membuyarkan lamunanku."Jenazah? Apa maksud kamu, Rama? Jangan sok tau kamu. Sinta belum mati. Dia hanya tidur saja. Pengaruh obat bius." Ku tepis tangan Rama yang berusaha memeluk bahu ini. "Bu, ikhlasin Sinta. Jangan beratin jalannya," ucap Romi, mantan suami Sinta. Air matanya berlinang. Pasti dia itu berpura-pura sedih. Aku tahu itu. Tidak mungkin dia menangisi anakku yanag sudah menjadi mantan di dalam hidupnya. Apalagi sekarang dia sudah memiliki pengganti Sinta."Ugh ... ini semua gara-gara kamu. Keluar kau dari rumahku." Seketika kudorong tubuh Romi hingga dia hampir terjatuh mengenai tubuh anakku yang masih terbaring diruang tamu."Bu, maafkan saya, tapi saya masih mencintai Sinta. Tidak ada yang bisa menyamainya." tutur Romi membuat aku semakin jijik melihatnya. Tidak perlu lagi ucapan itu keluar dari mulut sampahnya.Jika dia tidak menceraikan Sinta dan menikah dengan wanita lain, tidak mungkin Sinta akan menjajakan diri kepa

  • HANYA SUAMI DI ATAS KERTAS   Kehilangan

    Rasanya duniaku hampir runtuh. Siang ini ada seseorang datang ke rumah, memberi kabar bahwa Sinta anak yang sangat aku sayangi, jatuh pingsan dipasar waktu berbelanja keperluan warung.Sekarang dia sudah di bawa ke rumah sakit, menurut informasi yang aku terima Sinta belum sadar dan terpaksa di rawat di ruang ICCU.Dan yang membuat aku hampir berhenti bernafas saat dokter mengatakan penyakit yang diderita Sinta. Penyakit menular seksual yang sangat mematikan itu.Aku malu, anak yang selama ini selalu aku banggakan ternyata selama di kota bekerja sebagai penjaja seks komersial. Putri semata wayang yang kubanggakan, kusayangi dia sepenuh hati, dia sangat ku manja bahkan semua yang dia inginkan pasti aku penuhi, tak peduli dari mana uang itu aku peroleh, yang penting anakku bahagia. Tak kusangka nasib dia seburuk ini."Bu, bagaimana kondisi Sinta?" tanya Rama. Anak yang tidak pernah aku harapkan kehadirannya dimuka bumi ini menanyakan kabar adiknya."Masih belum sadarkan diri," jawabku

DMCA.com Protection Status