Sebuah gaun berwarna kuning gading polos dengan model one off shoulder nampak begitu cantik di tubuh Camelia. Rambut cokelat terang wanita itu diikat ke atas, menunjukan leher jenjang dan mulus Camelia. Make up tipis dan segar di wajah gadis itu sangat cantik dan muda. Warna merah blush on di pipi Camelia sangat pas, tak berlebihan tapi sempurna. “Nona Camelia, Anda benar-benar sangat cantik,” puji sang make-up artist. “Anda memiliki warna kulit yang indah. Banyak wanita pasti iri pada warna kulit Anda.” Camelia tersenyum canggung. “Terima kasih, tapi apa penampilanku tidak berlebihan? Maksudku; aku hanya takut penampilanku ini tidak cocok.” Sang make-up artist meraih kedua bahu Camelia, mengarahkan ke cermin sambil berkata, “See? Anda lihat, kan? Anda sangat cantik. Rambut Anda juga sangat indah. Tidak ada yang berlebihan, penampilan Anda sudah saya buat fresh sesuai dengan usia Anda, Nona. Saya yakin, Tuan Dominic pasti akan menyukai penampilan Anda.” Camelia kembali tersenyum m
Awan hitam mulai mengumpul menjadi satu, menutupi langit cerah. Dua jam lalu, baru saja matahari tenggelam. Bulan dan bintang kosong tak menghiasi keindahan langit. Pepohonan bergerak-gerak akibat angin yang cukup kencang. Angin seakan memberikan isyarat bahwa sebentar lagi akan turun hujan lebat. Lampu penerang jalan membantu Dominic yang tengah melajukan mobilnya, membelah kota Madrid. Waktu menunjukan pukul sembilan malam. Jalanan masih cukup ramai. Tetapi karena sudah mendung, banyak orang yang bergegas untuk pulang. Tatapan Dominic menatap Camelia sekilas, gadis itu sekarang tengah terlelap. Bahkan kepala Camelia sampai miring-miring, akibat gadis itu tak sanggup menahan kantuk. Dengan raut wajah yang kesal bercampur dengan decakan, Dominic membenarkan posisi kepala Camelia. Namun, dikala Dominic membenarkan posisi kepala Camelia—malah gadis itu semakin menyandarkan kepalanya ke lengan kekar Dominic. “Camelia,” geram Dominic kesal. Alih-alih terbangun, malah Camelia semakin te
Camelia menguap seraya melihat jam dinding—waktu menunjukan pukul dua belas malam. Gadis itu terbangun kala merasakan tenggorokannya kering. Tatapan Camelia menatap teko beling yang ada di atas meja sudah kosong. Camelia mendesah pelan. Tadi sebelum tidur, Camelia lupa mengisi air ke teko beling miliknya. Camelia menyibak selimut, turun dari ranjang, dan melangkahkan kaki keluar dari kamar. Terlihat beberapa kali Camelia kembali menguap, menandakan gadis itu benar-benar mengantuk. Tapi tenggorokan sangat kering, tidur pun akan sangat sulit jika belum menghilangkan rasa haus di tenggorokannya. Saat Camelia hendak menuju dapur, tanpa sengaja Camelia berpapasan dengan Dominic. Bahkan Camelia nyaris menabrak tubuh Dominic, jika dirinya tak menghentikan langkah dengan cepat pasti sudah menabrak pria itu. “Dominic? Kau mau ke mana?” tanya Camelia seraya menatap Dominic dengan tatapan bingung. Pria itu begitu tampan dengan jaket kulit hitam yang membalut tubuh kekarnya.“Aku harus pergi
