Gu Lang pun segera menaiki kembali kudanya dan memacunya menuju tempat terakhir yang harus dia tuju, sebagai sentuhan akhir pembalasan dendam keluarganya.Bong Quan berucap dalam hatinya, "Aku tidak pernah menyangka, kota Biluo yang besar ini akan hancur dalam satu hari oleh pemuda yang sering kami hina dan sebut sebagai sampah." Dia bahkan tak pernah membayangkan kota sebesar ini akan hancur dalam waktu yang begitu singkat. Bahkan orang yang me menghancurkannya bukanlah sekelompok orang yang kuat, melainkan hanya satu orang, satu orang pemuda yang tak lebih dari seonggok sampah di mata para penduduk kota Biluo.Tidak ada lagi kota Biluo yang indah. Tidak ada lagi enam keluarga besar yang sejahtera. Hanya ada reruntuhan kediaman besar mereka, dan sisa-sisa anggota keluarga yang tidak dihabisi oleh Gu Lang.Kuda yang Gu Lang tunggangi terus berpacu dengan waktu yang tampaknya sudah hampir menyapa sang mentari yang akan segera keluar daru peraduannya, beberapa jam lagi.Begitupula deng
Sontak saja Yin Gang terkejut mendengarnya.Dia tak pernah ingat kalau dia pernah membuat masalah dengan orang kuat macam Gu Lang, lantas kenapa orang itu justru mengajaknya bertarung? Dan dari kepercayaan diri Gu Lang, Yin Gang bisa melihat adanya sinyal bahaya yang tersembunyi di balik sosok bertopeng itu."Baiklah, jika memang itu yang kau inginkan. Aku akan melawanmu." Jawab Yin Gang tanpa ragu.Meskipun dia tau jika pria dihadapannya bukanlah orang sembarangan, tapi sebagai seorang penggila kultivasi, Yin Gang tak akan mengalah sebelum berperang. Baginya, mati mempertahankan harga diri itu lebih baik dari pada hidup kehilangan harga diri dan menjadi pecundang selama sisa hidupnya."Tapi sebelum bertarung denganmu, aku ingin bertarung dengan para tetua di keluarga Yin. Semuanya, tanpa terkecuali!" ujar Gu Lang dengan penuh penekanan, "Anggap saja itu sebagai pemanasan. Bagaimana?" Gu Lang menatap remeh pada Yin Gang.Meskipun wajah dan senyum Gu Lang tak dapat dia lihat, tapi so
Awan cerah yang tadi masih menaungi langit kediaman keluarga Yin, kini dalam sekejap berubah menjadi awan hitam pekat yang terlihat begitu mengerikan.Kilatan petir yang mulai menyambar dan mulai berkumpul membentuk ribuan aura pedang kecil di atas langit sana, seolah siap melenyapkan segala sesuatu yang ada diatas tanah itu.Ribuan pedang di atas langit itu diselimuti dengan aura hitam yang seolah menggambarkan kematian, yang siap menjemput semua orang yang berada di atas arena.Semua orang termasuk para tetua begitu terkejut melihatnya, namun mereka tak punya waktu untuk mengagumi kekuatan Gu Lang, karena saat ini nyawa mereka sedang terancam."Cepat gabungkan kekuatan kita! Kita buat formasi benteng suci!" seru tetua pertama."Tapi tetua kedua tidak ada, formasinya tidak akan sempurna." Ujar tetua ketiga sambil mengikuti instruksi tetua pertama."Setidaknya kita bisa menahan serangan itu, atau kita akan mati!" balasnya lagi dengan murka, karena itu satu-satunya cara yang dapat mere
