Brakkkk Sebuah meja terbelah akibat pukulan keras Dominic. Dominic hendak memukul D’Angelo, tapi sayangnya meleset karena gerak D’Angelo gesit. Tampak raut wajah Dominic menujukan kemarahannya kala pukulannya meleset. Sedari tadi, D’Angelo mampu menghindar setiap pukulan Dominic. Suara perkelahian terdengar mencekam. Anak buah D’Angelo menyerang Martin. Beruntung, Martin mampu melawan anak buah D’Angelo. Sedangkan Burke Moore berkelahi dengan Eldon. Jika sebelumnya, Burke mampu mengalahkan Eldon, kali ini Eldon mampu mengimbangi setiap gerak Burke Moore. BUGH Pukulan keras berhasil Dominic layangkan ke wajah D’Angelo. Pukulan itu sampai membuat tubuh D’Angelo terhuyung ke belakang. Tapi, sayangnya pria paruh baya itu tak mudah dilumpuhkan. Terbukti, D’Angelo tetap mampu menjaga keseimbangannya kala mendapatkan pukulan keras dari Dominic. Mata D’Angelo menatap tajam dan penuh kebencian pada Dominic. Detik selanjutnya, D’Angelo maju, dan langsung menyerang Dominic kembali, tanpa m
Pesawat meluncur bebas, masuk ke dalam laut. Tepat ketika suara ledakan sayap pesawat terdengar, Dominic melompat dari kaca yang telah pecah, berenang dengan cepat, menjauh dari kepala pesawat. Pun Eldon mengikuti Dominic yang melompat dari kaca yang telah pecah. Dominic dan Eldon berenang menuju ke badan pesawat. Dominic dan Eldon mencari keberadaan Camelia dan Martin. Beruntung hanya satu sayap yang meledak. Jika seluruh pesawat akan meledak, sudah pasti mereka semua yang ada di pesawat tak akan mungkin bisa selamat. Dominic muncul di permukaan, mengambil napas kala dirinya sudah tak bisa menahan napas terlalu lama di dalam air laut. Pria itu menyeka air di wajahnya. Mata Dominic sedikit perih akibat terkena air laut. Selanjutnya, tatapan Dominic mengendar mencari keberadan Camelia. “Camelia,” seru Dominic berteriak sekeras mungkin. “Camelia,” seru Dominic lagi, tanpa menyerah sedikit pun. “Tuan, sepertinya Nona Camelia masih berada di—” “Huhhh—” Perkataan Eldon terpotong kala
“Biarkan aku yang membawa Camelia masuk ke kamar. Kau gantilah pakaianmu. Pelayanku akan mengantarkanmu ke kamar tamu.” Dominic berucap pada Martin seraya menggendong Camelia yang tertidur pulas. Ya, kini Dominic, Camelia, Eldon, dan Martin sudah tiba di mansion. Helikopter milik William berhenti tepat di mansion Dominic. Martin menganggukan kepalanya, merespon ucapan Dominic. Detik selanjutnya, Martin melangkah mengikuti pelayan yang menyiapkan kamar tamu untuknya. “Eldon, kau segera bereskan kekacauan. Jika ayahku bertanya tentangku, katakan nanti aku akan segera menemuinya,” jawab Dominic dingin, dengan raut wajah tanpa ekspresi. “Baik, Tuan.” Eldon menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Dominic yang masih menggendong Camelia. Dominic menatap wajah Camelia yang sedikit pucat. Tubuh Camelia sangat dingin. Sekalipun, tadi selama di helikopter—gadis itu sudah memakai selimut, tetap saja tak bisa langsung membuat suhu tubuh Camelia hangat. Ini semua pasti karena
