Jiwana duduk di teras rumah Tuan Pemusungan, dengan alas tikar daun pandan. Ia menghirup sedikit demi sedikit kopi hitam yang telah ditawarkan sang tuan rumah.
'Mungkin aku datang terlalu pagi'
Ada rasa sungkan di hati Jiwana, apalagi jika melihat sang Tuan rumah yang kaget saat melihat ia datang. Hanya saja akhir-akhir ini ia tidak bisa tidur. Ia selalu mimpi buruk dengan alur yang sama. Hal itu membuat ia harus terbangun lebih awal dari biasanya.
Jiwana menghirup kopi itu sekali lagi, dan putaran mimpi itu kembali menghampirinya.
'Saka? Siapa dia?'
Nama itu terus terngiang di telinganya, seolah-olah nama itu adalah miliknya. Ia merasa setiap kali memikirkan mimpi itu, ada yang memanggilnya dengan sebutan Saka. Ia berfikir bahwa itu mungkin adalah ingatan milik orang lain. Atau mungkin itu adalah ingatan dari kehidupan lampaunya.
Reinkarnasi?
Apakah mungkin hal semacam itu ada?
Jiwana adalah orang yang percaya tahayul, hanya s
"Apa? Coba kau ulangi sekali lagi!" Ucap Pieter tak percaya."Adat dan mahar diserahkan sepenuhnya pada kita. Mereka akan menerima apapun yang kita berikan." Ucap Jiwana jelas.Saat mendengar hal itu, Pieter menekan tangannya pelan. Urat-urat ditangannya terlihat jelas, dan wajahnya perlahan memerah. Sudah jelas Tuannya itu terlihat sangat marah. Jiwana segera diam, ia enggan berkomentar. Tentu saja ia takut menjadi sasaran amukan sang tuan."Bukankah mereka termasuk golongan bangsawan?""Benar, tapi hal itulah yang di sampaikan oleh ayahnya."Pieter langsung tertawa keras. Ia tak habis pikir dengan pemikiran para bangsa budak itu."Apa mereka pikir aku tak mampu membayar mahar? Aku adalah Pieter Willemsen, hal apa yang tidak bisa aku dapatkan. Bahkan jika gadis itu meminta emas satu kotak serta perhiasan dengan permata, aku berikan saat ini juga!"Pieter terus mengomel, ia berbicara mengenai keluhannya pada keluarga calon istrinya. I
Suara hiruk pikuk manusia yang bercengkrama di luar, mereka terus menumbuk padi dan mengiris rempah-rempah sebagai bahan sambal. Rempah-rempah itu akan mereka campurkan sebagai sambal untuk hajatan pernikahan anak dari tuan pemusungan.Mereka terus bergotong-royong, bahu-membahu untuk membantu, baik sebagai seorang tetangga, saudara ataupun hanya simpati. Karena bagaimana pun berita pernikahan anak dari tuan pemusungan telah menyebar luas hingga ke desa-desa tetangga.Mereka seolah prihatin atas apa yang telah dialami oleh Lana, sambil diam-diam bersyukur anak mereka tidak terlahir cantik. Bagi rakyat kecil seperti mereka, wanita cantik adalah sebuah kutukan. Karena akan sulit di jaga dari pandangan laki-laki, terutama bangsawan.Dari sekian banyak orang, hanya segelintir orang yang tahu bahwa Tuan Pieterlah yang patut untuk dikasihani. Karena ia akan mendapatkan istri bekas dari laki-laki lain.
