Lalu polisi menangkap Luki."Sialan kau ....bagaimana kau bisa tahu itu aku?" teriak Luki dengan kesal."Rumahnya sangat kotor dan terlihat jarang di bersihkan, dia itu tidak punya cowok, dia kerja di pabrik dan sering tinggal di mess. Dan juga dia tidak suka dengan cowok." ucap Axel."Apa???" sontak Luki dengan terkejut."Cih!!! untuk apa aku melakukan itu ke orang tidak normal seperti dia." geram Luki dengan kesal."Yang tidak normal itu kau! kau memperkosanya di kosmu kan lalu kau menaruh mayatnya di kamar kosan dia sendiri." jawab Axel.Luki menatap Axel dengan kesal."Cara main mu kurang bagus, bawa dia!" ucap Axel lalu mereka membawa Luki ke dalam mobil."Bagimana kakak bisa tahu semua?" tanya Hani dengan heran.Axel tahu karena di foto itu ada tulisan kecil (I want live with u) di foto Anira dengan teman ceweknya itu, dan dia menemukan obat penenang 1 butir tadi yang mirip punya dia, dan juga Leon mengatakan jika Anira kerja jauh dari kosnya, dia lebih sering tinggal di mess. D
"Apa maksudnya kalau mama sudah tahu akan di bunuh?" tanya Axel dengan heran."Saya akan cerita siapa dulu ke anda tuan muda," ucap Paul."Panggil saja Axel," ucap Axel dengan kesal.Paul tersenyum."Jadi sebenarnya dulu itu saya itu pembantu di keluarga mama anda, saat muda saya sering menemani mama anda kemanapun. Dan saat itu mama anda tahu jika saya ingin jadi pengacara. Kakek anda menyekolahkan saya di hukum dan sampai sekarang saya jadi apa yang mau. Keluarga anda sangat baik sekali tuan, saya bersyukur bisa kenal dengan kalian semua. Tapi saat itu mama anda mendatangi saya dengan anda saat anda masih kecil. Nona Celssie ingin membuat warisan untuk anda, karena dia tahu jika kenalannya ini mengincar papa anda dan juga harta mama anda." ucap Paul dengan sediki kesal.Pikiran langsung mengacu pada Rose, karena dulu mamanya sangat dekat dengan Rose, tapi kenapa mamanya hanya diam jika dia tahu Rose mengincar miliknya."Kenapa mama diam?" tanya Axel."Dia takut jika kenalannya ini a
Lalu Axel dan Tiya berada di ruang administrasi. Disana ada beberapa suster juga. Tiya mengenalkan Axel ke mereka semua."Selamat datang pak Axel." ucap salah satu suster disana."Terimakasih." jawab Axel.Kenapa intonasinya datar sekali? (Batin suster itu).Dan setelah itu Tiya membawa Axel ke ruangannya karena dia ingin menceritakan sesuatu ke Axel."Silahkan diminum tehnya pak," ucap Tiya."Terimakasih. Bisakah anda bicara langsung?" tanya Axel.Tiya tersenyum, "Jadi sebenarnya ibu Celssie itu mendirikan panti ini sejak dia masih kuliah, tanpa sepengetahuan keluarganya, dan biaya panti ini berasal dari 20% saham milik ibu Celssie. Ibu Celssie pernah cerita jika dia punya anak cowok, dan jika anaknya datang kesini berarti dia sudah meninggal." jelas Tiya dengan sedih.Axel hanya diam, mungkin saja ceritanya mirip dengan Paul itu yang Axel pikirkan."Siapa pihak kantor yang tahu soal ini?" tanya Axel."Pengacara Paul yang mengurus keungannya, karena semua tahu jika pengacara Paul itu
