“Apa kalian tidak memiliki tempat lain untuk bermesraan selain di dapur?!” Suara berat keras, memasuki dapur. Nadanya tegas dan tersirat menggeram kesal. Refleks, Dominic dan Camelia melepaskan pagutan bibir mereka kala mendengar suara itu. Dominic dan Camelia sam-sama mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara. Lalu … seketika, mata Camelia terbelalak terkejut melihat William—ayah Dominic berada di ambang pintu. Raut wajah Camelia menunjukan jelas ketakutan yang bercampur kepanikan. Detik itu juga, Camelia mendorong tubuh Dominic. Pun gadis itu melompat turun dari atas meja. Camelia sempat hampir terjatuh, namun Dominic segera menangkap Camelia. Pria itu membenarkan posisi berdiri Camelia. Camelia menelan saliva-nya susah payah melihat William mendekat. Buru-buru, gadis itu mengecilkan kompor agar masakannya tidak gosong. Raut wajah Camelia memucat. Ritme jantungnya jauh lebih cepat. Camelia merasakan dirinya seperti tengah terpergok mencuri sesuatu. Tidak! Ini bahkan lebih para
“Apa sekarang kau sedang hamil, Camelia?”Pertanyaan yang lolos dari mulut William ini bukan hanya membuat Camelia terkejut, tapi juga Dominic terkejut. Tak ada yang menyangka kalau William akan menanyakan ini. Tampak raut wajah Camelia memucat takut dan panik. Sepasang iris mata abu-abu Camelia sampai menunjukan kebingungan yang tersirat cemas. Napas Camelia berembus tak beraturan. Lidahnya seakan kelu akibat kebingungan. Pertanyaan William seakan membuat dirinya tersudut. Oh, astaga! Camelia yakin pasti William menanyakan itu karena mempergokinya dengan Dominic tengah berciuman. Sungguh, Camelia benar-benar sangat malu kalau mengingat kejadian tadi. Andai saja, Camelia mengetahui kalau William akan datang, maka Camelia akan berjauhan dari Dominic. “Kenapa kau menanyakan hal konyol seperti itu, Dad?” Bukannya Camelia yang menjawab, malah Dominic yang lebih dulu menjawab. Lebih tepatnya ini bukanlah jawaban, melainkan bentuk protes dari Dominic, karena William memberikan pertanyaan
“Alright, kalau begitu apa kau memiliki niat untuk menikahi Camelia?”Ruangan itu seketika menjadi hening dan membisu. Pertanyaan William sukses membuat Camelia terkejut. Gadis itu bahkan sampai melebarkan mata dan bibirnya kala William membahas tentang pernikahan. Sedangkan Dominic diam seribu bahasa. Raut wajah Dominic tenang dan terselimuti ketegasan serta rasa kesal di sana. “Menikah bukan soal yang mudah. Aku sudah berkali-kali mengatakan ini padamu. Aku tahu keputusan apa yang harus aku ambil.” Dominic membalas ucapan ayahnya. Nadanya menekankan, tegas, dan seakan meminta sang ayah untuk tak terus menerus membahas tentang pernikahan. Dominic memiliki alasan sendiri, kenapa masih belum mau menikah. “Menikah adalah hal yang mudah, jika kau memang ingin menikah. Kecuali kau tidak mau terikat pada hubungan.” William menatap dingin Dominic. Sorot matanya menuntut dan penuh peringatan. Ya, ayah dan anak itu kini saling melemparkan tatapan tajam. Aura wajah yang memiliki sifat domin
