Axel dan Vyan berjalan menuju ke rumah mereka, sedangkan Ivan mendadak harus kembali ke kantor karena ada masalah di kantor."Papa terlihat kurus karena sering pulang malam, sekali-kali jangan pulang malam terus." ucap Vyan dengan sedikit kesal.Axel tersenyum kecil, "Itu karena pekerjaan banyak.""Iya sih...." jawab Vyan."Kamu tidak ikut olimpiade lagi?" tanya Axel."Ada sih tapi enggak aku ambil, aku ada pertandingan basket dengan sekolah sebelah kalau papa senggang datang ya..." pinta Vyan sambil tersenyum."Tentu saja." jawab Axel."Vyan...kamu mau nanti sekolah di luar negeri dengan Vina?" tanya Axel."Kenapa tanya itu, kan itu masih lama." jawab Vyan dengan heran."Hanya untuk berjaga saja, papa sudah siapkan kampus bagus untuk kalian." jawab Axel."Ah..biar papa sama mama bisa pacaran terus kah?" goda Vyan."Apaan kamu ini. Ini soal masa depanmu." jawab Axel dengan sedikit malu.Vyan terkekeh, "Ternyata papa bisa salah tingkah juga ya..aku penasaran orang kayak papa kalau manj
2 Hari Kemudian!Vina berjalan menuju kelasnya dengan wajah lesuh, dia sangat merindukan papanya karena sudah 2 hari Axel tidak pulang. Keara pun sudah memberitahu mereka jika Axel ada pekerjaan di luar kota, dan dia juga tidak tahu kapan tepatnya papa mereka akan pulang.Vina berhenti di jendela koridor sekolah, dia melihat Vyan yang sedang asik bercanda dengan banyak teman-temannya di pinggir lapangan itu. Sejak 2 hari yang lalu, wanita itu dan bahkan pria asing itu juga tidak menghubungi Vina. Vina lega karena tidak diganggu lagi, tapi ada banyak keresahan di hatinya, dia merasa sesuatu yang lebih buruk akan datang daripada kemarin."Vina.." panggil Mia.Vina menoleh ke Mia, "Kau darimana?""Dari toilet, kenapa diam disini? lagi liatin cowok-cowok tengil itu?" tanya Mia dengan kesal.Vina hanya diam."Ayo ke kelas..ini mau jam masuk loh..." ajak Mia sambil menarik lengan Vina, dan Vina hanya pasrah ikut dengan Mia saja."Vina...bagaimana kabar papamu? apa dia masih tetap ganteng ka
"Kapan? kenapa kau tidak memberitahuku?" tanya Axel dengan kesal."Kemarin...aneh kan...bosnya muncul dan dia bunuh diri." ucap Leon.Axel berdecak dengan kesal."Sialan." geram Axel dengan kesal..Pulang sekolah.Vyan berada di belakang Vina, Mia, dan Barack. Dia merasa heran kenapa daritadi sampai detik ini Barack menempel ke mereka berdua terutama ke adiknya itu.Vyan merasa tidak enak dengan situasi itu, dan Vyan langsung menyela di antara mereka."Haiii Barackk...aku Vyann aku kembaran Vina.." sapa Vyan dengan tiba-tiba."Paan sih Vyan..." omel Mia dengan kesal."Kalian kembar? darimana?" tanya Barack dengan terkejut."Dari lahir lah!" sahut Vyan dengan kesal."Ayo pulang!" ajak Vyan sambil menarik tangan Vina."Eh tunggu..kenapa kau menariknya?" tanya Barack dengan heran.Vina melepaskan tangannya yang ditarik oleh Vyan."Duluan ya aku." ucap Vina lalu dia berjalan mendahului mereka. Dan Vyan menyusul Vina."Mereka kembar tapi tak seiras dan tak sesifat lagi." ucap Mia sambil t
