Home / Romansa / Grafiti Dinding Hati / 28. Baju Tidur Seksi

Share

28. Baju Tidur Seksi

Author: Jnana
last update Last Updated: 2023-09-03 02:43:42

Di dalam kamarnya, Citta menanggalkan pakaian pengantinnya dengan dibantu Ratih. Mereka berdua memilih bekerja dalam diam. Namun sebenarnya Ratih ingin bertanya tentang banyak hal, tapi ia lebih kasihan ketika melihat sahabatnya yang tampak kelelahan. Setelah membersihkan riasan yang menempel pada wajah Citta, Ratih kemudian berpamitan.

“Tidak perlu diantar, oke.” Tolak Ratih ketika mereka sampai di depan pintu kamar Citta. Citta mengangguk tanda setuju. Tubuhnya memang terasa sangat lelah sehingga tanpa perlu berdebat, Citta langsung mengiyakan permintaan Ratih.

“Terima kasih.” Ucap Citta sambil bertumpu pada daun pintu yang terbuka.

“Sama-sama. Kita berdua sama-sama lelah, kan. Oya, aku selalu siap kapan pun kamu mau cerita.” Kode Ratih diikuti cengiran jenakanya. Citta tersenyum tipis. Ratih memang memahaminya dengan sangat baik.

“Iya, kalau waktunya sudah tiba, aku akan ceritakan semuanya.” Jawaban Citta terdengar seperti sebuah janji. Ratih menepuk perlahan lengan sahabatnya ke
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Grafiti Dinding Hati   29. Lebih Baik Menghindar

    Citta terbangun ketika merasakan tengkuknya seperti diterpa embusan napas.Tunggu! Embusan napas?Bukankah tadi malam ia tidur sendirian. William memilih tidur di sofa, kan?Atau….Citta menjerit tertahan karena otaknya membawanya pada kemungkinan yang sama sekali tidak diperhitungkannya.Bagaimana jika William pindah ke tempat tidur?Menyadari peluang itu sangat mungkin terjadi, Citta pun segera mengubah posisi tidurnya. Dan kali ini ia benar-benar memekik, meski tidak kencang, ketika netranya menangkap sosok William yang tengah meringkuk pulas di dekatnya.William yang tampak terusik dengan jeritan Citta, membuka sedikit kelopak matanya. Lalu, tanpa mengatakan apapun William langsung menarik Citta mendekat padanya dan serta merta mengunci tubuh Citta dengan pelukan yang cukup erat. Pinggang Citta yang ramping terasa sangat pas dalam pelukan William. William sebenarnya sudah bangun dari tadi sehingga ia tahu semua reaksi Citta yang menurutnya lucu sekaligus menggemaskan. Sangat mu

    Last Updated : 2023-09-05
  • Grafiti Dinding Hati   30. Berat Sebelah

    Johan heran mendapati ruang makan yang masih lengang. Terasa aneh dan tentu saja janggal karena biasanya semua penghuni rumah tersebut hanya dapat bertemu dan berkumpul di waktu sarapan. Namun kali ini, meja makan kosong tanpa ada yang mengelilinginya. Johan lalu ingat kalau kemarin William mengatakan akan berangkat lebih awal ke kantor, tapi sedari tadi Johan belum mendengar deru mesin mobil William. Itu artinya William masih di rumah.Johan kemudian memanggil bibi dan menanyai perempuan itu. Bibi, dengan suara terbata karena ketakutan, mencoba mengurai kronologi yang terjadi sehingga waktu sarapan pagi ini menjadi berbeda, tidak seperti biasanya.“Kurang ajar!” Johan refleks menggebrak meja. Ia tidak menyangka Dhita kembali ke rumah ini dan membuat keributan. Johan lalu kembali bertanya pada bibi tentang keberadaan Citta. Ya, Johan tentu saj