“Dominic?” Camelia tersenyum melihat Dominic masuk ke dalam kamar. Tatapan gadis itu menghangat, menatap penuh kasih sayang. Camelia hendak mendekat, namun Dominic sudah lebih dulu mendekat padanya, dan memberikan pelukan pada gadis itu. Hening. Suasana kamar menjadi hening kala Dominic memeluk Camelia. Dua insan itu belum mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya pelukan yang menjadi simbol melepaskan hal-hal yang mengusik pikiran mereka berdua. Dominic menarik tangan Camelia, lalu pria itu segera duduk di ranjang seraya memangku tubuh Camelia. Pun tentu Camelia sama sekali tidak membantah. Camelia begitu patuh dikala Dominic memindahkan tubuhnya ke pangkuan pria itu. “Dominic, ayahmu sudah pulang?” tanya Camelia seraya membelai rahang Dominic. “Sudah.” Dominic mengecup bibir Camelia. “Maaf, tadi ayahku mengajukan pertanyaan konyol padamu.” Domonic melanjutkan ucapannya seraya membelai pipi Camelia. “Tidak apa-apa. Aku mengerti, Dominic. Sebagai seorang ayah, pasti ayahmu ingin kau m
Aroma mushroom soup menyeruak ke indra penciuman, dan sukses membuat Camelia yang terlelap langsung terbangun. Mata Camelia mengerjap beberapa kali. Tepat ketika gadis itu sudah membuka mata—object yang pertama kali dia tangkap adalah Dominic duduk di hadapannya. Senyuman di wajah Camelia pun terlukis, menatap Dominic hangat. “Morning.” Dominic mengecup bibir Camelia. “Morning.” Camelia bangun sambil memegang selimut, menutupi dadanya. Tubuh gadis itu polos tanpa sehelai benang pun. Hanya selimut tebal yang menutupi tubuh indah Camelia. “Tadi pelayan mengantarkan mushroom soup.” Dominic mengarahkan sendok yang berisikan mushroom soup ke mulut Camelia. “Buka mulutmu.” Lalu, dengan patuh, Camelia membuka mulutnya, dan menerima suapan dari Dominic. “Maaf aku terlambat bangun,” ucap Camelia pelan kala menerima suapan dari Dominic. “Tidak usah minta maaf.” Dominic menyeka sudut bibir Camelia yang terkena mushroom soup. “Aku tahu kau pasti lelah.” Pipi Camelia merona malu. Ingatan Cam
Hari-hari Camelia diwarnai dengan begitu indah, layaknya seorang gadis yang telah menemukan belahan jiwanya. Camelia tak pernah merasakan kebahagiaan seperti sekarang ini. Rasa hampa dan kosong dalam diri Camelia telah terisi. Seperti kertas putih polos yang telah dilukiskan gambar yang indah. Jatuh cinta pada pria yang menyanderanya adalah hal yang tak pernah Camelia bayangkan. Dulu, Camelia selalu ketakutan setiap kali berada di sisi Dominic, tapi sekarang semua berbeda. Rasa takut dalam diri Camelia berubah, menjadi rasa nyaman, tenang, damai, dan penuh cinta. Bahkan, sekarang Camelia tak pernah bisa jauh dari Dominic. Hati Camelia telah terjebak dan terperangkap oleh penjara yang Dominic ciptakan. Penjara yang awalnya Camelia pikir akan penuh dengan penderitaan, tapi ternyata penjara itu penuh akan warna kebahagiaan. Andai saja, Dominic tidak ada di hidup Camelia, maka Camelia tak pernah tahu seperti apa hidupnya berakhir. “Camelia, kenapa kau senyum-senyum sendiri?” Hedy melan
“Camelia? Kau kenapa sendirian? Di mana Tuan Dominic?” Hedy yang baru saja selesai membersihkan ruang tengah, sedikit terkejut melihat Camelia sendirian. Padahal tadi Hedy melihat Camelia sedang bersama dengan Dominic. Camelia menatap Hedy yang ada di hadapannya. “Dominic sedang menyusul Shawn dan Oliver. Tadi Eldon datang, melaporkan pada Dominic kalau Shawn dan Oliver berkelahi.” “Tuan Muda Shawn dan Tuan Muda Oliver berkelahi?” Kening Hedy mengerut dalam, menatap bingung Camelia. “Memangnya Tuan Muda Shawn dan Tuan Muda Oliver belum kembali ke negara mereka?” tanyanya yang kian tak mengerti. “Hm, apa Shawn dan Oliver tinggal di negara yang terpisah?” Camelia balik bertanya. “Dulu, bukankah aku pernah menceritakan padamu kalau ketiga kakak Tuan Dominic, dan orang tua Dominic tiggal di negara yang terpisah?” ujar Hedy berusaha mengingatkan. Camelia terdiam sebentar kala mendengar ucapan Hedy. Camelia berusaha menggali ingatannya. Lalu, tak selang lama, gadis itu mengingat obrola