"Bagaimana bisa, Gu Lang jadi sekuat ini sekarang?" Dan masih banyak lagi pertanyaan yang para penonton ucapkan, setelah mereka melihat siapa dirinya.Sama halnya seperti para anggota keluarganya yang tidak menyangka jika orang yang sudah membuat mereka takjub adalah si tuan muda sampah,Yin Gang pun terkejut mengetahui jika ternyata pendekar topeng emas itu adakah Gu Lang.Kini dia tak perlu lagi menanyakan tujuan Gu Lang datang ke kediamannya, karena dia sudah tau pasti jika tujuan Gu Lang adalah untuk membalaskan dendam atas kehancuran keluarganya."Jadi itu kau, tuan muda sampah keluarga Gu?" tanya Yin Gang yang sengaja ingin membuat Gu Lang marah dan menyerangnya dengan membabi buta, karena dengan begitu Gu Lang akan menciptakan banyak cela dalam jurus-jurusnya.Yin Gang berpikir jika dia akan punya banyak kesempatan untuk memanfaatkan emosi Gu Lang, untuk dapat melihat kelemahan Gu Lang dan mengalahkannya.Tapi sayangnya, respon Gu Lang sama sekali tidak terduga. Dia hanya diam di
Sesaat kemudian, tangan dan tubuhnya mulai membesar dan terus membesar dengan tangan yang masih menahan Gu Lang dengan aura spiritual, hingga membuat Gu Lang kesulitan saat berusaha membebaskan diri dari Yin Gang.Duar!!Sebuah ledakan besar yang begitu dahsyat pun tercipta, bersamaan dengan darah, daging dan tulang yang bertebaran, memercik ke segala arah. Yin Gang, kepala keluarga Yin akhirnya mati dengan cara bunuh diri demi bisa membunuh Gu Lang dan mempertahankan harga dirinya.Semua orang tertegun melihat dua orang yang tadinya berduel di atas arena yang sudah hancur itu, kini sudah tidak ada lagi. Mereka tau pasti jika keduanya sudah mati, tak terkecuali Bong Quan yang juga terkejut melihatnya."Apa... kepala keluarga mati begitu saja? Lalu bagaimana nasib kita?""Apa tuan muda Gu Lang juga mati bersama kepala keluarga?""Tentu saja. Kau pikir Gu Lang masih bisa selamat dari ledakan sebesar itu? Kalian lihat sendiri bukan, bahkan tubuh kepala keluarga saja sudah berubah menjadi
Gu Lang sangat terkejut saat mendengar ucapan Luo Luo yang dia pikir menyuruhnya untuk mati saja karena terlalu lemah. "Bukan begitu maksud saya, tuan. Maksud saya, identitas anda.yang mati, bukan anda." Gu Lang tak jadi melontarkan kata-kata kekesalan yang tadinya sempat menumpuk diujung lidahnya saat dia salah mengartikan ucapan Luo Luo, yang sebenarnya memang terdengar begitu ambigu."Aku masih belum paham." Gu Lang menatap Luo Luo yang sedang berbaring di atas ranjang, karena luka yang cukup parah pada jiwanya, sehingga dia butuh menyerap sisa jiwa yang ditinggalkan oleh tuan tua di kamar itu, yang hanya bisa diserap olehnya."Orang misterius di balik pembantaian keluarga anda sepertinya bertujuan untuk memancing anda datang ke sarang mereka, tuan. Karena itulah mereka meninggalkan surat yang mengatakan jika ayah tuan ada di tangan mereka, tanpa adanya petunjuk lain. Bahkan saya juga yakin, orang itu tau kalau tuan akan mampu menghabisi orang-orang dari lima keluarga besar dan men
Bong Quan yang kesal mendengar orang-orang itu membicarakan Gu Lang pun menggebrak meja dihadapannya dengan kasar, dan membuat pandangan semua orang yang ada di sana, beralih ke arah mereka. Dan tentu saja hal itu membuat Gu Lang membuang nafas kasar, karena niat hati ingin mencari informasi dan menyembunyikan jati diri, justru dirusak oleh Bing Quan yang impulsif.Dengan cepat, Gu Lang menutup mulut Bong Quan, sebelum pemuda itu mulai mengeluarkan kata-kata mutiara dari mulutnya untuk para penggunjing itu.Gu Lang membawa Bong Quan berdiri dan menunduk kearah orang-orang itu seolah meminta maaf atas kelakuan Bong Quan, meskipun ssbenarnya itu hanyalah sebuah alibi untuknya agar orang-orang tak melihat wajahnya dan mengenali dirinya sebagai Gu Lang."Maafkan dia, dia sedang mabuk." Tanpa banyak kata lagi, Gu Lang segera menghampiri seorang pelayan dan memintanya untuk mengantarkan mereka berdua ke kamar yang sudah mereka pesan, dan membawa makanan pesanan mereka ke dalam kamar saja k
