“Dominic, kenapa Oliver dan Shawn sering sekali bertengkar?” Camelia menatap Dominic yang kini membaringkan tubuh di sampingnya. Saat ini Camelia dan Dominic sudah berada di kamar mereka. Terlihat Camelia sedikit lelah, hanya saja Camelia belum mau tidur. Gadis itu ingin menanyakan tentang Oliver dan Shawn yang tadi sempat bertengkar. Dominic menarik tangan Camelia, masuk ke dalam pelukannya. “Oliver itu mengikuti ajaran ayahnya yang tidak waras. Itu kenapa Oliver sering bertengkar dengan Shawn.” “Tunggu, ajaran ayahnya yang tidak waras? Apa maksudmu, Dominic?” tanya Camelia bingung. Gadis itu tak mengerti maksud dari apa yang dikatakan oleh Dominic. Dominic mengembuskan napas kasar. “Samuel mengajarkan pada Oliver kalau memiliki banyak kekasih tidaklah masalah, asalkan jika sudah menikah nanti setia pada satu wanita saja. Ajaran Samuel itu membuat Oliver banyak memiliki kekasih, dan kebetulan kekasih Oliver mengenal Shawn. Itu yang membuat mereka bertengkar.” “Ya Tuhan, kenapa Ka
“Camelia, aku harus berangkat sekarang. Kau di rumah saja. Jangan pergi ke mana-mana.” Dominic berucap seraya membenarkan posisi arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Saat pagi menyapa, Dominic sudah bersiap-siap untuk bertemu dengan kakak iparnya, dan kakaknya. Hari ini, Eldon sudah mengatur pertemuan Dominic dengan Samuel, Selena, Sean, dan Stella. Tentu Dominic ingin membahas masalah Oliver dan Shawn. Dominic tak mungkin tinggal diam. Pasalnya, dua keponakannya itu sudah berkali-kali berkelahi. “Hm, kau pulang jam berapa, Dominic?” tanya Camelia seraya menatap Dominic. Entah kenapa, Camelia seperti enggan untuk ditinggal, tapi Camelia menekan ego dalam dirinya. Camelia tak mau bersikap egois. “Tidak lama. Mungkin aku bertemu dengan mereka hanya satu atau dua jam saja. Nanti aku akan langsung pulang. Hari ini aku akan bekerja di rumah.” Dominic membelai pipi Camelia. Camelia mengangguk. “Kau hati-hati, ya. Jangan mengebut.” “Aku pasti berhati-hati. Tenanglah. Jangan k
“Camelia, kapan pengumuman test masuk perguruan tinggimu?” tanya Hedy seraya menatap Camelia yang tengah duduk di taman sambil menikmati salmon panggang. Hedy sedikit meringis melihat cara makan Camelia. Persis seperti orang yang kelaparan. Camelia menghela napas dalam. “Kepalaku langsung pusing, kau mengingatkan test-ku.” Setiap kali Camelia diingatkan tentang test masuk perguruan tinggi, maka kepala Camelia langsung pusing. Bayangan Camelia memikirkan tentang dirinya yang tak lolos. Sungguh, jika mengingat itu, membuat nafsu makan Camelia seakan hilang. Hedy mengulum senyumannya. “Camelia, kau tenang saja. Jangan dibuat beban. Kalau pun gagal, kau bisa mencoba di tempat lain.” “Tapi, Hedy. Jujur saja, perguruan tinggi yang dipilih Dominic ini sudah sangat tepat dan bagus. Aku sangat ingin melanjutkan pendidikanku di perguruan tinggi, yang dipilih oleh Dominic. Kalau aku sampai tidak lulus, pasti aku sangat kecewa,” ujar Camelia pelan. Raut wajah gadis itu berubah menjadi muram.