Mata Camelia mengerjap beberapa kali saat terbangun di tengah malam. Camelia menyeka kedua matanya, menggunakan punggung tangannya. Gadis itu sedikit menggeliat, menandakan bahwa dirinya telah tertidur pulas. Sayangnya, Camelia terbangun di tengah malam, bukan di pagi hari. Langit pun masih gelap. Saat mata Camelia sudah terbuka sempurna, gadis itu mengedarkan pandangan—melihat ke sekitar. Tampak raut wajah Camelia terkejut, melihat dirinya berada di kamar Dominic. Camelia mengingat harusnya dirinya berada di dalam helikopter. Kalau sekarang dirinya sudah berada di dalam kamar, maka Camelia tahu pasti Dominic yang menggendongnya. Tubuh Camelia yang terlalu lelah, membuatnya sama sekali tidak menyadari kalau helikopter sudah mendarat. Camelia bukan hanya lelah tubuh, tapi juga lelah hati dan pikiran. Rasa takut yang menyergap, membuat seluruh syaraf dalam tubuhnya sempat tegang. Camelia menghela napas pelan. Tatapan gadis itu melihat ke tubuhnya—yang ternyata sudah mengganti pakaian
“Dad, kau ingin menunjukan apa padaku?” Camelia menatap Martin dengan tatapan bingung, kala ayahnya membawanya ke kamar tamu—yang ditempati ayahnya itu. Camelia menurut dibawa oleh sang ayah, karena tadi ayahnya mengatakan padanya ada yang ingin ditunjukan. Tapi sungguh, Camelia tak tahu apa yang ingin ditunjukan oleh ayahnya. “Aku ingin menunjukan apa yang harusnya menjadi milikmu.” Martin mengambil sebuah buku tabungan yang ada di atas meja, dan memberikannya pada Camelia. “Bukalah, buku tabungan itu.” Canelia menatap tak mengerti sebuah buku tabungan itu. “Dad, kenapa kau memberikan buku tabunganmu padaku?” tanyanya. “Bukan buku tabunganku, tapi buku tabunganmu,” jawab Martin hangat. “Buku tabunganku?” Alis Camelia menaut. “Aku sama sekali tidak memiliki tabungan, Dad.” “Bukalah buku tabungan itu. Nama yang tertera di sana adalah namamu.” Martin membelai pipi Camelia pelan. Camelia menurut membuka buku tabungan itu, dan seketika mata Camelia terlebat melihat nama lengkapnya
Camelia duduk di ranjang seraya menatap fotonya dan foto saudara kembarnya, semasa bayi. Mata gadis itu sudah berkaca-kaca menahan air mata. Hati Camelia selalu sakit mengingat dirinya ternyata memiliki saudara kembar. Camelia merasa dibohongi, tapi Camelia tak bisa untuk marah. Camelia tahu mendiang ibunya memiliki alasan sendiri tak memberitahukan tentang saudara kembarnya yang telah tiada. Dulu, Camelia berpikir hidupnya hanya akan berdua saja dengan Burke—sosok ayah tiri yang sudah Camelia anggap seperti ayah kandungnya sendiri. Bahkan, selama ini Camelia tak pernah menganggap Burke sebagai ayah tirinya. Camelia selalu menganggap Burke seperti ayah kandungnya sendiri. Tapi ternyata, kasih sayang yang Burke berikan padanya palsu. Burke tak pernah benar-benar menyayanginya. Sampai suatu ketika, semua telah terungkap. Kepingan puzzle yang tak menyatu, mulai tersusun. Ternyata selama ini, ayah kandung Camelia masih hidup. Jutaan rahasia yang telah dipendam oleh kedua orang tuanya. A
Mata William melebar terkejut mendengar pertanyaan Dominic. Pria paruh baya itu baru saja ingin melontarkan amarah, tapi tertahan akibat pertanyaan putranya itu. Sepasang iris mata William menajam, menunjukan amarah yang tak tertahan. “Jaga sopan santunmu, Dominic! Kau bicara pada ayahmu sendiri!” bentak William menggelegar keras. Rahang pria paruh baya itu mengetat. Tangannya terkepal kuat. Dominic mengembuskan napas kasar dan memejamkan mata singkat. “Jawab saja pertanyaanku, Dad!” tukasnya menahan kesal. BUGH Satu kali pukulan, William layangkan ke kepala Dominic. Amarah pria paruh baya itu tak lagi bisa teratasi. Putra bungsunya itu sudah keterlaluan, berani berbicara kurang ajar padanya. ‘Shit!’ umpat Dominic dalam hati. Yang membuat Dominic kesal adalah pria itu tak mungkin bisa membalas pukulan ayahnya. Sekeras apa pun hati Dominic, tapi pria itu masih menghormati ayahnya. “Kau datang menemuiku, berani menanyakan hal gila! Apa kau sudah tidak waras?!” seru William dengan