Bong Quan beralih menatap Gu Lang yang tampak biasa saja, bahkan tengah asik menikmati makanannya, seolah benda yang dia berikan padanya itu bukanlah sebuah barang berharga."Buku," sahut Gu Lang yang sebenarnya merupakan candaan, tapi bagi Bong Quan, itu justru terdengar sangat menyebalkan.Bong Quan menatap Gu Lang sesaat, kemudian memutar jengah bola matanya dan berkata, "Aku juga tau kalau ini buku. Anak kecil pun tidak ada yang akan mengatakan kalau benda ini adalah roti! Tapi yang maksudku... buku ini untuk apa?" tanya Bong Quan kesal, karena Gu Lang yang awalnya dia pikir sangatlah kaku dan dingin, tapi ternyata juga bisa membuatnya kesal karena lelucon tidak lucunya."Tentu saja untuk dibaca dan dipelajari, memangnya untuk apa lagi? Kalau kau tak mau, kembalikan padaku." Gu Lang berdiri hendak mengambil kembali buku jurus itu dari tangan Bong Quan, tapi Bong Quan bereaksi lebih cepat dan menyembunyikan buku itu di dalam jubahnya sehingga Gu Lang urung mengambil kembali buku i
Di tengah reruntuhan dan kepanikan yang menyelimuti Sekte Gelap, Gu Lang berdiri dengan tegas, mengawasi sisa-sisa kekuatan yang dulunya mengancam dunia. Dengan Pedang Dewa yang bersinar di tangannya, dia merasakan kekuatan yang begitu besar mengalir dalam dirinya, kekuatan yang ingin dia gunakan bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk mengubah dan memperbaiki. Gu Lang menatap anggota Sekte Gelap yang tersisa—beberapa tergeletak lemas di tanah, sementara yang lain hanya bisa menatap dengan ketakutan. “Dengarkan aku!” suaranya menggema dengan wibawa. “Kalian telah berada di jalan yang salah, terjebak dalam kegelapan yang tidak akan membawa kalian ke mana-mana. Namun, hari ini adalah kesempatan kedua untuk memilih jalan yang benar!” Kata-katanya menembus hati mereka. Banyak dari mereka yang, meski terlahir dalam Sekte Gelap, selalu merindukan keadilan dan kebenaran. Satu per satu, mereka mulai bangkit, meski ragu, namun terdorong oleh keyakinan Gu Lang. Mereka ingin memperbaiki kesala
Pertempuran berlangsung sengit ketika tiba-tiba suasana berubah. Suara langkah berat bergema, menggetarkan tanah, dan mengalihkan perhatian Gu Lang dan Qian Yu. Di tengah kerumunan musuh, seorang pria tinggi muncul, mengenakan jubah hitam yang berkilauan, menandakan bahwa dia adalah pemimpin Sekte Gelap. Aura kekuatan yang menakutkan memancar dari dirinya, mengubah suasana menjadi mencekam. “Cukup!” teriak pemimpin Sekte Gelap, suaranya dalam dan penuh kekuasaan. “Kalian berani melawan Sekte Gelap? Aku tidak akan membiarkan kalian hidup!” Gu Lang dan Qian Yu saling berpandangan, mengerti bahwa situasi kini semakin berbahaya. Mereka bisa merasakan tekanan luar biasa yang berasal dari sosok itu. “Siapa kau?” tanya Gu Lang dengan berani, berusaha menjaga ketenangan meski jantungnya berdebar kencang. “Aku adalah Zhen Tian, Ketua Sekte Gelap,” jawab pria itu, menatap Gu Lang dengan mata tajam. “Dan aku di sini untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Pedang Dewa itu mil
