Dominic duduk di kursi kebesarannya seraya menatap lurus ke depan, dengan pikiran yang menerawang jauh. Pria itu kini ada di ruang kerjanya yang ada di mansion pribadinya. Benak Dominic saat ini, tengah terisi semua perkataan ayahnya. Seakan semua perkataan ayahnya itu terngiang dalam pikirannya, melekat tak bisa hilang. Dominic sangat menyadari bahwa pekerjaannya, memang sangat bahaya. Sejak dulu, Dominic enggan menjalin sebuah hubungan, karena dirinya tahu siapa pun yang akan menjalin hubungan dengannya, maka akan selalu berada dalam bahaya.Dominic mengingat kala Selena dalam bahaya. Bagaimanapun, yang terjadi pada Selena adalah akibat ulahnya. Musuhnya tahu tentang keluarganya, dan mengakibatkan kakak perempuannya menjadi korban. Sekalipun, Dominic tahu pasti keluarga besarnya akan cepat melakukan pertolongan, jika anggota keluarga lain dalam bahaya, tetap saja Dominic tak mau ada anggota keluarganya yang terkena bahaya akibat dirinya. Camelia … Nama itu yang sekarang muncul da
Dua hari setelah Dominic mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupnya, pria itu memutuskan untuk mengambil cuti di pekerjaannya. Dominic meminta Eldon untuk mengurus perusahaan keluarganya selama dirinya cuti. Dominic sengaja cuti, karena membutuhkan waktu sejenak untuk menenangkan diri. Ngomong-ngomong, masalah tentang Camelia tidak ada yang benar-benar tahu selain ayah dan kakak sulungnya. Baik William dan Sean belum memberitahu pada anggota keluarga. Tentu alasannya, karena William dan Sean tidak mau sampai Marsha, Selena, dan Miracle panik mendengar Dominic terlibat dalam pasar gelap. Marsha, Selena, Miracle, Samuel, serta Mateo hanya tahu Camelia diculik. Namun, mereka semua tahu, bahwa Camelia sudah selamat. Pun belum banyak yang tahu tentang Martin Luciano. Yang mengetahui Martin Luciano hanya William dan Sean, karena kala itu Dominic yang bercerita. Hingga detik ini, belum ada yang membuka suara tentang Martin Luciano. William dan Sean masih bungkam. Sedangkan Dominic?
“Sayang, kenapa kau melamun? Apa yang sedang kau pikirkan?” Marsha melangkah menghampiri William yang tengah berdiri, menatap ke luar jendela. Tatapan Marsha menatap hangat dan penuh cinta sang suami. William mengalihkan pandangannya, kala pria paruh baya itu mendengar suara sang istri. “Tidak, aku tidak memikirkan apa pun,” jawabnya seraya membelai pipi Marsha. “Kalau kau tidak memikirkan apa pun, kenapa kau melamun, hm?” Marsha memberikan cangkir yang berisikan teh pada William. Sebelum menghampiri sang suami, Marsha membuatkan teh hangat untuk suaminya itu. William mengambil cangkir teh yang diberikan oleh Marsha. “Aku hanya memikirkan pekerjaan saja. Tahun ini banyak project yang harus aku selesaikan.” Lalu, William menyesap teh hangat pemberian sang istri. William memutuskan untuk tidak memberitahu Marsha, apa yang telah dirinya pikirkan. Pasalnya, William tak mau sampai membuat Marsha cemas. Pria paruh baya itu sangat mengenal dengan baik sifat sang istri tercinta. Marsha