Keheningan membentang ruangan itu. Aura wajah dingin dan saling melemparkan tatapan tegas satu sama lain. Tatapan yang menunjukan penuh tuntutan. Ya, William dan Sean mematung mendengar apa yang dikatakan oleh Dominic. Belum ada yang bersuara sedikit pun. William dan Sean masih menatap Dominic dengan tatapan dingin dan tajam. “Apa maksud ucapanmu, Dominic?” tanya Sean penuh tuntutan pada adik bungsunya itu. Aura wajah penuh amarah, sangat terlihat jelas. Sean menuntut sang adik untuk menjelaskan. “Katakan padaku, apa maksud ucapanmu!” seru William dengan nada tinggi, dan keras. Dominic terdiam sebentar. Dalam keadaan seperti ini, Dominic harus menceritakan semuanya. Karena pasti ayah dan kakaknya tak mengenal Martin Luciano. Andai saja, masalah ini tak menyangkut pautkan pada saudaranya, maka Dominic tak harus menceritakan secara lengkap pada ayah dan kakaknya. “Burke Moore adalah anak buahku yang berkhianat. Dia menjual Camelia pada D’Angelo Vodo. Beberapa hari lalu, aku baru t
Pemberitaan tentang Camelia di media semakin meluas. Nama Camelia kian melambung akibat rekaman suaranya yang menjadi trending pertama. Tak sedikit media yang selalu ingin mewawancarai Camelia. Memang, sejak di mana Camelia banyak sekali dikenal publik, Dominic membatasi Camelia berinteraksi pada media. Pasalnya, Dominic tak ingin Camelia kelelahan. Usia kandungan Camelia yang sudah mulai besar membuat Dominic sangat memilih-milih apa yang Camelia lakukan dan tak dilakukan. Jika ditanya, maka Camelia pun tak pernah mengira akan berada di titik sekarang. Camelia seperti berada di dalam dunia mimpi. Memiliki suami yang luar biasa hebat, dan karir yang cemerlang. Hari demi hari, Camelia selalu lewati dengan penuh kebahagiaan. Tak pernah sedikit pun Camelia mengeluh, karena hidupnya sekarang memang sudah berkelimpahan dengan berkat kebahagiaan. Dan hari ini akan menjadi hari di mana yang mengukir sejarah. Untuk pertama kalinya Camelia akan turun di konser penghargaan musik. Ya, jelas
Hari berganti hari. Usia kandungan Camelia sudah memasuki enam belas minggu—yang mana Camelia sudah memasuki trimester kedua. Perut Camelia semakin membesar. Setiap kali orang melihat Camelia pasti menduga kalau Camelia tengah hamil tujuh bulan. Wajar saja, selain hamil kembar, Camelia juga hobby sekali makan. Setiap jam, Camelia selalu lapar. Jadi tak heran kalau melihat tubuh Camelia sekarang lebih berisi dari sebelumnya. Weekend ini, Camelia akan turut serta dalam konser penghargaan musik. Hidup Camelia sehari-hari memang kerap masuk dapur rekaman suara. Hamil, sama sekali tidak menghalangi Camelia dalam meraih impiannya. Pun Dominic sangat mendukung apa pun hal positive yang dilakukan Camelia. Tentunya, Camelia tetap dalam pengawasan ketat dokter kandungan. Sekalipun, Dominic membebaskan Camelia untuk berkarir tetap saja Dominic sangat menjaga ketat Camelia. Makanan yang Camelia makan saja wajib dari chef terbaik, dan tidak boleh sembarangan. Dominic memang ingin memberikan yang