Gu Lang berdiri tegak di hadapan Pedang Dewa yang bersinar, merasakan aliran energi yang kuat di sekelilingnya. Luo Luo dan Qian Yu memperhatikannya dengan penuh harapan, mengetahui bahwa momen ini adalah titik balik dalam perjalanan Gu Lang. Dengan tekad yang menggebu, Gu Lang menutup matanya dan mulai berkonsentrasi. Sinar pedang memancarkan cahaya yang semakin terang, seakan merespons kehadiran Gu Lang. Dia bisa merasakan aura pedang yang mengalir ke dalam dirinya, menghubungkan jiwanya dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Dalam pikirannya, dia mengingat semua latihan yang telah dilaluinya, setiap pelajaran yang diterimanya, dan semua pengorbanan yang telah dia buat untuk mencapai titik ini. "Ini adalah kesempatan untuk menyatukan kekuatanku dengan Pedang Dewa," bisiknya dalam hati. “Aku tidak akan membiarkan ini menjadi sia-sia.” Saat dia meraih gagang pedang, Gu Lang merasakan getaran yang kuat. Energi Pedang Dewa mulai mengalir ke dalam jiwanya, dan dalam sekejap, dia meras
Beberapa bulan setelah Gu Lang dan Qian Yu melanjutkan pelatihan mereka, situasi di luar lembah yang tenang itu mulai berubah. Sekte Gelap, yang sebelumnya tidak mengetahui lokasi Gu Lang, kini berhasil menemukan jejaknya. Mereka yakin bahwa Gu Lang memiliki "benda" yang sangat mereka inginkan — suatu artefak legendaris yang diyakini bisa memberikan kekuatan luar biasa kepada siapa pun yang mengendalikannya.Di sebuah markas rahasia yang terpencil, para pemimpin Sekte Gelap berkumpul. Wajah mereka serius, dengan aura gelap dan menakutkan yang menyelimuti ruangan. Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh kekar dengan tatapan dingin, berbicara dengan suara yang rendah namun berwibawa.“Gu Lang telah menjadi ancaman bagi kita dan dia memiliki benda yang kita cari. Kita tidak bisa membiarkannya terus hidup. Kita harus segera bertindak,” katanya. “Kekuatan yang dimilikinya, jika dikombinasikan dengan artefak itu, dapat membawa kehancuran bagi Sekte Gelap jika dia dibiarkan bebas.”“Na
Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dipenuhi berbagai rencana dan harapan. Qian Yu bertekad untuk mempersiapkan Gu Lang dengan segala pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki.“Mari kita mulai pelatihanmu,” kata Qian Yu, memimpin jalan keluar dari Menara Langit. “Setiap langkah yang kita ambil dari sini akan membentuk masa depanmu.”Gu Lang mengangguk, merasa semangatnya terbangkit. Mereka pergi ke area latihan yang luas, di mana cahaya matahari menembus celah-celah pohon, menciptakan suasana yang tenang namun penuh potensi.Qian Yu mulai menjelaskan teknik-teknik dasar yang akan membantu Gu Lang memahami kekuatan alkemis dan keterampilan bertarungnya. “Kamu perlu memahami bahwa kekuatanmu bukan hanya terletak pada seberapa kuat kamu bisa menyerang, tetapi juga seberapa bijak kamu menggunakannya. Kita akan memadukan kekuatan alkimia dan seni bela diri.”Selama beberapa minggu ke depan, Gu
Maaf atas kesalahpahaman itu! Mari kita coba lagi: Begitu Qian Yu membuka matanya, senyumnya merekah saat melihat sosok Luo Luo yang berdiri di hadapannya. “Luo Luo!” serunya, penuh kegembiraan. “Kau masih ingat padaku?” Luo Luo tersenyum lebar, matanya berkilau ceria. “Tentu saja, Paman Qian Yu. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu.” Ia melangkah maju dan memeluk Qian Yu dengan hangat. Qian Yu merasakan kehangatan persahabatan yang telah terjalin. “Aku tidak menyangka bisa melihatmu lagi di tempat yang begitu indah ini. Ini semua berkat Gu Lang, bukan?” Luo Luo memimpin Gu Lang dan Qian Yu melalui lorong-lorong Menara Langit yang megah. Mereka melewati banyak ruangan yang dipenuhi dengan artefak kuno dan catatan sejarah sekte suci. Namun, kali ini, Luo Luo membawa mereka ke arah yang belum pernah dijelajahi oleh Gu Lang sebelumnya.Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dip
