Beranda / Romansa / Gus! I Lap Yuh! / [8] Back to Sesat Mode

Share

[8] Back to Sesat Mode

Penulis: qeynov
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-23 17:16:58

Khoiron membaringkan tubuh Tatiana ke atas pembaringannya. Sebuah ranjang yang tak bisa dikatakan lebar sebab ia berdiam hanya seorang. Tangannya menyentuh pinggiran niqab yang Tatiana kenakan. Berniat melepaskan kain berwarna hitam itu agar tak mengganggu jalannya pernapasan sang istri yang pingsan.

Tatiana— gadis yang berada di hadapannya bernama Tatiana Sujatmiko. Nama yang ia ikrarkan dihadapan kakek, abi dan ayah mertuanya. Nama yang ia lantunkan untuk menjadi pendamping hidupnya agar dapat menyempurnakan ibadahnya terhadap Sang Khalik.

Persis seperti apa yang adiknya ceritakan, parasnya begitu rupawan. Garis wajahnya kecil dengan dagu meruncing. Bulu matanya lentik. Hidungnya mancung dan kedua bibirnya yang kerap ia dengar mengumpat, ternyata begitu tipis.

“MasyaAllah, sungguh indah ciptaan Mu, ya Rabb.”

Selain umi dan adiknya, Khoiron tak pernah memuji sosok lain. Mata dan hatinya terjaga, menginginkan keindahan yang dapat ia reguk ketika itu halal baginya.

Seperti sekarang contohnya.

Tatiana— sesuatu yang halal untuk dia pandang berlama-lama. Mengagumi Tatiana tak akan mendatangkan dosa. Sebuah hal yang Khoiron takuti keberadaannya hingga selalu menundukkan pandangan. Mengabaikan paras-paras ayu, yang kata teman-temannya meneduhkan hati.

Kini Khoiron tahu maknanya. Ia menemukan pengandaian itu dalam wajah lelap istrinya. Perempuan pertama yang berani ia tatap selain keluarganya.

‘Pantas sejak kemarin Zahra selalu memujinya,’ batin Khoiron mengingat betapa seringnya pujian keluar dari mulut adik tercintanya. Zahra berkata jika lalat bahkan mungkin tak mau singgah, saking takutnya tergelincir di wajah sehalus porselen ‘Mbak Tatiana.’

Terlalu berlebihan, tapi wajah Tatiana memang terlihat begitu terawat.

‘Apakah saya bisa memenuhi keperluan kamu, seperti yang orang tua kamu berikan, Ning?’

Walau tak mengenal Januar Sujatmiko, Abinya telah memberitahu secara singkat tentang ayah mertuanya. Beliau merupakan pengusaha mebel ternama. Terdapat dua pabrik berbeda dimana kota Jakarta yang dirinya tinggali, merupakan kantor pusat manajemennya. Sedangkan untuk produksi Beliau memilikinya di Jepara.

Bisnisnya tak dapat dikatakan kecil. Pasar sebaran produknya tersebar dibeberapa negara di Eropa seperti Spanyol, Brazil dan Belanda. Sedang dirinya?

Apalah ia ini. Di usianya yang menuju kepala tiga, ia hanya berstatuskan pengurus pondok. Ada rumah makan kecil yang dirinya miliki, itu pun tak bisa disebut sebagai usaha. Fokusnya adalah membagikan sebagian rezeki yang datang melalui dirinya untuk dibagikan dalam bentuk makanan. Sesekali ia mendapatkan panggilan untuk mengisi sesi perkuliahan sebagai dosen undangan. Dari sanalah dirinya menabung uang agar bisa berbagi.

Astagfirullah.” Khoiron mengusap wajahnya, beristighfar kala meninggikan makhluk dengan membandingkan apa yang dirinya miliki saat ini.

Bukankah jalan hidupnya telah ditentukan?! Selain itu, ia sendiri yang memilih untuk tidak mendahulukan dunia fana ini. Lantas mengapa ia harus setakut ini dalam mengupayakan kebahagiaan wanita yang dirinya nikahi.