Vina melebarkan matanya dengan terkejut melihat pria asing didepan matanya. Dia mau berteriak tapi dia tidak bisa, dan pria itu memegang erat tangan Vina."Putri Axel...akhirnya kita bertemu.." ucap pria itu sambil tersenyum.Vina gemeteran karena dia ketakutan melihat pria itu, pria itu memakai masker mulut dan dia melihat ada tato kalajengkik di sekitar mata pria itu."Bilang ke papamu kalau aku kesini..." ucap pria itu sambil tersenyum, lalu dia melepaskan tangannya yang memegang Vina. Vina langsung berlari keluar dari kamarnya tanpa mengatakan apapun.Pria itu tersenyum senang.Vina langsung berlari ke kamar Vyan, Vina melihat Vyan yang tertidur dengan nyenyak, Vina benar-benar tidak bisa bicara karena terlalu syok.Vina menepuk-nepuk pundak Vyan agar bangun, air mata Vina pun tidak berhenti menetes karena dia benar-benar ketakutan.Vyan terbangun, "Apaan sih.." gumamnya dengan kesal, lalu dia menyalakan lampu tidurnya, dan dia terkejut melihat Vina yang menangis didepannya."Kau
"Suara anak-anaku." jawab Axel. "Jadi dia sudah mendatangi Vina???" tanya Leon dengan terkejut. "Dan juga kenapa alat ini terkoneksi dengan mereka..atau jangan-jangan orang itu berada di sekolah Vina??" tanya Leon dengan panik. Axel menghela nafas dengan kesal. . "Itu ide bagus..jadikan aku umpan untuk menariknya keluar.." ucap Vina. Vyan menghela nafas dengan kesal, "Kenapa kau tidak mengerti juga???" tanya Vyan dengan kesal. Vina berdecih tersenyum, "Kau tidak perlu secemas itu..aku tidak selemah dan sebodoh yang kau kira..." jawab Vina. Vyan menatap Vina dengan heran. "Apa yang kau rencanakan?" tanya Vyan. "Jadikan umpan..sisanya kau yang pikirkan." jawab Vina. Vyan menghela nafas, "Baiklah....tapi kau harus ikut aturanku!" jawab Vyan. Vina menganggukkan kepalanya sambil mengacungkan kedua tangan. "Apa yang mereka rencanakan? Mereka tidak tahu betapa bahayanya pria itu," ucap Leon dengan heran. Axel menghela nafas dengan kesal, dia sangat heran bagaimana
"Suara anak-anaku." jawab Axel."Jadi dia sudah mendatangi Vina???" tanya Leon dengan terkejut."Dan juga kenapa alat ini terkoneksi dengan mereka..atau jangan-jangan orang itu berada di sekolah Vina??" tanya Leon dengan panik.Axel menghela nafas dengan kesal.."Itu ide bagus..jadikan aku umpan untuk menariknya keluar.." ucap Vina.Vyan menghela nafas dengan kesal, "Kenapa kau tidak mengerti juga???" tanya Vyan dengan kesal.Vina berdecih tersenyum, "Kau tidak perlu secemas itu..aku tidak selemah dan sebodoh yang kau kira..." jawab Vina.Vyan menatap Vina dengan heran."Apa yang kau rencanakan?" tanya Vyan."Jadikan umpan..sisanya kau yang pikirkan." jawab Vina.Vyan menghela nafas, "Baiklah....tapi kau harus ikut aturanku!" jawab Vyan.Vina menganggukkan kepalanya sambil mengacungkan kedua tangan."Apa yang mereka rencanakan? Mereka tidak tahu betapa bahayanya pria itu," ucap Leon dengan heran.Axel menghela nafas dengan kesal, dia sangat heran bagaimana bisa alat itu ada di mereka
"Darimana ini?" tanya Axel sambil menatap Vyan dengan tatapan tajamnya, Vyan dan Vina merasa takut melihat papanya yang tegas ke mereka tidak biasanya Axel bersikap seperti itu ke mereka berdua."Sejak kapan itu ada?" gumam Vina dengan heran.Axel menoleh ke sekelilingnya, dia memastikan jika ada orang yang melihat mereka atau tidak."Aku tidak tahu itu...kenapa enggak kerasa ya," gumam Vyan dengan heran."Masuk ke mobil," ajak Axel.Lalu mereka berdua masuk ke dalam mobil, Vyan duduk di depan dengan papanya sedangkan Vina di belakang.Axel menatap kedua anaknya itu, dia merasa bersalah karena bersikap tegas ke mereka berdua padahal mereka tidak melakukan kesalahan apapun, tapi mereka tidak jujur ke dirinya dan hal itulah yang membuat Axel kesal.Vyan dan Vina pun saling berdiam-diaman, mereka tidak tahu apa salah mereka yang membuat papanya diam seperti itu.Keara harus bersikap apa aku sekarang...(batin Axel dengan heran).Axel menutup matanya dan menghembuskan nafasnya pelan-pelan.
