Beranda / Fantasi / Guardians of Shan / Guardian dan Sihir Hitam – 3

Share

Guardian dan Sihir Hitam – 3

Penulis: Kiprang Novel
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-24 00:00:00

"Kumohon, jangan sakiti kami!" 

Mereka saling tatap. Pria tambun itu–yang tadi memegang kapak–mendekat. Ia mengerutkan kening melihat kondisi kami, apalagi hutan yang sebagian kini menjadi abu dan menyatu dengan angin. 

Arsene terbaring di tanah, tidak sadarkan diri. 

Aku berlutut dan mengelus dahinya, panas sekali. Karena cemas, aku lantas berdiri dan menatap pria tambun tadi. 

Pria itu tampak mengenal Arsene, dia langsung berpaling dan menyuruh pria lain untuk melanjutkan jalan. Sementara di mendekat lalu membopong Arsene. 

Aku berjalan di samping kiri sementara pria itu menyusul kawanannya. Sesekali kulirik ke belakang, berharap rubah itu tidak kembali. 

"Siapa kamu, Nak?" tanyanya. "Aku baru tahu jika Monsieur Perrier punya putra." 

Terpaksa, aku berbohong. Namun, entah kenapa, seakan mengucapkan yang sebenarnya. "Aku Remi, putra Monsieur Perrier." 

"Kamu tahu kondisi ayah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Guardians of Shan   Guardian dan Sihir Hitam – 4

    Aku menatapnya dalam diam. Namun, dia membalas dengan senyuman yang terkesan ramah hingga aku jadi merasa aman."Pangeran," ucapnya lagi. "Kukira kita bakal ketemu lebih lama lagi."Dia seperti bicara seakan kedatanganku direncanakan. Baru saja hendak bertanya, suara Arsene terdengar dari belakang. Dia rupanya bangkit karena menunggu terlalu lama."Remi, siapa-Ah, kamu." Arsene terdengar tidak senang maupun keberatan akan kedatangan tamu ini.Arsene keluar sambil membalut tubuh dengan selimut, tanda bahwa dia lekas-lekas keluar begitu mendengar suara.Pemuda tadi menautkan alis, jelas tersinggung. "Aku hanya ingin berkunjung, Arsy. Apa salahnya?"Fakta kalau dia memanggil Arsene dengan nama kecil sudah menggambarkan sedekat apa hubungan mereka. Jika kalungku bercahaya, itu seakan menjadi nilai plus. Berarti, ada dua orang yang bisa kupercaya. Setidaknya, itu kata kalungku.Arsene memutar bola mata. "Silakan masuk. Remi, ini Tom, Thoma

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • Guardians of Shan   Guardian dan Sihir Hitam – 5

    Syaat!Terdengar suara sabetan hingga benda jatuh. Suasana seketika hening. Telinga berdenging sementara jantung seakan berhenti berdetak. Aku menghela napas, berharap nyawaku masih melekat di raga.Kukerjapkan mata. Hanya ada kepala pucat menggelinding. Menatap kosong. Sementara darah membasahi tanah, serta bau anyir yang nyaris membuatku mual.Makhluk itu sudah mati.Aku terduduk dan berusaha mundur. Bibirku bergetar pelan kala mata merah itu menatap ke relung jiwa. Meski telah mati, tetap saja membuatku gemetar. Apa jadinya jika itu hanya tipu daya?"Remi?"Arsene berdiri di belakang, untuk kali pertama kulihat dia cemas. Keningnya berkerut menatapku yang masih terduduk. Dia ulurkan tangan, mencoba membantu berdiri.Aku berdiri lalu memeluknya. Tanganku dingin, bergetar. Kucengkeram erat jubah hitamnya sambil membenamkan wajah, takut melirik kepala yang nyaris membunuhku.Lidahku kelu, aku berjuang menjelaskan apa yang terja

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-26
  • Guardians of Shan   Guardian dan Sihir Hitam – 6