"Kamu mencintaiku, maka berkorbanlah untukku."Sina langsung membuka matanya lebar. Ia kaget dan takut di saat yang bersamaan. Nafas dan detak jantungnya terus bersautan tak beraturan. Ini pertama kalinya ia bermimpi setelah ratusan tahun lamanya. Suara itu masih membuatnya takut dan merinding. Ia tidak mau bertemu dengan pemilik suara itu."Lana?"Suara itu terdengar lembut di telinganya, hal itu membuat Sina sedikit terenyuh. Setelah ratusan tahun lamanya, akhirnya ia bisa berinteraksi dengan manusia. Akan ada orang yang mendengar suaranya, akan ada orang yang menyapanya. Hal itu membuat ia bahagia, tanpa ia sadari matanya sedikit berair.Wanita itu panik saat melihat Lana menangis, ia berfikir bahwa Lana terlalu sedih karena harus menikah dengan seorang penjajah. Wanita itu mendekat dan membelai pelan pipi Lana sambil mengatak
Jiwana menatap Sina dengan bangga, namun ekspresi gadis itu terlihat sangat lucu. Sina menatapnya seolah-olah tak percaya dengan apa yang ia katakan, lalu menutupi tubuhnya dengan ekspresi takut."Kamu pasti terlalu sering berkhayal." Ucap Sina pelan.Mendengar hal itu, Jiwana hanya tersenyum remeh. Ia berfikir Lana pasti terlalu kaget karena ia memiliki gadis yang jauh lebih cantik darinya. Jiwana berharap gadis itu berhenti mengganggunya.'Tidak apa-apa menyebut Sina, lagipula siapa yang tau Sina itu siapa. Pada kenyataannya Sina memang jauh lebih cantik dari Lana. Dia adalah mahluk tercantik yang pernah ada, dan tidak akan ada yang tau bahwa aku telah berbohong'Jiwana tersenyum semakin lebar, hal itu membuat Sina semakin merinding. Ia segera berbalik dan tak ingin mengajak Jiwana berbicara lagi. Suasana berubah menjadi sangat hening. Hanya suara mesin mobil dan burung yang terdengar, hal itu membuat mereka berubah menjadi canggung.Setela
Pieter terus tersenyum sumringah, entah kenapa suasana hatinya berubah. Awalnya ia sangat kesal mengingat kearoganan keluarga Lana, namun setelah melihat gadis yang akan ia nikahi, Pieter langsung berubah bahagia."Kamu tertarik padanya?" Tanya Jiwana penasaran.Ruangan itu hanya berisi Pieter dan Jiwana. Hal itulah yang membuat Jiwana terlihat santai saat bicara tanpa embel-embel tuan."Tidak ada laki-laki yang tidak tertarik pada gadis cantik Jiwana."Jiwana berdiri didepan pintu terlihat semakin tertarik mendengar jawaban sahabatnya lebih lanjut. Ia mendekat lalu duduk di seberang, sambil bertanya sekali lagi."Tapi dia seorang pribumi. Gadis yang berambut hitam dengan kulit kuning langsat. Sangat berbeda dengan gadis pirang berkulit putih pucat seperti kaum bangsawan milikmu. Apakah kamu masih tertarik?"Pieter menatap lekat mata sahabatnya. "Cantik adalah cantik Jiwana. Bagaimanapun warna kulit serta rambut mereka. Lagipula para wanita
Matahari telah terbenam, setiap orang mulai sibuk membereskan rumah dan bersiap untuk istirahat. Akan tetapi hal itu berbeda dengan penghuni tempat ini. Mereka sibuk bergosip dan menerka-nerka bagaimana nasib gadis itu. Apakah ia akan diperkosa malam ini?Mereka berharap Lana tidak mendapatkan siksaan yang terlalu berat. Obat-obatan tradisional telah mereka persiapkan, karena walaupun mereka bekerja sebagai seorang pelayan penjajah. Mereka tetaplah seorang pribumi, yang peduli terhadap saudara setanah air mereka.Pieter telah tampil rapi dan wangi. Ia akan membuat gadis itu bertekuk lutut didepannya. Dia mengakui bahwa Lana gadis yang sangat cantik akan tetapi Pieter juga laki-laki yang tampan. Jadi tidak ada alasan bagi Pieter untuk merasa rendah diri didepan gadis itu. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia adalah seorang pemimpin dan tidak boleh melunak hanya karena kecantikan."Bagaimana penampilanku?""Masih luarbiasa seperti biasanya.