"Mama, papa sudah kembali tapi kenapa tidak serumah dengan kita?" tanya Vina dengan heran.Sudah sejak seminggu yang lalu Axel keluar dari rumah sakit, tapi dia tidak pulang ke rumah mereka karena Axel masih ada urusan dengan keluarganya terutama papanya.Dan Vina sedang menemani mamanya memotong sayuran untuk makan malam mereka."Papa masih ada keperluan sama keluarganya, nanti papa juga kesini kok." jawab Keara sambil tersenyum.Vina mendengus dengan kesal, "Apa mama tidak rindu tidur sama papa?" tanya Vina."Ha? ka.kamu bicara apa?" tanya Keara dengan gugup."Kenapa wajah mama merah banget?" tanya Vina dengan heran. Keara langsung memalingkan wajahnya karena malu dengan putrinya sendiri."Vina katanya kamu mau keluar sama Mia? nanti jangan pulang telat." ucap Keara."Oh iya, mama aku pergi duluan ya.." pamit Vina lalu dia segera keluar dan menemui Mia.Keara menghela nafas dengan lega, "Memalukan sekali wajahku kenapa merah tadi," gumamnya dengan heran.Keara menoleh ke jam dinding
Axel mengikuti Vina yang sedang memilih buku novelnya, Axel merekomedasikan untuk membaca novel tentang detektif dan Vina pun mengiyakannya karena dia juga suka novel seperti itu. Dan setelah selesai beli buku, mereka berdua membeli ice cream, tapi Axel tidak makan itu."Kamu mau apa setelah ini?" tanya Axel."Mau..." Vina diam sejenak untuk berpikir, "Papa selalu ada untuk kita." jawab Vina.Axel tersenyum kecil, "Kenapa seperti itu, itu hal yang pasti." jawab Axel."Aku takut jika aku merasa bahagia nanti akan hilang lagi," ucap Vina dengan sedih.Axel mengusap rambut putrinya dengan lembut, "Kamu pasti banyak menderita, papa janji akan selalu di sampingmu bahkan sampai kamu nenek-nenek nanti tapi jika papa masih hidup lo ya," canda Axel.Vina menoleh ke Axel, "Papa jangan gitu,"Axel tersenyum, "Mau beli boneka itu, lucu bentuknya." ucap Axel."Aku tidak suka boneka lucu. Kita pulang saja aku enggak sabar mau baca buku ini." jawab Vina."Axel..." panggil seseorang.Mereka berdua me
Dan mereka makan siang bersama."Kalian nanti tidur disini ya, kakek sudah menyiapkan kamar yang lebih besar daripada kamar papa kalian." ucap Andre sambil tersenyum."Iya kakek..." jawab Vina sambil tersenyum."Sebenarnya keluarga papa ini kerja apa kok rumahnya sampai sebesar ini?" tanya Vina dengan polosnya.Vyan juga penasaran karena dia tidak menyangka papanya sekaya ini."Rumah sakit Celssie itu milik keluarga kita." jawab Axel."HE????" sontak mereka berdua dengan terkejut.Keara terkekeh, dia memang belum memberitahu mereka tentang itu."Wah..wah..." gumam Vyan dengan tidak percaya, sedangkan Vina terdiam dia masih belum percaya juga."Nanti kita berkuda bagaimana? kakek pengen main sama kalian." ajak Andre sambil tersenyum."Kakek kita udah bukan anak kecil," jawab Vina."Iya kek kita mau kok," jawab Vyan sambil tersenyum, Vina menoleh ke Vyan dengan kesal."Tapi kita tidak pernah berkuda," ucap Vina."Nanti ada yang ngajarin kok," jawab Andre sambil tersenyum."Kalian berdua
Keesokan harinya.Keara bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan suami dan anak-anaknya. Keara sambil memotong sayurannya dia teringat kejadian semalam yang dia lakukan dengan Axel, wajahnya tersipu malu mengingat itu.Setelah selesai memotong sayurannya, Keara mencucinya."Morning sayang," Ucap Axel yang tiba-tiba merangkul Keara dari belakang dan Axel menenggelamkan wajahnya di leher Keara."A.axel kalau anak-anak tahu bagaimana?" Tanya Keara dengan gugup.Axel diam, dan dia tetap nyaman dengan posisinya. Sedangkan Keara hanya diam dan fokus mencuci sayurnya.Ceklek!Axel langsung mundur dan mengambil air di kulkas mendengar suara pintu itu, dan Vyan pun datang ke dapur."Pagi mama..papa.." Sapa Vyan sambil menguap lebar."Kamu sudah bangun? ini masih jam 5 pagi loh." Ucap Keara dengan heran."Papa katanya mau mengajakku jogging, aku sudah siap huaahmmmmmm..." Ucap Vyan masih terlihat mengantuk itu. Axel tersenyum kecil."Ayo, kamu cuci muka dulu." Jawab Axel, Vyan langsung ke kam
