Camelia tak pernah merasakan berbunga-bunga dalam hidupnya. Sebuah rasa yang tak bisa dijelaskan secara detail. Yang Camelia tahu dirinya sangat bahagia dan nyaman berada di sisi Dominic. Awalnya, Camelia pikir Dominic adalah sosok pria yang sangat kejam. Tapi yang Camelia pikirkan salah besar. Meski kerap memiliki rasa takut berada di sisi Dominic, tetapi Camelia tidak bisa memungkiri bahwa gadis itu pun senang berada di dekat Dominic. Jika dulu, Camelia menganggap tinggal di mansion Dominic sama saja seperti dirinya masuk neraka, sekarang pemikiran itu sudah hilang bagaikan debu yang diterpa angin kencang. Yang Camelia rasakan berada di dekat Dominic adalah rasa aman yang tak pernah Camelia rasakan sebelumnya. Semuanya benar-benar berbeda. Seperti sesuatu hal yang baru yang menyejukan tapi sayangnya Camelia sulit mengungkapkan. “Dominic, kau pulang jam berpa?” tanya Camelia memberanikan diri, sambil menatap Dominic yang menuruni tangga dengan pakaian non formal. Jaket kulit cokel
“Apa kau sudah menemukan di mana keberadaan Burke?” Dominic menatap dingin dan tajam Eldon yang berdiri di hadapannya. Aura wajah dingin dan terselimuti amarah setiap kali membahas tentang Burke. “Tuan, orang kita sudah berhasil menemukan keberadaan Burke di Macau, tapi dia berhasil melarikan diri, Tuan.” Eldon memejamkan mata sebentar, penuh rasa bersalah. “Harus saya akui, menangkap Burke tidak mudah. Saya baru tahu kalau selama ini Burke menyadap komunikasi antar pengawal kita. Itu kenapa Burke berhasil bergerak satu langkah lebih cepat dari pada pengawal kita, Tuan.” Eldon menunduk kala mengatakan itu. “Berengsek! Kenapa kau bodoh sekali, Eldon! Bisa-bisanya kau kalah dengan Burke!” Dominic menggebrak meja kerjanya, matanya menyalang tajam bagaikan mata elang. “Saya minta maaf, Tuan. Saya pastikan akan segera menangkap Burke.” Eldon berucap dengan nada penuh keyakinan. Dominic mengembuskan napas kasar, berusaha mengatasi amarahnya. Dominic menyambar vodka di hadapannya, dan me
Camelia terbangun dikala sinar matahari pagi menembus sela jendela, menyentuh wajahnya. Mata Camelia mengerjap beberapa kali. Dan ketika mata Camelia sudah benar-benar terbuka, tatapan Camelia menatap di sampingnya; Dominic tengah terlelap. Pipi Camelia merona malu. Hatinya menyejuk bahagia bangun di pagi hari dalam keadaan Dominic ada di sampingnya. Ya, Camelia ingat tadi malam Dominic memintanya untuk tidur dengan pria itu. Berada di sisi Dominic memang tempat yang paling nyaman dan aman. Rasa takut yang dulu Camelia rasakan perlahan mulai tergantikan dengan sebuah kenyamanan. Senyuman malu-malu di wajah Camelia terlukis. Wajah Camelia merona memerah persis seperti anak remaja yang baru merasakan kasmaran. Tatapan gadis itu tak lepas melihat keindahan wajah Dominic—yang begitu tampan. Hidung mancung menjulang melebihi bibir tipis. Rahang tegas ditubuhi jambang maskulin. Jambang pria itu benar-benar sangat rapi dan terawat. Kulit Dominic bersih tak memiliki jerawat satu pun. Domin