Sina dan Pieter terus saling menatap, seolah saling menilai penampilan masing-masing. "Pasti sangat menyakitkan berhubungan dengan laki-laki yang tidak kamu cintai.""Tidak juga. Tuan sudah cukup tampan untuk diajak tidur."Pieter berkekeh pelan. "Kamu bermulut manis, tapi aku tidak menyukai kata cukup."Sina tersenyum mendengar apa yang Pieter ucapkan. Sebenarnya ia tidak cukup yakin dengan kata-kata pelayannya. Namun setelah mendengar sendiri, ia menjadi sangat yakin. Pria didepannya adalah orang yang sangat narsis."Baiklah Tuan tampan, apa kamu akan terus berdiri disitu?"
Pagi menjelang, semua orang mulai bangun dan sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing. Tak ada yang mengungkit mengenai kejadian semalam. Mereka berpenampilan murung dan ada beberapa yang memiliki mata sembab. Para pekerja yang tinggal di dalam rumah tak bisa tidur semalaman. Mereka mendengar suara tangis Lana samar-samar dikeheningan malam. Mereka sedikit takut dan kasihan. Mereka cukup bersimpati pada gadis itu. Para pekerja memang memiliki solidaritas yang tinggi. Uang adalah hal yang mereka butuhkan, akan tetapi sikap persaudaraan masih melekat dihati mereka. Hal itu juga dirasakan oleh Isah. Ia menangis semalaman membayangkan nasib tuannya. Isah adalah pelayan dengan dedikasi tinggi. Ia hidup ratusan tahun namun tetap setia menunggu tuannya bereinkarnasi. Namun waktu yang ia habiskan membuat ia memyaksikan pengalaman menyeramkan semacam ini. Isah terbiasa memanjakan Sina. Memberinya pelayanan terbaik serta makan lezat dengan bahan
Di lain pihak, Jiwana telah mendengar tentang invasi Nippon ke pulau ini yang berniat menggantikan kekuasaan Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana tidak setuju, bukan hanya karena ia bekerja bersama para bangsawan Netherland, tapi juga karena Jiwana merasa bahwa bangsawan Netherland tidak terlalu kejam selama di pulau ini, mereka hanya sangat sombong dan pelit.Netherland memang memiliki riwayat buruk dengan para pribumi, akan tetapi itu hanya berlaku di pulau seberang. Di pulau ini, Jiwana lah yang mengaturnya. Ia menjilat para bangsawan Netherland untuk mendapatkan upah yang lebih baik. Ia juga membujuk para pribumi untuk mau bekerja tanpa sebuah paksaan. Sehingga keduanya tidak memiliki konflik yang berarti.Akan tetapi Nippon datang dan Jiwana tidak tau seperti apa strategi politik yang akan dilakukan Nippon di masa depan. Jiwana takut Nippon akan lebih sulit dibujuk dan akan menyengsarakan pribumi dan lebih kejam dari Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana membentuk kelompok k
Saat peperangan meledak, hujan di Ziel tak henti-hentinya turun. Alam sepertinya mendukung para pribumi dengan menurunkan hujan deras agar mereka bisa memiliki lebih banyak waktu untuk lari, sedangkan tentara Nippon kesulitan karena cuaca dan Medan yang belum mereka kuasai.Disaat hujan terus mengguyur Ziel dan tentara Nippon memaksakan diri untuk masuk, Pieter bersembunyi di balik pohon sambil membawa pedang telah ia asah selama beberapa hari. Matanya telah terbiasa oleh hujan dan kabut, jadi Pieter mampu melihat dengan jelas gerakan lawan dibalik pohon itu.'hmm mereka terlihat familiar'Tentara Nippon memiliki perawakan yang hampir sama dengan pribumi, hanya saja kulitnya putih dan matanya agak sipit. Hampir mirip dengan keturunan Tionghoa yang biasa Pieter lihat. Mereka memiliki suara yang keras dan perawakan yang kaku, jadi wajar saja jika Pieter merasa wajah mereka terlihat familiar.Pieter bergerak dengan sangat hati-hati, ia tidak ingin meremehkan musuh. Walaupun tubuh Pieter