Dominic membanting kasar pintu mobilnya, dan berlari masuk ke dalam mansionnya dengan raut wajah yang menunjukan jelas kepanikannya. Pancaran mata Dominic menyorot tajam dan memendung kekhawatiran di sana. Tampak lima pengawal di depan rumah langsung membungkukan tepat melihat Dominic sudah tiba. “Tuan.” Lima pengawal itu menundukan kepala, menyapa Dominic dengan penuh sopan dan menunjukan wajah yang tersirat ketakutan. Tatapan Dominic menatap tajam kelima pengawal di hadapannya. Aura ketegasan dan tersirat penuh amarah sangat terlihat jelas. “Kenapa bisa ada penyusup masuk, hah?!” serunya dengan nada tinggi. “M-maaf, Tuan, kami tidak menyangka kalau ada menyamar menjadi pengawal di sini. Tapi Anda tidak perlu khawatir. Kami sudah berhasil menghabisi dua penyusup itu,” jawab salah satu pengawal mewakili. “Menghabisi?! Kalian menghabisi dua penyusup itu tanpa mengambil informasi dari mereka? Di mana letak otak kalian berpikir!” bentak Dominic keras dan menggelegar. Lima pengawal i
Dominic tak bisa tidur sepanjang malam. Benaknya terusik memikirkan tentang dua penyusup yang berani masuk ke dalam rumahnya, bahkan sampai berniat menculik Camelia. Kalau dua penyusup itu sampai nekat melukai Hedy artinya penculik itu memang sudah menyusun strategi. Apalagi kejadian penyusup datang, tepat dikala Dominic tak ada di rumah. Dalam hal seperti ini, tidak ada yang kebetulan. Pasti semua sudah direkayasa, disusun sedemikian rupa. Hingga detik ini memang Dominic belum mendapatkan informasi tentang dua penyusup itu. Pasalnya saat Dominic tiba di rumah, yang ada di dalam pikiran Dominic adalah memikirkan keadaan Camelia. Dugaan Dominic benar, Camelia pasti sangat ketakutan setelah apa yang telah terjadi. “Dominic,” Camelia mengigau sambil bergerak-gerak dalam dekapan Dominic. Refleks, Dominic segera mengusap-usap punggung Camelia, menenangkan gadis itu. “Tidurlah. Aku di sini,” bisik Dominic di telinga Camelia. Perlahan, gerak di tubuh Camelia terhenti kala mendengar suara
“Camelia, kau sudah bangun?” Seorang pelayan baru saja menyajikan sarapan untuk Camelia ke atas nakas, sesuai perintah Dominic. Pelayan itu tak membangunkan Camelia. Tepat dikala pelayan itu menyajikan makanan, Camelia sudah lebih dulu terbangun. “Iya, aku sudah bangun,” jawab Camelia pelan pada pelayan. Sungguh Camelia merasa tak enak pada pelayan yang melihatnya bangun tidur di ranjang Dominic. Camelia yakin pasti pelayan itu sudah berpikir macam-macam. Tapi apa boleh buat? Kejadian tadi malam membuat Camelia sangat takut. “Yasudah, ini sarapanmu, Camelia. Tuan Dominic ada di ruang kerjanya bersama dengan Tuan Eldon. Beliau memintaku untuk mengantarkan sarapan untukmu,” ujar sang pelayan lembut. Camelia terdiam sebentar. Pantas saja kala dirinya membuka mata, Dominic sudah tak ada di sampingnya. Rupanya Dominic sekarang tengah bersama dengan Eldon. Ada rasa sedikit kecewa karena Camelia terbangun dalam keadaan Dominic tidak di sampingnya. Tetapi, Camelia pun tak bisa untuk mengel
Camelia tak pernah merasakan berbunga-bunga dalam hidupnya. Sebuah rasa yang tak bisa dijelaskan secara detail. Yang Camelia tahu dirinya sangat bahagia dan nyaman berada di sisi Dominic. Awalnya, Camelia pikir Dominic adalah sosok pria yang sangat kejam. Tapi yang Camelia pikirkan salah besar. Meski kerap memiliki rasa takut berada di sisi Dominic, tetapi Camelia tidak bisa memungkiri bahwa gadis itu pun senang berada di dekat Dominic. Jika dulu, Camelia menganggap tinggal di mansion Dominic sama saja seperti dirinya masuk neraka, sekarang pemikiran itu sudah hilang bagaikan debu yang diterpa angin kencang. Yang Camelia rasakan berada di dekat Dominic adalah rasa aman yang tak pernah Camelia rasakan sebelumnya. Semuanya benar-benar berbeda. Seperti sesuatu hal yang baru yang menyejukan tapi sayangnya Camelia sulit mengungkapkan. “Dominic, kau pulang jam berpa?” tanya Camelia memberanikan diri, sambil menatap Dominic yang menuruni tangga dengan pakaian non formal. Jaket kulit cokel