    Ketika membuka mata kembali, hari sudah malam dan aku mendengar bunyi ketukan pintu. Bayangan hitam tadi langsung kulupakan. Aku justru fokus membuka pintu untuk tamu baru kali ini."Pangeran!" sambut Gill. "Aku datang membawa dokter Youngfeather."Pria di sisinya kemudian melanjutkan. "Kudengar kemarin Monsieur Perrier sakit kembali. Aku Henry Youfeather, dokter pribadinya."Dokter Youngfeather adalah pria berambut putih dan hitam berkacamata. Ia sedikit lebih tinggi dibandingkan Arsene dan kulitnya malah tidak sepucat rakyat Ezilis lain. Meski bilang kalau ia dokter, pakaiannya terlalu santai sehingga membuatku skeptis. Pria itu datang bersama Gill.Dari tatapan Gill, aku malah semakin bingung. Ia menunjuk-nunjuk dokter tadi dengan mata. Mulut Gill juga membentuk isyarat, seakan berkata "masuk." Kurasa orang ini bisa diizinkan masuk.Aku mundur dan memberikan ruang masuk untuk mereka."Pangeran sudah makan?" tanya Gill.&n

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-27
  • Guardians of Shan   Guardian dan Sihir Hitam – 7

    Terlambat.Hanya jasad pria terkapar tepat di bawah sinar lampu. Dadanya terbuka lebar hingga menampilkan rongga kosong kecuali daging dan tulang rusuk. Tanpa diberitahu, aku tahu ini salah satu cara membunuh vampir. Ia tampak baru saja mati, terlihat dari darah segar membanjiri. Kulirik ketiga pria itu, diam seribu bahasa sementara sang dokter terus mengamati jasadnya dengan saksama."Sudah jelas," ujar dokter. "Ia hampir berubah menjadi vampir dan seseorang sudah membunuhnya.""Baguslah," komentar Arsene. "Kita tinggal cari kerabat korban untuk menguburnya.""Kalian tidak mencari pelaku?" Dokter memicingkan mata. "Atau setidaknya melapor ke pihak berwajib?"Arsene melirik Gill. "Kamu atau kami yang melapor? Harus ada yang menjaga jasadnya."Dokter Youngfeather kemudian menyahut. "Biar aku saja, barangkali salah satu dari kalian bisa menemaniku."Arsene l

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-28
  • Guardians of Shan   Evergreen sang Guardian – 1

    "Lihat mataku!" Dia dekatkan wajahnya padaku. "Apa yang kaulihat, Pangeran? Hijau, bukan? Warna kehidupan. Ya, akulah sang Kehidupan itu sendiri.""Kamu kenapa?" Gill menarikku ke sisinya. "Kenapa kalung Pangeran bercahaya?"Aku melirik Gill. Aku saja belum tahu pasti cara kerja kalung ini. Tapi, kenapa Gill meragukan sesamanya?Evergreen tersenyum. "Kalung itu memilihku, siapa yang bisa protes?""Kamu bukan Guardian!" geram Gill. "Arsy akan mencincangmu jika tahu.""Wah, kenapa tidak serang aku saja?" tantang Evergreen. "Kamu tampak kuat, seranganku tiada gunanya bagimu."Ternyata, dialah yang tadi memotong tangan kiri Gill. Meski jelas hasilnya sia-sia."Pe-pergi! Kamu ... tidak dibutuhkan!" seru Gill, meski bibirnya bergetar.Aku teringat dengan obrolan vampir itu pada Arsene. Apa benar dia bisa mengatur vampir? Bagaimana bisa? Kutatap wajahnya, dia malah membalas dengan senyuman.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Guardians of Shan   Evergreen sang Guardian – 2

    Dahan-dahan menusuknya tepat sebelum rubah itu menerjang rumah Gill. Aku refleks mundur ketika ia memberontak, menatapku tajam dengan mata birunya.Tubuhku disambut Arsene. Ia pegang bahuku sambil menatap rubah yang berjuang membebaskan diri. Sudah jelas ia bingung, bagaimana bisa musuhnya dikalahkan dengan dahan seperti itu? Padahal Arsene pernah mencoba menjerat rubah itu dengan sihirnya.Kami mendekat ke jendela. Rubah itu terus memberontak dan meraung. Saat dahan lain patah, dahan lain menggantikan. Makhluk itu kewalahan, terus berjuang membebaskan diri. Kulirik sosok yang sedang mengamatinya di bawah.Evergreen.Kami bergegas turun disusul Gill dan Dokter Youfeather. Dengan takjub menyaksikannya terjerat hingga nyaris tenggelam dalam pelukan dahan dan sulur tadi.Evergreen menyeringai. Ia dengan santai membiarkan musuhnya perlahan terkurung dalam penjara ciptaannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Guardians of Shan   Evergreen sang Guardian – 3