Beberapa tahun setelah kematian Sina, perang terjadi di pulau Mirah Adhi dan diprediksi Netherland akan segera kalah. Pasukan Nippon telah mulai melakukan aksi untuk menguasai, sehingga Pieter pun harus bersiap mengevakusi anggota keluarga agar bisa pergi ke tempat yang lebih aman. Pieter bahkan memecat semua pelayanannya agar mereka bisa pergi mengungsi dengan cepat. Pieter tidak ingin orang-orang dibunuh ataupun dibantai karena mereka bekerja pada Netherland. Karena bagaimanapun para pelayannya bukanlah penghianat negara melain orang biasa yang mengais rezeki dengan bekerja padanya. Walaupun begitu ada beberapa pelayan masih enggan untuk pergi karena merasa sayang pada Pieter."Tuan, kami masih ingin tetap bersamamu. Kami rela mati bersamamu jadi kami tidak akan pergi kemanapun. Atau kalau Tuan mau, ikutlah bersama kami ke kampung. Disana kami akan menyembunyikan Tuan agar aman dan tak akan tertangkap oleh tentara Nippon."Mereka bekerja bersama Pieter, akan tetapi mereka mendedika
Pieter menatap ke arah gundukan tanah yang tertulis nama Lana di atasnya. Pieter ingat ketika ia membuka mata untuk pertama kalinya tubuh Sina telah mendingin di dalam pelukannya. Tubuh yang cantik itu telah kehilangan jiwanya dan Pieter akhirnya ditinggalkan untuk yang kedua kalinya.Selama dua kehidupan ia harus ditinggalkan oleh kekasihnya. Akan tetapi walaupun rasa sedih menguasai hatinya, ia selalu ingat bahwa kematian Sina saat ini adalah untuk kebaikannya sendiri. Sina tak lagi merasakan kesakitan dan penderitaan seperti yang ia rasakan ratusan tahun yang lalu. Dia telah terbebas dan Pieter bahagia karenanya."Kamu bebas sekarang." ucap Pieter lirih.Saat pemakaman berlangsung, banyak orang yang datang untuk melayat. Mereka berdoa dengan penuh hikmat dan terkadang datang untuk bersalaman dengan Pieter sambil mengucapkan banyak kalimat menghibur. "Dia sekarang berada di lindungan Tuhan, jadi kamu jangan bersedih terlalu berlarut-larut.""Ya, Lana adalah gadis yang baik dan taat
Saka meninggal di hutan keramat saat berusia ia telah 97 tahun. Ia sangat tua dan tak pernah pergi dari tempat itu satu kali pun. Ia telah meninggalkan semua kemewahan dan kejayaan serta masa mudanya. Ia memilih untuk tinggal bersama Sina di hutan keramat. Ia ingin jiwa Sina tak merasa kesepian, setidaknya sampai ia meninggalkan dunia ini. Saka juga tak pernah berkomunikasi dengan orang lain sehingga ia tak pernah tau apa yang terjadi di luar hutan. Baginya tugas sebagai seorang Raja telah ia penuhi, ia telah berusaha untuk membuat rakyat sejahtera dan keluarga yang ia tinggalkan dapat dipastikan akan aman setelah ia pergi meninggalkan mereka.Jika orang lain melihat keseharian Saka di tempat itu maka mereka mungkin akan menyimpulkan bahwa Saka telah menjadi orang 'gila'. Saka akan berbicara pada sendiri dan setelah itu menangis, setelah itu tertawa keras. Hanya itu yang ia lakukan setiap hari.Saka telah tinggal di hutan keramat selama puluhan tahun, dan ia telah bertapa serta mening