Keara pergi belanja bahan makanan setelah semua anggotanya sudah menjalankan aktivitas mereka masing-masing.Keara sangat menikmati seluruh waktu yang ia berikan untuk merawat suami dan anak-anaknya itu. Dia juga sering bertemu dengan Hera sesekali karena Hera juga sangat sibuk dengan pekerjaannya itu.Keara sedang memilih sayuran dan buah-buahan, setelah itu dia mengambil beberapa makanan ringan untuk anak-anaknya."Axel tidak suka makanan instan seperti ini....apa yang harus aku beli untuknya," gumam Keara dengan heran."Dia suka keripik kentang." sahut seorang wanita berambut panjang bergelombang, dan pakaiannya sangat sexy yang terkesan sopan.Wanita itu mengambil snack keripik kentang dan memberikan ke Keara, "Axel suka ini," ucap Keara sambil tersenyum.Keara hanya diam dan tertegun melihat wanita itu, dia sama sekali tidak paham dengan maksud wanita asing ini, dan dia juga tidak kenal dengan wanita ini.Wanita itu hanya tersenyum lalu memasukan snack itu ke keranjang belanja Ke
"Terimakasih sudah membimbing putraku. Dia tidak menyusahkan kan?" tanya Axel. Felix berdecih tersenyum, "Gila kau ya..kau kemana aja sih??" omelnya dengan kesal. "Banyak hal terjadi, itu nanti saja. Kalian kesini mencari papa kan..dia sudah kabur dengan Sharena dan semua anak buahnya aku sekap di dalam kamar..." jelas Axel. Vyan tidak peduli lagi dengan kakeknya itu, matanya masih terfokus ke pria yang sangat ia rindukan itu, dan air mata Vyan tidak bisa ditahan lagi untuk keluar. "Vyan, nanti akan papa jelaskan untuk saat ini kita fokus ke kakek." jelas Axel. Vyan mengepalkan tangannya dengan kesal, dia mau memukul papanya tapi Axel menahan tangannya itu. "Papa...kenapa papa selalu seperti ini?? papa selalu menghilang saat kita berdua butuh bahkan mama juga ikut menghilang...apa papa tahu Vina sangat terpuruk karena kalian meninggal..dia bahkan jarang keluar kamar dia selalu menangis setiap m
"Kau gila?" tanya Vyan dengan heran."Aku ingin menikah denganmu." jawab Hana.Semua orang sontak melihat mereka dengan terkejut, Vyan juga sangat syok mendengarnya, dia mungkin terbiasa di tembak cewek tapi untuk di lamar ini sangat perdana baginya.Vyan berdecih tersenyum melihat Hana dan dia mengakui keberanian Hana itu."Pergilah ke kelas! jam mu sudah mulai." ucap Vyan."Ditolak kah..." gumam Hana sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.Vyan menatap Hana dengan senyuman tipis di bibirnya, lalu Vyan mengusap rambut Hana."Terimakasih..tapi untuk menikah saat ini sangat tidak mungkin...bukankah kita seharusnya berada di tahap pendekatan dulu?" tanya Vyan sambil tersenyum.Hana mendongak ke Vyan dengan terkejut, "A.a.apa maksudnya?" tanya Hana dengan heran."Hana...aku sudah tentangmu dari Aldo beberapa kali...hanya kau saja yang direstui oleh Aldo itu katanya. Sesekali aku sering melihatmu, kau su
