“Ah.” Camelia meringis kesakitan kala dirinya sudah membuka mata. Rasa sakit seluruh tubuhnya seperti benar-benar telah menusuk hingga ke tulang. Setiap kali Camelia bergerak, pasti dia selalu merasakan nyeri di titik sensitive-nya. “Sakit sekali.” Camelia menggigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit itu. Camelia berusaha untuk menahan, tapi rasanya terlalu perih. Beberapa detik, Camelia memilih untuk memejamkan mata sambil memijat tengkuk leher. Lalu … “Kau sudah bangun?” Suara berat menegur Camelia, sontak Camelia mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. “D-Dominic?” Raut wajah Cemelia sedikit berubah. Pipinya merona malu melihat Dominic memaka celana training panjang, dan bertelanjang dada. Tubuh pria itu sangat bagus membuat Camelia selalu malu-malu setiap kali melihat pria itu bertelanjang dada. Tapi, tunggu! Seketika itu juga ingatan Camelia mulai mengumpul menjadi satu. Gadis itu mengingat kejadian kemarin. Kejadian di mana pertama kali, Camelia merasakan adegan deta
“Ah, sakit sekali.” Camelia mengeluh kala dirinya sudah duduk di sofa. Camelia merasakan perih di bagian titik sensitive-nya. Setiap kali bergerak terkadang Camelia masih merasa tidak nyaman. Akan tetapi, meski demikian, tak bisa dipungkiri setiap moment kebersamaannya dengan Dominic, sangatlah Camelia sukai. Bahkan hingga detik ini Camelia masih terus terbayang-bayang akan sentuhan Dominic padanya. Camelia tersenyum malu-malu ketika dirinya kembali membayangkan sentuhan Dominic yang begitu mendamba. Ya, kini gadis itu tengah duduk di sofa kamar, memakai celana pendek dan kemeja wanita dengan motif flannel. Setelah tadi Camelia mandi di sungai bersama dengan Dominic, ada seorang pelayan membawakan pakaian untuknya. Tentu, Camelia tahu pasti Dominic yang memerintahkan sang pelayan untuk membawakan pakaian. Mengingat dirinya masih berda di tengah hutan, tidak mungkin ada toko baju di sekitar sini. “Camelia.” Dominic melangkah masuk ke dalam kamar. Refleks, Camelia mengalihkan pandanga
Dua hari sudah, Camelia tinggal di rumah kayu di tengah hutan bersama dengan Dominic. Itu adalah sebuah pengalaman baru sekaligus indah untuknya. Camelia tidak pernah mengira akan memiliki moment-moment manis bersama dengan Dominic yang membekas di hati, dan selalu terngiang di memori ingatannya. Semuanya sangat indah tak bercelah sedikit pun. Apalagi setiap kali Dominic menyentuh Camelia, gadis itu selalu berbunga-bunga. Sentuhan itu sangat candu, tak pernah bisa untuk Camelia tolak. Bagi Camelia, Dominic adalah pusat kehidupannya. Hanya bersama dengan Dominic, Camelia bisa melupakan segalanya, seolah Dominic adalah sumber kehidupan Camelia. Ya, semua wajar terjadi karena Camelia baru pertama kali merasakan jatuh cinta. Tak pernah ada satu pun pria yang singgah di hati Camelia, hanya Dominic seorang yang hadir pertama kali, dan memberikan angin kesejukan kebahagiaan untuk Camelia. “Camelia.” Dominic melangkah mendekat ke halaman belakang, menatap Camelia yang tengah menatap keindah
Dominic menatap Camelia yang terlelap di ranjang dengan memakai lingerie warna hitam transparan. Kilat mata Dominic penuh damba melihat keindahan tubuh Camelia. Kulit gadis itu sangat putih bersih. Layaknya porselen yang tak memiliki noda. Dan hal itu membuat Dominic tak bisa melepas matanya dari keindahan tubuh Camelia. Dominic membaringkan tubuhnya di samping Camelia, menarik pelan dan hati-hati tangan gadis itu—masuk ke dalam pelukannya. Dominic membawa tangannya, membelai pipi mulus Camelia, menelusuri indahnya wajah gadis di hadapannya itu. “Cantik,” gumam Dominic pelan. Kilat mata Dominic menatap dua gundukan kembar di dada Camelia yang sangat indah. Bulat, padat, menantang. Perlahan senyuman di wajah Dominic terlukis melihat masih ada bekas tanda kemerahan di dada Camelia. Tanda yang sengaja Dominic berikan untuk gadis kecil itu. “Hmmm—” Camelia menggeliat dari dalam pelukan Dominic. Dada gadis itu bergesek-gesek di dada Dominic, membuat puncak dada gadis itu terlihat jelas.
