Bram yang mendapat tatapan tajam dari Caca mendengus."Apa lagi? Itu memang seharusnya aku berikan pada klienku. Tapi dia berhalangan hadir, karena dia harus pulang ke negaranya, jadi daripada terbuang sia-sia lebih baik kamu pakai." Caca masih terus menatap tajam Bram."Kenapa Kamu terus melihatku seperti itu, apakah aku terlalu tampan untuk Kamu lewatkan?" Tanya Bram dengan tingkat kepedean setinggi planet mars."Benarkah ini sebuah kebetulan. Bukan karena Kamu sengaja membelikan ku untuk percobaan penyuapan." Caca tidak terlalu percaya dengan sebuah kebetulan."Dih. Untuk apa? " Jawab Bram mendengus geli: "Lagipula, gaun itu tidak terlalu berharga, dan harganya pun juga tidak mahal. Karena gaun itu barang tiruan. Tapi tenang, itu barang tiruan yang kualitasnya juga bagus kok, jadi aman!" Hati Caca masih merasa hangat, setelah kejadian tadi siang. Kenapa pria ini, sangat baik padanya. Ingin dia mengucapkan terimakasih atas apa yang telah dia lakukan padanya. Tapi, karena Caca ju
Saat bulan purnama mulai terbenam, dan matahari merangkak naik menyinari dunia, hari baru telah datang. Cahaya matahari masuk dari celah jendela balkon pria itu, disertai angin sepoi sepoi dari luar. Mata yang biasanya berwarna coklat pekat yang mampu membuat semua orang terdiam hanya dengan melihat matanya itu, kini berubah menjadi coklat kekuningan. Bram nampak lelah, dengan rambut yang acak-acakan serta ekspresi lelahnya. Tetapi kekacauan itu tidak dapat mempengaruhi ketampanan pria itu.Terdengar suara kunci di buka, tak lama, pak Opik masuk, membawa minum untuk tuannya. “Tuan Muda, apa Anda merasa lebih baik? “ Pak Opik berjalan ke sisi Bram. "Ya." Bram menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. "Minumlah, itu akan membuat Anda merasa lebih baik."Bram mengambil cangkir itu dari tangan Pak Opik. Cairan hangat yang masuk ke tubuhnya membuat ia merasa lebih baik. Dalam sekejap secangkir minuman itu habis, Bram melemparkan cangkir itu tepat pada tempat sampah sudut ruangan.
Sementara itu, Bram mendengar suara lembut datang."Bram." Kemudian, seorang wanita anggun perlahan mendekat."Bu," Bram terkejut.Wanita itu tampak berusia 60 an, dengan kulit yang terawat, temperamen yang sangat baik, dan sosok yang ramping, tetapi dia tidak terlihat lemah.Mata coklat jernih itu memikat jiwa.Maria.“Nyonya dan Tuan Muda sudah lama tidak bertemu anda, silahkan masuk, dan berbincang-bincanglah di dalam. Jika butuh apa-apa panggil saja saya” Setelah Pak Opik mengatakan itu, dia pergi begitu saja, dan menutup pintu untuk mereka“Bram, bagaimana kabarmu? Apa kamu makan dengan baik dan tidur nyenyak?”Maria mengulurkan tangan dan dengan lembut membelai rambut Bram."Bu, aku bukan anak kecil lagi." Bram memperingatkan.Mula-mula Maria tercengang, lalu tersenyum lembut, "Oh iya, anakku sudah besar, dan aku sudah akan berusia enam puluh tahun sebentar lagi.Matanya berkilat anggun.Dulu, Maria secara tidak sengaja mengandung Bram, seorang manusia yang bercampur keturunan
Kata-kata Meisya membuat Queen merasa dipermalukan. Queen memandang Caca penuh jijik."Oh, jadi dia pakai barang tiruan? Bagus juga." Ucap Queen dengan angkuh dan meremehkan. "Memalukan." Cemooh Queen dengan sarkas.Meisya, yang cukup tahu tentang fashion dan brand pakaian, terus menatap gaun Caca."Mei, sudah tidak perlu dilihat, mau berapa kalipun kamu melihat, gaun itu tetap akan jadi barang tiruan." Queen mengingatkan Meisya untuk tidak terus-terusan memandangi gaun Caca. Meisya menggelengkan kepalanya, "Tapi gaun itu, tidak seperti barang tiruan, pakaian yang Angel buat, bukanlah sesuatu yang bisa ditiru oleh sembarang orang." Semua gadis-gadis itu tahu, Bahwa perusahaan keluarga meisya bergerak di bidang fashion. Ibunya adalah seorang desainer terkenal. Dan Meisya telah mendatangi acara-acara fashion sejak dia masih kecil, jadi dia tahu betul tentang hal-hal seperti itu. Bagaimana dia bisa salah?“Semua pakaian Angel memiliki fitur tersembunyi, yang juga dianggap sebagai ta
