"Darimana ini?" tanya Axel sambil menatap Vyan dengan tatapan tajamnya, Vyan dan Vina merasa takut melihat papanya yang tegas ke mereka tidak biasanya Axel bersikap seperti itu ke mereka berdua."Sejak kapan itu ada?" gumam Vina dengan heran.Axel menoleh ke sekelilingnya, dia memastikan jika ada orang yang melihat mereka atau tidak."Aku tidak tahu itu...kenapa enggak kerasa ya," gumam Vyan dengan heran."Masuk ke mobil," ajak Axel.Lalu mereka berdua masuk ke dalam mobil, Vyan duduk di depan dengan papanya sedangkan Vina di belakang.Axel menatap kedua anaknya itu, dia merasa bersalah karena bersikap tegas ke mereka berdua padahal mereka tidak melakukan kesalahan apapun, tapi mereka tidak jujur ke dirinya dan hal itulah yang membuat Axel kesal.Vyan dan Vina pun saling berdiam-diaman, mereka tidak tahu apa salah mereka yang membuat papanya diam seperti itu.Keara harus bersikap apa aku sekarang...(batin Axel dengan heran).Axel menutup matanya dan menghembuskan nafasnya pelan-pelan.
"Axel..." panggil Keara dengan lemahnya."Hm?" tanya Axel."Keara...banyak hal yang terjadi hari ini, banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu nanti..kau juga harus menceritakan keresahanmu sekarang ini." ucap Axel.Keara langsung melepaskan pelukannya, "Ada apa?" tanyanya dengan panik."Kita makan dulu..anak-anak di kamar." jawab Axel.Setelah selesai makan malam bersama, Axel dan Keara berada di dalam kamar. Axel menceritakan semua yang terjadi ke anak-anak mereka. Keara tentunya sangat syok dan tidak percaya itu, karena dia melihat mereka baik-baik setiap harinya."Kenapa mereka menyembunyikan hal bahaya seperti ini." gumam Keara dengan sedikit kesal."Apa kau bertemu dengan Sharena? dia mengatakan sesuatu yang buruk padamu?" tanya Axel dengan heran."Kok kamu tahu?" tanya Keara dengan heran."Apa yang dia katakan?" tanya Axel dengan heran.Keara menundukkan kepalanya, dia terlihat bingung untuk menceritakan hal ini ke Axel."Ada apa?" tanya Axel dengan heran."Axel..ini hal yang
Vyan masuk ke dalam dan bergabung dengan mereka berdua."Papa..aku merencakan hal yang masuk akal kan? tadi sudah aku bicarakan saat kita di parkiran sekolahanku." ucap Vyan dengan raut wajahnya yang bahagia karena dia merasa akan berguna untuk papanya. Sedangkan Axel, dia tentu saja tidak setuju jika harus melibatkan anaknya, dia sama sekali tidak senang dengan hal itu."Vyan...kamu kok tahu rumah paman?" tanya Leon dengan heran."Ah iya..tadi papa keluar jadi aku ikutin papa naik taksi.." jawab Vyan dengan tersenyum malu.Axel hanya diam menatap putranya itu."Bagaimana papa?" tanya Vyan."Pulang ayo! besok kamu harus sekolah." jawab Axel."Papa tunggu...kalau begini terus tidak akan selesai." sahut Vyan dengan kesal."Dia akan semakin mengganggu Vina, dan mama juga. Apa papa baik-baik saja dengan itu?" tanya Vyan dengan kesal."Melibatkan putraku juga bukan rencanaku." jawab Axel dengan nada datarnya."Aku tidak sendiri, ada papa aku yakin aku baik-baik saja." jelas Vyan dengan kes
