“Camelia? Kenapa kau ke sini? Memangnya Tuan Dominic mengizinkanmu keluar kamar?” Hedy melihat Camelia yang baru saja masuk ke dalam dapur. Tentu Hedy tahu kalau tadi malam, Camelia tidur di kamar Dominic. Hal itu yang membuat Hedy tak berani mengganggu Camelia. “Eldon datang, Hedy. Sekarang Dominic ada di ruang kerjanya bersama dengan Eldon,” jawab Camelia memberitahu Hedy. Tadi, tepat dikala Camelia dan Dominic baru saja selesai sarapan, Eldon datang dan menemui Dominic. Itu kenapa Dominic mengajak Eldon bicara di ruang kerjanya. Dan Camelia lebih memilih untuk bertemu dengan Hedy. Camelia kesepian jika hanya berdiam diri di kamar Dominic. “Oh, Tuan Eldon datang.” Hedy mengangguk-anggukan kepalanya. “Ah, ya, Camelia. Tadi malam aku membuat cheese cake. Cobalah.” Hedy mengeluarkan cheese cake yang ada di dalam kulkas, lalu memberikannya pada Camelia. “Semoga kau suka. Kalau kurang enak, jujur saja. Next time aku akan memperbaiki rasanya agar bisa lebih baik lagi.” Camelia tersenyu
“Camelia?” Hedy menegur Camelia yang baru saja keluar dari ruang kerja Dominic. Tampak kening Hedy mengerutkan keningnya melihat Camelia yang muram seperti tengah memikirkan sesuatu masalah. Entah Hedy bingung ada apa dengan Camelia. Padahal sebelumnya Camelia baik-baik saja. “Hedy?” Camelia membuyarkan lamunannya kala melihat Hedy. Manik mata abu-abu Camelia, mengerjap beberapa kali menatap Hedy yang ada di depannya. Hedy menghela napas dalam. “Apa Tuan Dominic tidak mengizinkanmu pergi sampai membuatmu wajahmu muram seperti ini?” tanyanya menduga. “Dominic mengizinkannku pergi, Hedy,” jawab Camelia pelan dan berusaha untuk tersenyum agar Hedy tak curiga padanya. “Benarkah Tuan Dominic mengizinkanmu pergi denganku?” ulang Hedy memastikan. Pasalnya selama ini Dominic tak mengizinkan Camelia pergi ke mana pun. Camelia mengangguk. “Iya, Dominic mengizinkanku pergi denganmu asalkan lima pengawal menemani kita, Hedy. Dominic juga bilang hanya mengizinkanku satu jam saja. Tidak boleh
Langkah kaki Camelia melangkah dengan pelan memasuki mansion bersama dengan Hedy. Sorot pandang gadis itu melemah, menunjukan jelas kerapuhannya. Pandangan Camelia lurus ke depan, dengan benak yang mengusiknya. Mata Camelia sedari tadi sudah menahan agar tak meneteskan air matanya. Tapi hati Camelia terlalu sakit bagaikan pisau tajam menusuk hingga ke jantungnya. Sejak bertemu dengan Burke, pikiran Camelia selalu terngiang-ngiang akan perkataan ayahnya. Rasa takut, khawatir, cemas, semua melebur menjadi satu. Jauh di dalam lubuk hati Camelia terdalam, Camelia tak bisa melakukan apa yang diminta oleh ayahnya. Tetapi di sisi lain, Camelia rasanya tak mungkin membantah apa yang telah ayahnya katakan padanya. “Camelia?” panggil Hedy kala mendapati Camelia yang tengah melamun. “Camelia?” Hedy kembali memanggil Camelia saat Camelia tak kunjung menjawabnya. “Ah, iya, Hedy?” Camelia membuyarkan lamunannya. “Apa yang kau pikirkan?” Kening Hedy mengerut dalam, menatap bingung Camelia. “Ken