“Apa kau sudah menemukan di mana keberadaan Burke?” Dominic menatap dingin dan tajam Eldon yang berdiri di hadapannya. Aura wajah dingin dan terselimuti amarah setiap kali membahas tentang Burke. “Tuan, orang kita sudah berhasil menemukan keberadaan Burke di Macau, tapi dia berhasil melarikan diri, Tuan.” Eldon memejamkan mata sebentar, penuh rasa bersalah. “Harus saya akui, menangkap Burke tidak mudah. Saya baru tahu kalau selama ini Burke menyadap komunikasi antar pengawal kita. Itu kenapa Burke berhasil bergerak satu langkah lebih cepat dari pada pengawal kita, Tuan.” Eldon menunduk kala mengatakan itu. “Berengsek! Kenapa kau bodoh sekali, Eldon! Bisa-bisanya kau kalah dengan Burke!” Dominic menggebrak meja kerjanya, matanya menyalang tajam bagaikan mata elang. “Saya minta maaf, Tuan. Saya pastikan akan segera menangkap Burke.” Eldon berucap dengan nada penuh keyakinan. Dominic mengembuskan napas kasar, berusaha mengatasi amarahnya. Dominic menyambar vodka di hadapannya, dan me
Pemberitaan tentang Camelia di media semakin meluas. Nama Camelia kian melambung akibat rekaman suaranya yang menjadi trending pertama. Tak sedikit media yang selalu ingin mewawancarai Camelia. Memang, sejak di mana Camelia banyak sekali dikenal publik, Dominic membatasi Camelia berinteraksi pada media. Pasalnya, Dominic tak ingin Camelia kelelahan. Usia kandungan Camelia yang sudah mulai besar membuat Dominic sangat memilih-milih apa yang Camelia lakukan dan tak dilakukan. Jika ditanya, maka Camelia pun tak pernah mengira akan berada di titik sekarang. Camelia seperti berada di dalam dunia mimpi. Memiliki suami yang luar biasa hebat, dan karir yang cemerlang. Hari demi hari, Camelia selalu lewati dengan penuh kebahagiaan. Tak pernah sedikit pun Camelia mengeluh, karena hidupnya sekarang memang sudah berkelimpahan dengan berkat kebahagiaan. Dan hari ini akan menjadi hari di mana yang mengukir sejarah. Untuk pertama kalinya Camelia akan turun di konser penghargaan musik. Ya, jelas
Hari berganti hari. Usia kandungan Camelia sudah memasuki enam belas minggu—yang mana Camelia sudah memasuki trimester kedua. Perut Camelia semakin membesar. Setiap kali orang melihat Camelia pasti menduga kalau Camelia tengah hamil tujuh bulan. Wajar saja, selain hamil kembar, Camelia juga hobby sekali makan. Setiap jam, Camelia selalu lapar. Jadi tak heran kalau melihat tubuh Camelia sekarang lebih berisi dari sebelumnya. Weekend ini, Camelia akan turut serta dalam konser penghargaan musik. Hidup Camelia sehari-hari memang kerap masuk dapur rekaman suara. Hamil, sama sekali tidak menghalangi Camelia dalam meraih impiannya. Pun Dominic sangat mendukung apa pun hal positive yang dilakukan Camelia. Tentunya, Camelia tetap dalam pengawasan ketat dokter kandungan. Sekalipun, Dominic membebaskan Camelia untuk berkarir tetap saja Dominic sangat menjaga ketat Camelia. Makanan yang Camelia makan saja wajib dari chef terbaik, dan tidak boleh sembarangan. Dominic memang ingin memberikan yang