“Dad, kau akan pulang sekarang?” Camelia menatap hangat Martin. Ada rasa sesak dalam diri Camelia untuk merelakan ayahnya pulang. Tak mudah, karena Camelia ingin selalu ada di sisi sang ayah. Terlebih dirinya pun baru saja bertemu dengan ayahnya. Akan tetapi, Camelia tak mau bersikap egois. Camelia tahu ayahnya telah memiliki istri dan anak. “Iya, Camelia. Aku harus kembali sekarang. Kau dan Dominic juga akan segera pindah ke New York, kan? Kita pasti akan sering bertemu,” ujar Martin seraya membelai pipi Camelia. Pun Martin tak rela berpisah dengan putrinya, namun pria paruh baya itu harus segera kembali ke Chicago, demi mengurus perpindahan ke New York. Jika menunda kepulangan, maka semua rencana yang telah disusun akan berantakan. Lagi pula, Camelia dan Dominic pun akan segera pindah ke New York. “Iya, Dad,” jawab Camelia pelan, dengan raut wajah yang mulai muram. Camelia berusaha tersenyum, tapi tetap saja tidaklah mudah. “Apa yang dikatakan ayahmu benar, Camelia. Sebentar lag
Sepasang iris mata cokelat gelap Dominic, menatap tajam pada sosok pria yang mengarahkan pistol ke arahnya. Sorot mata Dominic, menunjukan tatapan penuh peringatan. Pria asing di hadapan Dominic, sama sekali tak dikenalinya. Tubuh pria itu tinggi besar dan wajah yang tersirat putus asa. Ya, Dominic bisa melihat raut wajah frustrasi dari pria di hadapannya itu. “Aku tidak memiliki waktu untuk melandenimu, siapa kau?!” seru Dominic dengan nada tinggi. Aura wajah dingin dan bengis begitu terlihat jelas. Pria itu menyalang menatap tajam Dominic. “Kau terlalu banyak bicara!” Pria itu emosi. Dia langsung menarik pelatuk, dan menembak ke arah Dominic. Namun, dengan sigap Dominic menundukan tubuhnya dan Camelia. Detik itu juga, Dominic menyembunyikan Camelia di belakang sofa. Tubuh Camelia bergetar ketakutan. Wajah gadis itu pucat pasi. Tetapi, mata hangat Dominic seakan memberikan ketenangan pada Camelia. Dominic meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. “Shit!” Pria itu emosi kala Domi
“Daddy …” Seorang gadis kecil cantik berlari ke arah Aric. Refleks, Aric menggendong gadis kecil cantik itu, dan memeluk gadis kecil itu dengan pelukan erat. Tampak senyuman di wajah Dominic dan Camelia terlukis melihat Aric kembali bertemu dengan putrinya. Ya, butuh waktu kurang lebih empat jam untuk Eldon membebaskan putri Aric. Semua berjalan dengan cukup mudah, karena Dominic merelakan uangnya untuk membebaskan anak-anak yang diperjual belikan di pelelangan anak. “Little girl.” Aric menciumi pipi putri kecilnya, dan memeluk penuh kehangatan. Pun gadis kecil itu juga memeluk Aric begitu erat, seakan tak mau melepaskan. “Daddy, aku takut,” ucap gadis kecil bernama Meri, pada Aric. “Tidak usah takut lagi, Daddy di sini.” Aric mengusap punggung Meri. “Sekarang kau harus berterima kasih pada Paman dan Bibi di depanmu. Mereka yang membantu Daddy untuk membebaskanmu dari para orang jahat.” Meri mengurai pelukannya, menatap Dominic dan Camelia dengan tatapan lembut dan polos. “Paman,
Kening Camelia mengerut, melihat banyak sekali perhiasan di hadapannya. Tampak jelas raut wajah gadis itu menunjukan kebingungan. Ya, baru saja satu jam lalu seorang designer perhiasan ternama asal Prancis memberikan koleksi perhiasan berlian terbaiknya pada Camelia. Mulai dari kalung berlian, gelang berlian, cincin, dan anting. Semua sangat lengkap. Bahkan tidak hanya satu set saja. Di hadapan Camelia ini sudah terpajang banyak sekali perhiasan persis seperti ingin membuka toko perhiasan. Sungguh, Camelia bingung bagaimana cara memakai perhiasan sebanyak ini. “Apa Dominic benar-benar membelikanku perhiasan sebanyak ini?” gumam Camelia pelan. Tadi, di kala sang designer perhiasan datang, Dominic tidak ada di rumah. Pria itu tengah di kantor, karena memiliki pekerjaan. Hanya Camelia yang menerima perhiasan tersebut. “Astaga, Dominic membuatku sakit kepala. Untuk apa perhiasan sebanyak ini? Bagaimana caraku memakai perhiasan ini?” Camelia memijat pelipisnya. Gadis itu tak mengerti, de