Tubuh Dominic membeku. Sepasang iris mata cokelat gelapnya berkilat memancarkan kobaran api amarah. Aura kekejaman dan bengis Dominic terlihat menyeramkan. Gigi gerahamnya mengencang, menunjukan rahang yang mengetat. Kemarahan dan emosi menyelimuti pria itu seakan ingin meledakan seluruh isi ruangan. Napas Dominic sedikit memburu. Laporan Eldon layaknya membangkitkan singa yang tidur. “Jangan main-main dengan ucapanmu, Eldon,” desis Dominic tajam. Eldon menundukan kepala kala sudah melihat amarah di wajah Dominic. “Tuan, kita memiliki anak buah yang sangat kompeten dalam mengidentifikasi zat-zat yang terkandung dalam makanan dan minuman. Racun di makanan dan minuman sudah sering kita temui ketika musuh berusaha menjebak kita. Jujur, saya sendiri terkejut dengan laporan yang saya terima. Tapi kenyataannya memang seperti itu, Tuan. Cake yang dibuat Nona Camelia mengandung racun yang tidak berbau dan tidak berwarna. Racun itu tidak memiliki penawar. Orang yang sampai memakan racun itu,
Dominic menegak vodka di tangannya hingga tandas. Raut wajahnya menunjukan jelas kemarahan yang tak terkendali. Sejak tadi umpatan lolos di bibir Dominic. Pria itu mencengkram kuat gelasnya, nyaris menghancurkan. Sorot mata tajam, menusuk, layaknya singa yang baru saja menuntaskan emosinya. “Sialan!” Tangan Dominic mengepal begitu kuat, memukul keras meja. Dominic tak pernah menyangka kalau Camelia berani ingin membunuhnya. Gadis itu rupanya menuruti keinginan ayahnya yang ingin melenyapkannya. Mengingat itu semua membuat amarah dalam diri Dominic seakan semakin membakar dirinya. “Tuan.” Eldon mendekat pada Dominic yang tampak begitu kacau. Malam ini Dominic menghabiskan waktunya minum alkohol di ruang kerja pribadinya yang ada di klub malam milik pria itu. “Ada apa kau ke sini?” Dominic menatap dingin dan tajam Eldon yang ada di hadapannya. Eldon menundukan kepala. “Tuan, saya tahu Anda pasti marah pada Nona Camelia. Tapi menurut saya, Anda harus lebih bijak menyikapi ini semua.