Levan mengenakan setelan hitam, dan ekspresinya sedingin biasanya. Hal pertama yang perlu Caca lakukan adalah bersikap biasa saja. “Kakak, apa kamu akan segera pergi? Kenapa tidak mengambil makanan atau menikmati acara lebih dulu." Yezline tersenyum dengan anggun bak putri kerajaan. "Aku punya sedikit pekerjaan yang belum selesai, jadi aku harus segera kembali." Caca menjawab dengan ekspresi dingin. "Kalau begitu, mari kita minum dulu sebelum Kakak pergi. Lagipula kakak adalah kakak Perempuanku satu-satunya, dan ini adalah hari pentingku, jadi bagaimana kakak bisa pergi secepat itu?" Yezline mengambil gelas anggur langsung dari nampan dan baru saja akan menyerahkannya kepada Caca. Namun, Caca segera meraih minuman dari nampan pelayan yang lewat. Caca tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak-tidak, jadi dia lebih memilih mengambil sendiri. Caca takut dijebak oleh Yezline. Caca mengangkat gelasnya, dan meminum semuanya. "Sayang, apa aku jahat, sampai kakak tidak ingin minum m
Di ruang acara.Pelayan datang dan membisikkan sesuatu di telinga Yezline, Yezline tanpa sadar melihat waktu.Orang tua Levan, Ronald Arnest Saputra dan Kirana mendapatkan banyak pujian dan sambutan hari ini.Putranya masih muda dan hebat, serta calon menantu perempuannya adalah sosok yang memiliki pamor di dunia akting dan model.Hari ini, Ronald cukup nampak gagah dan berwibawa dalam pakaian formal hitam, sementara Kirana mengenakan gaun dengan model sheath berwarna hitam dengan taburan batu swarovski yang sangat mewah nan elegan. Pada saat ini, kedua orang tua itu berurusan dengan tamu yang keluar masuk, karena Yezline bersikap sangat ramah dia menghibur para tamu dengan mudah, tidak memerlukan usaha sama sekali dari mereka.Ini bahkan lebih memuaskan bagi orang tua Levan.Yezline memegang gelas anggur, berjalan dengan anggun ke Ronald dan Kirana."Om, Tante, Levan sepertinya tidak enak badan, aku ingin pergi menemuinya." Yezline memiliki kata "khawatir" tertulis di wajahnya.Begi
"Yezline adalah anak yang mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri." Kirana mengalihkan pandangannya kembali, "Levan, kejadian ini telah memperburuk hati Yezline, kamu harus lebih baik pada Yezline nanti, jika kamu masih merasa tidak enak badan, pergi ke kamar sebelah dan istirahatlah." Levan menggunakan sudut matanya untuk melirik Caca yang sedang duduk di lantai dengan pakaiannya yang berantakan.Pikir Levan, mungkin, dengan membiarkan Caca sedikit menderita, Caca akan tahu betapa membahagiakannya hidup di sampingnya."Baiklah." Levan menganggukkan kepalanya dan langsung berjalan keluar ruangan.Kirana kembali ke kamar tidur, masih nampak anggun dan kejam dengan tatapan tajamnya. "Ibu Dumaya, meskipun Caca bukan anak kandungmu, tapi, kamulah yang membesarkannya, dan aku pikir kamu harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan hari ini." Ucap Kirana dengan menjenjangkan dagunya.“Ya, ya, aku akan memberi pelajaran pada gadis ini, jangan khawatir, aku akan memukulnya
"Yah, sungguh, aku akan mengabari ibu, nanti kalau urusanku sudah selesai." “Baiklah, baiklah, kamu sudah lama tidak kembali, kau tahu, ayahmu hanya pura-pura tidak peduli, padahal dia juga begitu merindukanmu, hanya saja dia lebih memilih pura pura kuat." Tawa bahagia ibu Bram.Begitu putranya mengatakan dia ingin kembali, Maria langsung bahagia sebagai seorang ibu.“Kalau begitu cepat pergi.” Maria menatap Bram dengan penuh kasih, dan seolah-olah dia tiba-tiba memikirkan sesuatu, dia segera menambahkan, “Sayangku, Ibu tahu kamu tidak akan pernah tua, jadi kalau kamu ingin berhubungan dengan seorang wanita, kamu harus berhati-hati dengan menggunakan kontrasepsi.”Maria menginstruksikan.Wajah Bram berkilat kaget, lalu mengangguk.“Kalau begitu aku pergi dulu.” Bram mengambil langkah yang panjang dan berjalan keluar pintu.Maria menghela napas lega, sangat menyenangkan membayangkan bisa berkumpul kembali sebagai keluarga setelah beberapa saat.Bram segera masuk ke Ferrari -nya dan m