Camelia menikmati sarapan yang terhidang di hadapannya secara perlahan. Selama sarapan berlangsung, tatapan Camelia mencuri-curi melihat Dominic yang tengah minum kopi sambil berkutat pada iPad yang ada di tangan pria itu. Dominic masih hanya memakai celana training panjang, dan bertelanjang dada. Sedangkan Camelia hanya memakai kaus Dominic yang kebesaran di tubuh gadis itu. Aroma parfume maskulin Dominic sekarang berada di tubuh Camelia, membuat gadis itu merona malu. “Dominic,” panggil Camelia pelan. “Hm?” Dominic mengalihkan pandangannya, menatap Camelia. “Hari ini kau tidak ke kantor?” tanya Camelia lembut. “Tidak. Aku akan bekerja di rumah,” jawab Dominic dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Camelia mengangguk-anggukan kepalanya merespon ucapan Dominic. Dominic meletakan iPad yang ada di tangannya ke atas meja, tatapan pria itu kembali menatap Camelia lekat. “Kau sudah selesai membaca novel yang kau pinjam dari Hedy?” tanyanya ingin tahu. Sudut bibir Dominic sedikit t
Camelia menatap dark chocolate cake yang ada di hadapannya. Tampilan cake yang benar-benar sangat indah. Beruntung ada Hedy yang membantunya. Cake yang khusus dibuat dengan rasa yang tak terlalu manis. Sebelumnya, Hedy sudah mengatakan bahwa Dominic tidak menyukai makanan manis. Tak heran jika Dominic memiliki tubuh yang benar-benar gagah maskulin. “Hedy, terima kasih banyak sudah membantuku,” ucap Camelia pada Hedy dengan senyuman di wajahnya. Sungguh, Camelia tidak tahu bagaimana dirinya jika sampai Hedy tidak membantunya. “Sama-sama, Camelia. Kau itu suka sekali mengucapkan terima kasih. Tadi kan kau sudah mengucapkan terima kasih,” ujar Hedy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Jika sudah menolong Camelia, maka gadis itu tidak pernah lelah mengucapkan terima kasih. Itu yang membuat Hedy yakin bahwa Camelia memang gadis yang sangat tulus dan baik. Camelia kembali tersenyum merespon ucapan Hedy. “Hedy, dark chocolate adalah cake yang disukai Dominic?” tanyanya memastikan. “Tua
Hal pertama kali yang Camelia lihat saat gadis itu membuka mata adalah Dominic tengah memeluknya begitu erat. Tubuh langsing Camelia didekap oleh tubuh gagah Dominic, membuat gadis itu tidak bisa berkutik sedikit pun. Tampak senyuman di wajah Camelia terlukis mengingat kejadian indah tadi malam. Kejadian yang benar-benar meninggalkan memori indah di ingatan Camelia. Gadis itu seakan tenggelam dalam mimpi di negeri dongeng. Sungguh, membayangkan itu membuat pipi Camelia merona malu. Camelia tak henti menatap Dominic. Terbangun dalam keadaan Dominic memeluknya seperti ini membuat Camelia rasanya berharap waktu berhenti di sini. Camelia merasa sangat nyaman berada di sisi Dominic. Tidak, ini bukan hanya sekedar nyaman saja tapi Camelia menyukai berada di sisi Dominic. Sosok pria kejam itu bisa menjadi pria hangat di moment tertentu. Tak selang lama, pelupuk mata Dominic sudah bergerak-gerak, menandakan pria itu akan segera membuka mata. Refleks, Camelia sedikit menjauh agar tak terla
Camelia tersenyum-senyum sambil menyentuh kalung yang berada di lehernya. Manik mata abu-abu gadis itu memancarkan jelas kebahagiaan. Benak Camelia terngiang-ngiang memikirkan pesta perayaan ulang tahunnya tahun ini dirayakan bersama dengan Dominic. Sungguh, Camelia tidak menyangka tahun ini akan merayakan ulang tahunnya bersama dengan Dominic dan keluarga besar Dominic. Setiap tahun, Camelia selalu merayakan ulang tahun bersama dengan ayahnya. Dulu dikala ibunya masih ada pasti selalu Camelia mendapatkan hadiah dari ibunya. Ada rasa sedih tidak bisa merayakan ulang tahun dengan kedua orang tuanya, tapi tak bisa dipungkiri juga kalau Camelia bahagia merayakan ulang tahun dengan Dominic. “Camelia,” panggil Hedy yang seketika itu juga membuyarkan lamunan Camelia. Refleks, Camelia menatap Hedy yang masuk ke dalam kamarnya. “Hedy?” Camelia menatap Hedy yang membawakan satu kotak besar dan tiga paper bag. Kening Camelia pun mengerut dalam, menatap Hedy lekat dan bingung. “Kau membawa ap