Setelah memastikan orang tuanya menetap dengan baik di desa kecil itu, Gu Lang kembali ke Sekte Yan untuk berpamitan dengan teman-temannya. Momen itu terasa emosional baginya, karena dia tahu perjalanan selanjutnya tidak akan mudah, dan mungkin akan memakan waktu yang lama sebelum dia bisa kembali.Di kamar Gu Lang, teman-teman Gu Lang berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal. Wang Jun, berdiri di tengah kerumunan dengan tatapan serius. “Gu Lang, aku tidak percaya kamu benar-benar akan pergi. Kami semua akan merindukanmu.”“Ya, aku juga akan merindukan kalian,” jawab Gu Lang, mencoba menyembunyikan perasaannya. “Tapi ini adalah jalanku. Aku harus menemukan cara untuk melindungi kita semua dari ancaman yang mungkin datang.”Tuan Muda Feng, salah satu teman Gu Lang lainnya, menepuk bahunya. “Kami tahu kamu kuat, Gu Lang. Jangan ragu untuk kembali jika kamu butuh bantuan. Kami akan selalu ada di sini.”“Terima kasih, teman-teman. Aku akan ingat itu,” Gu Lang tersenyum, meskipun hatiny
Kabar tentang kehancuran klan Shu menyebar dengan cepat di seluruh kota Xuanzhong, mengguncang komunitas dan menggantikan suasana tenang dengan ketegangan yang mendalam. Warga kota berkumpul di pasar, di tepi jalan, dan di kedai minuman, membicarakan insiden yang tidak terbayangkan itu. Mereka berbisik dengan penuh rasa ingin tahu dan ketakutan, saling bertukar informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. “Apakah kamu sudah mendengar? Klan Shu musnah dalam semalam!” seru seorang pedagang, suaranya bergetar dengan ketegangan. “Semua anggota klan, termasuk tuan muda Shu Baicao, ditemukan tewas di kediaman mereka!” Seorang wanita yang sedang membeli sayur terkejut dan menjawab, “Bagaimana bisa itu terjadi? Klan Shu adalah salah satu klan terkuat di kota ini! Siapa yang berani melakukannya?” “Tidak ada yang tahu, tetapi ada desas-desus bahwa itu adalah tindakan balas dendam,” kata seorang pria berusia paruh baya. “Klan Shu telah banyak musuh, terutama setelah konflik dengan klan lain
Keluarga Shu IPada malam itu, kediaman Keluarga Shu masih sangat tenang bahkan penjaga di sekitar gapura terlihat menikmati minuman sambil tertawa dan memainkan permainan kartu.Namun pada detik-detik berikutnya, udara dingin seperti menyapu wilayah itu membuat bulu kuduk berdiri."Apa kalian merasa ada yang aneh?" tanya seorang penjaga.Sejenak permainan kartu berhenti karena pertanyaan tersebut. Sayangnya yang lain menganggap hal ini wajar dan malah menertawakannya."Tidak ada yang aneh. Kau pasti sedang mencari alasan karena akan kalah dalam permainan." Tawa mereka menggema. Penjaga yang merasakan prasangka buruk pun hanya mencebikkan bibir kemudian memperbaiki posisi duduknya."Sekarang giliranku, kan? Aku akan ...."Sebelum dapat menyelesaikan kalimatnya, satu energi kekuatan melesat dari kegelapan menghancurkan meja permainan mereka. mereBang!Seketika semua kartu terbang berhamburan. Meja terbalik dan lima penjaga yang sedang bermain jatuh tersungkur."Kurang ajar! Siapa yang