Ada Dzat yang akan mencukupkan segala keperluannya. Ia hanya perlu berikhtiar, melambungkan doa supaya apa yang dirinya usahakan dapat membahagiakan sang istri.

Khoiron berusaha menenangkan debar di hatinya sebelum mendudukkan dirinya disamping tubuh sang istri. Ia usap wajah yang kedua matanya tertutup itu. “Ning,” panggilnya mencoba membangunkan Tatiana.

“Bangun, Ning.”

“Khoir…” Umi Aisyah yang sedari tadi berdiri diambang pintu memasuki kamar putranya, “bukan begitu cara membangunkan orang pingsan. Pake ini, Le.” Beliau mengangsurkan botol minyak kayu putih.

“Dibau-baui dekat lubang hidunge mantu Umi,” pandunya karena sang putra terlihat seperti orang yang tak biasa menangani kepingsanan seseorang.

“Gugup ya?” tanya Umi Aisyah. Senyum jahil menghiasi wajah cantiknya.

Pria berusia dua puluh delapan tahun itu menggaruk tengkuknya. Ia terlihat salah tingkah.

Ndak apa-apa. Umi ngerti. Tatiana yang pertama buat kamu. Mau dibantuin Umi apa bisa sendiri?”

“Dibantu aja, Umi.”

Khoiron mengambil langkah mundur. Ia takut gemetaran ketika mencoba mengangsurkan minyak terapi. Salah-Salah dirinya malah menyiram wajah cantik sang istri lagi.

Di hari pertama meminang seorang wanita, Khoiron tak ingin mendapatkan amukan. Cukup dua hari dirinya selalu menerima makian. Tidak lagi usai mereka telah menikah.

Umi Aisyah tertawa. Baiklah. Ia akan membantu putranya. “Umi Izin sentuh-sentuh, Ningnya ya Gus Khoir,” goda Umi Aisyah membuat pipi Khoiron memerah sempurna.

*

Seperti biasa– Tatiana berulah setelah terbangun dari pingsannya. Gadis itu mengamuk hebat. Mengatakan ingin menuntut cerai karena pernikahannya tidak sah. Argumennya tentu saja langsung dipatahkan.

Berjam-jam gadis itu berbicara enam mata dengan kedua orang tuanya. Membahas tentang pernikahan yang dianggapnya menyalahi aturan padahal dirinya sudah berteriak tidak sah.

“Sudah, Tiana! Papa bilang cukup! Jangan bikin Papa semakin malu. Sekarang kamu berkemas! Kita pulang ke Jakarta!”

“yang bener?” Pupil mata Tatiana terbuka lebar. Ajakan kepulangan Januar terasa layaknya angin segar di kehidupannya yang segersang gurun Sahara.

“Nggak bohong mau pulang kan? Kamera sebelah mana, Mah?” Tatiana mengguncang-guncangkan lengan Soraya. Siapa tahu saja papanya memasang alat perekam itu untuk alih profesi menjadi selebgram terkenal.

“Sadar Tiana,” yang dilakukan Soraya adalah meraup wajah cantik putrinya.

“Ih Mama! Make up Tiana luntur, Ntar!” Decak Tiana masih bisa memikirkan mengenai riasan di wajahnya.

“Lagian kamu! Kan kemarin udah dibahas sama Pak Kyai Dahlan. Kamu bisa lanjutin kuliah lagi! Khoironnya yang jadinya ikut ke Jakarta.”

“Khoi-iron?”

“Kamu nggak lupa sama suami sendiri kan? Baru juga nikah!”

Hidung Tatiana kembang-kempis. Ia pikir dirinya akan terbebas. Pulang ke rumah dan melepaskan nasib buruknya di pesantren. ‘Damn! Pulangnya iya, apesnya yang ngikutin gue kemana-mana!’ gondok Tania sembari mengepalkan tangan.

“Nggak usah berulah Tiana. Surga kamu sekarang ada di Khoiron. Macem-Macem sama dia, gosong kamu kena azab!”

Tatiana bergidik mendengar ocehan Januar. Apakah dirinya akan seperti pemain di sinetron-sinetron ikan koprol? Tersambar petir karena terus-terusan mengelak takdir gelap yang menghampirinya?