    Last Updated : 2023-09-09
  • Grafiti Dinding Hati   31. Menjaga Milikku

    “Aku akan menyusul William, Pa.” Dhita merasa tidak nyaman hanya makan berdua bersama Johan, mertuanya. Ia juga tidak bisa fokus menikmati makanan yang tersaji di piringnya karena pikirannya sibuk menerka apa gerangan yang sedang dilakukan William dan Citta. Dhita menyumpahi Citta dalam hati. Melontarkan beberapa kata makian yang meskipun ia ucapkan dalam hati, namun ia sangat berharap itu sampai pada Citta. Johan yang sesekali melirik Dhita, mencoba mengecek ekspresi menantu culasnya itu, tentu saja melarang keinginan Dhita.“Bersikaplah dewasa, Dhita. Citta juga istri WIlliam.”“Tapi aku istri sahnya, Pa. Pernikahan Will dan Citta hanyalah main-main!” Dhita sengaja membanting sendok garpunya sebagai bentuk luapan kemarahan. Johan kembali murka dengan sikap tidak sopan Dhita. Ia juga menghardik Dhita yang menyebut pernikahan

    Last Updated : 2023-09-10
  • Grafiti Dinding Hati   32. Enam Lingeri

    “Will?” Citta terlihat sangat ingin tahu jawaban William atas pertanyaannya tadi. Namun sedari tadi William tetap bergeming. William juga tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Citta mencoba memahami diamnya William dengan menarik garis bibirnya agar membentuk sebuah senyum. Andai Citta tahu, William tidak bisa menjawab pertanyaannya. Dan seandainya William tahu, Citta akhirnya membuat kesimpulan sendiri dengan mencoba mengartikan itu sebagai ketidaktahuan atau mungkin ketidaksiapan William. Citta yakin bahwa William tidak ingin dipandang sebagai laki-laki berengsek. Laki-laki yang sudah menikah, tapi masih berani mencium perempuan lain.“Ayo kita berangkat. Aku hampir terlambat.” Citta mencoba mengalihkan pembicaraan. William masih tidak mengatakan apa pun. Namun kali ini, William mengikuti perkataan Citta. Perlahan, kaki William menginjak pedal gas dan mobil pun menderu tanda mulai melaju.“Pukul berapa aku bisa menjemputmu?” William menatap Citta sambil menunggu jawaban dari istri ked

    Last Updated : 2023-09-12
  • Grafiti Dinding Hati   33. Seksi dan Panas

    Citta masih tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya sekarang. Lingeri dalam enam warna yang berbeda. Pun dengan modelnya yang sudah pasti tidak ada yang sama. Pasti semua lingeri itu akan memberi pemakainya kesan seksi dan menggoda, tebak Citta dalam hati. Ragu-ragu, Citta mengulurkan tangan hendak menyentuh lingeri yang berwarna merah. Sejak tadi, benda itu sudah menarik perhatiannya. Tekstur halus bahan sifon langsung memenuhi indera perabanya. Citta pun tergoda untuk mengambil lingeri merah itu lalu membentangkannya. Lingeri itu memiliki model gaun mini dengan aksen tali spageti di bahu. Potongan dada yang sangat rendah dan berbentuk V terlihat indah dengan tepian renda yang tak kalah halus. William yang sedari tadi mengamati Citta, kini mulai tertarik dan bermaksud menggoda istrinya itu.“Kamu mau memakainya?” William menyentuh punggung Citta lembut. Berusaha tidak membuat istrinya terkejut. Namun tetap saja, Citta sedikit berjingkat karena tetiba suara William memenuhi g

    Last Updated : 2023-09-19
  • Grafiti Dinding Hati   34. Mereguk Kenikmatan

    William mengulum senyum kala memandangi Citta yang terus bergerak karena kikuk. Gadis di depannya itu sedari tadi sibuk menutupi bagian-bagian pribadinya dengan kedua tangan. Hingga akhirnya William berujar ketika satu tangan Citta menutupi bagian dada dan satu tangan lainnya menutupi area sekitar pangkal pahanya.“Hey, tidak perlu malu.” William perlahan mendekat, memupus jarak antara dirinya dengan Citta.“Aku–aku malu, Will.” Jawaban khas gadis polos yang belum tersentuh, begitu yang terlintas di benak William. William menggeleng pelan, tidak setuju dengan Citta.“Aku suamimu. Dan kamu tidak harus malu di depanku.” William menyingkirkan tangan Citta dari dada dan bagian di bawah perutnya. Ada binar dalam sorot mata William ketika dilihatnya pangkal paha Citta yang ditumbuhi rambut sedikit menyembul keluar. Citta memergoki William. Kemudian pandangan gadis itu ikut turun. Dan kesiap kecil langsung terdengar. Citta terkejut. Sungguh-sungguh terkejut dengan apa yang baru saja dilihatn

