Share

bab 15

Penulis: aksara-nisaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Arum gemetar ketakutan saat meihat Ridwan, lebih tepatnya dua sosok dilekang Ridwan, satunya digendong Ridwan, satunya tepat berada dibekang Ridwan, sosok menyeramkan yang ia lihat tadi malam.

“Maaf, Pak, permisi, saya di suruh mengambil kangkung dan bunga kol, serta beberapa bahan lainnya” ijinnya pada Ridwan yang tepat berdiri di depan pintu ruang penyimpanan.

“Oh, iya silahkan.” Ridwan menyingkir sedikit.

Arum bergegas, dalam hati ia merutuki kebodohannya sendiri, mengapa ia menawarkan diri untuk mengambil bahan-bahan yang di perlukan? Padahal tadi malam jelas-jelas dia hampir mati ketakutan ketika melihat makhluk tadi yang dilihatnya.

Ridwan memperhatikan Arum, yang dengan tangan gemetar mengambil bahan-bahan.

“Kalau lagi lapar makan saja, takut nantinya sakit. Itu wajahnyamu pucat.” Jelas Ridwan sambil berjongkok membantu Arum mengambil beberapa ikat kangkung dari lemari pendingin. Arum menelan salivanya dengan susah payah, makhluk kerdil itu menatap Arum dengan sangat tajam, Ar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Godaan Jin Dasim   bab 16

    Arum termrnung memikirkan kejadian akhir-akhir ini yang sering kali ia kerap di ganggu saat waktu bekerja.“Mikiran apa, Rum?” tiba-tiba saja Aldo, teman seprofesinya menyapanya dan duduk disebelah Arum tanpa permisi.Restoran buka jam 8 pagi, dan sekarang baru jam 6 pagi tetapi mereka berdua sudah ada di temapt parker, untungnya di sana ada sebuah gazebo untuk duduk santai.“Gak mikir apa-apa, kok”Hening“Besok kita akan berangkat seperti biasa, maaf ya,”“Untuk?”“Yak arena aku kamu harus berangkat sepagi ini, biasanya ‘kan masih leha-leha di kamar”“Tapi mau bagaimana lagi? Bapak maksa pinjam motor, mau kerumah Rt desa sebelah katanya”Arum tertawa.“Itumah kamu, aku gak, lagi pula aku kan numpang sama kamu, jadi berangkat jam berapa pun sih, ok.”Arum kembali diam, pikirannya kusut, entahlah dia hanya ingin tenang bekerja tanpa ditampakkan sosok menyeramkan itu lagi.,“Rum,”“Apa yang terjadi, ya Do, kadang sosok itu datang dan memintaku untuk mencarinya, dan mengeluarkannya dar

  • Godaan Jin Dasim   bab 17

    “Mas, sebenarnya kamu kenapa sih?”Ridwan hanya melihat Wirda sekilas dan tersenyu, senyum yang seakan dipaksakan.“Mas, gak papa, ayok, tidur.”Wirda melihat ada perubahan yang besar pada diri suaminya, sekrang Ridwan tampak kurus dan lesu, tidak seperti dulu yang gagah dan tampan, bahkan Wirda sering memergoki suaminya tengah melamun.“Apa yang kamu pikirkan, Mas? Padahal usaha kita sudah baik-baik saja, keuangan pun demikian.”‘Aneh bukan? Suamimu yang awalnya ceria dan sangat romantis kini berubah perlahan? Bukan hanya fisiknya tetapi perlakuannya kepadamu, dia bahkan sering mendiamkanmu, kenapa kau tak mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, atau mungkin suamimu itu sudah tak berselera kepadamu’ bisiknya kepada Wirda.Kembali, Dasim menanamkan hasutan-hasutan kotor kepada mangsanya, dia tak akan memberikan ruang untuk hati dan pikiran mangsanya berfikir positif.“Apa Mas Ridwan ada wanita lain? Kalau begitu aku harus menyelidikinya besok” tekadnya.Wirda memejamkan mata berhar