Dominic mengisap rokok dengan kuat, mengembuskan asap ke udara. Pria itu berdiri di balkon kamar dengan sorot tatapan tajam ke depan. Dua botol wine di depannya sudah habis ditegaknya. Raut wajahnya menunjukan emosi tapi bercampur dengan frustrasi. Sudah satu jam lamanya, Dominic mengunci Camelia di gudang, harusnya dia puas menghukum gadis itu. Akan tetapi, alih-alih puas malah Dominic terus terngiang-ngiang akan bayang-bayang Camelia. Terlebih terakhir kali Camelia merintih kesakitan dan memohon ampun padanya. “Shit!” Dominic memejamkan mata singkat. Yang membuat emosinya semakin menyulut adalah dirinya memikirkan Camelia. Ini pertama kalinya Dominic memikirkan orang yang telah mengkhianatinya. Sejak dulu, Dominic tak pernah mengenal kata ampun pada orang yang telah berani mengkhianatinya. Tapi sekarang semua berbeda. Dominic seakan berat atas hukuman yang telah dia berikan pada Camelia. Dominic menepis pikirannya. Berusaha tak memikirkan gadis itu lagi. Apa yang telah dirinya pu
Camelia meringkuk lemah di dalam pelukan Dominic. Baru saja gadis itu mendapatkan suntikan Vit C dari dokter, guna meningkatkan daya tahan tubuh. Selang infus sudah sejak tadi tak lagi terpasang. Hanya saja, Camelia masih merasa sedikit perih akibat suntikan. Memang Camelia sangat takut pada suntikan. Dan hanya pelukan Dominic yang bisa membuat Camelia tenang. Seperti saat ini. “Mulai sekarang, kau harus makan lebih banyak. Tubuhmu terlalu kurus. Kau seperti orang yang tidak diberikan makan saja,” ucap Dominic dingin, dan penuh ketegasan. Camelia mengangguk dari dalam pelukan Dominic. Tangan lentik dan halus Camelia, melingkar di pinggang Dominic erat. “Iya, aku akan makan banyak,” jawabnya patuh. Dominic menarik dagu Camelia, menatap dalam manik mata abu-abu Camelia. “Jangan ulangi kesalahanmu. Aku tidak akan pernah memaafkanmu, jika sampai kau berani mengulanginya.” Nada bicara Dominic rendah, dan penuh ancaman.Camelia menggigit bibir bawahnya. Tatapan Camelia, menatap Dominic
Pemberitaan tentang Camelia di media semakin meluas. Nama Camelia kian melambung akibat rekaman suaranya yang menjadi trending pertama. Tak sedikit media yang selalu ingin mewawancarai Camelia. Memang, sejak di mana Camelia banyak sekali dikenal publik, Dominic membatasi Camelia berinteraksi pada media. Pasalnya, Dominic tak ingin Camelia kelelahan. Usia kandungan Camelia yang sudah mulai besar membuat Dominic sangat memilih-milih apa yang Camelia lakukan dan tak dilakukan. Jika ditanya, maka Camelia pun tak pernah mengira akan berada di titik sekarang. Camelia seperti berada di dalam dunia mimpi. Memiliki suami yang luar biasa hebat, dan karir yang cemerlang. Hari demi hari, Camelia selalu lewati dengan penuh kebahagiaan. Tak pernah sedikit pun Camelia mengeluh, karena hidupnya sekarang memang sudah berkelimpahan dengan berkat kebahagiaan. Dan hari ini akan menjadi hari di mana yang mengukir sejarah. Untuk pertama kalinya Camelia akan turun di konser penghargaan musik. Ya, jelas
Hari berganti hari. Usia kandungan Camelia sudah memasuki enam belas minggu—yang mana Camelia sudah memasuki trimester kedua. Perut Camelia semakin membesar. Setiap kali orang melihat Camelia pasti menduga kalau Camelia tengah hamil tujuh bulan. Wajar saja, selain hamil kembar, Camelia juga hobby sekali makan. Setiap jam, Camelia selalu lapar. Jadi tak heran kalau melihat tubuh Camelia sekarang lebih berisi dari sebelumnya. Weekend ini, Camelia akan turut serta dalam konser penghargaan musik. Hidup Camelia sehari-hari memang kerap masuk dapur rekaman suara. Hamil, sama sekali tidak menghalangi Camelia dalam meraih impiannya. Pun Dominic sangat mendukung apa pun hal positive yang dilakukan Camelia. Tentunya, Camelia tetap dalam pengawasan ketat dokter kandungan. Sekalipun, Dominic membebaskan Camelia untuk berkarir tetap saja Dominic sangat menjaga ketat Camelia. Makanan yang Camelia makan saja wajib dari chef terbaik, dan tidak boleh sembarangan. Dominic memang ingin memberikan yang