2 Bulan Kemudian!Vyan berbaring di ring setelah ia berlatih bela diri dengan papanya, Vyan sangat kelelahan karena sudah 5 jam dia terus melawan papanya tanpa henti, dan itu memang disengaja oleh Axel. Axel membawakan botol air untuk putranya."Kita pulang, Keara sudah menunggu." ajak Axel sambil memberikan botol air minumnya. Vyan tersenyum, dia menerima botol airnya meminumnya."Bagaimana hari ini aku? apa menurut papa aku sudah meningkat?" tanya Vyan."Jangan puas dulu, kamu harus tetap berlatih!" jawab Axel, lalu dia keluar dari ring dan segera ganti baju.Vyan tersenyum kecil melihat papanya, selama dia berlatih bela diri dengan papanya dia semakin merasa dekat melebihi sebelumnya. Dia semakin kenal dengan papanya itu, kalau papanya itu sangatlah tidak ekspresif, peduli, cuek, dan sedikit tajam kata-katanya."Bagaimana bisa mama jatuh cinta dengan pria seperti papa...apa benar ya pria cuek lebih menarik.." gumam Vyan dengan heran..Di tengah perjalanan, Axel fokus menyetir seda
Aku ini dimana...kenapa semuanya gelap...tanganku? kakiku juga? kenapa aku merasa diikat...apa yang terjadi padaku..ada lakban menutupi mulutku?Apa yang terjadi padaku??"Baguslah..akhirnya kita bisa ambil miliknya." ucap seorang pria itu."Vina...namanya bagus begitu juga wajahnya..." lanjut pria itu."Bawa saja dia ke kamar...kunci dia!" ucap pria itu. Dan dia pergi meninggalkan ruangan ini.Suara itu? kenapa tidak asing sekali..dimana aku ini..."Apa????? tidak ada juga???" sontak Vyan dengan terkejut."Emang kemana sih? kok aku ikut panik gini?" tanya Mia dengan heran.Vyan berdecak dengan kesal, "Nanti kalau dia menghubungimu tolong hubungi aku cepat ya. Duluan ya..." pamit Vyan lalu dia bergegas pergi."Ehhhh Vyann..gimana sih main pergi pergi aja." omel Mia dengan kesal."Duh Vina kemana sih?" gumamnya dengan cemas.Keara memberitahu Axel dan Vyan jika Vina belum pulang sejak dari sekolah tadi pagi, dia berkali-kali menelepon Vina tapi hpnya mati. Dan sekarang mereka sedang m
"Apa maksudmu itu?" tanya Axel dengan nada kesalnya.Sharena menghela nafas dengan kesal, "Mereka hanya ingin balas dendam denganmu, mereka mengancam ku untuk membantunya, jadi saranku kau putuskan saja hubunganmu dengan keluargamu itu lalu kau datang ke Mark dan meminta maaf padanya.." jawab Sharena dengan kesal."Kau pikir itu akan menyelesaikan semua?" sahut Axel dengan kesal.Sharena hanya diam."Itu urusanku, sekarang jawab! apa yang kau lakukan? kau memengaruhi Keara lagi?" tanya Axel dengan nada datarnya itu.Sharena menatap Axel dengan sedih dan kesal, "Axel...apa hanya wanita itu yang ada di kepalamu? aku jauh lebih dulu mengenalimu kau tidak memikirkan ku sama sekali? aku mau melakukan ini untukmu....apa kau tidak berterimakasih padaku?" sahut Sharena dengan kesal.Sharena meneteskan air matanya saat dia mengungkapkan perasaannya ke Axel selama ini."Axel..." Sharena memegang kedua tangan Axel dengan erat, dan Axel hanya diam saja, dia menunggu apa yang ingin Sharena katakan
"Kenapa?" tanya Barack dengan suara letihnya."Hanya memastikan keadaanmu saja." jawab pria itu.Vyan terus memantau mereka berdua, dan dia merekam mereka berdua dengan hpnya."Barack...kau sudah melakukan tugasmu dengan baik...tugasmu selanjutnya adalah putra Axel." ucap pria itu.Vyan tersenyum kecil, dia senang akhirnya bisa menemukan mereka berdua."Vyan? dia bukan orang yang mudah dikelabuhi..beda dengan saudaranya itu." jawab Barack."Kau kalah dengan anak kecil itu? memalukan sekali!" sindir pria itu.Barack menghela nafas, "Baiklah.""Segera tangkap anak itu, kembaran itu harus bersatu kan.." ucap pria itu sambil tersenyum.Barack hanya diam."Kenapa kau terlihat sedih begitu? bukankah ini impianmu?" tanya pria itu dengan heran."Kenapa aku merasa tidak puas setelah melakukan ini?" tanya Barack dengan heran.Pria itu menghela nafas, lalu dia memegang pundak Barack.