"Axel..." panggil Keara dengan lemahnya."Hm?" tanya Axel."Keara...banyak hal yang terjadi hari ini, banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu nanti..kau juga harus menceritakan keresahanmu sekarang ini." ucap Axel.Keara langsung melepaskan pelukannya, "Ada apa?" tanyanya dengan panik."Kita makan dulu..anak-anak di kamar." jawab Axel.Setelah selesai makan malam bersama, Axel dan Keara berada di dalam kamar. Axel menceritakan semua yang terjadi ke anak-anak mereka. Keara tentunya sangat syok dan tidak percaya itu, karena dia melihat mereka baik-baik setiap harinya."Kenapa mereka menyembunyikan hal bahaya seperti ini." gumam Keara dengan sedikit kesal."Apa kau bertemu dengan Sharena? dia mengatakan sesuatu yang buruk padamu?" tanya Axel dengan heran."Kok kamu tahu?" tanya Keara dengan heran."Apa yang dia katakan?" tanya Axel dengan heran.Keara menundukkan kepalanya, dia terlihat bingung untuk menceritakan hal ini ke Axel."Ada apa?" tanya Axel dengan heran."Axel..ini hal yang
"Terimakasih sudah membimbing putraku. Dia tidak menyusahkan kan?" tanya Axel. Felix berdecih tersenyum, "Gila kau ya..kau kemana aja sih??" omelnya dengan kesal. "Banyak hal terjadi, itu nanti saja. Kalian kesini mencari papa kan..dia sudah kabur dengan Sharena dan semua anak buahnya aku sekap di dalam kamar..." jelas Axel. Vyan tidak peduli lagi dengan kakeknya itu, matanya masih terfokus ke pria yang sangat ia rindukan itu, dan air mata Vyan tidak bisa ditahan lagi untuk keluar. "Vyan, nanti akan papa jelaskan untuk saat ini kita fokus ke kakek." jelas Axel. Vyan mengepalkan tangannya dengan kesal, dia mau memukul papanya tapi Axel menahan tangannya itu. "Papa...kenapa papa selalu seperti ini?? papa selalu menghilang saat kita berdua butuh bahkan mama juga ikut menghilang...apa papa tahu Vina sangat terpuruk karena kalian meninggal..dia bahkan jarang keluar kamar dia selalu menangis setiap m
"Kau gila?" tanya Vyan dengan heran."Aku ingin menikah denganmu." jawab Hana.Semua orang sontak melihat mereka dengan terkejut, Vyan juga sangat syok mendengarnya, dia mungkin terbiasa di tembak cewek tapi untuk di lamar ini sangat perdana baginya.Vyan berdecih tersenyum melihat Hana dan dia mengakui keberanian Hana itu."Pergilah ke kelas! jam mu sudah mulai." ucap Vyan."Ditolak kah..." gumam Hana sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.Vyan menatap Hana dengan senyuman tipis di bibirnya, lalu Vyan mengusap rambut Hana."Terimakasih..tapi untuk menikah saat ini sangat tidak mungkin...bukankah kita seharusnya berada di tahap pendekatan dulu?" tanya Vyan sambil tersenyum.Hana mendongak ke Vyan dengan terkejut, "A.a.apa maksudnya?" tanya Hana dengan heran."Hana...aku sudah tentangmu dari Aldo beberapa kali...hanya kau saja yang direstui oleh Aldo itu katanya. Sesekali aku sering melihatmu, kau su