Camelia tak henti tersenyum sambil mengusap perut buncitnya. Ingatan Camelia mengingat perkataan ibu mertuanya yang mengatakan dirinya hamil bayi kembar. Hatinya bergetar dilingkupi kebahagiaan. Tentu, Camelia sangat senang jika bayi beruang yang ada di perutnya adalah kembar.Sejak awal, impian Camelia adalah memiliki banyak anak dari Dominic. Camelia ingin sekali mansionnya penuh dengan canda dan tawa dari anak-anaknya kelak. Sungguh, membayangkan itu semua, membuat Camelia terus melukiskan senyuman bahagia. “Camelia, apa kau sudah siap?” Dominic melangkah mendekat pada Camelia yang berada di kamar sambil menatap cermin. Camelia mengalihkan pandangannya, menatap Dominic yang mendekat padanya. “Sudah, Sayang. Tadi siapa yang menghubungimu?” tanyanya ingin tahu. Baru saja Dominic keluar, karena mendapatkan telepon. Akan tetapi, Camelia tidak tahu sang suami mendapatkan telepon dari siapa. “Irwin Leaman yang menghubungiku. Dia mengatakan konser penghargaan musik akan diadakan bulan
Kabar tentang Camelia telah rekaman suara, dan berhasil menjadi trending topic membuat keluarga Geovan kerap dimintai wawancara oleh wartawan. Hal ini kadang membuat seluruh anggota tanpa terkecuali cukup risih dengan kejaran para wartawan. Akan tetapi, keluarga Geovan nampak tetap mendukung Camelia. Walau tak dipungkiri, bisa dikatakan Camelia telah mengukir sejarah. Selama ini, belum pernah ada anggota keluarga Geovan yang masuk ke dalam dunia entertainment. Seluruh anggota keluarga selalu murni pengusaha. Hari berlalu begitu cepat. Dominic dan Camelia kini telah kembali ke kota yang menjadi tempat di mana mereka tinggali. Beberapa minggu berbulan madu di Spanyol, telah meninggalkan jutaan memori indah yang tak bisa diungkap oleh kata. Bukan hanya memori indah tentang mereka berdua, tapi memori di mana perjalanan karir Camelia dimulai. Siapa yang menyangka sosok yang terkenal memiliki jutaan kekurangan rupanya memiliki segudang talenta yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Satu minggu sudah Dominic dan Camelia berbulan madu. Dua hari pertama Dominic dan Camelia menikmati waktu mereka berjalan-jalan di Madrid. Sekarang mereka berada di Barcelona menikmati keindahan kota terbesar kedua di Spanyol. Tiga hari lalu, setelah Camelia melakukan rekaman suara, dia belum mendapatkan info apa pun, karena proses masuk ke dalam kanal youtube tidak bisa langsung. Tentu selama berada di Barcelona, Dominic mengajak Camelia berjalan-jalan ke tempat romantis. Dominic mengalihkan perhatian Camelia agar tak terlalu memikirkan hasil dari test pasar yang akan dilakukan pihak PH tempo hari. Pun memang Dominic selalu mendukung apa pun yang Camelia lakukan. Jikalau, sang istri gagal tetap baginya Camelia telah melakukan yang terbaik. Plaza de España adalah tempat yang kini tengah Dominic dan Camelia kunjungi. Dua insan yang saling mencintai itu sudah datang ke Plaza de España menikmati indahnya pagi. Dominic memeluk pinggang Camelia menatap pemandangan indahnya bangunan yang