Keesokan harinya.Leon datang untuk menjenguk Vyan, dan Vyan juga sudah siuman sekarang, tapi tangannya harus diperban dan dia harus menggunakan gendongan tangan untuk lengan kanannya itu. Selagi mereka kumpul disana, Vyan menceritakan semua yang terjadi padanya semalam bahkan Keara juga ikut mendengarkannya."Tapi aku masih penasaran apa hubungan Barack dengan pria itu...kenapa dia terlihat seperti ditekan oleh pria bernama Max itu." ucap Vyan dengan heran."Kenapa kamu ambil tindakan seceroboh itu, itu bisa membahayakan dirimu..harusnya kamu telepon polisi atau tidak telepon papa." omel Keara dengan cemas."Ma.maaf ma..aku tidak bisa berpikir selain lari." jawab Vyan sambil tersenyum.Keara menghela nafas dengan kesal.Axel hanya diam melihat mereka, dia tidak berani ikutan saat Keara mulai memarahi anaknya itu.Leon menoleh ke Axel, dia penasaran dengan apa yang akan dilakukan Axel."Dia akan datang!" ucap Ax
"Terimakasih sudah membimbing putraku. Dia tidak menyusahkan kan?" tanya Axel. Felix berdecih tersenyum, "Gila kau ya..kau kemana aja sih??" omelnya dengan kesal. "Banyak hal terjadi, itu nanti saja. Kalian kesini mencari papa kan..dia sudah kabur dengan Sharena dan semua anak buahnya aku sekap di dalam kamar..." jelas Axel. Vyan tidak peduli lagi dengan kakeknya itu, matanya masih terfokus ke pria yang sangat ia rindukan itu, dan air mata Vyan tidak bisa ditahan lagi untuk keluar. "Vyan, nanti akan papa jelaskan untuk saat ini kita fokus ke kakek." jelas Axel. Vyan mengepalkan tangannya dengan kesal, dia mau memukul papanya tapi Axel menahan tangannya itu. "Papa...kenapa papa selalu seperti ini?? papa selalu menghilang saat kita berdua butuh bahkan mama juga ikut menghilang...apa papa tahu Vina sangat terpuruk karena kalian meninggal..dia bahkan jarang keluar kamar dia selalu menangis setiap m
"Kau gila?" tanya Vyan dengan heran."Aku ingin menikah denganmu." jawab Hana.Semua orang sontak melihat mereka dengan terkejut, Vyan juga sangat syok mendengarnya, dia mungkin terbiasa di tembak cewek tapi untuk di lamar ini sangat perdana baginya.Vyan berdecih tersenyum melihat Hana dan dia mengakui keberanian Hana itu."Pergilah ke kelas! jam mu sudah mulai." ucap Vyan."Ditolak kah..." gumam Hana sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.Vyan menatap Hana dengan senyuman tipis di bibirnya, lalu Vyan mengusap rambut Hana."Terimakasih..tapi untuk menikah saat ini sangat tidak mungkin...bukankah kita seharusnya berada di tahap pendekatan dulu?" tanya Vyan sambil tersenyum.Hana mendongak ke Vyan dengan terkejut, "A.a.apa maksudnya?" tanya Hana dengan heran."Hana...aku sudah tentangmu dari Aldo beberapa kali...hanya kau saja yang direstui oleh Aldo itu katanya. Sesekali aku sering melihatmu, kau su