    Dia cekik leher vampir itu. Diangkatnya hingga wajah mereka bertatapan.Dia benamkan kukunya yang tajam ke dada wanita itu, darah dan jantung muncrat mengotori tangannya. Dia empaskan ke tanah. Membiarkan darah membanjiri jasadnya. Setelah beberapa saat, barulah aku ingat namanya. Sosok yang selama ini kami tunggu."Nemesis!" Gadis berambut hitam berlari menghampiri. Rambut hitamnya berkibar hingga ke punggung, meski sedang diikat. Dia melirik jasad tadi.Wanita yang baru saja digigit gemetar sambil memegang lehernya. Darah mengotori leher dan pakaian, wajahnya memucat.Pria pucat itu meliriknya.Wanita itu terkesiap. "Kamu ... "Dia pegang kepala wanita tadi. Mata merahnya menatap lurus ke jiwa malang korbannya. Aku tidak bisa mendengar bisikan pria pucat itu. Setelah berbisik, dia biarkan wanita itu berlari."Tangkap dia!"Seruan itu lan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Guardians of Shan   Evergreen sang Guardian – 4

    "Setan!" latah Gill. Dia berlindung di belakangku, menjadikanku sebagai tameng.Dari jendela, tampak pria berambut hitam agak bergelombang dengan mata merah menyala. Tatapannya begitu dingin, selaras dengan wajah pucatnya. Tunggu ..."Kamu ... Pangeran?" Pria itu mengerutkan kening.Kudengar suara Arsene yang berdiri di samping kirinya. "Ya, Monsieur Killearn. Kami juga pelindungnya.""Maaf, aku kira kalian musuhku," ujarnya."Kamu salah satu Guardian?" Gill memberanikan diri mendekat.Dia mengiakan. "Aku Nemesis Killearn.""Arsene Perrier." Arsene memperkenalkan diri lalu menunjuk Gill. "Thomas Gillmore.""Salam kenal, Mister Perrier dan Mister Gillmore," balas Nemesis dengan nada tenang. "Kedatangan kalian sangat tidak terduga."Dari logatnya, sedikit berbeda dibandingkan kedua pria yang kukenal. Dia jelas bukan berasal

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06

Bab terbaru

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu - 10

    Kedatangannya Elya tidak kusangka akan sepagi ini. Aku ingat kebiasaan Robert yang bangun lebih awal, barangkali mereka biasa berjanji bertemu sepagi ini. Namun, pagi ini kulihat Robert tampak mengantuk. Saat aku dititipkan di Kapel, tidak kutanyakan langsung saat itu apa yang dia kerjakan di luar sana. Sepertinya melelahkan.“Dia sedang tidur,” jawabku, tidak ada niat membangunkan Robert. Namun, aku rasa Elya bisa menunggu. Toh, gadis itu tahu pasti jadwal kerja Robert, dia biasanya juga tidak akan lama beristirahat setelah terbangun sejenak tadi. Baru hendak kutawari untuk masuk, Elya serahkan tas kecil yang melingkari pinggangnya padaku. Dia melangkah mundur. “Baik, titip pesan padanya jika nanti malam aku akan ke sini lagi.” “Kamu tidak mau menunggu?” Aku bertanya. Ingin rasanya tahu apa yang mereka berdua lakukan, kekuatan yang katanya “mengutak-atik bagian tubuh” masih tergiang dalam pikiranku. Apa gerangan yang Robert rencanakan? Apa ada kaitannya dengan cairan yang biasa dia

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 9

    Membangun peradaban baru. Belum pernah terpikir jika para Guardian ingin mencapainya, tidak pula aku menduga. Kukira tujuan kami hanya bisa bertemu kembali, memulai hidup bersama seperti keluarga lainnya hingga kembali ke pelukan alam. Jika tidak akan terlahir kembali setelahnya.Elya memandangku, matanya terpaku, menunggu aku membalas, tapi aku tidak tahu jawabannya. Jika saja seorang Guardian di sini, dia pasti bisa menjawab.“Ah, Elya.” Suara tak terduga dari Frederic menyelamatkanku dari pertanyaan tadi. “Sudah lama tidak ke sini. Di mana keluargamu?”“Sedang jalan-jalan,” jawab Elya. “Kamu datang sedikit tepat waktu, aku dan Levi baru saja membahas soal kerajaan awan karena langit-langit ini.”Frederic melayangkan pandangannya pada lukisan itu. “Benarkah? Kami memilih awan karena itu mengingatkan kami akan kehidupan setelah ini,” komentarnya. “Kamu ingat sesuatu?”“Ya, Abi pernah membahas soal kerajaan di atas awan dan mengaku ingin kembali ke sana.” Elya menatapku. “Sayng sekali