Dominic menatap Camelia yang tertidur pulas di ranjangnya. Gadis itu terlelap dalam pelukannya, meringkuk layaknya anak kecil. Entah kenapa suatu gelenyar aneh menelusup ke dalam diri Dominic setiap kali melihat Camelia tertidur pulas dalam pelukannya. Gadis itu begitu polos seperti bayi yang baru dilahirkan tak mengerti apa pun. Pengetahuan tentang dunia luar sangat minim, membuat Dominic selalu kesal. Akan tetapi tak memungkiri, sifat Camelia memiliki suatu daya tarik sendiri yang tak bisa dihindari. Daya tarik yang seakan seperti magnet kuat yang mengisapnya untuk lebih dekat lagi. Seperti tak ada sama sekali dinding pembatas. Dominic membawa tangannya, membelai pipi Camelia, menelusuri lembutnya wajah Camelia. Yang Dominic tahu, Camelia tidak pernah melakukan perawatan apa pun. Gadis itu asli memiliki kulit yang sangat lembut. Kulit yang persis seperti kulit bayi yang baru lahir. Kenyal, sehat, dan halus. Perlahan, Dominic menjauh dari tubuh Camelia. Pria itu bangkit berdiri se
Camelia mengerutkan keningnya menatap ranjangnya di samping sudah kosong. Camelia mengendarkan pandangan ke sekitar, melihat dirinya masih berada di kamar Dominic. Harusnya Camelia terbangun dengan keadaan melihat Dominic di sampingnya, tapi ternyata Camelia harus menelan kekecewaannya, karena Dominic sudah tidak ada. Mungkin saja Dominic sedang berada di ruang kerjanya. Itu yang ada di dalam pikiran Camelia. Sesaat, Camelia terdiam dengan raut wajah yang seperti tengah memikirkan sesuatu. Sesuatu hal yang mana telah membuat hati Camelia seakan tertusuk-tusuk. Ya, Camelia tak pernah mengira kalau dirinya hampir membunuh Dominic. Jika saja tadi malam, Camelia tak mendorong cake itu, entah apa yang akan terjadi pada Dominic. Sungguh, Camelia menyesali dirinya yang hampir melenyapkan nyawa Dominic. Yang memicu Camelia tak jadi membunuh Dominic karena hati Camelia tak sanggup. Camelia tidak bisa melihat Dominic tidak ada di dunia. Meskipun Camelia tahu dirinya telah mengecewakan ayahnya
Bahu Camelia bergetar hebat dan wajah yang menunjukan jelas ketakutannya. Mata Camelia memerah nyaris mengeluarkan air mata akibat rasa cemas yang menelusup ke dalam dirinya. Tatapan Camelia menatap tak percaya melihat Dominic begitu akrab dengan tiga singa yang berukuran sangat besar itu. Sungguh, tubuh Camelia sampai tak bisa berkutik sedikit pun. Gadis itu masih dalam kondisi bersimpuh di tanah. Dominic melepaskan pelukan ketiga singa yang sejak tadi mengajaknya bermain. Pria itu mengusap punggung tiga tersebut sambil memberikan kecupan. Lantas, tatapan Dominic teralih pada Camelia yang masih bersimpuh di tanah dengan wajah yang begitu takut. Dominic melangkah menghampiri Camelia. “Bangunlah,” ucapnya seraya mengulurkan tangannya di hadapan Camelia. “D-Dominic—” Camelia memundurkan tubuhnya. Tepat disaat Dominic sudah mendekat, tiga singa di belakang Dominic pun ikut mendekat. Membuat tubuh Camelia semakin bergetar ketakutan. “Mereka tidak akan memakanmu kecuali aku yang memint
Camelia menggigit bibir bawahnya, menahan desahan agar tak lolos di bibirnya kala jemari Dominic terus mengusap-usap puncak dadanya begitu lembut. Tubuh Camelia seakan tersengat listrik tegangan tinggi. Menggelinjang merasakan geli bercampur nikmat yang membuat titik sensitive Camelia basah dan berkedut. “D-Dominic … j-jangan, a-aku mohon h-hentikan,” pinta Camelia dengan tatapan memohon, meminta Dominic menghentikan sentuhan itu. Dominic tersenyum misterius. Pria itu mendekatkan bibirnya dan berbisik ke telinga Camelia dengan nada serak, “Kenapa sekarang kau menolak, hm?” “A-aku—” Dominic mengecupi bibir Camelia dan memberikan gigitan kecil di bibir gadis itu. “Bibirmu menolak, tapi tubuhmu memberikan respon, Camelia. Munafik.” “D-Domini, a-aku, ah—” Camelia menjerit mendesah kala Dominic mencubit kedua puncak dadanya. “Jawab aku sekarang; dulu kau bilang kau pernah menyukai seorang pria? Katakan siapa pria itu?” bisik Dominic tajam di telinga Camelia. Pertanyaan yang sudah sej