Sudah dua puluh menit lamanya, Shawn dan Oliver berdiri akibat hukuman dari Dominic. Dua bocah laki-laki itu nampak tak bergeming sama sekali dari tempat mereka. Seharusnya, Shawn sudah tak lagi menjalani hukuman, karena Dominic menghukum Shawn hanya berdiri selama dua puluh menit saja. Akan tetapi, nampaknya Shawn masih tak mau duduk. Mungkin Shawn menemani Oliver yang dihukum selama tiga puluh menit berdiri. Kini Shawn tidak lagi menyalahkan Oliver. Pasalnya, Oliver sudah mendapatkan hukuman dari Dominic. Itu yang membuat Shawn tak mau lagi mengungkit-ungkit kejadian tadi.“Shawn … Oliver …” Camelia melangkah menghampiri Shawn dan Oliver, sambil membawakan dua piring yang berisikan pasta carbonara dan juga salmon panggang. Tadi dikala Shawn dan Oliver tengah menjalani hukuman, Camelia membuatkan makanan untuk Shawn dan Oliver. Camelia yakin pasti Shawn dan Oliver lapar. “Ya, Bibi?” Shawn dan Oliver menjawab sapaan Camelia. Camelia tersenyum. “Ayo duduk. Aku membuatkan makanan unt
Pemberitaan tentang Camelia di media semakin meluas. Nama Camelia kian melambung akibat rekaman suaranya yang menjadi trending pertama. Tak sedikit media yang selalu ingin mewawancarai Camelia. Memang, sejak di mana Camelia banyak sekali dikenal publik, Dominic membatasi Camelia berinteraksi pada media. Pasalnya, Dominic tak ingin Camelia kelelahan. Usia kandungan Camelia yang sudah mulai besar membuat Dominic sangat memilih-milih apa yang Camelia lakukan dan tak dilakukan. Jika ditanya, maka Camelia pun tak pernah mengira akan berada di titik sekarang. Camelia seperti berada di dalam dunia mimpi. Memiliki suami yang luar biasa hebat, dan karir yang cemerlang. Hari demi hari, Camelia selalu lewati dengan penuh kebahagiaan. Tak pernah sedikit pun Camelia mengeluh, karena hidupnya sekarang memang sudah berkelimpahan dengan berkat kebahagiaan. Dan hari ini akan menjadi hari di mana yang mengukir sejarah. Untuk pertama kalinya Camelia akan turun di konser penghargaan musik. Ya, jelas
Hari berganti hari. Usia kandungan Camelia sudah memasuki enam belas minggu—yang mana Camelia sudah memasuki trimester kedua. Perut Camelia semakin membesar. Setiap kali orang melihat Camelia pasti menduga kalau Camelia tengah hamil tujuh bulan. Wajar saja, selain hamil kembar, Camelia juga hobby sekali makan. Setiap jam, Camelia selalu lapar. Jadi tak heran kalau melihat tubuh Camelia sekarang lebih berisi dari sebelumnya. Weekend ini, Camelia akan turut serta dalam konser penghargaan musik. Hidup Camelia sehari-hari memang kerap masuk dapur rekaman suara. Hamil, sama sekali tidak menghalangi Camelia dalam meraih impiannya. Pun Dominic sangat mendukung apa pun hal positive yang dilakukan Camelia. Tentunya, Camelia tetap dalam pengawasan ketat dokter kandungan. Sekalipun, Dominic membebaskan Camelia untuk berkarir tetap saja Dominic sangat menjaga ketat Camelia. Makanan yang Camelia makan saja wajib dari chef terbaik, dan tidak boleh sembarangan. Dominic memang ingin memberikan yang