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 8

    Ucapan gadis itu membuatku diam. Memang para Guardian telah menjagaku dari segala bahaya. Namun, aku dan mungkin juga kakakku, Kyara, tidak tahu mengapa kami dijaga selain karena kami pewaris takhta Kerajaan Shan selama ini. Tidak seperti mereka, kami tidak ingat apa pun, hanya ikut alur yang para Guardian tuntun untuk kami.Tidak disangka ada lagi seseorang di taman. Dia berdiri di bawah naungan pohon yang jadi pusat taman, tepatnya berseberangan denganku. Rambutnya biru dengan garis-garis hitam menghiasi beberapa helai, sementara iris mata hitam, kulitnya pun sepucat anak-anak panti. Ciri-ciri anak panti yang sangat pucat membuatku ragu pada asal usul mereka. Orang Danbia memiliki kulit putih sedikit kemerahan, tak terkecuali Robert. Sementara orang Ezilis juga putih, tapi tidak sampai tampak janggal seperti anak-anak panti itu. Namun, aku belum pernah melihat gadis itu di panti dan dia tidak juga terlihat seperti orang-orang dari negeri yang kutahu.Tanganku terangkat perlahan mesk

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 7

    "Pergi saja ke Kapel. Kau tidak boleh keluar dari sana sampai aku jemput." Hanya itu ucapan Robert yang aku ingat begitu waktu sekolah berakhir. Alih-alih berdiri depan sekolah bersama teman sebaya menunggu dijemput, aku langsung melangkah menuju tempat yang dia maksud. Lokasi Kapel memang tidak jauh, hanya sekitar satu jalan dari sekolahku dan itu masih berada di antara jalanan umum. Barangkali karena ini Robert membiarkanku berjalan seorang diri. Meski beberapa kesempatan–seperti Guardian lainnya–dia tidak ingin aku menjauh darinya, untuk kali ini dia mempercayakan seseorang untuk menjagaku. Kalung ini bersinar saat berada di dekat pria itu, dia pun tahu aku tanggungjawabnya. Aku teruskan langkah dengan boneka kelinci berian Arsene, untungnya tidak ada teman sekelas yang mengambilnya. Dia bisa menemaniku jika suasana Kapel ternyata begitu sunyi.Keadaan Kapel, seperti biasanya, tidak begitu ramai. Lebih terlihat beberapa orang lewat dengan pakaian yang sama seperti Frederic kenakan

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 6

    "Apa?" Aku tentu heran mendengarnya. Waktu itu juga belum paham maksud dari kata "pemusnah massal" itu sendiri. Aku mulai berpikir keras akan suatu hal yang belum kupahami. Spontan saja kutanyakan persis seperti yang kupikirkan. "Pemusnah apa? Apa itu 'massal'?""Ah, lupakan, aku hanya bergurau," Ekspresi muka Robert tidak menunjukkan apa pun yang membuatnya tampak sedang bercanda, dia terlihat serius seperti biasa."Tapi, apa itu 'massal'?" Aku bersikeras ingin tahu, hati berdebar menerka maksud yang kucari.Robert berdecak pelan. "Dalam jumlah yang banyak."Aku terdiam. Kata "senjata pemusnah massal" berarti senjata yang dapat menghancurkan sesuatu dalam jumlah yang banyak. Jantungku terasa berhenti berdetak untuk sesaat. Kalimat yang baru kupelajari tadi terdengar menakutkan. "Kenapa Robert bilang begitu?" Aku protes, tidak menutupi kalau pelindungku ini memberi kesan seram sejak awal.Robert menghela napas, menggeleng pelan. "Tidak ada."Kali ini, aku mendadak jadi penasaran. Tida