"Papa..." lirih Vina dengan terkejut.Pria yang duduk di kursi itu berdiri dan menatap Vina dengan raut wajahnya yang senang."Vina?"Vina meneteskan air matanya mendengar nama dia disebut oleh pria itu.Pria itu berjalan pelan-pelan menuju ke Vina, dan pria itu mengusap wajah Vina dengan sedih."Ini benar Vina?" tanya pria itu.Vina menganggukkan kepalanya dan dia memeluk pria itu dengan erat."Papa...." lirihnya dengan senang.Barack menghela nafas melihat mereka, dia sudah terlambat ingin menghentikan Vina."Paman, maaf..." ucap Barack ke Axel itu.Axel tersenyum lalu dia melepaskan pelukannya dari Vina."Papa bagaimana papa bisa selamat? mama? mama bagaimana?" tanya Vina dengan cemas."Mama mu sedang dalam pemulihan, aku lebih cepat pulih dari obat itu karena ada penangkal racun ditubuhku. Tenang saja Keara sebentar lagi akan bangun." jawab Axel."Ini semua apa ma
Vyan berdiri jauh dari rumah kakeknya sampai malam hari, dia berjanji kepada Felix jika dia tidak akan menghancurkan rencananya, Vyan penasaran saja dengan kehidupan kakeknya di belakang dirinya itu.Jam 11 malam, Andre baru pulang dan dia turun dari mobil dengan Sharena. Vyan berdecak tersenyum, dia tidak terkejut lagi karena Sharena mengkhianatinya. Sharena memberitahu padanya jika kakeknya ada sangkut pautnya dengan semua ini tapi Vyan masih tidak mengerti dengan hal itu tapi ternyata Sharena sekarang dengan kakeknya itu."Wanita apa dia." gumam Vyan dengan kesal.Vyan memasang earphone yang menyambungkan alat sadapnya. Vyan kini mendengarkan semua pembicaraan mereka, tapi yang dia dengar hanyalah desahan Sharena."Cih!" gumam Vyan dengan kesal, lalu dia melepas earphonenya. Setelah beberapa menit dia memasangnya lagi."Aku capek jika terus mejadi pemuas nafsu saja." ucap Sharena."Aku tidak bisa menikahimu." jawab Andre.
"Vyan..." lirih Hana dengan terkejut."Kenapa disini? menyedihkan sekali!" ucap Vyan dengan nada ketusnya itu.Hana mengusap air matanya, dan dia segera berdiri dan berhadapan dengan Vyan."Ka.kamu bagaimana bisa tahu kalau....-""Aku kesini mau basketan!" sahut Vyan karena dia tidak mau Hana geer dengannya.Hana mengangguk dengan mengerti, dan Vyan memperhatikan pipi Hana yang memar itu tanpa dia tanya pun dia sudah yakin jika Hana pasti ditampar oleh Selena."Pergilah!" usir Vyan karena dia juga harus pergi dan memastikan jika Hana pergi dari tempat ini."I.iya." jawab Hana dengan pelan dia segera berjalan keluar karena tidak mau mengganggu Vyan, belum juga selangkah berjalan Vyan mendengar suara Selena dan beberapa anak yang berjalan ke arah ruangan ini, dan tanpa sadar Vyan langsung menggandeng tangan Hana lalu mengajaknya bersembunyi.Hana terkejut saat Vyan mendekapnya di balik troli berisi bola itu, Vyan
Felix berjalan menyusul Vyan dengan raut wajah tenangnya itu."Ini..ini apa maksudnya..." lirih Vyan dengan terkejut, di ruangan itu ada banyak sekali tumpukan uang, dan di rak itu ada beberapa emas batang."Ini milik siapa?" tanya Vyan dengan heran."Menurutmu...kau tidak bisa memikirkan sampai sini?" tanya Felix dengan kesal.Vyan hanya diam, karena dia benar-benar tidak mengerti kaitannya dengan semua ini."Tenangkan dirimu dan berpikirlah!" ucap Felix.Vyan hanya diam karena dia masih kebingungan dengan semua ini..Sedangkan itu, Sharena keluar dari apartemennya untuk pergi ke suatu tempat. Dia pergi sendirian tanpa mengajak asprinya.Dan ada seseorang yang mengikutinya dari tadi, tapi Sharena tidak tahu itu.Sharena sampai di rumah seseorang, dia masuk ke dalam dan orang yang mengikutinya itu hanya berdiri didepan rumah ini."Kenapa disini." gumamnya dengan heran..