Camelia tak henti tersenyum sambil mengusap perut buncitnya. Ingatan Camelia mengingat perkataan ibu mertuanya yang mengatakan dirinya hamil bayi kembar. Hatinya bergetar dilingkupi kebahagiaan. Tentu, Camelia sangat senang jika bayi beruang yang ada di perutnya adalah kembar.Sejak awal, impian Camelia adalah memiliki banyak anak dari Dominic. Camelia ingin sekali mansionnya penuh dengan canda dan tawa dari anak-anaknya kelak. Sungguh, membayangkan itu semua, membuat Camelia terus melukiskan senyuman bahagia. “Camelia, apa kau sudah siap?” Dominic melangkah mendekat pada Camelia yang berada di kamar sambil menatap cermin. Camelia mengalihkan pandangannya, menatap Dominic yang mendekat padanya. “Sudah, Sayang. Tadi siapa yang menghubungimu?” tanyanya ingin tahu. Baru saja Dominic keluar, karena mendapatkan telepon. Akan tetapi, Camelia tidak tahu sang suami mendapatkan telepon dari siapa. “Irwin Leaman yang menghubungiku. Dia mengatakan konser penghargaan musik akan diadakan bulan
Kabar tentang Camelia telah rekaman suara, dan berhasil menjadi trending topic membuat keluarga Geovan kerap dimintai wawancara oleh wartawan. Hal ini kadang membuat seluruh anggota tanpa terkecuali cukup risih dengan kejaran para wartawan. Akan tetapi, keluarga Geovan nampak tetap mendukung Camelia. Walau tak dipungkiri, bisa dikatakan Camelia telah mengukir sejarah. Selama ini, belum pernah ada anggota keluarga Geovan yang masuk ke dalam dunia entertainment. Seluruh anggota keluarga selalu murni pengusaha. Hari berlalu begitu cepat. Dominic dan Camelia kini telah kembali ke kota yang menjadi tempat di mana mereka tinggali. Beberapa minggu berbulan madu di Spanyol, telah meninggalkan jutaan memori indah yang tak bisa diungkap oleh kata. Bukan hanya memori indah tentang mereka berdua, tapi memori di mana perjalanan karir Camelia dimulai. Siapa yang menyangka sosok yang terkenal memiliki jutaan kekurangan rupanya memiliki segudang talenta yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Satu minggu sudah Dominic dan Camelia berbulan madu. Dua hari pertama Dominic dan Camelia menikmati waktu mereka berjalan-jalan di Madrid. Sekarang mereka berada di Barcelona menikmati keindahan kota terbesar kedua di Spanyol. Tiga hari lalu, setelah Camelia melakukan rekaman suara, dia belum mendapatkan info apa pun, karena proses masuk ke dalam kanal youtube tidak bisa langsung. Tentu selama berada di Barcelona, Dominic mengajak Camelia berjalan-jalan ke tempat romantis. Dominic mengalihkan perhatian Camelia agar tak terlalu memikirkan hasil dari test pasar yang akan dilakukan pihak PH tempo hari. Pun memang Dominic selalu mendukung apa pun yang Camelia lakukan. Jikalau, sang istri gagal tetap baginya Camelia telah melakukan yang terbaik. Plaza de España adalah tempat yang kini tengah Dominic dan Camelia kunjungi. Dua insan yang saling mencintai itu sudah datang ke Plaza de España menikmati indahnya pagi. Dominic memeluk pinggang Camelia menatap pemandangan indahnya bangunan yang
Langkah kaki Dominic dan Camelia sama-sama terhenti kala sosok pria berdiri menghalangi langkah mereka. Tampak Dominic dan Camelia menatap pria asing di hadapan mereka. Tinggi tubuh pria asing itu nyaris sama seperti tinggi tubuh Dominic. Hanya saja dari wajah pria asing itu sepertinya jauh lebih tua dari Dominic. “Kau siapa?” Dominic bertanya tanpa basa-basi. Sepasang iris mata cokelat gelap Dominic menatap dingin pria asing yang menghalangi langkahnya itu. “Irwin Leaman. Namaku Irwin Leaman. Maaf, apa benar kau Tuan Dominic Geovan?” Pria bernama Irwin Leaman tersenyum sopan ke hadapan Dominic. “Dari mana kau mengenalku?” Sebelah alis Dominic, penuh selidik. Dominic nampak seperti mengenal pria bernama ‘Irwin Leaman’, namun Dominic lupa. Irwin kembali tersenyum. “Aku pemilik Leaman Framont, salah satu Production House Di New York. Aku cukup sering bertemu dengan ayahmu.”Dominic terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan Irwin. Nama ‘Leaman Framont’, benar-benar tak asing di te