Hari berlalu begitu cepat. Tiba waktunya, Camelia melihat hasil test kelulusan masuk kuliah. Tampak Camelia yang sudah berada di depan laptop, belum kunjung membuka website kampus. Gadis itu sepertinya ketakutan melihat hasil test. Padahal sebelumnya, Camelia sudah meneguhkan hati dan percaya diri akan hasil test masuk kuliahnya. Namun, realita yang ada tak sesuai dengan kenyataan. Camelia menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. Tatapan Camelia teralih ke laptop yang masih mati. Camelia belum sama sekali menghidupkan laptop, karena rasa cemas dan takut menghantui gadis itu. Ya, Camelia takut kecewa akan hasil pengumuman test yang dilakukannya tempo hari. Sejak tadi malam, Camelia tak tenang. Tak bisa dipungkiri, Camelia menaruh harapan lebih. Gadis itu sangat ingin kuliah di perguruan tinggi yang dipilih Dominic. Hal itu yang membuatnya selalu dilingkupi rasa cemas. “Apa aku harus melihat hasil test-ku sekarang?” gumam Camelia pada dirinya sendiri. Camelia dilanda keb
“Dominic, kau ingin mengajakku ke mana?” Camelia bertanya seraya menatap Dominic, dengan tatapan bingung, tersirat penasaran. Setelah mendengar pengumuman kelulusan, Dominic mengajak Camelia pergi. Tapi pria itu tak memberitahu Camelia, ke mana akan membawanya. “Aku akan membawamu ke suatu tempat. Gantilah pakaianmu.” Dominic membelai pipi Camelia, dan memberikan kecupan di sana. Bibur Camelia tertekuk dalam. “Apa kau tidak ingin memberi tahuku, ke mana kau membawaku?” tanyanya lagi. Camelia penasaran ke mana Dominic akan membawanya. Dominic menarik dagu Camelia, melumat bibir gadis itu. “Nanti kau akan tahu. Cepatlah ganti pakaianmu. Aku ingin membawamu menemui seseorang.” Camelia menghela napas dalam. Padahal dirinya ingin sekali tahu ke mana Dominic akan membawanya. Tapi kalau sudah seperti ini, maka mau tak mau Camelia harus bersabar, sampai Dominic menunjukan ke mana pria itu akan membawanya. “Ya sudah, tunggu sebentar. Aku akan mengganti pakaianku lebih dulu,” ucap Camelia
“Dominic, ini semua buku yang harus aku pelajari?” Camelia menatap banyak sekali buku tebal yang ada di hadapannya. Sungguh, kepala Camelia langsung pusing melihat banyaknya tumpukan buku. Camelia tak pernah mengira kalau Dominic akan membelikan buku begitu banyak tebal untuknya.“Ya, kau pelajari secara perlahan. Sekolah musik, bukan hanya kau mengerti tentang musik saja, tapi kau juga harus mengerti tentang pengetahuian dunia luas,” jawab Dominic seraya membelai pipi Camelia dengan lembut. Camelia menghela napas dalam. “Aku akan belajar lebih giat, tapi setiap malam kau jangan terus menyerangku. Nanti aku malah kelelahan dan tidak jadi belajar.” Camelia mengeluarkan protesnya pada Dominic. Gadis itu mengingatkan Dominic untuk tidak menyerang dirinya setiap malam. Karena kalau Dominic terus menyerangnya setiap malam, yang ada malah dirinya tak bisa belajar dengan benar, akibat kelelahan. Dominic mengulum senyumannya mendengar complain dari Camelia. Pria itu menangkup kedua pipi Cam
“Apa yang ingin kau bicarakan padaku?” Dominic menyesap wine di tangannya, dan tatapan yang menatap Martin lekat serta tersirat tegas. Pria itu tahu, kalau ada hal penting yang ingin Martin katakan padanya. Martin terdiam sebentar. Tatapan pria paruh baya itu tak lepas menatap Dominic dengan tatapan penuh keseriusan. “Aku baru saja mendapatkan kabar dari asistenku, kalau lahan bangunan yang ingin aku beli untuk membangun restoran telah kau beli atas namaku. Kenapa kau melakukan itu, Dominic?” Tujuan Martin menemui putrinya tentu ingin mengucapkan selamat atas kelulusan putrinya. Namun, selain itu Martin juga memiliki tujuan khusus bertemu dengan Dominic. Pria paruh baya itu memiliki rencana untuk membeli lahan bangunan untuk membangun sebuah restoran. Akan tetapi, betapa terkejutnya Martin tahu kalau lahan bangunan yang ingin dirinya beli, telah dibeli oleh Dominic menggunakan atas namanya. “Kau bisa gunakan lahan bangunan itu untuk membangun restoranmu. Meski aku yang membeli, tap