Camelia duduk di halaman belakang dengan raut wajah yang muram. Sorot pandang Camelia lurus ke depan dengan tatapan yang lemah seperti ada hal yang menjadi beban pikirannya. Dinginnya malam menyelimuti suasana di halaman belakang itu. Angin berembus cukup kencang menerpa kulit Camelia, tapi tetap tak membuat Camelia merasa kedinginan. Beban pikiran gadis itu, membuatnya seakan cuaca dingin hanyalah kapas yang menempel di kulitnya. Camelia memejamkan mata sebentar. Rasa khawatir dan ketakutan membuat degup jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Camelia memainkan kukunya ketika kegelisahan telah menusuk masuk ke dalam relung hati terdalam. Ya, hingga detik ini Camelia tak henti memikirkan maksud dari ucapan ayahnya. Camelia sudah berusaha untuk menghubungi nomor ayahnya itu, tapi hasil yang Camelia dapatkan nihil. Nomor telepon yang ayahnya gunakan untuk menghubunginya malah tidak aktif. “Apa yang harus aku lakukan?” Camelia menggigit bibir bawahnya. Gadis itu khawatir kalau te
Pemberitaan tentang Camelia di media semakin meluas. Nama Camelia kian melambung akibat rekaman suaranya yang menjadi trending pertama. Tak sedikit media yang selalu ingin mewawancarai Camelia. Memang, sejak di mana Camelia banyak sekali dikenal publik, Dominic membatasi Camelia berinteraksi pada media. Pasalnya, Dominic tak ingin Camelia kelelahan. Usia kandungan Camelia yang sudah mulai besar membuat Dominic sangat memilih-milih apa yang Camelia lakukan dan tak dilakukan. Jika ditanya, maka Camelia pun tak pernah mengira akan berada di titik sekarang. Camelia seperti berada di dalam dunia mimpi. Memiliki suami yang luar biasa hebat, dan karir yang cemerlang. Hari demi hari, Camelia selalu lewati dengan penuh kebahagiaan. Tak pernah sedikit pun Camelia mengeluh, karena hidupnya sekarang memang sudah berkelimpahan dengan berkat kebahagiaan. Dan hari ini akan menjadi hari di mana yang mengukir sejarah. Untuk pertama kalinya Camelia akan turun di konser penghargaan musik. Ya, jelas
Hari berganti hari. Usia kandungan Camelia sudah memasuki enam belas minggu—yang mana Camelia sudah memasuki trimester kedua. Perut Camelia semakin membesar. Setiap kali orang melihat Camelia pasti menduga kalau Camelia tengah hamil tujuh bulan. Wajar saja, selain hamil kembar, Camelia juga hobby sekali makan. Setiap jam, Camelia selalu lapar. Jadi tak heran kalau melihat tubuh Camelia sekarang lebih berisi dari sebelumnya. Weekend ini, Camelia akan turut serta dalam konser penghargaan musik. Hidup Camelia sehari-hari memang kerap masuk dapur rekaman suara. Hamil, sama sekali tidak menghalangi Camelia dalam meraih impiannya. Pun Dominic sangat mendukung apa pun hal positive yang dilakukan Camelia. Tentunya, Camelia tetap dalam pengawasan ketat dokter kandungan. Sekalipun, Dominic membebaskan Camelia untuk berkarir tetap saja Dominic sangat menjaga ketat Camelia. Makanan yang Camelia makan saja wajib dari chef terbaik, dan tidak boleh sembarangan. Dominic memang ingin memberikan yang