"Papa..." lirih Vina dengan terkejut.Pria yang duduk di kursi itu berdiri dan menatap Vina dengan raut wajahnya yang senang."Vina?"Vina meneteskan air matanya mendengar nama dia disebut oleh pria itu.Pria itu berjalan pelan-pelan menuju ke Vina, dan pria itu mengusap wajah Vina dengan sedih."Ini benar Vina?" tanya pria itu.Vina menganggukkan kepalanya dan dia memeluk pria itu dengan erat."Papa...." lirihnya dengan senang.Barack menghela nafas melihat mereka, dia sudah terlambat ingin menghentikan Vina."Paman, maaf..." ucap Barack ke Axel itu.Axel tersenyum lalu dia melepaskan pelukannya dari Vina."Papa bagaimana papa bisa selamat? mama? mama bagaimana?" tanya Vina dengan cemas."Mama mu sedang dalam pemulihan, aku lebih cepat pulih dari obat itu karena ada penangkal racun ditubuhku. Tenang saja Keara sebentar lagi akan bangun." jawab Axel."Ini semua apa ma
Vyan berdiri jauh dari rumah kakeknya sampai malam hari, dia berjanji kepada Felix jika dia tidak akan menghancurkan rencananya, Vyan penasaran saja dengan kehidupan kakeknya di belakang dirinya itu.Jam 11 malam, Andre baru pulang dan dia turun dari mobil dengan Sharena. Vyan berdecak tersenyum, dia tidak terkejut lagi karena Sharena mengkhianatinya. Sharena memberitahu padanya jika kakeknya ada sangkut pautnya dengan semua ini tapi Vyan masih tidak mengerti dengan hal itu tapi ternyata Sharena sekarang dengan kakeknya itu."Wanita apa dia." gumam Vyan dengan kesal.Vyan memasang earphone yang menyambungkan alat sadapnya. Vyan kini mendengarkan semua pembicaraan mereka, tapi yang dia dengar hanyalah desahan Sharena."Cih!" gumam Vyan dengan kesal, lalu dia melepas earphonenya. Setelah beberapa menit dia memasangnya lagi."Aku capek jika terus mejadi pemuas nafsu saja." ucap Sharena."Aku tidak bisa menikahimu." jawab Andre.
"Vyan..." lirih Hana dengan terkejut."Kenapa disini? menyedihkan sekali!" ucap Vyan dengan nada ketusnya itu.Hana mengusap air matanya, dan dia segera berdiri dan berhadapan dengan Vyan."Ka.kamu bagaimana bisa tahu kalau....-""Aku kesini mau basketan!" sahut Vyan karena dia tidak mau Hana geer dengannya.Hana mengangguk dengan mengerti, dan Vyan memperhatikan pipi Hana yang memar itu tanpa dia tanya pun dia sudah yakin jika Hana pasti ditampar oleh Selena."Pergilah!" usir Vyan karena dia juga harus pergi dan memastikan jika Hana pergi dari tempat ini."I.iya." jawab Hana dengan pelan dia segera berjalan keluar karena tidak mau mengganggu Vyan, belum juga selangkah berjalan Vyan mendengar suara Selena dan beberapa anak yang berjalan ke arah ruangan ini, dan tanpa sadar Vyan langsung menggandeng tangan Hana lalu mengajaknya bersembunyi.Hana terkejut saat Vyan mendekapnya di balik troli berisi bola itu, Vyan
Felix berjalan menyusul Vyan dengan raut wajah tenangnya itu."Ini..ini apa maksudnya..." lirih Vyan dengan terkejut, di ruangan itu ada banyak sekali tumpukan uang, dan di rak itu ada beberapa emas batang."Ini milik siapa?" tanya Vyan dengan heran."Menurutmu...kau tidak bisa memikirkan sampai sini?" tanya Felix dengan kesal.Vyan hanya diam, karena dia benar-benar tidak mengerti kaitannya dengan semua ini."Tenangkan dirimu dan berpikirlah!" ucap Felix.Vyan hanya diam karena dia masih kebingungan dengan semua ini..Sedangkan itu, Sharena keluar dari apartemennya untuk pergi ke suatu tempat. Dia pergi sendirian tanpa mengajak asprinya.Dan ada seseorang yang mengikutinya dari tadi, tapi Sharena tidak tahu itu.Sharena sampai di rumah seseorang, dia masuk ke dalam dan orang yang mengikutinya itu hanya berdiri didepan rumah ini."Kenapa disini." gumamnya dengan heran..