Hari berganti hari. Tiba waktunya kini Camelia masuk ke kampus. Ya, segala kebutuhan Camelia telah disiapkan. Tas, sepatu, laptop, iPad, dan buku-buru tentu telah Dominic siapkan untuk Camelia. Jam dinding menunjukan pukul tujuh pagi. Camelia sudah cantik dengan dress berwarna kuning terang, dan rambut diikat kuda. Midi dress yang dipakai Camelia sangatlah elegan. Sekalipun, Camelia tak memakai pakaian seksi, namun kecantikan gadis itu sangatlah terpancar. Camelia menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. Tampak jelas Camelia sangat gugup. Wajar saja, hari ini adalah hari pertama Camelia masuk kuliah. Camelia akan bertemu dengan banyak orang, yang sebelumnya belum pernah Camelia temui. Selama ini, Camelia selalu menjalani pendidikannya lewat home schooling. Maklum, kalau Camelia gugup luar biasa akan masuk kuliah umum. Camelia malu dan canggung, jika bertemu dengan orang baru. “Camelia? Apa kau sudah siap?” Hedy melangkah menghampiri Camelia yang sejak tadi menatap ce
Pemberitaan tentang Camelia di media semakin meluas. Nama Camelia kian melambung akibat rekaman suaranya yang menjadi trending pertama. Tak sedikit media yang selalu ingin mewawancarai Camelia. Memang, sejak di mana Camelia banyak sekali dikenal publik, Dominic membatasi Camelia berinteraksi pada media. Pasalnya, Dominic tak ingin Camelia kelelahan. Usia kandungan Camelia yang sudah mulai besar membuat Dominic sangat memilih-milih apa yang Camelia lakukan dan tak dilakukan. Jika ditanya, maka Camelia pun tak pernah mengira akan berada di titik sekarang. Camelia seperti berada di dalam dunia mimpi. Memiliki suami yang luar biasa hebat, dan karir yang cemerlang. Hari demi hari, Camelia selalu lewati dengan penuh kebahagiaan. Tak pernah sedikit pun Camelia mengeluh, karena hidupnya sekarang memang sudah berkelimpahan dengan berkat kebahagiaan. Dan hari ini akan menjadi hari di mana yang mengukir sejarah. Untuk pertama kalinya Camelia akan turun di konser penghargaan musik. Ya, jelas
Hari berganti hari. Usia kandungan Camelia sudah memasuki enam belas minggu—yang mana Camelia sudah memasuki trimester kedua. Perut Camelia semakin membesar. Setiap kali orang melihat Camelia pasti menduga kalau Camelia tengah hamil tujuh bulan. Wajar saja, selain hamil kembar, Camelia juga hobby sekali makan. Setiap jam, Camelia selalu lapar. Jadi tak heran kalau melihat tubuh Camelia sekarang lebih berisi dari sebelumnya. Weekend ini, Camelia akan turut serta dalam konser penghargaan musik. Hidup Camelia sehari-hari memang kerap masuk dapur rekaman suara. Hamil, sama sekali tidak menghalangi Camelia dalam meraih impiannya. Pun Dominic sangat mendukung apa pun hal positive yang dilakukan Camelia. Tentunya, Camelia tetap dalam pengawasan ketat dokter kandungan. Sekalipun, Dominic membebaskan Camelia untuk berkarir tetap saja Dominic sangat menjaga ketat Camelia. Makanan yang Camelia makan saja wajib dari chef terbaik, dan tidak boleh sembarangan. Dominic memang ingin memberikan yang