Para pelayan nampak tengah sibuk membawakan barang-barang milik Dominic dan Camelia masuk ke dalam mobil. Tak hanya barang-barang saja, tapi beberapa cemilan khusus juga wajib dibawa. Tentu, karena Camelia tak bisa menahan lapar. Camelia kerap mengemil setiap satu jam sekali atau dua jam sekali. Seperti yang Camelia kerap katakan dirinya tengah hamil bayi beruang, jadi wajar saja kalau Camelia mudah sekali lapar. “Dominic, kenapa kita tidak naik mobil saja ke Barcelona? Kalaiu menggunakan mobil hanya memakan waktu tidak sampai enam jam, Dominic,” kata Camelia yang ingin menuju ke Barcelona lewat darat. Camelia sedang enggan lewat udara. Terlebih Madrid ke Barcelona tidaklah jauh. Ya, sesuai dengan janji Dominic, hari ini Dominic akan mengajak Camelia ke Barcelona. Hanya saja tadi malam Camelia meminta ke Barcelona lewat jalur darat. Itu adalah permintaan konyol yang tak mungkin Dominic setujui. “Camelia Madrid ke Barcelona memakan waktu hampir enam jam. Kau pasti akan kelelahan,” u
Camelia memejamkan mata seraya merentangkan kedua tangannya, menikmati udara sore di hutan. Tak menampik, Camelia merindukan moment di mana dirinya dan Dominic menikmati bersama di hutan waktu dulu. Kala itu Camelia masih menjadi tawanan Dominic. Siapa yang sangka kalau dalam sekejap semuanya berubah. Camelia jatuh cinta pada pria yang menyandera dirinya. Kalau orang dengar pasti akan berpikir dirinya sudah tak waras. Tapi inilah fakta yang ada. “Kau di sini rupanya.” Dominic memeluk pinggang Camelia dari belakang, membenamkan wajahnya di leher istrinya itu. Sedari tadi Dominic mencari keberadaan sang istri, malah ternyata istrinya ada di belakang rumah menikmati udara sore hari yang menyejukan. Camelia tersenyum saat Dominic memeluknya dari belakang. Camelia memeluk tangan Dominic sambil berkata, “Sayang, dulu pertama kali kau membawaku ke hutan, aku sangat takut, tapi sekarang berbeda. Memang, aku masih sedikit takut, tapi sudah jauh lebih baik. Buktinya tadi aku bisa dekat denga
Madrid, Spain. Camelia menatap hamparan jalanan kota Madrid dari dalam mobil. Camelia tersenyum hangat. Rasanya sudah lama dirinya meninggalkan kota kelahirannya. Padahal Camelia belum meninggalkan Madrid sampai satu tahun, tapi nampaknya Camelia sudah sangat merindukan kota kelahiran dan kota di mana dirinya dibesarkan. Madrid menjadi kota di mana Camelia menyimpan jutaan kenangan. Kenangan indah, dan kenangan tidak menyenangkan ada di kota itu. Namun, sekalipun ada kenangan tidak menyenangkan, Camelia tetaplah sangat bahagia. Karena Madrid pun mempertemukannya dengan belahan jiwanya. “Camelia, apa kau ingin kita langsung ke pemakaman ibu dan saudara kembarmu?” tanya Dominic seraya membelai pipi Camelia. Camelia mengangguk. “Ya, aku ingin ke makam mereka sekarang, Sayang. Aku merindukan mereka.” Dominic mengecup kening Camelia, menyetujui keinginan sang istri tercinta. Ya, baru saja mendarat di Madrid, Dominic pun langsung menawarkan pada Camelia untuk mengunjungi makam. Sepanja