  • Godaan Jin Dasim   bab 18

    Entah keyakinan dari mana, Roy datang ketempat penyimpanan bahan makanan, dia yakin ada sesuatu yang ada di tempat ini, Roy berputar-putar mengelilingi ruangan tersebut tetapi tak menumukan hal yang aneh. Tetapi saat dia keluar dari tempat penyimpanan suhu diruang tersebut terasa tampak dingin, padahal tidak ada AC sama sekali, angin dari luarpun tak mungkin, karena ini hanyalah lorong panjang yang sedikit menjorok ke dalam sebagai jalan tempat penyimpanan. Roy teringat, jika Ridwan memang sering berdiri di depan ruangan bukan di dalam ruang penyimpanan, tetapi ada apa disini? Tidak ada apapun!andai dia memiliki sedikit petunjuk.Apa dia harus memanggil ustadz untuk melihat apa yang terjadi di sini? Lalu bagaimana tanggapan Ridwan apakah dia mau, atau malah sebaliknya? Jika tanggapannya malah sebaliknya, itu juga berpengaruh kepada hubungan kekeluargaan mereka, bagaimanapun mereka berdua adalh sepupu bukan? Dan ini resto milik Ridwa, dia tidak mungkin bisa melakukan apa yang dia m

  • Godaan Jin Dasim   bab 19

    Seorang ustadz masuk kedalam rumah milik pasangan pasutri yang tak lain adalah Wirda dan Ridwan, ustadz tersebut dibawa oleh pembantunya, yang mengira salah satu majikannya ketempelan dan membawa pulang setan ke dalam rumah.Saat baru sampai di depan gerbang, ustadz yang bernama Hanif tersebut sudah merasakan aura gelap, dan saat dia masuk, ternyat aura di dalam rumah semakin kelam. Ustadz Hanif berkeliling rumah lusa tersebut, dari dapur, ruang keluarga sampai taman belakang, dia berkeliling sambil membaca doa ruqyah.“Boleh saya naik ke lantai dua?”“Oh, boleh. Silahkan Pak Ustadz.”Tanpa berlama-lama lagi ustadz tersebut pergi ke lantai atas.“Astagfirullah, aku mersakan jiwa yang teramat kelam disini, rasa lapar dan dendam.”Dia membuka kamar yang menurutnya ada sesuatu di sana, ya, kamar tersebut adalah kamar milik Wirda dan Ridwan. Pandangannya langsung tertuju ke atas lemari, tempat menimpannya benda keramat tersebut.“Sungguh, tipu daya iblis sangatlah kuat.” Gumamnya.Ustad

  • Godaan Jin Dasim   bab 20

    “Ada apa, Roy? Kenapa kau menyuruhku datang kemari?”“Aku bantuanmu, Rin,”Gadis yang dipanggil Rini menyipitkan matanya.“Tumben,” sinisnya sambil menyesap minumannya sedikit demi sedikit.“Kau ‘tak memesan makanan? Tenang, biar aku yang bayar.”“Kau mau menyogokku? Kamu tahu sendiri aku tak suka uang haram!” Rini melotot pura-pura marah.Roy berdecih. “Tak suka uang haram, jika sedikit,”“Eh?”“Iya, sih”Keduanya tertawa dengan leluconnya sendiri.“Manusia, ‘kan memang begitu, tak mau yang haram jika sedikit, tetapi jika banyak, yang haram pun di buat halal.”“Ok, ok. Aku kalah, lalu? Apa yang bisa aku bantu?”Roy mencongkan wajahnya kedepan “Aku mau pinjam kunci salon Mbak Wirda sebentar” ucapnya berbisik.“Hah?!” Rini terkejut.“Pelankan suaramu! Apa aku harus memberikanmu pengeras suara, atau toa yang digunakan masjid sekalian? Biar semua orang dengar!”“Maaf, maaf. Tapi kau buat apa?”“Ada misi yang harus di selesaikan, dan misi ini sangat penting,”Rini juga mencondongkan tubuh