‘Sia-Sia dong gue skincare-an, Anjing!’

“Lagian kamu tuh, Sayang. Tadi aja sampai pingsan liat kegantengan mantu Mama. Sekarang sok-sokan mau batalin pernikahannya.”

“Siapa bilang Tiana pingsan karena dia ganteng?” Tatiana menyalak galak. “Muka dia itu innalillahi ya! Nggak ada gan..”

“Ya nggak perlu gerak-gerak tangan kanannya,” Januar melirik tangan kanan Tatiana yang bergoyang. “Kamu kalau bohong ketahuan banget sih! Susahnya ngakuin Khoiron ganteng apa? Emang ganteng kok orangnya. Papa aja ngaku kalah dari dia.”

“B aja!” Tatiana kukuh pada pendapatnya.

“Mirip Min Ho nggak sih?” Pancing Soraya, menyebutkan aktor ternama kesukaannya.

“Nggak tau, Mah! Lebih ke Jun Ki ah. Keliatannya galak tapi teduh banget tatapannya.”

Januar tersedak air liur karena ingin tertawa. Putrinya tampaknya tak menyadari ketertarikannya kepada sang menantu.

“Apalagi pas assalamualaikum. Kok Tiana merinding dengernya tadi.” Tatiana menggosok-gosok lengannya. Hawa itu terasa kembali ketika mengingat kejadian di masjid tadi.

“Jangan-Jangan dia itu iblis berkepala naga, Pah?” Celetuk Tatiana, back to mode sesatnya.

“TATIANA!!!!”

Bab terkait

  • Gus! I Lap Yuh!   [9] Tatiana Menantang Gus

    ‘Jakarta, I’m coming!’Uh— siapa sangka estimasi pembuangan yang dirancang satu tahun, ternyata hanya terjadi beberapa hari saja. Hohohoho! Nikmat Tuhan mana lagi yang ingin Tatiana dustakan. Pernikahan dadakan dengan anak pemilik pesantren menjadi dua hal berbeda.Disatu sisi, Tatiana mengamuk karena dipaksa melepas masa lajangnya, akan tetapi disisi lain, ia harus berpesta guna merayakan kebebasannya dari tempat pengungsian. Penderitaannya telah berakhir. Tidak akan ada lagi manusia yang memintanya menghafalkan doa-doa untuk sholat.Pria itu— Khoiron, akan berada di daerah kekuasaannya. Dia pasti tidak akan bisa menyengsarakan, karena sebaliknya, dirinyalah yang akan melakukan hal tersebut agar Khoiron tak betah tinggal di Jakarta.“Mantunya Abi mukanya senang sekali. Nggak sabar ya pengen pulang ke kota?”Tatiana menganggukkan kepalanya dengan semangat. Ia benar-benar sudah tidak sabar. Setelah sampai nanti, ia ingin berkunjung ke rumah sahabatnya. Mengincar beberapa tulang di tubu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Gus! I Lap Yuh!   [10] Go Away from Meeeh!!

    “Kamu nggak bisa lari, Dek!”Khoiron menutup pintu belakang mobilnya sebelum berlari kencang mengejar Tatiana. Tanpa ba-bi-bu, pria itu mengangkat tubuh sang istri, memanggul layaknya gadis itu karung berisikan butiran beras-beras.“ANJING! Woi! Turunin gue!!” Jerit Tatiana memukuli punggung Khoiron. Kepalanya langsung pusing karena dijungkir-balikkan.“Toloooong!! Gue diculik Om-Om mesum!!” Teriak Tatiana meminta bantuan. “Isilop!!! 911!! Brandoooon!! Sembooooh!!”“Om Botaaaakkk!!!” Semua orang Tatiana panggil, termasuk si pemilik acara tutup pintu.Khoiron menggelengkan kepalanya. Pria itu tidak takut sekali pun orang-orang mulai mendatanginya. “Istri saya, Pak, Bu,” jelasnya mencoba menyakinkan mereka.“Bohong! Gue bukan istrinya!” bukan Tatiana namanya jika menyerah begitu saja. Ia tidak akan membiarkan Khoiron menang. Lagipula tidak ada bukti yang menunjukan mereka telah menikah. “Papa! Mama! Tolongin Tiana! Ada orang jahat!!”“Mas! Jangan bohong! Mbaknya bilang bukan istri Mas!”