Camelia tak henti tersenyum sambil mengusap perut buncitnya. Ingatan Camelia mengingat perkataan ibu mertuanya yang mengatakan dirinya hamil bayi kembar. Hatinya bergetar dilingkupi kebahagiaan. Tentu, Camelia sangat senang jika bayi beruang yang ada di perutnya adalah kembar.Sejak awal, impian Camelia adalah memiliki banyak anak dari Dominic. Camelia ingin sekali mansionnya penuh dengan canda dan tawa dari anak-anaknya kelak. Sungguh, membayangkan itu semua, membuat Camelia terus melukiskan senyuman bahagia. “Camelia, apa kau sudah siap?” Dominic melangkah mendekat pada Camelia yang berada di kamar sambil menatap cermin. Camelia mengalihkan pandangannya, menatap Dominic yang mendekat padanya. “Sudah, Sayang. Tadi siapa yang menghubungimu?” tanyanya ingin tahu. Baru saja Dominic keluar, karena mendapatkan telepon. Akan tetapi, Camelia tidak tahu sang suami mendapatkan telepon dari siapa. “Irwin Leaman yang menghubungiku. Dia mengatakan konser penghargaan musik akan diadakan bulan
Kabar tentang Camelia telah rekaman suara, dan berhasil menjadi trending topic membuat keluarga Geovan kerap dimintai wawancara oleh wartawan. Hal ini kadang membuat seluruh anggota tanpa terkecuali cukup risih dengan kejaran para wartawan. Akan tetapi, keluarga Geovan nampak tetap mendukung Camelia. Walau tak dipungkiri, bisa dikatakan Camelia telah mengukir sejarah. Selama ini, belum pernah ada anggota keluarga Geovan yang masuk ke dalam dunia entertainment. Seluruh anggota keluarga selalu murni pengusaha. Hari berlalu begitu cepat. Dominic dan Camelia kini telah kembali ke kota yang menjadi tempat di mana mereka tinggali. Beberapa minggu berbulan madu di Spanyol, telah meninggalkan jutaan memori indah yang tak bisa diungkap oleh kata. Bukan hanya memori indah tentang mereka berdua, tapi memori di mana perjalanan karir Camelia dimulai. Siapa yang menyangka sosok yang terkenal memiliki jutaan kekurangan rupanya memiliki segudang talenta yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Satu minggu sudah Dominic dan Camelia berbulan madu. Dua hari pertama Dominic dan Camelia menikmati waktu mereka berjalan-jalan di Madrid. Sekarang mereka berada di Barcelona menikmati keindahan kota terbesar kedua di Spanyol. Tiga hari lalu, setelah Camelia melakukan rekaman suara, dia belum mendapatkan info apa pun, karena proses masuk ke dalam kanal youtube tidak bisa langsung. Tentu selama berada di Barcelona, Dominic mengajak Camelia berjalan-jalan ke tempat romantis. Dominic mengalihkan perhatian Camelia agar tak terlalu memikirkan hasil dari test pasar yang akan dilakukan pihak PH tempo hari. Pun memang Dominic selalu mendukung apa pun yang Camelia lakukan. Jikalau, sang istri gagal tetap baginya Camelia telah melakukan yang terbaik. Plaza de España adalah tempat yang kini tengah Dominic dan Camelia kunjungi. Dua insan yang saling mencintai itu sudah datang ke Plaza de España menikmati indahnya pagi. Dominic memeluk pinggang Camelia menatap pemandangan indahnya bangunan yang
Langkah kaki Dominic dan Camelia sama-sama terhenti kala sosok pria berdiri menghalangi langkah mereka. Tampak Dominic dan Camelia menatap pria asing di hadapan mereka. Tinggi tubuh pria asing itu nyaris sama seperti tinggi tubuh Dominic. Hanya saja dari wajah pria asing itu sepertinya jauh lebih tua dari Dominic. “Kau siapa?” Dominic bertanya tanpa basa-basi. Sepasang iris mata cokelat gelap Dominic menatap dingin pria asing yang menghalangi langkahnya itu. “Irwin Leaman. Namaku Irwin Leaman. Maaf, apa benar kau Tuan Dominic Geovan?” Pria bernama Irwin Leaman tersenyum sopan ke hadapan Dominic. “Dari mana kau mengenalku?” Sebelah alis Dominic, penuh selidik. Dominic nampak seperti mengenal pria bernama ‘Irwin Leaman’, namun Dominic lupa. Irwin kembali tersenyum. “Aku pemilik Leaman Framont, salah satu Production House Di New York. Aku cukup sering bertemu dengan ayahmu.”Dominic terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan Irwin. Nama ‘Leaman Framont’, benar-benar tak asing di te