  • Godaan Jin Dasim   bab 21

    “Di sini, tepat di bawah kakiku.”“Baiklah, aku akan menggalinya”“Tetapi kamu harus bebaskan temankku juga, dia samaa sepertiku, di tahan dalam pasak lalu dikubur di sebuah tempat.”“Wah .. setia kawan dia,” celetuk Rini tiba-tiba.Roy dan Arum menoleh ke arah Rini, Arum tersenyum sedangkan Roy menghela nafasnya berat, entah apa yang kini dia pikirkan tentang Rini.“Kami sudah tahu, kamu dan temanmu mengganggu dan selalu hadir kepada Arum, gadis yang memiliki kelebihan, dan dari dia kami tahu bahwa kau ditahan di sebuah benda.“Kami tidak mengganggunya! Kami menampakkan diri karena ingin meminta pertolongannya!” ucapnya tak terima.“Kalau minta tolong, jangan dengan wujud menyeramkan dong! Kalau kayak gitu siapa yang mau nolong? Bikin takut iya!” lagi, Rini kembali bersuara.Makhluk tersebut mengeram marah, tak terima dikatakan wujudnya mengerikan.“Sekali-kali, nampakin wujud dengan wajah Kim Taehyung, Suga, Jungkook, ataupun Jimin, kek.”Ustadz Hanif berdehem.“Baiklah, kita juga

  • Godaan Jin Dasim   bab 22

    Setelah malam itu meruqyah tanpa sepengetahuan Ridwan dan menemukan dimana tempat benda itu ditanamkan, sekarang mereka bingung bagaimana mau mengambil tempat penyimpanan benda keramat itu sebelumnya, akhirnya ke esokan harinya mereka berkumpul untuk menyusun rencana menyelinap kerumah Ridwan dan akhirnya sang pembantu datang, lalu kejadiannya seperti scene awal yang telah kalian baca sebelumnya!Dan di sinilah merek sekarang, di depan resto yang sudah mau tutup, setelah menunggu karyawan bersih-bersih dahulu dan mereka pulang, akhirnya ustadz Hanif besrta Arum dan Rini langsung masuk menuju tempat kemarin malam yang mereka yakini tempat benda tersebut di kubur, iya, depan pintu tepat penyimpanan bahan-bahan makanan.Ustadz Hanif membaca dzikir seperti sebelumnya di salon Wirda, ketika mereka mencoba mengeluarkan jin tempat bersemayam pasak tersebut di sisi lain, Wirda dengan wajah angkuhnya melempar kertas tepat di depan wajah Ridwan yang hanya menatap kosong ke depan“Suami gila! Mu

  • Godaan Jin Dasim   bab 23

    Naya melempar hasil pemeriksaan dirinya tepat di depan keluarga suaminya yang sedang berkunjung kerumahnya.“Baca! Hasil pemeriksaan mengatakan saya tidak mandul, dan saya subur! Hasil pemeriksaan tersebut akurat!” ucapnya sinis.Sebelumnya diluar tadi dia tak sengaja mendengar, Ibu mertua adik ipar dan kakak iparnya mengatakan dia mandul, Naya meradang dan langsung menerobos masuk untuk melempar hasil pemeriksaan tersebut kepada keluarga sang suami!Setelah mengucapkan hal tersebut dia langsung pergi meninggalkan keluarga sang suami.“Kamu dari mana? Pergi gak bilang-bilang, lihat! Ibu, Adik, sama Kakak aku ada di depan sana!”“Lalu urusannya dengaku apa? Aku baru pulang, capek! Aku habis tes kesuburan dan hasil pemeriksaan mengatakan aku subur! Mungkin Mas yang mandul!” ucapnya sinis.“Kurang ajar, ya kamu! Aku gak mungkin mandul! Kakak sama adik aku saja subur, aku pasti juga subur.”“Terserah! Yang penting aku sudah membuktikan kalau aku itu tidak mandul seperti yang keluarga kamu