Camelia tak henti tersenyum sambil mengusap perut buncitnya. Ingatan Camelia mengingat perkataan ibu mertuanya yang mengatakan dirinya hamil bayi kembar. Hatinya bergetar dilingkupi kebahagiaan. Tentu, Camelia sangat senang jika bayi beruang yang ada di perutnya adalah kembar.Sejak awal, impian Camelia adalah memiliki banyak anak dari Dominic. Camelia ingin sekali mansionnya penuh dengan canda dan tawa dari anak-anaknya kelak. Sungguh, membayangkan itu semua, membuat Camelia terus melukiskan senyuman bahagia. “Camelia, apa kau sudah siap?” Dominic melangkah mendekat pada Camelia yang berada di kamar sambil menatap cermin. Camelia mengalihkan pandangannya, menatap Dominic yang mendekat padanya. “Sudah, Sayang. Tadi siapa yang menghubungimu?” tanyanya ingin tahu. Baru saja Dominic keluar, karena mendapatkan telepon. Akan tetapi, Camelia tidak tahu sang suami mendapatkan telepon dari siapa. “Irwin Leaman yang menghubungiku. Dia mengatakan konser penghargaan musik akan diadakan bulan
Kabar tentang Camelia telah rekaman suara, dan berhasil menjadi trending topic membuat keluarga Geovan kerap dimintai wawancara oleh wartawan. Hal ini kadang membuat seluruh anggota tanpa terkecuali cukup risih dengan kejaran para wartawan. Akan tetapi, keluarga Geovan nampak tetap mendukung Camelia. Walau tak dipungkiri, bisa dikatakan Camelia telah mengukir sejarah. Selama ini, belum pernah ada anggota keluarga Geovan yang masuk ke dalam dunia entertainment. Seluruh anggota keluarga selalu murni pengusaha. Hari berlalu begitu cepat. Dominic dan Camelia kini telah kembali ke kota yang menjadi tempat di mana mereka tinggali. Beberapa minggu berbulan madu di Spanyol, telah meninggalkan jutaan memori indah yang tak bisa diungkap oleh kata. Bukan hanya memori indah tentang mereka berdua, tapi memori di mana perjalanan karir Camelia dimulai. Siapa yang menyangka sosok yang terkenal memiliki jutaan kekurangan rupanya memiliki segudang talenta yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Satu minggu sudah Dominic dan Camelia berbulan madu. Dua hari pertama Dominic dan Camelia menikmati waktu mereka berjalan-jalan di Madrid. Sekarang mereka berada di Barcelona menikmati keindahan kota terbesar kedua di Spanyol. Tiga hari lalu, setelah Camelia melakukan rekaman suara, dia belum mendapatkan info apa pun, karena proses masuk ke dalam kanal youtube tidak bisa langsung. Tentu selama berada di Barcelona, Dominic mengajak Camelia berjalan-jalan ke tempat romantis. Dominic mengalihkan perhatian Camelia agar tak terlalu memikirkan hasil dari test pasar yang akan dilakukan pihak PH tempo hari. Pun memang Dominic selalu mendukung apa pun yang Camelia lakukan. Jikalau, sang istri gagal tetap baginya Camelia telah melakukan yang terbaik. Plaza de España adalah tempat yang kini tengah Dominic dan Camelia kunjungi. Dua insan yang saling mencintai itu sudah datang ke Plaza de España menikmati indahnya pagi. Dominic memeluk pinggang Camelia menatap pemandangan indahnya bangunan yang