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 5

    "Ya, bilang saja begitu, mentang-mentang belum ada yang terbunuh." Robert mengucapkannya dengan nada mengejek. Entah mengapa tutur kata lembut dari temannya tidak mempengaruhi reaksinya. "Thomson." Dia sebut nama temannya itu dengan lembut, meski dapat kurasakan tekanan dari suaranya, tanda teguran halus. "Frederic." Robert sebut namanya seperti mendesis, menyebut nama dari temannya sekaligus membalas ucapannya barusan. Pria di depanku, yang kini akan kusebut sebagai Frederic, mempertahankan intonasi suara lembutnya. "Aku juga bertanggung jawab atas nyawanya. Percayalah, dia tidak akan menginjakkan kaki di sini." Di balik suaranya yang tenang, sorot matanya kian tajam, terus memandang ke arah Robert. Suasana kian canggung bagiku, terlebih melihat dua orang dewasa–pelindungku sendiri, kini tengah berada dalam perdebatan. Tampaknya tidak ada salah satu yang ingin mengalah, meski ada perbedaan dari cara menuturkan kata, tapi dapat kutebak masing-masing tetap ingin mempertahankan ke

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 4

    Barangkali ini kebiasaan yang aku terapkan pada setiap Guardian, saat kami melangkah bersama, kupastikan kami selalu berdampingan. Namun, karena tubuh mereka lebih besar dariku, aku merasa lebih aman bernaung di bawah bayangan mereka. Seperti itulah yang aku lakukan bersama Robert saat ini. Tangan para Guardian selalu begitu besar dibandingkan punyaku, sehingga ketika bergandengan semua jariku tetap tidak sanggup meraih seluruh tangan mereka. Selagi melangkah, pandangan Robert lurus ke depan, sesekali pandangan kami bertemu tanpa reaksi, memastikan tidak terpisah barang sesaat.Langkah kami tertuju pada kapel, tempat yang bernuansa paling tenang di kota Anamsel sejauh ini, walau hanya sedikit tempat yang aku kunjungi di kota. Jumlah orang yang keluar masuk dari kapel masih terbilang sedikit, menambah kesan keheningan yang mendukung aura ketenangan yang dipancarkan. Para petugasnya ramah, apalagi mereka yang sering menerima barang berian dari Robert tadi, semua mengenakan pakaian biru

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 3

    Malam itu terasa berbeda lantaran aku kini berbaring di kasur dengan Robert di sisiku. Cahaya remang dalam kamar membuat suasana hening terasa damai, meski di saat yang sama diliputi hawa dingin menusuk hingga ke tulang, membuatku menenggelamkan diri dalam selimut selagi memandang pelindungku yang entah mengapa memilih untuk membaringkan badan di atas selimut. Robert memandang langit-langit, mata cokelatnya bergerak mengamati sekeliling kamar, tenggelam dalam pikiran sejenak sebelum akhirnya bersuara."Hal pertama yang kuingat di Shan itu, saat itu aku menghadap Raja sebagai hadiah dari sang Ratu." Robert memulai ceritanya, pandangannya masih fokus memandang langit-langit. Cahaya lampu tidur yang menjadi satu-satunya penerang memantul di matanya.Tanganku masih menggenggam erat selimut, menyimak ucapannya. "Hadiah?" Terkesan aneh karena yang kutahu, hadiah itu biasa berwujud benda mati.Robert mengiakan, masih terus memandang ke atas. "Sang Ratu memberi Raja hadiah berupa aku, dengan

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 2

    Bunyi keras kembali menyentak keheningan. Bersamaan dengan lantai kayu yang menampar wajahku saat kehilangan keseimbangan. Langsung saja aku terduduk, menatap sosok yang baru saja membuatku jatuh.Tangan besar itu meraih rambutku. Aku menjerit ketika terseret lagi. Sesuatu hendak memangsaku di hari pertama musim dingin ini. Aku menendang-nendang tanah, berupaya melawan meski tiada hasil.Terdengar bunyi daging terpotong, refleks membuatku terpaku, mengira serangan itu tertuju padaku. Tangan yang mencengkeram kepalaku mulai melemah. Aku terjatuh ke lantai, begitu kaki menyentuh lantai, segera aku merangkak menjauh."Pangeran!" Di saat itu juga tubuhku terasa terangkat. Tercium bau khas yang kukenal. Kumpulan aroma wangi yang berasal dari minuman maupun racikan yang selama ini menghias rumah baruku. Dia berdiri di depan, kedua tangan terulur siap meraihku. Segera aku mendekapnya agar tidak terjatuh. Jelas sudah siapa itu, dia pasti langsung keluar begitu melihat bayangan makhluk tadi.

DMCA.com Protection Status