Para pelayan nampak tengah sibuk membawakan barang-barang milik Dominic dan Camelia masuk ke dalam mobil. Tak hanya barang-barang saja, tapi beberapa cemilan khusus juga wajib dibawa. Tentu, karena Camelia tak bisa menahan lapar. Camelia kerap mengemil setiap satu jam sekali atau dua jam sekali. Seperti yang Camelia kerap katakan dirinya tengah hamil bayi beruang, jadi wajar saja kalau Camelia mudah sekali lapar. “Dominic, kenapa kita tidak naik mobil saja ke Barcelona? Kalaiu menggunakan mobil hanya memakan waktu tidak sampai enam jam, Dominic,” kata Camelia yang ingin menuju ke Barcelona lewat darat. Camelia sedang enggan lewat udara. Terlebih Madrid ke Barcelona tidaklah jauh. Ya, sesuai dengan janji Dominic, hari ini Dominic akan mengajak Camelia ke Barcelona. Hanya saja tadi malam Camelia meminta ke Barcelona lewat jalur darat. Itu adalah permintaan konyol yang tak mungkin Dominic setujui. “Camelia Madrid ke Barcelona memakan waktu hampir enam jam. Kau pasti akan kelelahan,” u
Camelia memejamkan mata seraya merentangkan kedua tangannya, menikmati udara sore di hutan. Tak menampik, Camelia merindukan moment di mana dirinya dan Dominic menikmati bersama di hutan waktu dulu. Kala itu Camelia masih menjadi tawanan Dominic. Siapa yang sangka kalau dalam sekejap semuanya berubah. Camelia jatuh cinta pada pria yang menyandera dirinya. Kalau orang dengar pasti akan berpikir dirinya sudah tak waras. Tapi inilah fakta yang ada. “Kau di sini rupanya.” Dominic memeluk pinggang Camelia dari belakang, membenamkan wajahnya di leher istrinya itu. Sedari tadi Dominic mencari keberadaan sang istri, malah ternyata istrinya ada di belakang rumah menikmati udara sore hari yang menyejukan. Camelia tersenyum saat Dominic memeluknya dari belakang. Camelia memeluk tangan Dominic sambil berkata, “Sayang, dulu pertama kali kau membawaku ke hutan, aku sangat takut, tapi sekarang berbeda. Memang, aku masih sedikit takut, tapi sudah jauh lebih baik. Buktinya tadi aku bisa dekat denga
Madrid, Spain. Camelia menatap hamparan jalanan kota Madrid dari dalam mobil. Camelia tersenyum hangat. Rasanya sudah lama dirinya meninggalkan kota kelahirannya. Padahal Camelia belum meninggalkan Madrid sampai satu tahun, tapi nampaknya Camelia sudah sangat merindukan kota kelahiran dan kota di mana dirinya dibesarkan. Madrid menjadi kota di mana Camelia menyimpan jutaan kenangan. Kenangan indah, dan kenangan tidak menyenangkan ada di kota itu. Namun, sekalipun ada kenangan tidak menyenangkan, Camelia tetaplah sangat bahagia. Karena Madrid pun mempertemukannya dengan belahan jiwanya. “Camelia, apa kau ingin kita langsung ke pemakaman ibu dan saudara kembarmu?” tanya Dominic seraya membelai pipi Camelia. Camelia mengangguk. “Ya, aku ingin ke makam mereka sekarang, Sayang. Aku merindukan mereka.” Dominic mengecup kening Camelia, menyetujui keinginan sang istri tercinta. Ya, baru saja mendarat di Madrid, Dominic pun langsung menawarkan pada Camelia untuk mengunjungi makam. Sepanja