Keesokan harinya!Ivan datang ke rumah mereka untuk membawakan sarapan yang ia beli, bahkan mereka berdua belum ada yang bangun. Ivan bisa bebas keluar masuk karena dia punya kunci cadangan rumah mereka ini. Ivan masuk ke kamar Vina dan dia masih tertidur lelap, Ivan mendekat ke gadis itu dan memperhatikannya dengan penuh rasa iba. Dia tidak menyangka jika kejadian buruk selalu menimpa gadis yang ia anggap sebagai putrinya sendiri itu.Axel...kedua kalinya kau melewatkan masa tumbuh mereka, masa remaja mereka sudah usai dan dipenuhi tangis tentu saja masih terjadi sampai detik ini, dan mereka sudah berumur 20 tahun, mereka bukan anak-anak lagi...harusnya kau yang disini untuk melihat mereka.- batin Ivan.Ivan mengusap air matanya, lalu dia mengusap rambut Vina dengan lembut."Paman?" tanya Vina dengan setengah sadar."Ah maaf..tapi memang paman sengaja mau membangunkanmu..ayo bangun sudah pagi.." ucap Ivan sambil tersenyum."Itu
Vyan sedang berlatih boxing sendirian di rumah, dia merebahkan tubuhnya di lantai karena penat dan lelah."Nih!" ucap Aldo sambil membawakan minuman yang ia buat, Aldo memang sedang main dirumah Vyan."Kau buat makan malam apa?" tanya Vyan, karena Aldo bilang jika dia akan memasak untuk mereka berdua itu, Aldo benar-benar sudah dianggap seperti keluarga sendiri dirumah ini bahkan Vina pun sudah tidak heran lagi jika Aldo melakukan apapun dirumah ini."Vina bilang mau dibuatin sup..aku sudah memasak ayo makan bareng!" ajak Aldo.Vyan tersenyum, "Dia tidak pernah request padaku...bisa-bisanya dia request denganmu." ucap Vyan dengan heran."Karena masakanmu tidak enak." canda Aldo lalu dia beranjak dari tempat duduknya dan segera memanggil Vina untuk makan malam bersama.Vyan tersenyum kecil.Setelah Vyan mandi dia segera bergabung dengan mereka berdua di meja makan. Vyan melihat Vina yang makan dengan lahab, dia senang mel
Keesokan harinya!Vyan dan Felix berada di depan rumah Andre, mereka melihat Andre yang pergi keluar dengan asprinya itu."Aku akan mengambil dokumen warisan itu, paman cukup disini saja. Jika mereka tahu paman ikut nanti mereka akan bilang kakek." ucap Vyan.Felix hanya mengangguk lalu Vyan segera masuk ke dalam rumah kakeknya itu. Vyan pura-pura bertamu dan mencari kakeknya, dia bersikap biasa saja disana agar tidak ada yang mencurigainya.Dan Vyan masuk ke dalam ruangan kakeknya untuk mencari dokumen yang ia incar itu, disaat dia sibuk menggeledah, Vyan menemukan foto Andre dengan seorang remaja, Vyan tidak yakin itu papanya karena wajahnya sangat berbeda, dan dia juga tidak yakin jika ini adalah adik papanya yaitu Dito. Wajah anak yang berfoto itu tidak mirip dengan kakeknya itu."Siapa ini..." gumam Vyan dengan heran. Vyan memfoto foto itu dari hpnya karena dia masih penasaran dengan remaja di samping kakeknya itu, Vyan menaruh foto