    Last Updated : 2023-10-15
  • Grafiti Dinding Hati   35. Membabi Buta

    “Aku belum pernah berhubungan intim dengan perawan.” Pengakuan William membuat Citta tersipu meskipun ia juga bingung dengan perasaannya. Citta tidak tahu harus senang atau sedih mendengar pengakuan yang keluar dari mulut William. Andaikata senang, maka itu karena kalimat William terdengar seperti pujian. Namun jikalau sedih, tentu itu karena menandakan bahwa William adalah seorang petualang seks. William menatap Citta lekat-lekat. Sedikit heran karena istri keduanya itu tidak menunjukkan reaksi apa pun. “Kau sering melakukannya? Sebelum menikah?” Akhirnya pertanyaan meluncur juga dari bibir Citta. William mendesah, tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu dari Citta. William kembali menatap dalam sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Citta.“Sering.”“Seberapa sering?” William sudah menduga bahwa Citta akan terus mengejarnya tentang topik ini. Dan tentu saja, tanpa merasa terbebani, William menjawab jujur apa adanya.“Aku melewatkan setiap malamku dengan berhubungan seks

    Last Updated : 2023-12-22
  • Grafiti Dinding Hati   Prolog

    Pandangan Citta menyapu setiap sudut panggung yang ada di depannya. Panggung itu miliknya. Tata panggung yang minimalis, namun tetap terlihat elegan itu telah dipersiapkan untuk dirinya. Ya, hari ini akan menjadi salah satu hari yang bersejarah dalam hidup Citta. Pada hari ini Citta akan dikukuhkan sebagai guru besar di universitasnya. Selain predikat sebagai guru besar, akan ada "gelar" tambahan yang akan disandang Citta, yaitu sebagai guru besar termuda di seluruh universitas. Dari informasi yang disampaikan oleh panitia acara, rektor akan menyerahkan sebuah cinderamata padanya. Cinderamata yang merupakan simbol dari pengakuan rektor atas pencapaian gemilangnya sebagai guru besar termuda. Citta memang tidak pernah bermain-main atau bersantai jika berurusan dengan belajar atau menuntut ilmu. Dan buah dari kerja kerasnya itu, ia berhasil meraih tingkat tertinggi dalam jabatan fungsional di dunia akademik.

    Last Updated : 2021-04-05

Latest chapter

  • Grafiti Dinding Hati   35. Membabi Buta

    “Aku belum pernah berhubungan intim dengan perawan.” Pengakuan William membuat Citta tersipu meskipun ia juga bingung dengan perasaannya. Citta tidak tahu harus senang atau sedih mendengar pengakuan yang keluar dari mulut William. Andaikata senang, maka itu karena kalimat William terdengar seperti pujian. Namun jikalau sedih, tentu itu karena menandakan bahwa William adalah seorang petualang seks. William menatap Citta lekat-lekat. Sedikit heran karena istri keduanya itu tidak menunjukkan reaksi apa pun. “Kau sering melakukannya? Sebelum menikah?” Akhirnya pertanyaan meluncur juga dari bibir Citta. William mendesah, tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu dari Citta. William kembali menatap dalam sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Citta.“Sering.”“Seberapa sering?” William sudah menduga bahwa Citta akan terus mengejarnya tentang topik ini. Dan tentu saja, tanpa merasa terbebani, William menjawab jujur apa adanya.“Aku melewatkan setiap malamku dengan berhubungan seks

  • Grafiti Dinding Hati   34. Mereguk Kenikmatan

    William mengulum senyum kala memandangi Citta yang terus bergerak karena kikuk. Gadis di depannya itu sedari tadi sibuk menutupi bagian-bagian pribadinya dengan kedua tangan. Hingga akhirnya William berujar ketika satu tangan Citta menutupi bagian dada dan satu tangan lainnya menutupi area sekitar pangkal pahanya.“Hey, tidak perlu malu.” William perlahan mendekat, memupus jarak antara dirinya dengan Citta.“Aku–aku malu, Will.” Jawaban khas gadis polos yang belum tersentuh, begitu yang terlintas di benak William. William menggeleng pelan, tidak setuju dengan Citta.“Aku suamimu. Dan kamu tidak harus malu di depanku.” William menyingkirkan tangan Citta dari dada dan bagian di bawah perutnya. Ada binar dalam sorot mata William ketika dilihatnya pangkal paha Citta yang ditumbuhi rambut sedikit menyembul keluar. Citta memergoki William. Kemudian pandangan gadis itu ikut turun. Dan kesiap kecil langsung terdengar. Citta terkejut. Sungguh-sungguh terkejut dengan apa yang baru saja dilihatn