Camelia tak henti tersenyum sambil mengusap perut buncitnya. Ingatan Camelia mengingat perkataan ibu mertuanya yang mengatakan dirinya hamil bayi kembar. Hatinya bergetar dilingkupi kebahagiaan. Tentu, Camelia sangat senang jika bayi beruang yang ada di perutnya adalah kembar.Sejak awal, impian Camelia adalah memiliki banyak anak dari Dominic. Camelia ingin sekali mansionnya penuh dengan canda dan tawa dari anak-anaknya kelak. Sungguh, membayangkan itu semua, membuat Camelia terus melukiskan senyuman bahagia. “Camelia, apa kau sudah siap?” Dominic melangkah mendekat pada Camelia yang berada di kamar sambil menatap cermin. Camelia mengalihkan pandangannya, menatap Dominic yang mendekat padanya. “Sudah, Sayang. Tadi siapa yang menghubungimu?” tanyanya ingin tahu. Baru saja Dominic keluar, karena mendapatkan telepon. Akan tetapi, Camelia tidak tahu sang suami mendapatkan telepon dari siapa. “Irwin Leaman yang menghubungiku. Dia mengatakan konser penghargaan musik akan diadakan bulan
Kabar tentang Camelia telah rekaman suara, dan berhasil menjadi trending topic membuat keluarga Geovan kerap dimintai wawancara oleh wartawan. Hal ini kadang membuat seluruh anggota tanpa terkecuali cukup risih dengan kejaran para wartawan. Akan tetapi, keluarga Geovan nampak tetap mendukung Camelia. Walau tak dipungkiri, bisa dikatakan Camelia telah mengukir sejarah. Selama ini, belum pernah ada anggota keluarga Geovan yang masuk ke dalam dunia entertainment. Seluruh anggota keluarga selalu murni pengusaha. Hari berlalu begitu cepat. Dominic dan Camelia kini telah kembali ke kota yang menjadi tempat di mana mereka tinggali. Beberapa minggu berbulan madu di Spanyol, telah meninggalkan jutaan memori indah yang tak bisa diungkap oleh kata. Bukan hanya memori indah tentang mereka berdua, tapi memori di mana perjalanan karir Camelia dimulai. Siapa yang menyangka sosok yang terkenal memiliki jutaan kekurangan rupanya memiliki segudang talenta yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Satu minggu sudah Dominic dan Camelia berbulan madu. Dua hari pertama Dominic dan Camelia menikmati waktu mereka berjalan-jalan di Madrid. Sekarang mereka berada di Barcelona menikmati keindahan kota terbesar kedua di Spanyol. Tiga hari lalu, setelah Camelia melakukan rekaman suara, dia belum mendapatkan info apa pun, karena proses masuk ke dalam kanal youtube tidak bisa langsung. Tentu selama berada di Barcelona, Dominic mengajak Camelia berjalan-jalan ke tempat romantis. Dominic mengalihkan perhatian Camelia agar tak terlalu memikirkan hasil dari test pasar yang akan dilakukan pihak PH tempo hari. Pun memang Dominic selalu mendukung apa pun yang Camelia lakukan. Jikalau, sang istri gagal tetap baginya Camelia telah melakukan yang terbaik. Plaza de España adalah tempat yang kini tengah Dominic dan Camelia kunjungi. Dua insan yang saling mencintai itu sudah datang ke Plaza de España menikmati indahnya pagi. Dominic memeluk pinggang Camelia menatap pemandangan indahnya bangunan yang
Langkah kaki Dominic dan Camelia sama-sama terhenti kala sosok pria berdiri menghalangi langkah mereka. Tampak Dominic dan Camelia menatap pria asing di hadapan mereka. Tinggi tubuh pria asing itu nyaris sama seperti tinggi tubuh Dominic. Hanya saja dari wajah pria asing itu sepertinya jauh lebih tua dari Dominic. “Kau siapa?” Dominic bertanya tanpa basa-basi. Sepasang iris mata cokelat gelap Dominic menatap dingin pria asing yang menghalangi langkahnya itu. “Irwin Leaman. Namaku Irwin Leaman. Maaf, apa benar kau Tuan Dominic Geovan?” Pria bernama Irwin Leaman tersenyum sopan ke hadapan Dominic. “Dari mana kau mengenalku?” Sebelah alis Dominic, penuh selidik. Dominic nampak seperti mengenal pria bernama ‘Irwin Leaman’, namun Dominic lupa. Irwin kembali tersenyum. “Aku pemilik Leaman Framont, salah satu Production House Di New York. Aku cukup sering bertemu dengan ayahmu.”Dominic terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan Irwin. Nama ‘Leaman Framont’, benar-benar tak asing di te