“Ah.” Camelia meringis kesakitan kala dirinya sudah membuka mata. Rasa sakit seluruh tubuhnya seperti benar-benar telah menusuk hingga ke tulang. Setiap kali Camelia bergerak, pasti dia selalu merasakan nyeri di titik sensitive-nya. “Sakit sekali.” Camelia menggigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit itu. Camelia berusaha untuk menahan, tapi rasanya terlalu perih. Beberapa detik, Camelia memilih untuk memejamkan mata sambil memijat tengkuk leher. Lalu … “Kau sudah bangun?” Suara berat menegur Camelia, sontak Camelia mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. “D-Dominic?” Raut wajah Cemelia sedikit berubah. Pipinya merona malu melihat Dominic memaka celana training panjang, dan bertelanjang dada. Tubuh pria itu sangat bagus membuat Camelia selalu malu-malu setiap kali melihat pria itu bertelanjang dada. Tapi, tunggu! Seketika itu juga ingatan Camelia mulai mengumpul menjadi satu. Gadis itu mengingat kejadian kemarin. Kejadian di mana pertama kali, Camelia merasakan adegan deta
Pemberitaan tentang Camelia di media semakin meluas. Nama Camelia kian melambung akibat rekaman suaranya yang menjadi trending pertama. Tak sedikit media yang selalu ingin mewawancarai Camelia. Memang, sejak di mana Camelia banyak sekali dikenal publik, Dominic membatasi Camelia berinteraksi pada media. Pasalnya, Dominic tak ingin Camelia kelelahan. Usia kandungan Camelia yang sudah mulai besar membuat Dominic sangat memilih-milih apa yang Camelia lakukan dan tak dilakukan. Jika ditanya, maka Camelia pun tak pernah mengira akan berada di titik sekarang. Camelia seperti berada di dalam dunia mimpi. Memiliki suami yang luar biasa hebat, dan karir yang cemerlang. Hari demi hari, Camelia selalu lewati dengan penuh kebahagiaan. Tak pernah sedikit pun Camelia mengeluh, karena hidupnya sekarang memang sudah berkelimpahan dengan berkat kebahagiaan. Dan hari ini akan menjadi hari di mana yang mengukir sejarah. Untuk pertama kalinya Camelia akan turun di konser penghargaan musik. Ya, jelas
Hari berganti hari. Usia kandungan Camelia sudah memasuki enam belas minggu—yang mana Camelia sudah memasuki trimester kedua. Perut Camelia semakin membesar. Setiap kali orang melihat Camelia pasti menduga kalau Camelia tengah hamil tujuh bulan. Wajar saja, selain hamil kembar, Camelia juga hobby sekali makan. Setiap jam, Camelia selalu lapar. Jadi tak heran kalau melihat tubuh Camelia sekarang lebih berisi dari sebelumnya. Weekend ini, Camelia akan turut serta dalam konser penghargaan musik. Hidup Camelia sehari-hari memang kerap masuk dapur rekaman suara. Hamil, sama sekali tidak menghalangi Camelia dalam meraih impiannya. Pun Dominic sangat mendukung apa pun hal positive yang dilakukan Camelia. Tentunya, Camelia tetap dalam pengawasan ketat dokter kandungan. Sekalipun, Dominic membebaskan Camelia untuk berkarir tetap saja Dominic sangat menjaga ketat Camelia. Makanan yang Camelia makan saja wajib dari chef terbaik, dan tidak boleh sembarangan. Dominic memang ingin memberikan yang