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Gus! I Lap Yuh!   [11] Menghukum Tatiana

    Berniat ingin membangunkan Tatiana, Khoiron justru dibuat terkejut. Pria itu sampai memegangi dadanya karena istrinya tiba-tiba saja terduduk.“Hiyaa!!!”Tatiana mengubah posisinya, merangkak menaiki kepala ranjang. “Kenapa lo ada disini? Gue udah kabur kayak babi ngepet,” seingatnya ia sudah berlari tunggang-langgang untuk menghindari kejaran Khoiron. Memasuki hutan belantara. Menyebrangi lautan bahkan memanjat Burj Khalifa.Mengapa ia masih melihat wajah Khoiron yang datar seperti papan triplek di hadapannya?Mata Tatiana mengedar. Ia merasa familiar dengan ruangan yang ditempatinya sekarang. Perasaan ia sedang melompat ke atas helikopter karena Khoiron memiliki sayap layaknya capung. Menghindari kejaran pria itu sampai tunggangannya oleng ke laut merah.“Eh, loh, ini kamar gue,” gumamnya pelan, melihat satu per satu perabotan yang ada. Otaknya masih sangat waras. Ia tak menderita amnesia walau beberapa kali jatuh bangun dalam pelariannya. “Weh, sakti banget gue ternyata,” ucapnya b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Gus! I Lap Yuh!   [12] Make Dukun Mana?

    “Iya!”Sejujurnya Khoiron tidak tahu apa itu arti ena-ena. Ia hanya sedang mengusili istri cantiknya. Salah gadis itu sendiri tidak mau menurut. Padahal tinggal mengganti pakaian dan mereka tak perlu membuang waktu lebih banyak lagi.“Mun-Mundur! Gue masih dibawah umur! Jangan apa-apain gue, Om!”‘Om?’ Alis Khoiron menyerngit. Jarak usia mereka memang terpaut sepuluh tahun, tapi apakah wajahnya se-tua itu sampai diberikan panggilan Om oleh istrinya ini. “Kamu habis ngumpatin Mas, sekarang ngejek Mas tua, Dek? Wah! Mas bener-bener nggak akan lepasin kamu sih!” goda Khoiron semakin melancarkan kejahilannya.Tatiana memejamkan matanya erat. Ia memeluk dirinya sendiri. Merasa ketakutan dengan ancaman Khoiron kepadanya.Kaki gadis itu melangkah mundur sampai sebuah nakas menghentikan pergerakannya. Sepertinya ia tidak akan bisa meloloskan diri. Tamat sudah riwayat harta berharga, yang dirinya jaga dari jamahan pria hidung belang di kelab malam.“Papa tolong!” pekik Tatiana keras ketika tel

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Gus! I Lap Yuh!   [13] Tatiana Depresot Sampai Ngesot

    “Bodo amat-lah!”Tatiana tidak peduli Khoiron akan ngambek atau marah-marah kepadanya. Nanti bisa dirinya urus ketika ia selesai melakukan perhitungan dengan Brandon. Ada baiknya Khoiron tak jadi mengantarkannya ke rumah Brandon. Ia jadi tak harus mencari-cari alasan tentang siapa diri pria itu.“Liat ya lo, Nyet!” tangan Tatiana mengangkat ujung gamisnya. Ia berjalan setengah berlari untuk melalui rumahnya.“MasyaAllah, Mbak Tiana! Mau pengajian ke mana?!”“Banyak lambe! Bukain Pak, gece!” ujar Tatiana membalas pertanyaan satpam rumahnya. Ia sengaja tidak menggunakan mobil karena rumah Brandon terlampau sangat dekat. Sia-Sia bensin mobilnya.“Tumben Mbak pakai jilbab? Beneran mau pergi ke tempat kajian?”“Kajian apaan sih!” bentak Tiana mulai kehilangan kesabaran. Satpam rumahnya dari tadi ngang-ngeng-ngong tak jelas, mengucapkan kalimat yang ia sendiri tidak mengerti. “Gue mau nyamperin Brandon! Udah ah, cepetan! Panas ini yak!”“Saya kirain mau ke masjid. Kan ada ustad terkenal tuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Gus! I Lap Yuh!   [14] Alamak! Tamat Riwayat..