Setelah kemenangan, semua orang di Mirah Adhi merasakan 'duka' yang dirasakan oleh Raja. Harga ternak telah turun drastis mengingat dilarangnya konsumsi daging selama setahun, hal tersebut membuat para peternak dan pemburu hewan tak memiliki mata pencaharian dan terpaksa beralih profesi. Para petani pun bersedih karena bahan pangan juga tak terlalu laku mengingat adanya pengadaan puasa selama 40 hari. Apalagi para bangsawan, mereka sekarang terlihat seperti rakyat biasa karena tak ada lagi pakaian mewah dan perhiasan yang bisa mereka gunakan selama lima tahun ke depan.Sekarang hutan keramat menjadi momok paling menakutkan bagi masyarakat. Mereka tidak berani ke sana karena takut akan dieksekusi mati oleh Raja. Apalagi saat melihat secara langsung bagaimana raja memberi hukuman pada orang-orang yang membuat Sina menderita. Pada hari itu semua orang tak berani keluar rumah karena mendengar suara jeritan orang-orang yang dibakar dengan kejam. Bahkan setelah kejadian itu, para orang tua
Kemenangan Senggrala atas Malaka telah dipastikan, akan tetapi tak ada satupun orang yang merayakannya. Semuanya menunduk dan bersedih, kala mengetahui panglima perang mereka telah mati karena bunuh diri. Awalnya semua orang meributkan siapa yang disalahkan atas kejadian ini, akan tetapi saat melihat Saka yang masih diam, semua orang pun langsung ikut diam.Saka adalah orang yang paling terpukul pada kejadian ini. Ia kehilangan satu orang kepercayaannya, dan satu orang yang paling cintai serta kasihi. Akan tetapi Saka masih tetap diam dan memandang jasad Jarka yang dikebumikan dengan tatapan yang sangat datar.Hati Saka sangat hancur dan sedih, akan tetapi yang paling menyakitkan dari semua itu adalah tak ada satu tetes pun air mata yang jatuh di pelupuk matanya. Seolah ia telah dikutuk untuk tidak bisa melampiaskan kesedihan yang ia miliki seumur hidupnya.Setelah Jarka dimakamkan, Saka masuk ke dalam kamarnya sambil melihat kendi yang berlapis emas di atas kasurnya. Kendi itu berisi
Seperti jantung yang ditusuk dengan pisau, setiap langkah kaki kuda yang ia tunggangi membuat Jarka semakin sulit bernafas. Ia tidak tau apa yang terjadi pada Sina nya tapi satu hal yang ia tau Sina nya pasti sedang tak baik-baik saja.Jarka mencoba menghibur dirinya sendiri dengan berfikir sesuatu yang indah, tapi ia tetap tidak bisa. Seolah otaknya telah dipenuhi oleh bau daging yang terbakar dari perhiasan yang pernah ia berikan pada Sina."Tidak mungkin terjadi bukan..."Jarka menatap ke arah burung elang yang terbang di atasnya, lalu menatap ke arah depan sambil menghapal jalan. Tak lama mata Jarka memerah dan air matanya jatuh."Ini bukan jalan menuju istana, ini bukan jalan menuju rumah..."Semakin panjang perjalanan Jarka, semakin jauh ia dari istana. Ia semakin masuk ke dalam sebuah hutan yang tak pernah ia masuki sebelumnya. Hutan yang mungkin tidak pernah dikunjungi manusia. Tapi, kenapa perhiasan Sina ada di tempat yang seperti ini?Semakin banyak Jarka menebak dalam otakn
Beberapa hari setelah datangnya Saka ke medan perang, Jarka sudah tak menerima surat balasan lagi dari Sina. Bahkan Jarka telah menyempatkan diri untuk meluangkan waktu membuat puisi untuk Sina, akan tetapi surat yang datang hanya ditujukan pada Saka. Hal tersebut membuat Jarka sedikit cemburu pada calon kakak iparnya itu."Semenjak Saka ada di medan perang, Sina tak lagi memperhatikan ku." Wajah cemberutnya yang terkesan kekanakan sangat jauh berbeda dengan citranya di tentara sebagai orang yang ganas."Bersabarlah Tuan, setelah kita menang nanti Tuan dapat membawa Putri Sina pulang tanpa hambatan dari siapapun."Beberapa prajurit mencoba menghibur Jarka, mengingat perasaan Jarka sangatlah penting bagi peperangan ini. Jika Jarka dalam keadaan kurang bahagia atau bersemangat, maka habislah sudah karena Jarka adalah penentu menang atau tidaknya Senggrala dalam peperangan ini."Ya, kamu benar. Kita akan pulang dengan kemenangan dan membawa Putri Sina ke rumahku sebagai hadiah."Semuany