  • Grafiti Dinding Hati   33. Seksi dan Panas

    Citta masih tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya sekarang. Lingeri dalam enam warna yang berbeda. Pun dengan modelnya yang sudah pasti tidak ada yang sama. Pasti semua lingeri itu akan memberi pemakainya kesan seksi dan menggoda, tebak Citta dalam hati. Ragu-ragu, Citta mengulurkan tangan hendak menyentuh lingeri yang berwarna merah. Sejak tadi, benda itu sudah menarik perhatiannya. Tekstur halus bahan sifon langsung memenuhi indera perabanya. Citta pun tergoda untuk mengambil lingeri merah itu lalu membentangkannya. Lingeri itu memiliki model gaun mini dengan aksen tali spageti di bahu. Potongan dada yang sangat rendah dan berbentuk V terlihat indah dengan tepian renda yang tak kalah halus. William yang sedari tadi mengamati Citta, kini mulai tertarik dan bermaksud menggoda istrinya itu.“Kamu mau memakainya?” William menyentuh punggung Citta lembut. Berusaha tidak membuat istrinya terkejut. Namun tetap saja, Citta sedikit berjingkat karena tetiba suara William memenuhi g

  • Grafiti Dinding Hati   32. Enam Lingeri

    “Will?” Citta terlihat sangat ingin tahu jawaban William atas pertanyaannya tadi. Namun sedari tadi William tetap bergeming. William juga tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Citta mencoba memahami diamnya William dengan menarik garis bibirnya agar membentuk sebuah senyum. Andai Citta tahu, William tidak bisa menjawab pertanyaannya. Dan seandainya William tahu, Citta akhirnya membuat kesimpulan sendiri dengan mencoba mengartikan itu sebagai ketidaktahuan atau mungkin ketidaksiapan William. Citta yakin bahwa William tidak ingin dipandang sebagai laki-laki berengsek. Laki-laki yang sudah menikah, tapi masih berani mencium perempuan lain.“Ayo kita berangkat. Aku hampir terlambat.” Citta mencoba mengalihkan pembicaraan. William masih tidak mengatakan apa pun. Namun kali ini, William mengikuti perkataan Citta. Perlahan, kaki William menginjak pedal gas dan mobil pun menderu tanda mulai melaju.“Pukul berapa aku bisa menjemputmu?” William menatap Citta sambil menunggu jawaban dari istri ked

  • Grafiti Dinding Hati   31. Menjaga Milikku

    “Aku akan menyusul William, Pa.” Dhita merasa tidak nyaman hanya makan berdua bersama Johan, mertuanya. Ia juga tidak bisa fokus menikmati makanan yang tersaji di piringnya karena pikirannya sibuk menerka apa gerangan yang sedang dilakukan William dan Citta. Dhita menyumpahi Citta dalam hati. Melontarkan beberapa kata makian yang meskipun ia ucapkan dalam hati, namun ia sangat berharap itu sampai pada Citta. Johan yang sesekali melirik Dhita, mencoba mengecek ekspresi menantu culasnya itu, tentu saja melarang keinginan Dhita.“Bersikaplah dewasa, Dhita. Citta juga istri WIlliam.”“Tapi aku istri sahnya, Pa. Pernikahan Will dan Citta hanyalah main-main!” Dhita sengaja membanting sendok garpunya sebagai bentuk luapan kemarahan. Johan kembali murka dengan sikap tidak sopan Dhita. Ia juga menghardik Dhita yang menyebut pernikahan