Keesokan harinya!Ivan datang ke rumah mereka untuk membawakan sarapan yang ia beli, bahkan mereka berdua belum ada yang bangun. Ivan bisa bebas keluar masuk karena dia punya kunci cadangan rumah mereka ini. Ivan masuk ke kamar Vina dan dia masih tertidur lelap, Ivan mendekat ke gadis itu dan memperhatikannya dengan penuh rasa iba. Dia tidak menyangka jika kejadian buruk selalu menimpa gadis yang ia anggap sebagai putrinya sendiri itu.Axel...kedua kalinya kau melewatkan masa tumbuh mereka, masa remaja mereka sudah usai dan dipenuhi tangis tentu saja masih terjadi sampai detik ini, dan mereka sudah berumur 20 tahun, mereka bukan anak-anak lagi...harusnya kau yang disini untuk melihat mereka.- batin Ivan.Ivan mengusap air matanya, lalu dia mengusap rambut Vina dengan lembut."Paman?" tanya Vina dengan setengah sadar."Ah maaf..tapi memang paman sengaja mau membangunkanmu..ayo bangun sudah pagi.." ucap Ivan sambil tersenyum."Itu
Vyan sedang berlatih boxing sendirian di rumah, dia merebahkan tubuhnya di lantai karena penat dan lelah."Nih!" ucap Aldo sambil membawakan minuman yang ia buat, Aldo memang sedang main dirumah Vyan."Kau buat makan malam apa?" tanya Vyan, karena Aldo bilang jika dia akan memasak untuk mereka berdua itu, Aldo benar-benar sudah dianggap seperti keluarga sendiri dirumah ini bahkan Vina pun sudah tidak heran lagi jika Aldo melakukan apapun dirumah ini."Vina bilang mau dibuatin sup..aku sudah memasak ayo makan bareng!" ajak Aldo.Vyan tersenyum, "Dia tidak pernah request padaku...bisa-bisanya dia request denganmu." ucap Vyan dengan heran."Karena masakanmu tidak enak." canda Aldo lalu dia beranjak dari tempat duduknya dan segera memanggil Vina untuk makan malam bersama.Vyan tersenyum kecil.Setelah Vyan mandi dia segera bergabung dengan mereka berdua di meja makan. Vyan melihat Vina yang makan dengan lahab, dia senang mel
Keesokan harinya!Vyan dan Felix berada di depan rumah Andre, mereka melihat Andre yang pergi keluar dengan asprinya itu."Aku akan mengambil dokumen warisan itu, paman cukup disini saja. Jika mereka tahu paman ikut nanti mereka akan bilang kakek." ucap Vyan.Felix hanya mengangguk lalu Vyan segera masuk ke dalam rumah kakeknya itu. Vyan pura-pura bertamu dan mencari kakeknya, dia bersikap biasa saja disana agar tidak ada yang mencurigainya.Dan Vyan masuk ke dalam ruangan kakeknya untuk mencari dokumen yang ia incar itu, disaat dia sibuk menggeledah, Vyan menemukan foto Andre dengan seorang remaja, Vyan tidak yakin itu papanya karena wajahnya sangat berbeda, dan dia juga tidak yakin jika ini adalah adik papanya yaitu Dito. Wajah anak yang berfoto itu tidak mirip dengan kakeknya itu."Siapa ini..." gumam Vyan dengan heran. Vyan memfoto foto itu dari hpnya karena dia masih penasaran dengan remaja di samping kakeknya itu, Vyan menaruh foto