"Papa..." lirih Vina dengan terkejut.Pria yang duduk di kursi itu berdiri dan menatap Vina dengan raut wajahnya yang senang."Vina?"Vina meneteskan air matanya mendengar nama dia disebut oleh pria itu.Pria itu berjalan pelan-pelan menuju ke Vina, dan pria itu mengusap wajah Vina dengan sedih."Ini benar Vina?" tanya pria itu.Vina menganggukkan kepalanya dan dia memeluk pria itu dengan erat."Papa...." lirihnya dengan senang.Barack menghela nafas melihat mereka, dia sudah terlambat ingin menghentikan Vina."Paman, maaf..." ucap Barack ke Axel itu.Axel tersenyum lalu dia melepaskan pelukannya dari Vina."Papa bagaimana papa bisa selamat? mama? mama bagaimana?" tanya Vina dengan cemas."Mama mu sedang dalam pemulihan, aku lebih cepat pulih dari obat itu karena ada penangkal racun ditubuhku. Tenang saja Keara sebentar lagi akan bangun." jawab Axel."Ini semua apa ma
Vyan berdiri jauh dari rumah kakeknya sampai malam hari, dia berjanji kepada Felix jika dia tidak akan menghancurkan rencananya, Vyan penasaran saja dengan kehidupan kakeknya di belakang dirinya itu.Jam 11 malam, Andre baru pulang dan dia turun dari mobil dengan Sharena. Vyan berdecak tersenyum, dia tidak terkejut lagi karena Sharena mengkhianatinya. Sharena memberitahu padanya jika kakeknya ada sangkut pautnya dengan semua ini tapi Vyan masih tidak mengerti dengan hal itu tapi ternyata Sharena sekarang dengan kakeknya itu."Wanita apa dia." gumam Vyan dengan kesal.Vyan memasang earphone yang menyambungkan alat sadapnya. Vyan kini mendengarkan semua pembicaraan mereka, tapi yang dia dengar hanyalah desahan Sharena."Cih!" gumam Vyan dengan kesal, lalu dia melepas earphonenya. Setelah beberapa menit dia memasangnya lagi."Aku capek jika terus mejadi pemuas nafsu saja." ucap Sharena."Aku tidak bisa menikahimu." jawab Andre.
"Vyan..." lirih Hana dengan terkejut."Kenapa disini? menyedihkan sekali!" ucap Vyan dengan nada ketusnya itu.Hana mengusap air matanya, dan dia segera berdiri dan berhadapan dengan Vyan."Ka.kamu bagaimana bisa tahu kalau....-""Aku kesini mau basketan!" sahut Vyan karena dia tidak mau Hana geer dengannya.Hana mengangguk dengan mengerti, dan Vyan memperhatikan pipi Hana yang memar itu tanpa dia tanya pun dia sudah yakin jika Hana pasti ditampar oleh Selena."Pergilah!" usir Vyan karena dia juga harus pergi dan memastikan jika Hana pergi dari tempat ini."I.iya." jawab Hana dengan pelan dia segera berjalan keluar karena tidak mau mengganggu Vyan, belum juga selangkah berjalan Vyan mendengar suara Selena dan beberapa anak yang berjalan ke arah ruangan ini, dan tanpa sadar Vyan langsung menggandeng tangan Hana lalu mengajaknya bersembunyi.Hana terkejut saat Vyan mendekapnya di balik troli berisi bola itu, Vyan
Felix berjalan menyusul Vyan dengan raut wajah tenangnya itu."Ini..ini apa maksudnya..." lirih Vyan dengan terkejut, di ruangan itu ada banyak sekali tumpukan uang, dan di rak itu ada beberapa emas batang."Ini milik siapa?" tanya Vyan dengan heran."Menurutmu...kau tidak bisa memikirkan sampai sini?" tanya Felix dengan kesal.Vyan hanya diam, karena dia benar-benar tidak mengerti kaitannya dengan semua ini."Tenangkan dirimu dan berpikirlah!" ucap Felix.Vyan hanya diam karena dia masih kebingungan dengan semua ini..Sedangkan itu, Sharena keluar dari apartemennya untuk pergi ke suatu tempat. Dia pergi sendirian tanpa mengajak asprinya.Dan ada seseorang yang mengikutinya dari tadi, tapi Sharena tidak tahu itu.Sharena sampai di rumah seseorang, dia masuk ke dalam dan orang yang mengikutinya itu hanya berdiri didepan rumah ini."Kenapa disini." gumamnya dengan heran..