Camelia tak henti tersenyum sambil mengusap perut buncitnya. Ingatan Camelia mengingat perkataan ibu mertuanya yang mengatakan dirinya hamil bayi kembar. Hatinya bergetar dilingkupi kebahagiaan. Tentu, Camelia sangat senang jika bayi beruang yang ada di perutnya adalah kembar.Sejak awal, impian Camelia adalah memiliki banyak anak dari Dominic. Camelia ingin sekali mansionnya penuh dengan canda dan tawa dari anak-anaknya kelak. Sungguh, membayangkan itu semua, membuat Camelia terus melukiskan senyuman bahagia. “Camelia, apa kau sudah siap?” Dominic melangkah mendekat pada Camelia yang berada di kamar sambil menatap cermin. Camelia mengalihkan pandangannya, menatap Dominic yang mendekat padanya. “Sudah, Sayang. Tadi siapa yang menghubungimu?” tanyanya ingin tahu. Baru saja Dominic keluar, karena mendapatkan telepon. Akan tetapi, Camelia tidak tahu sang suami mendapatkan telepon dari siapa. “Irwin Leaman yang menghubungiku. Dia mengatakan konser penghargaan musik akan diadakan bulan
Kabar tentang Camelia telah rekaman suara, dan berhasil menjadi trending topic membuat keluarga Geovan kerap dimintai wawancara oleh wartawan. Hal ini kadang membuat seluruh anggota tanpa terkecuali cukup risih dengan kejaran para wartawan. Akan tetapi, keluarga Geovan nampak tetap mendukung Camelia. Walau tak dipungkiri, bisa dikatakan Camelia telah mengukir sejarah. Selama ini, belum pernah ada anggota keluarga Geovan yang masuk ke dalam dunia entertainment. Seluruh anggota keluarga selalu murni pengusaha. Hari berlalu begitu cepat. Dominic dan Camelia kini telah kembali ke kota yang menjadi tempat di mana mereka tinggali. Beberapa minggu berbulan madu di Spanyol, telah meninggalkan jutaan memori indah yang tak bisa diungkap oleh kata. Bukan hanya memori indah tentang mereka berdua, tapi memori di mana perjalanan karir Camelia dimulai. Siapa yang menyangka sosok yang terkenal memiliki jutaan kekurangan rupanya memiliki segudang talenta yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Satu minggu sudah Dominic dan Camelia berbulan madu. Dua hari pertama Dominic dan Camelia menikmati waktu mereka berjalan-jalan di Madrid. Sekarang mereka berada di Barcelona menikmati keindahan kota terbesar kedua di Spanyol. Tiga hari lalu, setelah Camelia melakukan rekaman suara, dia belum mendapatkan info apa pun, karena proses masuk ke dalam kanal youtube tidak bisa langsung. Tentu selama berada di Barcelona, Dominic mengajak Camelia berjalan-jalan ke tempat romantis. Dominic mengalihkan perhatian Camelia agar tak terlalu memikirkan hasil dari test pasar yang akan dilakukan pihak PH tempo hari. Pun memang Dominic selalu mendukung apa pun yang Camelia lakukan. Jikalau, sang istri gagal tetap baginya Camelia telah melakukan yang terbaik. Plaza de España adalah tempat yang kini tengah Dominic dan Camelia kunjungi. Dua insan yang saling mencintai itu sudah datang ke Plaza de España menikmati indahnya pagi. Dominic memeluk pinggang Camelia menatap pemandangan indahnya bangunan yang
Langkah kaki Dominic dan Camelia sama-sama terhenti kala sosok pria berdiri menghalangi langkah mereka. Tampak Dominic dan Camelia menatap pria asing di hadapan mereka. Tinggi tubuh pria asing itu nyaris sama seperti tinggi tubuh Dominic. Hanya saja dari wajah pria asing itu sepertinya jauh lebih tua dari Dominic. “Kau siapa?” Dominic bertanya tanpa basa-basi. Sepasang iris mata cokelat gelap Dominic menatap dingin pria asing yang menghalangi langkahnya itu. “Irwin Leaman. Namaku Irwin Leaman. Maaf, apa benar kau Tuan Dominic Geovan?” Pria bernama Irwin Leaman tersenyum sopan ke hadapan Dominic. “Dari mana kau mengenalku?” Sebelah alis Dominic, penuh selidik. Dominic nampak seperti mengenal pria bernama ‘Irwin Leaman’, namun Dominic lupa. Irwin kembali tersenyum. “Aku pemilik Leaman Framont, salah satu Production House Di New York. Aku cukup sering bertemu dengan ayahmu.”Dominic terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan Irwin. Nama ‘Leaman Framont’, benar-benar tak asing di te