Bab terbaru

  • Godaan Jin Dasim   bab 90

    “Kamu sudah dua hari di sini, tetapi suamimu gak ada inisiatif sama sekali buat jenguk kamu!” Ucap Amira yang sengaja mengeraskan nada suaranya agar terdengar oleh Bapaknya sendiri yang tengah memangku Althaf.Kesal rasanya saat mengetahu dulu kalau adik perempuannya dijodohkan dengan laki-laki yang bahkan sama sekali tidak belajar agama, sedangkan adiknya lulusan terbaik di pondok pesantren tempat dia menuntut ilmu dahulu.Hanya karena laki-laki pilihan Bapak dan Ibunya adalah pemuda yang pekerja keras, sehingga tidak mungkin adiknya akan kekurangan katanya. Padahal rejeki, jodoh dan maut hanya Allah yang menentukan.Bapaknya yang mendengar itu hanya mengelus dada, seraya tersenyum kepada cucu laki-lakinya untuk menutupi rasa sesal yang menyelimut dalam diri.Nilam dan Amira keluar dari kamar, bergabung dengan sang Bapak yang tengah bermain dengan kedua cucunya.“Suami gak ada bilang apa-apa gitu?” Tanya Amira penasaran.Nilam menggeleng.“Gak ada inisiati buat lihat anaknya barang s

  • Godaan Jin Dasim   bab 89

    Nilam sudah mengirimi pesan sesaat setelah keluar dari rumah itu, tetapi hingga adzan dzuhur berkumandang pesan yang sudah ia kirimkan belum jua dibalas oleh suaminya.Nilam ‘tak ambil pusing, karena dirinya memang sedang tidak enak badan.Sesampainya di rumah orang tuanya, Nilam langsung beristirahat, sedangkan Althaf tengah bermain dengan Saga, keponakannya sendiri, anak tertua Amira.Sedangka Fila, anak bungsu dari Amira sedang ikut Ayahnya pergi, entah kemana. Nilam tak bertanya akan hal itu.Sekarang dia hanya focus untuk memulihkan tubuhnya kembali.“Nil, selama kau sakit, jangan menyentuh Althaf langsung. Kau peras saja Asinya lalu taruh di botol. Kalau nyentuh langsung takutnya nular. Apa lebih baik kakak beli susu formula dulu untuk sementara?” tanyanya meminta pendapat dari sang Adik yang tengah berbaring dengan kompres melekat didahinya.“Kalau dikasih susu formula takutnya nanti setelah aku sembuh Althaf malah gak mau sama Asi nya Kak” jawabnya lirih.Amira tampak berfikir

  • Godaan Jin Dasim   bab 88

    Arman bekerja dengan begitu keras, tidak peduli siang dan malam. Karena Vivi sendiri lepas tangan, padahal itu adaalah hutang orang tuanya juga. Vivi ‘tak mau ambil pusing akan hal itu. Sehingga Arman harus banting tulang sendiri untuk melunasi hutang Ayahnya, yang kini menjadi hutang di Bank.Arman berinisiatif meminjam uang di Bank dengan mengadai sertifikat rumah tersebut, awalnya Vivi menentang dengan keras karena takut rumah tersebut juga akan di sita oleh pihak Bank. Tetapi untungnya Arman bisa meyakinkan, sehingga hutang Ayahnya kepada rentenir lunas, tinggal hutang di Bank atas nama dirinya.Sehingga Vivi sangat membenci Nilam, karena baru beberapa hari menikah Bapak mereka meninggal dunia dan meninggalkan banyak hutang, begitu juga dengan Ibunya yang baru meninggal 2 bulan yang lalu, yang pada akhirnya harus membuat mereka hidup berdua beserta pasangan masing-masing, di rumah peninggalan orang tuanya tersebut.“Aku kakak tertua, aku adalah pengganti Ibu sekarang, karena bel