Mata Dominic tak lepas melihat hasil lukisan Camelia. Sebuah hasil lukisan yang benar-benar sangat indah. Dominic tak mengira kalau Camelia mampu melukis seindah ini. Dominic selama ini tak pernah mengagumi bakat orang lain, tapi untuk pertama kalinya Camelia mampu membuat Dominic terpukau. Dominic masih terpaku belum mengatakan sepatah kata pun. Manik mata cokelat gelapnya, terus menatap hasil lukisan wajahnya. Sangat sempurna. Dominic akan memberikan nilai terbaik bukan karena Camelia adalah calon istrinya, melainkan Camelia memang memiliki bakat yang luar biasa hebat. “Dominic, bagaimana? Kau menyukai lukisanku atau tidak?” tanya Camelia pelan seraya menatap Dominic hangat. “Kau bilang selama ini kau hanya menjadikan wajah ibumu sebagai object dari lukisanmu. Benarkah itu?” Dominic balik bertanya, sebelum menjawab pertanyaan Camelia. Camelia menganggukan kepalanya. “Iya, aku hanya melukis wajah ibuku saja. Dulu saat ibuku masih ada, aku sering menggambar kartun. Lalu, saat ib
Pemberitaan tentang Camelia di media semakin meluas. Nama Camelia kian melambung akibat rekaman suaranya yang menjadi trending pertama. Tak sedikit media yang selalu ingin mewawancarai Camelia. Memang, sejak di mana Camelia banyak sekali dikenal publik, Dominic membatasi Camelia berinteraksi pada media. Pasalnya, Dominic tak ingin Camelia kelelahan. Usia kandungan Camelia yang sudah mulai besar membuat Dominic sangat memilih-milih apa yang Camelia lakukan dan tak dilakukan. Jika ditanya, maka Camelia pun tak pernah mengira akan berada di titik sekarang. Camelia seperti berada di dalam dunia mimpi. Memiliki suami yang luar biasa hebat, dan karir yang cemerlang. Hari demi hari, Camelia selalu lewati dengan penuh kebahagiaan. Tak pernah sedikit pun Camelia mengeluh, karena hidupnya sekarang memang sudah berkelimpahan dengan berkat kebahagiaan. Dan hari ini akan menjadi hari di mana yang mengukir sejarah. Untuk pertama kalinya Camelia akan turun di konser penghargaan musik. Ya, jelas
Hari berganti hari. Usia kandungan Camelia sudah memasuki enam belas minggu—yang mana Camelia sudah memasuki trimester kedua. Perut Camelia semakin membesar. Setiap kali orang melihat Camelia pasti menduga kalau Camelia tengah hamil tujuh bulan. Wajar saja, selain hamil kembar, Camelia juga hobby sekali makan. Setiap jam, Camelia selalu lapar. Jadi tak heran kalau melihat tubuh Camelia sekarang lebih berisi dari sebelumnya. Weekend ini, Camelia akan turut serta dalam konser penghargaan musik. Hidup Camelia sehari-hari memang kerap masuk dapur rekaman suara. Hamil, sama sekali tidak menghalangi Camelia dalam meraih impiannya. Pun Dominic sangat mendukung apa pun hal positive yang dilakukan Camelia. Tentunya, Camelia tetap dalam pengawasan ketat dokter kandungan. Sekalipun, Dominic membebaskan Camelia untuk berkarir tetap saja Dominic sangat menjaga ketat Camelia. Makanan yang Camelia makan saja wajib dari chef terbaik, dan tidak boleh sembarangan. Dominic memang ingin memberikan yang