    “Salim dulu, Dek. Tolong dibiasakan.”Khoiron mengulurkan tangannya yang langsung saja ditarik secara bar-bar oleh Tatiana. Gadis itu menempelkan punggung tangan Khoiron pada keningnya, bersalim ria meski terpaksa.“Salah, Dek,” koreksi Khoiron dengan kepalanya yang menggeleng. “Bukan kening yang cium tangan Mas, tapi bibir kamu. Ayo diulang biar benar,” ucapnya mengarahkan Tatiana.Tatiana mendengus dan itu membuat Khoiron menatapnya tajam. Pria itu mulai membuka sesi ceramahnya. Mengatakan jika Tatiana akan sangat berdosa karena berlaku tidak sopan kepada suaminya.“Mas mengajarkan kebaikan loh ke kamu. Memang salah, jadi harus dirubah.”“Iya.. Iya!” Kesal Tatiana. Ia mengulangi cara salimnya, sesuai dengan perintah Khoiron the munapuck man. “Udah kan? Gue boleh turun kan?”“Sebentar,” tahan Khoiron.‘Apaan lagi dah!’ Dumel Tatiana. Sebentar lagi kelasnya dimulai ini. Gara-Gara Khoiron membangunkannya pukul tiga pagi untuk sholat berjamaah, ia jadi harus begadang sampai subuh. Setel

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Gus! I Lap Yuh!   [15] Mulut Nyinyir, Minta Dibasmi!

    “Kho-Khoir!” Adakah kesialan lain, selain bertemu mantan pacar saat bertransformasi menjadi ukhti? Jawabannya, ada! Ke-Gep Khoiron saat lagi enak-enaknya nyebat. Tatiana tidak tahu mengapa nyalinya yang bar-bar, mendadak menciut saat melihat tatapan setajam silet Khoiron. Ia merasa seperti anak ayam yang takut diperkosa oleh kucing gila di jalanan.“Ikut, Mas!” Perintah itu terdengar cukup tegas, seolah Khoiron tak ingin dibantah. Anehnya Tatiana bangkit. Ia menyenggol lengan Brandon agar mengikuti dirinya. Kalau pun batang lehernya nanti ditebas, ia memiliki saksi supaya hidup Khoiron tak tenang di alam dunia.“Bentar.. Bentar! Lo beneran Tiana, mantan gue?” Namun langkahnya yang sudah berat tertahan oleh cekalan tangan Thomas. Mantannya ini memang mengesalkan. Selain tak memiliki kesadaran diri, dia juga spesialis tukang ngajak ribut. “Lo kesambet apaan, Ti? Abis kecelakaan?” “Anak Muda, tolong lepaskan jari-jari kamu dari tangan Tatiana!” Entah sejak kapan Khoiron melangkahka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Gus! I Lap Yuh!   [16] Ya Allah, Lindungilah Hamba

    “Saya titip Tatiana selagi saja mengajar.” Mengetahui istrinya memiliki seorang sahabat, Khoiron cukup lega. Untuk sementara dirinya bisa menitipkan perempuan itu, alih-alih membiarkannya sendirian. Emosi istrinya sedang terguncang. Salah-Salah sang istri malah mencari dosen wanita yang membuatnya mengamuk tadi.“Iy-iya, Pak,” jawab Brandon.Dosen Cuy! Takutnya ia juga diajar nanti. Kan harus memberikan kesan yang baik. Siapa tahu dapat nilai A+. Biar hasil semesterannya bisa mencengangkan papa, mama, di rumah.“Tolong jangan dipegang-pegang, ya, Brandon.” Mereka sudah berkenalan tadi. Secara baik-baik hingga pemuda sepantaran istrinya itu tahu statusnya. “Kalian bukan muhrim!”Brandon meneguk ludahnya. Sebenarnya spek macam apa yang menikahi sahabatnya ini. Brandon jadi ragu kalau pria dihadapannya jatuh cinta kepada Tatiana.Amazing sekali!“Siap, Pak! Nggak saya pegang-pegang si curut! Aman! Jaga jarak kayak truk gandeng saya!” Cengir Brandon, bekelakar. Kalau dilihat-lihat, dosen