Para pelayan nampak tengah sibuk membawakan barang-barang milik Dominic dan Camelia masuk ke dalam mobil. Tak hanya barang-barang saja, tapi beberapa cemilan khusus juga wajib dibawa. Tentu, karena Camelia tak bisa menahan lapar. Camelia kerap mengemil setiap satu jam sekali atau dua jam sekali. Seperti yang Camelia kerap katakan dirinya tengah hamil bayi beruang, jadi wajar saja kalau Camelia mudah sekali lapar. “Dominic, kenapa kita tidak naik mobil saja ke Barcelona? Kalaiu menggunakan mobil hanya memakan waktu tidak sampai enam jam, Dominic,” kata Camelia yang ingin menuju ke Barcelona lewat darat. Camelia sedang enggan lewat udara. Terlebih Madrid ke Barcelona tidaklah jauh. Ya, sesuai dengan janji Dominic, hari ini Dominic akan mengajak Camelia ke Barcelona. Hanya saja tadi malam Camelia meminta ke Barcelona lewat jalur darat. Itu adalah permintaan konyol yang tak mungkin Dominic setujui. “Camelia Madrid ke Barcelona memakan waktu hampir enam jam. Kau pasti akan kelelahan,” u
Camelia memejamkan mata seraya merentangkan kedua tangannya, menikmati udara sore di hutan. Tak menampik, Camelia merindukan moment di mana dirinya dan Dominic menikmati bersama di hutan waktu dulu. Kala itu Camelia masih menjadi tawanan Dominic. Siapa yang sangka kalau dalam sekejap semuanya berubah. Camelia jatuh cinta pada pria yang menyandera dirinya. Kalau orang dengar pasti akan berpikir dirinya sudah tak waras. Tapi inilah fakta yang ada. “Kau di sini rupanya.” Dominic memeluk pinggang Camelia dari belakang, membenamkan wajahnya di leher istrinya itu. Sedari tadi Dominic mencari keberadaan sang istri, malah ternyata istrinya ada di belakang rumah menikmati udara sore hari yang menyejukan. Camelia tersenyum saat Dominic memeluknya dari belakang. Camelia memeluk tangan Dominic sambil berkata, “Sayang, dulu pertama kali kau membawaku ke hutan, aku sangat takut, tapi sekarang berbeda. Memang, aku masih sedikit takut, tapi sudah jauh lebih baik. Buktinya tadi aku bisa dekat denga
Madrid, Spain. Camelia menatap hamparan jalanan kota Madrid dari dalam mobil. Camelia tersenyum hangat. Rasanya sudah lama dirinya meninggalkan kota kelahirannya. Padahal Camelia belum meninggalkan Madrid sampai satu tahun, tapi nampaknya Camelia sudah sangat merindukan kota kelahiran dan kota di mana dirinya dibesarkan. Madrid menjadi kota di mana Camelia menyimpan jutaan kenangan. Kenangan indah, dan kenangan tidak menyenangkan ada di kota itu. Namun, sekalipun ada kenangan tidak menyenangkan, Camelia tetaplah sangat bahagia. Karena Madrid pun mempertemukannya dengan belahan jiwanya. “Camelia, apa kau ingin kita langsung ke pemakaman ibu dan saudara kembarmu?” tanya Dominic seraya membelai pipi Camelia. Camelia mengangguk. “Ya, aku ingin ke makam mereka sekarang, Sayang. Aku merindukan mereka.” Dominic mengecup kening Camelia, menyetujui keinginan sang istri tercinta. Ya, baru saja mendarat di Madrid, Dominic pun langsung menawarkan pada Camelia untuk mengunjungi makam. Sepanja