Camelia tak henti tersenyum sambil mengusap perut buncitnya. Ingatan Camelia mengingat perkataan ibu mertuanya yang mengatakan dirinya hamil bayi kembar. Hatinya bergetar dilingkupi kebahagiaan. Tentu, Camelia sangat senang jika bayi beruang yang ada di perutnya adalah kembar.Sejak awal, impian Camelia adalah memiliki banyak anak dari Dominic. Camelia ingin sekali mansionnya penuh dengan canda dan tawa dari anak-anaknya kelak. Sungguh, membayangkan itu semua, membuat Camelia terus melukiskan senyuman bahagia. “Camelia, apa kau sudah siap?” Dominic melangkah mendekat pada Camelia yang berada di kamar sambil menatap cermin. Camelia mengalihkan pandangannya, menatap Dominic yang mendekat padanya. “Sudah, Sayang. Tadi siapa yang menghubungimu?” tanyanya ingin tahu. Baru saja Dominic keluar, karena mendapatkan telepon. Akan tetapi, Camelia tidak tahu sang suami mendapatkan telepon dari siapa. “Irwin Leaman yang menghubungiku. Dia mengatakan konser penghargaan musik akan diadakan bulan
Kabar tentang Camelia telah rekaman suara, dan berhasil menjadi trending topic membuat keluarga Geovan kerap dimintai wawancara oleh wartawan. Hal ini kadang membuat seluruh anggota tanpa terkecuali cukup risih dengan kejaran para wartawan. Akan tetapi, keluarga Geovan nampak tetap mendukung Camelia. Walau tak dipungkiri, bisa dikatakan Camelia telah mengukir sejarah. Selama ini, belum pernah ada anggota keluarga Geovan yang masuk ke dalam dunia entertainment. Seluruh anggota keluarga selalu murni pengusaha. Hari berlalu begitu cepat. Dominic dan Camelia kini telah kembali ke kota yang menjadi tempat di mana mereka tinggali. Beberapa minggu berbulan madu di Spanyol, telah meninggalkan jutaan memori indah yang tak bisa diungkap oleh kata. Bukan hanya memori indah tentang mereka berdua, tapi memori di mana perjalanan karir Camelia dimulai. Siapa yang menyangka sosok yang terkenal memiliki jutaan kekurangan rupanya memiliki segudang talenta yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Satu minggu sudah Dominic dan Camelia berbulan madu. Dua hari pertama Dominic dan Camelia menikmati waktu mereka berjalan-jalan di Madrid. Sekarang mereka berada di Barcelona menikmati keindahan kota terbesar kedua di Spanyol. Tiga hari lalu, setelah Camelia melakukan rekaman suara, dia belum mendapatkan info apa pun, karena proses masuk ke dalam kanal youtube tidak bisa langsung. Tentu selama berada di Barcelona, Dominic mengajak Camelia berjalan-jalan ke tempat romantis. Dominic mengalihkan perhatian Camelia agar tak terlalu memikirkan hasil dari test pasar yang akan dilakukan pihak PH tempo hari. Pun memang Dominic selalu mendukung apa pun yang Camelia lakukan. Jikalau, sang istri gagal tetap baginya Camelia telah melakukan yang terbaik. Plaza de España adalah tempat yang kini tengah Dominic dan Camelia kunjungi. Dua insan yang saling mencintai itu sudah datang ke Plaza de España menikmati indahnya pagi. Dominic memeluk pinggang Camelia menatap pemandangan indahnya bangunan yang
Langkah kaki Dominic dan Camelia sama-sama terhenti kala sosok pria berdiri menghalangi langkah mereka. Tampak Dominic dan Camelia menatap pria asing di hadapan mereka. Tinggi tubuh pria asing itu nyaris sama seperti tinggi tubuh Dominic. Hanya saja dari wajah pria asing itu sepertinya jauh lebih tua dari Dominic. “Kau siapa?” Dominic bertanya tanpa basa-basi. Sepasang iris mata cokelat gelap Dominic menatap dingin pria asing yang menghalangi langkahnya itu. “Irwin Leaman. Namaku Irwin Leaman. Maaf, apa benar kau Tuan Dominic Geovan?” Pria bernama Irwin Leaman tersenyum sopan ke hadapan Dominic. “Dari mana kau mengenalku?” Sebelah alis Dominic, penuh selidik. Dominic nampak seperti mengenal pria bernama ‘Irwin Leaman’, namun Dominic lupa. Irwin kembali tersenyum. “Aku pemilik Leaman Framont, salah satu Production House Di New York. Aku cukup sering bertemu dengan ayahmu.”Dominic terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan Irwin. Nama ‘Leaman Framont’, benar-benar tak asing di te