Para pelayan nampak tengah sibuk membawakan barang-barang milik Dominic dan Camelia masuk ke dalam mobil. Tak hanya barang-barang saja, tapi beberapa cemilan khusus juga wajib dibawa. Tentu, karena Camelia tak bisa menahan lapar. Camelia kerap mengemil setiap satu jam sekali atau dua jam sekali. Seperti yang Camelia kerap katakan dirinya tengah hamil bayi beruang, jadi wajar saja kalau Camelia mudah sekali lapar. “Dominic, kenapa kita tidak naik mobil saja ke Barcelona? Kalaiu menggunakan mobil hanya memakan waktu tidak sampai enam jam, Dominic,” kata Camelia yang ingin menuju ke Barcelona lewat darat. Camelia sedang enggan lewat udara. Terlebih Madrid ke Barcelona tidaklah jauh. Ya, sesuai dengan janji Dominic, hari ini Dominic akan mengajak Camelia ke Barcelona. Hanya saja tadi malam Camelia meminta ke Barcelona lewat jalur darat. Itu adalah permintaan konyol yang tak mungkin Dominic setujui. “Camelia Madrid ke Barcelona memakan waktu hampir enam jam. Kau pasti akan kelelahan,” u
Camelia memejamkan mata seraya merentangkan kedua tangannya, menikmati udara sore di hutan. Tak menampik, Camelia merindukan moment di mana dirinya dan Dominic menikmati bersama di hutan waktu dulu. Kala itu Camelia masih menjadi tawanan Dominic. Siapa yang sangka kalau dalam sekejap semuanya berubah. Camelia jatuh cinta pada pria yang menyandera dirinya. Kalau orang dengar pasti akan berpikir dirinya sudah tak waras. Tapi inilah fakta yang ada. “Kau di sini rupanya.” Dominic memeluk pinggang Camelia dari belakang, membenamkan wajahnya di leher istrinya itu. Sedari tadi Dominic mencari keberadaan sang istri, malah ternyata istrinya ada di belakang rumah menikmati udara sore hari yang menyejukan. Camelia tersenyum saat Dominic memeluknya dari belakang. Camelia memeluk tangan Dominic sambil berkata, “Sayang, dulu pertama kali kau membawaku ke hutan, aku sangat takut, tapi sekarang berbeda. Memang, aku masih sedikit takut, tapi sudah jauh lebih baik. Buktinya tadi aku bisa dekat denga
Madrid, Spain. Camelia menatap hamparan jalanan kota Madrid dari dalam mobil. Camelia tersenyum hangat. Rasanya sudah lama dirinya meninggalkan kota kelahirannya. Padahal Camelia belum meninggalkan Madrid sampai satu tahun, tapi nampaknya Camelia sudah sangat merindukan kota kelahiran dan kota di mana dirinya dibesarkan. Madrid menjadi kota di mana Camelia menyimpan jutaan kenangan. Kenangan indah, dan kenangan tidak menyenangkan ada di kota itu. Namun, sekalipun ada kenangan tidak menyenangkan, Camelia tetaplah sangat bahagia. Karena Madrid pun mempertemukannya dengan belahan jiwanya. “Camelia, apa kau ingin kita langsung ke pemakaman ibu dan saudara kembarmu?” tanya Dominic seraya membelai pipi Camelia. Camelia mengangguk. “Ya, aku ingin ke makam mereka sekarang, Sayang. Aku merindukan mereka.” Dominic mengecup kening Camelia, menyetujui keinginan sang istri tercinta. Ya, baru saja mendarat di Madrid, Dominic pun langsung menawarkan pada Camelia untuk mengunjungi makam. Sepanja