  • Godaan Jin Dasim   bab 87

    Tetapi tiba-tiba Althaf menangis dengan kencangnya. Membuat Nilam terperanjat kaget ia langsung menyudahi pekerjaannya dan berlari menuju kamarnya.Sesampainya di dalam kamar, Althaf tengan telentang seraya menangis dengan kencang, buru-buru menggendong sang buah hati, di telisiknya wajah Althaf dengan seksama, ternyata ada sedikit memar di dahinya.“Mbak, Althaf ini kenapa?” tanyanya kepada kakak Iparnya yang sedari tadi hanya diam melihat Althaf menangis tak henti-hentinya.“Ya, ini semua gara-gara kamu. Kalau punya anak di jaga! Masak di biarin di kamar sendirian!”“Aku lagi nyuci beras buat masak Mbak”“Hallah .. ya bawa saja si Althaf, kalau kamu bawa dia tadi, gak mungkin dia akan kejedot pintu saat aku mau masuk kamar kamu!”Althaf mulai tenang, anak kecil itu menyusu kepada Ibunya.“Mbak mau ngapain ke kamar aku?”“Ya terserah aku mau ngapai aja ke kamar kamu, toh ini masihh rumahku! Ya suka-suka aku lah!”Nilam menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar, percuma

  • Godaan Jin Dasim   bab 86

    “Nil, kamu harus menikah dengan lelaki pilihan Bapak dan Ibu!”Nilam hanya tertunduk lesu, pasalnya dirinya baru gagal bertunangan dengan pria pilihannya sendiri. Dulu dia sempat lolos dari perjodohan yang kedua orang tuanya tawarkan, karena menerima lamaran dari pria kenalan teman dekatnya. Tetapi siapa sangka, lelaki tersebut hanya mempermainkan perasaannya saja, padahal kedua orang tua masing-masing sudah mengetahui hubungan mereka.Dan kini, mau tidak mau, suka tidak suka, Nilam harus menerima perjodohan tersebut, lelaki yang dulu masih orang tuanya jodohkan kepadanya.Hingga pernikahan tanpa cinta pun terjadi, semua berjalan lancar sesuai kehendak kedua orang tuanya.“Kamu cepat hamil ya, cepat punya anak. Ibu sama Bapak ingin menggendong cucu dari kamu.” Ibunya berkata seraya menyerahkan jamu subur kepada Nilam yang kebetulan bertandang ke rumah orang tuanya.Padahal pernikahan keduanya baru berjalan 3 bulan, tetapi kedua orang tuanya sudah tidak sabar, dan memaksa Nilam untuk

  • Godaan Jin Dasim   bab 85

    Malam kembali datang, menyapa mereka yang ingin ketenangan.Yesa kembali berkumpul dengan saudaranya yang lain, saling bersenda gurau seperti biasanya.Tiba-tiba saja Mertuanya datang bersama seseorang yang tidak terlalu bisa dia kenali, karena kedua orang tuanya dan juga saudaranya yang lain untuk menyuruhnya kembali masuk ke dalam kamar.Yesa mendengarkan semua pembicaraan dan perdebatan diantara mereaka, karena memang kamarnya berada tepat di samping ruang tamu.“Kami meminta maaf atas nama Agam putraku”“Kami sudah memaafkannya, besan. Tetapi maaf, untuk kembali menjadi istri Nak Agam putri bungsu saya sudah tidak bisa, dan kami berhak memberinya keputusan atas dirinya sendiri.” Jelas sang Ayah sembari menangkupkan kedua tangannya pertanda memohon maaf.“Tidak bisakah mereka kembali seperti dulu?”Ayah dari Yesa menggeleng, “Tidak, maaf!” ucapnya tegas.Lelaki tersebut menghela nafas berat, dia harus terima jika keputusan yang diambil kali ini adalah memisahkan putranya dan sang