Camelia tak henti tersenyum sambil mengusap perut buncitnya. Ingatan Camelia mengingat perkataan ibu mertuanya yang mengatakan dirinya hamil bayi kembar. Hatinya bergetar dilingkupi kebahagiaan. Tentu, Camelia sangat senang jika bayi beruang yang ada di perutnya adalah kembar.Sejak awal, impian Camelia adalah memiliki banyak anak dari Dominic. Camelia ingin sekali mansionnya penuh dengan canda dan tawa dari anak-anaknya kelak. Sungguh, membayangkan itu semua, membuat Camelia terus melukiskan senyuman bahagia. “Camelia, apa kau sudah siap?” Dominic melangkah mendekat pada Camelia yang berada di kamar sambil menatap cermin. Camelia mengalihkan pandangannya, menatap Dominic yang mendekat padanya. “Sudah, Sayang. Tadi siapa yang menghubungimu?” tanyanya ingin tahu. Baru saja Dominic keluar, karena mendapatkan telepon. Akan tetapi, Camelia tidak tahu sang suami mendapatkan telepon dari siapa. “Irwin Leaman yang menghubungiku. Dia mengatakan konser penghargaan musik akan diadakan bulan
Kabar tentang Camelia telah rekaman suara, dan berhasil menjadi trending topic membuat keluarga Geovan kerap dimintai wawancara oleh wartawan. Hal ini kadang membuat seluruh anggota tanpa terkecuali cukup risih dengan kejaran para wartawan. Akan tetapi, keluarga Geovan nampak tetap mendukung Camelia. Walau tak dipungkiri, bisa dikatakan Camelia telah mengukir sejarah. Selama ini, belum pernah ada anggota keluarga Geovan yang masuk ke dalam dunia entertainment. Seluruh anggota keluarga selalu murni pengusaha. Hari berlalu begitu cepat. Dominic dan Camelia kini telah kembali ke kota yang menjadi tempat di mana mereka tinggali. Beberapa minggu berbulan madu di Spanyol, telah meninggalkan jutaan memori indah yang tak bisa diungkap oleh kata. Bukan hanya memori indah tentang mereka berdua, tapi memori di mana perjalanan karir Camelia dimulai. Siapa yang menyangka sosok yang terkenal memiliki jutaan kekurangan rupanya memiliki segudang talenta yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Satu minggu sudah Dominic dan Camelia berbulan madu. Dua hari pertama Dominic dan Camelia menikmati waktu mereka berjalan-jalan di Madrid. Sekarang mereka berada di Barcelona menikmati keindahan kota terbesar kedua di Spanyol. Tiga hari lalu, setelah Camelia melakukan rekaman suara, dia belum mendapatkan info apa pun, karena proses masuk ke dalam kanal youtube tidak bisa langsung. Tentu selama berada di Barcelona, Dominic mengajak Camelia berjalan-jalan ke tempat romantis. Dominic mengalihkan perhatian Camelia agar tak terlalu memikirkan hasil dari test pasar yang akan dilakukan pihak PH tempo hari. Pun memang Dominic selalu mendukung apa pun yang Camelia lakukan. Jikalau, sang istri gagal tetap baginya Camelia telah melakukan yang terbaik. Plaza de España adalah tempat yang kini tengah Dominic dan Camelia kunjungi. Dua insan yang saling mencintai itu sudah datang ke Plaza de España menikmati indahnya pagi. Dominic memeluk pinggang Camelia menatap pemandangan indahnya bangunan yang
Langkah kaki Dominic dan Camelia sama-sama terhenti kala sosok pria berdiri menghalangi langkah mereka. Tampak Dominic dan Camelia menatap pria asing di hadapan mereka. Tinggi tubuh pria asing itu nyaris sama seperti tinggi tubuh Dominic. Hanya saja dari wajah pria asing itu sepertinya jauh lebih tua dari Dominic. “Kau siapa?” Dominic bertanya tanpa basa-basi. Sepasang iris mata cokelat gelap Dominic menatap dingin pria asing yang menghalangi langkahnya itu. “Irwin Leaman. Namaku Irwin Leaman. Maaf, apa benar kau Tuan Dominic Geovan?” Pria bernama Irwin Leaman tersenyum sopan ke hadapan Dominic. “Dari mana kau mengenalku?” Sebelah alis Dominic, penuh selidik. Dominic nampak seperti mengenal pria bernama ‘Irwin Leaman’, namun Dominic lupa. Irwin kembali tersenyum. “Aku pemilik Leaman Framont, salah satu Production House Di New York. Aku cukup sering bertemu dengan ayahmu.”Dominic terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan Irwin. Nama ‘Leaman Framont’, benar-benar tak asing di te