  • Grafiti Dinding Hati   30. Berat Sebelah

    Johan heran mendapati ruang makan yang masih lengang. Terasa aneh dan tentu saja janggal karena biasanya semua penghuni rumah tersebut hanya dapat bertemu dan berkumpul di waktu sarapan. Namun kali ini, meja makan kosong tanpa ada yang mengelilinginya. Johan lalu ingat kalau kemarin William mengatakan akan berangkat lebih awal ke kantor, tapi sedari tadi Johan belum mendengar deru mesin mobil William. Itu artinya William masih di rumah.Johan kemudian memanggil bibi dan menanyai perempuan itu. Bibi, dengan suara terbata karena ketakutan, mencoba mengurai kronologi yang terjadi sehingga waktu sarapan pagi ini menjadi berbeda, tidak seperti biasanya.“Kurang ajar!” Johan refleks menggebrak meja. Ia tidak menyangka Dhita kembali ke rumah ini dan membuat keributan. Johan lalu kembali bertanya pada bibi tentang keberadaan Citta. Ya, Johan tentu saj

  • Grafiti Dinding Hati   29. Lebih Baik Menghindar

    Citta terbangun ketika merasakan tengkuknya seperti diterpa embusan napas.Tunggu! Embusan napas?Bukankah tadi malam ia tidur sendirian. William memilih tidur di sofa, kan?Atau….Citta menjerit tertahan karena otaknya membawanya pada kemungkinan yang sama sekali tidak diperhitungkannya.Bagaimana jika William pindah ke tempat tidur?Menyadari peluang itu sangat mungkin terjadi, Citta pun segera mengubah posisi tidurnya. Dan kali ini ia benar-benar memekik, meski tidak kencang, ketika netranya menangkap sosok William yang tengah meringkuk pulas di dekatnya.William yang tampak terusik dengan jeritan Citta, membuka sedikit kelopak matanya. Lalu, tanpa mengatakan apapun William langsung menarik Citta mendekat padanya dan serta merta mengunci tubuh Citta dengan pelukan yang cukup erat. Pinggang Citta yang ramping terasa sangat pas dalam pelukan William. William sebenarnya sudah bangun dari tadi sehingga ia tahu semua reaksi Citta yang menurutnya lucu sekaligus menggemaskan. Sangat mu

  • Grafiti Dinding Hati   28. Baju Tidur Seksi

    Di dalam kamarnya, Citta menanggalkan pakaian pengantinnya dengan dibantu Ratih. Mereka berdua memilih bekerja dalam diam. Namun sebenarnya Ratih ingin bertanya tentang banyak hal, tapi ia lebih kasihan ketika melihat sahabatnya yang tampak kelelahan. Setelah membersihkan riasan yang menempel pada wajah Citta, Ratih kemudian berpamitan. “Tidak perlu diantar, oke.” Tolak Ratih ketika mereka sampai di depan pintu kamar Citta. Citta mengangguk tanda setuju. Tubuhnya memang terasa sangat lelah sehingga tanpa perlu berdebat, Citta langsung mengiyakan permintaan Ratih.“Terima kasih.” Ucap Citta sambil bertumpu pada daun pintu yang terbuka. “Sama-sama. Kita berdua sama-sama lelah, kan. Oya, aku selalu siap kapan pun kamu mau cerita.” Kode Ratih diikuti cengiran jenakanya. Citta tersenyum tipis. Ratih memang memahaminya dengan sangat baik.“Iya, kalau waktunya sudah tiba, aku akan ceritakan semuanya.” Jawaban Citta terdengar seperti sebuah janji. Ratih menepuk perlahan lengan sahabatnya ke

  • Grafiti Dinding Hati   27. Satu-satunya Menantu

    William merasa bahwa ia perlu bicara lagi dengan ayahnya mengenai kesepakatan lain yang menyangkut pernikahannya. Setelah menghabiskan hampir dua jam untuk berpikir di apartemennya, William memutuskan untuk segera menghubungi Johan. Ia tidak mau menunda lebih lama lagi karena ia merasa sangat perlu mendapat kejelasan tentang masalah pernikahannya segera.“Halo?” Suara Johan langsung terdengar ketika panggilan yang dilakukan William terhubung. Kening William sontak mengernyit. Suara ayahnya terdengar tidak seperti biasanya.“Ada apa?” Tanya William ingin tahu. William yakin suara ayahnya terdengar seperti orang yang baru menangis, tapi kenapa ayahnya sampai menangis? William benar-benar dibuat penasaran karena Johan tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Justru yang terdengar kemudian adalah suara Johan yang tengah bicara dengan setengah b

DMCA.com Protection Status