Langkah kaki Dominic dan Camelia sama-sama terhenti kala sosok pria berdiri menghalangi langkah mereka. Tampak Dominic dan Camelia menatap pria asing di hadapan mereka. Tinggi tubuh pria asing itu nyaris sama seperti tinggi tubuh Dominic. Hanya saja dari wajah pria asing itu sepertinya jauh lebih tua dari Dominic. “Kau siapa?” Dominic bertanya tanpa basa-basi. Sepasang iris mata cokelat gelap Dominic menatap dingin pria asing yang menghalangi langkahnya itu. “Irwin Leaman. Namaku Irwin Leaman. Maaf, apa benar kau Tuan Dominic Geovan?” Pria bernama Irwin Leaman tersenyum sopan ke hadapan Dominic. “Dari mana kau mengenalku?” Sebelah alis Dominic, penuh selidik. Dominic nampak seperti mengenal pria bernama ‘Irwin Leaman’, namun Dominic lupa. Irwin kembali tersenyum. “Aku pemilik Leaman Framont, salah satu Production House Di New York. Aku cukup sering bertemu dengan ayahmu.”Dominic terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan Irwin. Nama ‘Leaman Framont’, benar-benar tak asing di te
Para pelayan nampak tengah sibuk membawakan barang-barang milik Dominic dan Camelia masuk ke dalam mobil. Tak hanya barang-barang saja, tapi beberapa cemilan khusus juga wajib dibawa. Tentu, karena Camelia tak bisa menahan lapar. Camelia kerap mengemil setiap satu jam sekali atau dua jam sekali. Seperti yang Camelia kerap katakan dirinya tengah hamil bayi beruang, jadi wajar saja kalau Camelia mudah sekali lapar. “Dominic, kenapa kita tidak naik mobil saja ke Barcelona? Kalaiu menggunakan mobil hanya memakan waktu tidak sampai enam jam, Dominic,” kata Camelia yang ingin menuju ke Barcelona lewat darat. Camelia sedang enggan lewat udara. Terlebih Madrid ke Barcelona tidaklah jauh. Ya, sesuai dengan janji Dominic, hari ini Dominic akan mengajak Camelia ke Barcelona. Hanya saja tadi malam Camelia meminta ke Barcelona lewat jalur darat. Itu adalah permintaan konyol yang tak mungkin Dominic setujui. “Camelia Madrid ke Barcelona memakan waktu hampir enam jam. Kau pasti akan kelelahan,” u
Camelia memejamkan mata seraya merentangkan kedua tangannya, menikmati udara sore di hutan. Tak menampik, Camelia merindukan moment di mana dirinya dan Dominic menikmati bersama di hutan waktu dulu. Kala itu Camelia masih menjadi tawanan Dominic. Siapa yang sangka kalau dalam sekejap semuanya berubah. Camelia jatuh cinta pada pria yang menyandera dirinya. Kalau orang dengar pasti akan berpikir dirinya sudah tak waras. Tapi inilah fakta yang ada. “Kau di sini rupanya.” Dominic memeluk pinggang Camelia dari belakang, membenamkan wajahnya di leher istrinya itu. Sedari tadi Dominic mencari keberadaan sang istri, malah ternyata istrinya ada di belakang rumah menikmati udara sore hari yang menyejukan. Camelia tersenyum saat Dominic memeluknya dari belakang. Camelia memeluk tangan Dominic sambil berkata, “Sayang, dulu pertama kali kau membawaku ke hutan, aku sangat takut, tapi sekarang berbeda. Memang, aku masih sedikit takut, tapi sudah jauh lebih baik. Buktinya tadi aku bisa dekat denga
Madrid, Spain. Camelia menatap hamparan jalanan kota Madrid dari dalam mobil. Camelia tersenyum hangat. Rasanya sudah lama dirinya meninggalkan kota kelahirannya. Padahal Camelia belum meninggalkan Madrid sampai satu tahun, tapi nampaknya Camelia sudah sangat merindukan kota kelahiran dan kota di mana dirinya dibesarkan. Madrid menjadi kota di mana Camelia menyimpan jutaan kenangan. Kenangan indah, dan kenangan tidak menyenangkan ada di kota itu. Namun, sekalipun ada kenangan tidak menyenangkan, Camelia tetaplah sangat bahagia. Karena Madrid pun mempertemukannya dengan belahan jiwanya. “Camelia, apa kau ingin kita langsung ke pemakaman ibu dan saudara kembarmu?” tanya Dominic seraya membelai pipi Camelia. Camelia mengangguk. “Ya, aku ingin ke makam mereka sekarang, Sayang. Aku merindukan mereka.” Dominic mengecup kening Camelia, menyetujui keinginan sang istri tercinta. Ya, baru saja mendarat di Madrid, Dominic pun langsung menawarkan pada Camelia untuk mengunjungi makam. Sepanja