Para pelayan nampak tengah sibuk membawakan barang-barang milik Dominic dan Camelia masuk ke dalam mobil. Tak hanya barang-barang saja, tapi beberapa cemilan khusus juga wajib dibawa. Tentu, karena Camelia tak bisa menahan lapar. Camelia kerap mengemil setiap satu jam sekali atau dua jam sekali. Seperti yang Camelia kerap katakan dirinya tengah hamil bayi beruang, jadi wajar saja kalau Camelia mudah sekali lapar. “Dominic, kenapa kita tidak naik mobil saja ke Barcelona? Kalaiu menggunakan mobil hanya memakan waktu tidak sampai enam jam, Dominic,” kata Camelia yang ingin menuju ke Barcelona lewat darat. Camelia sedang enggan lewat udara. Terlebih Madrid ke Barcelona tidaklah jauh. Ya, sesuai dengan janji Dominic, hari ini Dominic akan mengajak Camelia ke Barcelona. Hanya saja tadi malam Camelia meminta ke Barcelona lewat jalur darat. Itu adalah permintaan konyol yang tak mungkin Dominic setujui. “Camelia Madrid ke Barcelona memakan waktu hampir enam jam. Kau pasti akan kelelahan,” u
Camelia memejamkan mata seraya merentangkan kedua tangannya, menikmati udara sore di hutan. Tak menampik, Camelia merindukan moment di mana dirinya dan Dominic menikmati bersama di hutan waktu dulu. Kala itu Camelia masih menjadi tawanan Dominic. Siapa yang sangka kalau dalam sekejap semuanya berubah. Camelia jatuh cinta pada pria yang menyandera dirinya. Kalau orang dengar pasti akan berpikir dirinya sudah tak waras. Tapi inilah fakta yang ada. “Kau di sini rupanya.” Dominic memeluk pinggang Camelia dari belakang, membenamkan wajahnya di leher istrinya itu. Sedari tadi Dominic mencari keberadaan sang istri, malah ternyata istrinya ada di belakang rumah menikmati udara sore hari yang menyejukan. Camelia tersenyum saat Dominic memeluknya dari belakang. Camelia memeluk tangan Dominic sambil berkata, “Sayang, dulu pertama kali kau membawaku ke hutan, aku sangat takut, tapi sekarang berbeda. Memang, aku masih sedikit takut, tapi sudah jauh lebih baik. Buktinya tadi aku bisa dekat denga
Madrid, Spain. Camelia menatap hamparan jalanan kota Madrid dari dalam mobil. Camelia tersenyum hangat. Rasanya sudah lama dirinya meninggalkan kota kelahirannya. Padahal Camelia belum meninggalkan Madrid sampai satu tahun, tapi nampaknya Camelia sudah sangat merindukan kota kelahiran dan kota di mana dirinya dibesarkan. Madrid menjadi kota di mana Camelia menyimpan jutaan kenangan. Kenangan indah, dan kenangan tidak menyenangkan ada di kota itu. Namun, sekalipun ada kenangan tidak menyenangkan, Camelia tetaplah sangat bahagia. Karena Madrid pun mempertemukannya dengan belahan jiwanya. “Camelia, apa kau ingin kita langsung ke pemakaman ibu dan saudara kembarmu?” tanya Dominic seraya membelai pipi Camelia. Camelia mengangguk. “Ya, aku ingin ke makam mereka sekarang, Sayang. Aku merindukan mereka.” Dominic mengecup kening Camelia, menyetujui keinginan sang istri tercinta. Ya, baru saja mendarat di Madrid, Dominic pun langsung menawarkan pada Camelia untuk mengunjungi makam. Sepanja