Keesokan harinya!Ivan datang ke rumah mereka untuk membawakan sarapan yang ia beli, bahkan mereka berdua belum ada yang bangun. Ivan bisa bebas keluar masuk karena dia punya kunci cadangan rumah mereka ini. Ivan masuk ke kamar Vina dan dia masih tertidur lelap, Ivan mendekat ke gadis itu dan memperhatikannya dengan penuh rasa iba. Dia tidak menyangka jika kejadian buruk selalu menimpa gadis yang ia anggap sebagai putrinya sendiri itu.Axel...kedua kalinya kau melewatkan masa tumbuh mereka, masa remaja mereka sudah usai dan dipenuhi tangis tentu saja masih terjadi sampai detik ini, dan mereka sudah berumur 20 tahun, mereka bukan anak-anak lagi...harusnya kau yang disini untuk melihat mereka.- batin Ivan.Ivan mengusap air matanya, lalu dia mengusap rambut Vina dengan lembut."Paman?" tanya Vina dengan setengah sadar."Ah maaf..tapi memang paman sengaja mau membangunkanmu..ayo bangun sudah pagi.." ucap Ivan sambil tersenyum."Itu
Vyan sedang berlatih boxing sendirian di rumah, dia merebahkan tubuhnya di lantai karena penat dan lelah."Nih!" ucap Aldo sambil membawakan minuman yang ia buat, Aldo memang sedang main dirumah Vyan."Kau buat makan malam apa?" tanya Vyan, karena Aldo bilang jika dia akan memasak untuk mereka berdua itu, Aldo benar-benar sudah dianggap seperti keluarga sendiri dirumah ini bahkan Vina pun sudah tidak heran lagi jika Aldo melakukan apapun dirumah ini."Vina bilang mau dibuatin sup..aku sudah memasak ayo makan bareng!" ajak Aldo.Vyan tersenyum, "Dia tidak pernah request padaku...bisa-bisanya dia request denganmu." ucap Vyan dengan heran."Karena masakanmu tidak enak." canda Aldo lalu dia beranjak dari tempat duduknya dan segera memanggil Vina untuk makan malam bersama.Vyan tersenyum kecil.Setelah Vyan mandi dia segera bergabung dengan mereka berdua di meja makan. Vyan melihat Vina yang makan dengan lahab, dia senang mel
Keesokan harinya!Vyan dan Felix berada di depan rumah Andre, mereka melihat Andre yang pergi keluar dengan asprinya itu."Aku akan mengambil dokumen warisan itu, paman cukup disini saja. Jika mereka tahu paman ikut nanti mereka akan bilang kakek." ucap Vyan.Felix hanya mengangguk lalu Vyan segera masuk ke dalam rumah kakeknya itu. Vyan pura-pura bertamu dan mencari kakeknya, dia bersikap biasa saja disana agar tidak ada yang mencurigainya.Dan Vyan masuk ke dalam ruangan kakeknya untuk mencari dokumen yang ia incar itu, disaat dia sibuk menggeledah, Vyan menemukan foto Andre dengan seorang remaja, Vyan tidak yakin itu papanya karena wajahnya sangat berbeda, dan dia juga tidak yakin jika ini adalah adik papanya yaitu Dito. Wajah anak yang berfoto itu tidak mirip dengan kakeknya itu."Siapa ini..." gumam Vyan dengan heran. Vyan memfoto foto itu dari hpnya karena dia masih penasaran dengan remaja di samping kakeknya itu, Vyan menaruh foto