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23

Bab terbaru

  • Gus! I Lap Yuh!   Ekstra Chapter [3] Ketika Mas Adnan Ngajakin Ibu Ke Nekara

    “Ibu..”Tatiana mengangkat kedua tangannya ke atas.Tidak, tidak!— Ia tidak akan terpengaruh dengan raut memelas suami tercintanya. Pria itu harus merasakan betapa spektakulernya kelakuan anak mereka saat menginginkan sesuatu.‘Enak aja! Bikinnya bareng-bareng, masa bagian puyengnya, Ibu yang paling banyak.’ Dumel Tatiana, membantin.“Mau ini, Ayah! Mas Adnan mau ini.” Keras kepala Adnan dengan menunjuk satu unit mobil yang sedang dipamerkan pada lantai dasar sebuah Mall ternama di Jakarta.Tatiana terkekeh sembari memalingkan wajahnya. Biarlah ia berdosa. Namun wajah frustasi suaminya sangatlah menghibur jiwa emak-emaknya.“Beliin! Mas Adnan mau punya mobil yang pintunya 2, Ayah.”“Ya Allah, Mas.. yang pintunya 4 kan udah punya.”“Kan empat, nggak dua!” Ngeyel Adnan, membalas kata-kata sang ayah.“Mas..”“Enggak dalem!” potong anak itu menolak panggilan Khoiron.Khoiron menatap lembut kedua mata putranya yang membola. “Kok begitu jawab ke Ayahnya, Mas?” Sama seperti tatapannya, suara

  • Gus! I Lap Yuh!   Ekstra Chapter [2] Kehangatan Keluarga

    Mendekati pukul lima sore hari, Tatiana, Adnan dan Soraya— ketiganya tampak rapi, berjajar pada halaman luas kediaman mereka.Barisan vertikal yang ketiganya bentuk itu, merupakan pemandangan yang sehari-harinya akan terlihat jika saja tidak turun hujan kala hari hari kerja berlangsung.Di dalam barisan itu, ketiganya akan melakukan sebuah penghormatan besar kepada dua orang terkasih yang telah rela menghabiskan waktunya untuk bekerja keras agar mereka dapat hidup enak.Mereka akan menunggu kepulangan para pencari nafkah. Menyambut keduanya dengan senyum hangat supaya seluruh lelah yang merajai diri mereka sirna.Dalam hal ini, tradisi itu dibentuk setelah si kecil Adnan terlahir ke dunia. Sebuah kebiasaan kecil yang pada akhirnya terus dipertahankan dan menjadi rutinitas harian yang keberadaannya tak pernah ditinggalkan oleh Tatiana dan mamanya.“Itu mobil Ayah.” Seru Adnan, gembira. “Opa sama Ayah pulang, ye-ye-ye-ye!” Anak itu melompat kegirangan, merasa tak sabar untuk menyambut a

  • Gus! I Lap Yuh!   Ekstra Chapter [1] Ibu Angkat Tangan

    Tatiana tak pernah berhenti dibuat istighfar oleh atraksi anak laki-lakinya. Si kecil yang kini menginjak usia 5 tahun itu mempunyai banyak sekali tingkah. Kulit di dadanya mungkin sudah menipis saking seringnya dibelai secara mandiri karena kelakuan membagongkannya.“Ibu nyerah, Mas Adnan!” Tatiana mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Ia menyerah, mengibarkan benderah putih ke angkasa.Ayah anak itu baru saja pergi beberapa menit yang lalu, dan si kecil sudah kembali berulah.Adnan memang sangat tahu caranya menguji batas kesabaran ibunya. Dia mencari momen terbaik saat satu-satunya manusia yang ditakutinya tak lagi berada di rumah.“Mas, Ya Allah! Ikan koinya Ibu loh, mati itu ntar Mas!” lontar Tatiana, lemas tak bertenaga.Tatiana pikir dengan dirinya menyatakan kekalahkannya, putranya akan berbaik hati untuk hengkang dari kolam kesayangannya. Namun ternyata, ia salah. Anak itu tetap melanjutkan kegiatan merusuhnya.“Mas Adnan baik loh, Ibu. Mas kan lagi bantu ikan koinya Ibu napas.