  • Godaan Jin Dasim   bab 84

    “Nelfon siapa?” Tanya Agam tiba-tiba.Agam kembali ke kamar dan mendapati istrinya mendekatkan posel ke telinganya, pertanda sedang menpon seseorang.“Mbak Tya”“Buat apa?”“Minta di jemput, ‘kan kamu sendiri yang ngusir tadi!” Tanpa banyak bicara Agam langsung mengambil ponsel istrinya dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan Yesa di kamar mereka sendirian.‘Pergilah dari sini, tinggalkan pria tak tahu diri seperti dirinya. Selagi kalian belum memiliki anak, kau harus hidup bebas Yesa. Jangan biarkan lelaki itu terus menindasmu!’Yesa menghela nafas, mau tidak mau dia harus pakai cara lain. Selama ini dia sudah cukup diam, toh mereka tidak memiliki anak untuk dipertahankan, lebih baik sendiri dari pada nelangsa dan makan hati tiap hari.Yesa membulatkan tekadnya untuk pergi dari kehidupan Agam. Dia akan pergi, dan harus pergi!Siang itu Yesa bersiap pergi dengan membawa beberapa helai bajunya yang ia sembunyikan di tas dagangannya.“Mau kemana kamu?” Tanya kakak Iparnya.“Mau ngan

  • Godaan Jin Dasim   bab 83

    “Dek, baju kamu kok begitu sih? Gak usah pake celana lah!”“Kenapa? setidaknya bajuku panjang sampai betis kok”“Iya aku gak suka! Ganti baju sana, nurut sama suami!”Yesa menurut, padahal sebentar lagi mereka akan berangkat kondangan ke rumah saudaranya. Sedari tadi malam Yesa sudah membantu di rumah saudaranya itu hingga larut, baru kembali pulang. Pagi-pagi juga begitu, hingga hari berganti siang, dan siang berganti sore, Yesa seharian itu membantu tanpa istirahat.Itu pun terkadang masih saja salah di mata orang-orang sekitarnya, entah karena sudah terhasut gunjingan Ipar atau mertuanya, atau memang orang-orang sana yang memang tidak suka atas apa yang dilakukan oleh Yesa. Padahal setahunya, dirinya tidak pernah berbuat masalah kepada orang lain.Yesa kembali menemui Agam dengan memakai gamis syar’I yang menurutnya terlalu kebesaran, tetapi begitulah. Apalagi dirinya di kenal dengan menantu dan Istri dari seorang Ustadz. Jadi dia harus bisa menjaga penampilannya sesantun mungkin

  • Godaan Jin Dasim   bab 82

    “Dia Lina, salah satu waninta yang ikut clup touring”“Harus ya, sampai meluk gitu?”“Memangnya kenapa? Toh hanya teman! Anak-anak di clup juga pada tahu kok kalau aku sudah menikah! Sudahlah jangan memperpanjang sesuatu yang tidak penting! Jangan berlebihan dalam menanggapi sesuatu!” ujarnya ketus.Agam melenggang pergi keluar dari kamarnya meninggalkan Yesa sendiri yang masih mematung di tempatnya.Apa katanya? Yesa berlebihan dalam menanggapi sesuatu? Lalu yang dilakukan selama ini kepada Yesa apa? Bukankah dia yang terlalu berlebihan? Sedangkan Yesa hanya bertanya saja! Yesa menghela nafas seraya menggelengkan kepalanya perlahan, dirinya pergi ke dapur untuk membuatkan makan siang atau sekedar kopi untuk suaminya yang baru pulang ke rumah setelah bepergian jauh.Yesa melihat di luar suaminya menerima sebuah paket yang cukup mahal baginya, tanpa berlama-lama lagi Agam langsung memasang besi tambahan yang kurir berikan tadi.“Dimodif lagi?” Tanya Yesa kemudian meletakkan kopi yang

DMCA.com Protection Status