Para pelayan nampak tengah sibuk membawakan barang-barang milik Dominic dan Camelia masuk ke dalam mobil. Tak hanya barang-barang saja, tapi beberapa cemilan khusus juga wajib dibawa. Tentu, karena Camelia tak bisa menahan lapar. Camelia kerap mengemil setiap satu jam sekali atau dua jam sekali. Seperti yang Camelia kerap katakan dirinya tengah hamil bayi beruang, jadi wajar saja kalau Camelia mudah sekali lapar. “Dominic, kenapa kita tidak naik mobil saja ke Barcelona? Kalaiu menggunakan mobil hanya memakan waktu tidak sampai enam jam, Dominic,” kata Camelia yang ingin menuju ke Barcelona lewat darat. Camelia sedang enggan lewat udara. Terlebih Madrid ke Barcelona tidaklah jauh. Ya, sesuai dengan janji Dominic, hari ini Dominic akan mengajak Camelia ke Barcelona. Hanya saja tadi malam Camelia meminta ke Barcelona lewat jalur darat. Itu adalah permintaan konyol yang tak mungkin Dominic setujui. “Camelia Madrid ke Barcelona memakan waktu hampir enam jam. Kau pasti akan kelelahan,” u
Camelia memejamkan mata seraya merentangkan kedua tangannya, menikmati udara sore di hutan. Tak menampik, Camelia merindukan moment di mana dirinya dan Dominic menikmati bersama di hutan waktu dulu. Kala itu Camelia masih menjadi tawanan Dominic. Siapa yang sangka kalau dalam sekejap semuanya berubah. Camelia jatuh cinta pada pria yang menyandera dirinya. Kalau orang dengar pasti akan berpikir dirinya sudah tak waras. Tapi inilah fakta yang ada. “Kau di sini rupanya.” Dominic memeluk pinggang Camelia dari belakang, membenamkan wajahnya di leher istrinya itu. Sedari tadi Dominic mencari keberadaan sang istri, malah ternyata istrinya ada di belakang rumah menikmati udara sore hari yang menyejukan. Camelia tersenyum saat Dominic memeluknya dari belakang. Camelia memeluk tangan Dominic sambil berkata, “Sayang, dulu pertama kali kau membawaku ke hutan, aku sangat takut, tapi sekarang berbeda. Memang, aku masih sedikit takut, tapi sudah jauh lebih baik. Buktinya tadi aku bisa dekat denga
Madrid, Spain. Camelia menatap hamparan jalanan kota Madrid dari dalam mobil. Camelia tersenyum hangat. Rasanya sudah lama dirinya meninggalkan kota kelahirannya. Padahal Camelia belum meninggalkan Madrid sampai satu tahun, tapi nampaknya Camelia sudah sangat merindukan kota kelahiran dan kota di mana dirinya dibesarkan. Madrid menjadi kota di mana Camelia menyimpan jutaan kenangan. Kenangan indah, dan kenangan tidak menyenangkan ada di kota itu. Namun, sekalipun ada kenangan tidak menyenangkan, Camelia tetaplah sangat bahagia. Karena Madrid pun mempertemukannya dengan belahan jiwanya. “Camelia, apa kau ingin kita langsung ke pemakaman ibu dan saudara kembarmu?” tanya Dominic seraya membelai pipi Camelia. Camelia mengangguk. “Ya, aku ingin ke makam mereka sekarang, Sayang. Aku merindukan mereka.” Dominic mengecup kening Camelia, menyetujui keinginan sang istri tercinta. Ya, baru saja mendarat di Madrid, Dominic pun langsung menawarkan pada Camelia untuk mengunjungi makam. Sepanja