  • Gus! I Lap Yuh!   Keputusan Akhir

    Holla, temen-temen.Setelah banyak merenung, Qey mohon maaf karena pada akhirnya, cerita Gus! I Lap Yuh! ini akan tamat sesuai dengan naskah aslinya.Keputusan ini diambil karena beberapa aspek, khususnya dari segi kesehatan Qey yang tampaknya tidak mumpuni untuk mengerjakan 3 on going sekaligus.Takutnya, seluruh karya termasuk judul ini malah akan terbengkalai nantinya. Jadi, Qey putuskan untuk hanya meng-uploud ekstra partnya saja dan mengurungkan niat untuk melangkah ke seasion 2-nya. Bagi pembaca baru, cerita ini sudah ada sequelnya, judulnya Pelet Cinta Lolita!, ya. Disitu menceritakan kisah cintanya Mas Adnan dengan Female Lead, Lolita. Bu Tatik & Ayah Khoir ada disana juga kok, jadi kangen kalian sama pasangan ini akan sedikit terobati nantinya.Segitu aja ya temen-temen. Mohon doanya untuk kesembuhan Qey. Semoga diakhir tahun ini, sakitnya Qey ditutup dengan penutupan tahun. Doain Qey sehat dan pulih sedia kala ya. Amin, Amin.Terima kasih atas perhatiannya, Semua.Salam Saya

  • Gus! I Lap Yuh!   Diskusi yuk, Kak.

    Hai, semua. This is Qey.Kemarin saat Qey up chapter untuk ending, kebetulan ada kakak yang mengusulkan untuk dilanjutkan ke Season 2-nya. Untuk kakak-kakak yang lain bagaimana? Season 2-nya akan fokus ke Bu Tatik & keluarga kecilnya, termasuk Mas Adnan versi bocil ya. Karena untuk cerita Mas Adnan sendiri, versi dewasanya sudah ada tuh dijudul "Pelet Cinta Lolita." Kebetulan Mas Adnan tokoh utama prianya disana. Qey membutuhkan masukan sebelum akhirnya memutuskan apakah naskah chapter spesial yang ada akan tetap dijadikan chapter ekstra, atau digunakan untuk melanjutkan ke Season 2. Jadi, please komen ya semua. Terima kasih atas perhatiannya.

  • Gus! I Lap Yuh!   [ENDING]

    “Mas.. Zahra cantik ya?”Kepala Khoiron mengangguk, “iya, Dek,” ucapnya menjawab pertanyaan sang istri kepadanya.Pria itu meremas tangan Tatiana yang berada di dalam genggamannya, lalu kembali berucap, “tapi istri Mas ini, jauh lebih cantik.”Dibalik niqab yang dirinya kenakan, senyum seindah mekarnya bunga di musim gugur, menghiasi wajah Tatiana.“Mas ini! Zahra ratunya hari ini!” Tutur Tatiana, pura-pura menghardik Khoiron. Ia tidak ingin dibuat salah tingkah di momen bersejarah sahabat dan adik iparnya. Kalau pun ada kebahagiaan, seharusnya itu berasal dari acara penting mereka berdua. Bukannya dari hasil gombalan suaminya.Khoiron pun memalingkan wajahnya ke kanan. Ia menatap kedua manik Tatiana dalam. “Mas nggak mau bohong. Ibunya Mas Adnan wanita paling cantik. Ratunya Mas setiap hari.”“Uhuk!”Suara batuk dibelakang mereka menyadarkan Tatiana, jika saat ini keduanya tengah berada di dalam kerumunan santri-santri yang tengah menemani Zahra.“Ya Allah, Mas! Malu.”“Gus Khoir tern