Langkah kaki Dominic dan Camelia sama-sama terhenti kala sosok pria berdiri menghalangi langkah mereka. Tampak Dominic dan Camelia menatap pria asing di hadapan mereka. Tinggi tubuh pria asing itu nyaris sama seperti tinggi tubuh Dominic. Hanya saja dari wajah pria asing itu sepertinya jauh lebih tua dari Dominic. “Kau siapa?” Dominic bertanya tanpa basa-basi. Sepasang iris mata cokelat gelap Dominic menatap dingin pria asing yang menghalangi langkahnya itu. “Irwin Leaman. Namaku Irwin Leaman. Maaf, apa benar kau Tuan Dominic Geovan?” Pria bernama Irwin Leaman tersenyum sopan ke hadapan Dominic. “Dari mana kau mengenalku?” Sebelah alis Dominic, penuh selidik. Dominic nampak seperti mengenal pria bernama ‘Irwin Leaman’, namun Dominic lupa. Irwin kembali tersenyum. “Aku pemilik Leaman Framont, salah satu Production House Di New York. Aku cukup sering bertemu dengan ayahmu.”Dominic terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan Irwin. Nama ‘Leaman Framont’, benar-benar tak asing di te
Para pelayan nampak tengah sibuk membawakan barang-barang milik Dominic dan Camelia masuk ke dalam mobil. Tak hanya barang-barang saja, tapi beberapa cemilan khusus juga wajib dibawa. Tentu, karena Camelia tak bisa menahan lapar. Camelia kerap mengemil setiap satu jam sekali atau dua jam sekali. Seperti yang Camelia kerap katakan dirinya tengah hamil bayi beruang, jadi wajar saja kalau Camelia mudah sekali lapar. “Dominic, kenapa kita tidak naik mobil saja ke Barcelona? Kalaiu menggunakan mobil hanya memakan waktu tidak sampai enam jam, Dominic,” kata Camelia yang ingin menuju ke Barcelona lewat darat. Camelia sedang enggan lewat udara. Terlebih Madrid ke Barcelona tidaklah jauh. Ya, sesuai dengan janji Dominic, hari ini Dominic akan mengajak Camelia ke Barcelona. Hanya saja tadi malam Camelia meminta ke Barcelona lewat jalur darat. Itu adalah permintaan konyol yang tak mungkin Dominic setujui. “Camelia Madrid ke Barcelona memakan waktu hampir enam jam. Kau pasti akan kelelahan,” u
Camelia memejamkan mata seraya merentangkan kedua tangannya, menikmati udara sore di hutan. Tak menampik, Camelia merindukan moment di mana dirinya dan Dominic menikmati bersama di hutan waktu dulu. Kala itu Camelia masih menjadi tawanan Dominic. Siapa yang sangka kalau dalam sekejap semuanya berubah. Camelia jatuh cinta pada pria yang menyandera dirinya. Kalau orang dengar pasti akan berpikir dirinya sudah tak waras. Tapi inilah fakta yang ada. “Kau di sini rupanya.” Dominic memeluk pinggang Camelia dari belakang, membenamkan wajahnya di leher istrinya itu. Sedari tadi Dominic mencari keberadaan sang istri, malah ternyata istrinya ada di belakang rumah menikmati udara sore hari yang menyejukan. Camelia tersenyum saat Dominic memeluknya dari belakang. Camelia memeluk tangan Dominic sambil berkata, “Sayang, dulu pertama kali kau membawaku ke hutan, aku sangat takut, tapi sekarang berbeda. Memang, aku masih sedikit takut, tapi sudah jauh lebih baik. Buktinya tadi aku bisa dekat denga
Madrid, Spain. Camelia menatap hamparan jalanan kota Madrid dari dalam mobil. Camelia tersenyum hangat. Rasanya sudah lama dirinya meninggalkan kota kelahirannya. Padahal Camelia belum meninggalkan Madrid sampai satu tahun, tapi nampaknya Camelia sudah sangat merindukan kota kelahiran dan kota di mana dirinya dibesarkan. Madrid menjadi kota di mana Camelia menyimpan jutaan kenangan. Kenangan indah, dan kenangan tidak menyenangkan ada di kota itu. Namun, sekalipun ada kenangan tidak menyenangkan, Camelia tetaplah sangat bahagia. Karena Madrid pun mempertemukannya dengan belahan jiwanya. “Camelia, apa kau ingin kita langsung ke pemakaman ibu dan saudara kembarmu?” tanya Dominic seraya membelai pipi Camelia. Camelia mengangguk. “Ya, aku ingin ke makam mereka sekarang, Sayang. Aku merindukan mereka.” Dominic mengecup kening Camelia, menyetujui keinginan sang istri tercinta. Ya, baru saja mendarat di Madrid, Dominic pun langsung menawarkan pada Camelia untuk mengunjungi makam. Sepanja