  • Gus! I Lap Yuh!   [80] Semua Karena Tatiana

    Di dalam kamus Khoiron, ia tidak mengenal apa itu pamali. Pamali hanyalah sebuah culture yang keberadaannya terus dipertahankan dari tahun ke tahun. Namun ia tetap tidak bisa membawa Adnan pergi ke luar rumah terlalu lama. Bagaimana pun, usia Adnan masih beberapa hari. Daya tahan tubuhnya masihlah belum sekuat orang dewasa.“Adek, kita sepertinya nggak bisa bawa Mas Adnan ke kampus.”“Loh, kenapa Mas?”“Mas Adnannya masih kecil, Ibu. Pamernya ditunda saja dulu ya?”Tatiana adalah wanita yang mudah untuk diberikan pengertian. Istrinya mungkin sedikit keras kepala dalam beberapa hal, tapi dia bukan seseorang yang akan mengorbankan orang terkasih demi kesenangan pribadinya.“Mas Adnannya bisa sakit, Ibu. Urusan Brandon, biar ayah yang ngomong ke dia. Dia pasti nggak akan berani nakal.”“Nurut ya, buat Mas Adnan kecil kita.”“Kalau Ayah ngomong buat Mas Adnan, gimana Ibu bisa nggak nurut.” Tutur Tatiana sembari menyandarkan dirinya pada dada bidang Khoiron.Anaknya adalah sosok paling pen

  • Gus! I Lap Yuh!   [79] Kenyang Sama Angan-Angan, Muehehe..

    “Mas Adnan, emang Ibu salah ya?”Tatiana menyangga kepalanya menggunakan tangan. Ia tidur menyamping, menatap putranya kesayangannya.“Jawab dong, Mas. Ibu nggak salah kan, ya?”Khoiron mengulum bibirnya. Istrinya sedang mencari pembenaran, hanya saja kepada orang yang salah.Apa yang istrinya harapkan dari seorang bayi mungil tak berdosa? Pembelaan?! Jelas Adnan belum bisa melakukannya. Putranya mereka masih tak memiliki daya untuk hal itu. Tunggu usianya bertambah, nanti Adnan akan dapat diajak berkomunikasi.“Adnan, mah! Ibu hopeless nih. Ayah juga ngambek ke Ibu. Ibu jadi nggak ada temennya, Mas.”“Kok bawa-bawa Ayah, Bu? yang ngambek bukannya Ibu, ya?”“Mas diem!”Lucu sekali istrinya. Dia yang mogok bicara pada semua orang, tapi malah mengaku menjadi pihak tersakiti. Mana mengelabui anak sendiri. Sungguh nakal!“Mas dianggurin nih?! Mentang-mentang sudah punya Mas Adnan sekarang.”“Aduh! Ada yang ngomong, siapa sih! Ganggu quality time aku sama anakku aja deh!”Khoiron terkikik.

  • Gus! I Lap Yuh!   [78] Tatiana The Crazy Sujatmiko

    “Uh, gemesinnya anak Ibu. Ibu pengen gepengin kamu, Dek.”Khoiron yang baru saja memasuki kamar, kontan berlari mendekati ranjang. “Adek! Istighfar! Jangan gepengin Adnan!” Ucap, pria itu panik. Gemasnya sang istri sungguh membahayakan. Masa anak sendiri mau dibuat gepeng.“Bercanda, Mas Khoir!”“Huh!” Khoiron melepaskan napasnya. Ia pikir istrinya serius ingin menggepengkan anak mereka.“Umi gimana, Mas? Udah dipanggilin dokter belum?”“Udah sadar kok..” Khoiron mendudukan dirinya disamping Tatiana. Tangannya yang besar menggenggam telapak kecil anak lelakinya. “Nggak sampai harus manggil dokter. Umi cuman kaget aja, Dek.”Jangan kan uminya, abinya kalau berada di kamar, pasti juga akan ikut pingsan. Ia tidak mengira kalau kenakalan istrinya sampai bisa membuat heboh satu komplek.“Hehe.. Mama dulu juga pingsan, Mas.” Cengir Tatiana. Mamanya sampai dilarikan ke rumah sakit saat rumahnya di demo. Akhirnya masalah diselesaikan oleh orang tua Brandon. Mereka hanya perlu mengganti mobil

DMCA.com Protection Status