Bram tidak perlu khawatir, karena dia adalah adik Caca, memperkenalkan diri mungkin lebih baik.
Baru saja Bram akan mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
Caca sudah lebih dulu memperkenalkan dirinya "ell, ini saudara iparmu."
Bram menoleh untuk melihat Caca dengan heran, Caca mencubit pinggangnya "Bukankah kamu selalu ingin melihat saudara iparmu El?"
Elang juga agak bingung, dan ketika dia mendengar Caca mengatakan itu, dia segera tersenyum, "hallo Kakak ipar!!" Sapa elang dengan semangat.
“Ah halo"
Meskipun, Bram sendiri tahu bahwa dia memang saudara iparnya.
"Kenapa kamu kembali hari ini, bukankah hari ini
“Tetapi bukankah penyakit jantung bawaan dapat diobati jika ditemukan sedini mungkin, jadi Kenapa…" Bram tidak mengerti banyak tentang obat-obatan. Tapi dia menyadari bahwa penyakit itu dapat diobati dengan pembedahan, dan setidaknya dapat memperpanjang hidup, dan jika ditemukan lebih awal pada saat kondisinya ringan, tidak akan bahaya. Caca dengan lembut menyeka air mata dari wajahnya dengan telapak tangannya. “Dia tidak seharusnya datang ke dunia ini.” Caca tertawa getir, lalu menyambar botol Bram dan meneguk anggur lagi. Mendengar ini, Bram tampak sedikit tersentuh, dan dia tertawa pahit pelan. "Di mana ada yang harus atau tidak boleh." Dia sendiri bukanlah orang yang seharusnya ada di dunia ini.
Bram menahan senyumnya ketika melihat ekspresi khawatir di wajah Caca. “Kenapa, kamu takut aku akan memintamu tidur denganku lagi?" Caca menatapnya dengan curiga dan mengalihkan pandangannya tanpa berbicara. Wajah Bram mendekat ke Caca, “apa kamu berharap aku akan memberimu syarat seperti itu? Maaf mengecewakanmu." Bram berkata dengan mimik sedih yang di buat buat. Perkataan Bram mampu membuat Caca bersemu merah. Bagaimana pria ini bisa berkata segamblang itu. "Diamlah!" Caca kesal. " Apa kau kesal?" Bram mengacak rambut Caca gemas. Caca memutar matanya jengah, sulit bicara dengan pria ini.
Naina menoleh tiba-tiba.Dia mengenakan gaun hitam sepanjang mata kaki yang membuatnya nampak semakin Ramping.Sebuah topi hitam kecil diikatkan ke kepalanya, menambahkan sentuhan main-main pada posturnya yang elegan, dan kacamata hitam tergantung di dadanya.Riasan di wajahnya ringan, tidak seperti dia di depan kamera atau di layar, yang membuatnya sedikit lebih mudah didekati.Saat dia melihat Bram, dia sedikit memiringkan kepalanya, senyum tipis di wajahnya.Pada saat itu, Ashar membisikkan sesuatu di telinga Bram, dan ketika dia melihat orang di depannya, Ashar tercengang.Bram mengangkat tangannya, "Kembalilah ke pekerjaanmu, laporkan kembali lagi nanti."
Ruang pertemuan hotel.Karena banyak kru mendiskusikan berbagai hal bersama, mengadakan pertemuan atau apa pun itu, hotel ini memiliki ruang konferensi dengan berbagai ukuran.Caca mengikuti seorang pria berjas ke ruang konferensi kecil.Saat dia mendengarkan penjelasan pria ini dari seberang ruangan selama setengah hari, Caca akhirnya sadar kembali.“Maksudmu Star King International akan mengontrakku?"Nada bicara Caca sepertinya tidak pasti, dengan banyak keraguan dan banyak ketidakpercayaan.Pria berjas itu tertawa ringan, "Nona Risa Dewi, kenapa anda masih juga bertanya?"Setelah berkata seperti itu, dia mengeluarkan kartu na
Susan secara tiba tiba mengumpulkan semua orang seolah-olah mengingat sesuatu.“Eh, tempo hari aku melihat Caca baru kembali kesini, dan di lehernya banyak cupangan.”Setelah Susan mengatakan itu, semua orang bereaksi seperti telah menyadari sesuatu.“Ya, ya, aku melihatnya memakai turtleneck dan lengan panjang, padahal udara saat itu panas. Untuk apa dia memakai baju serapat itu?”"Aku yakin, kalau Caca pasti sudah tidur dengan beberapa eksekutif senior Star King pada hari libur itu, itu sebabnya dia menandatanganinya""Aku tidak menyangka orang seperti Caca bisa melakukannya."Ketika Susan mengatakan itu, semua orang bahkan lebih yakin bahwa Caca telah tidur dengan eksekutif senior Star King International, dan itulah Kenapa dia mendapatkan kontrak.Namun, tidak ada yang perlu dicemburui, karena Star King International akan segera gulung tikar.Malam ini, Naina Xander selesai agak terlambat, dan meskipun popularitasnya turun, dia masih memiliki jadwal yang ketat dan telah bekerja ker
“Hallo sayang."Suara Yezline lembut dan menyenangkan, membuat orang lain yang mendengarkan terpikat oleh suara Yezline.Ini adalah suara yang sama sekali berbeda dari yang mengeluh sebelumnya."Yah." Ada suara laki-laki acuh tak acuh di ujung telepon."Kamu sudah lama tidak meneleponku, dan aku juga sangat lelah karena syuting, kamu juga tidak datang untuk melihatku disini."“Kudengar Caca dan kamu berada di tempat yang sama?" Levan tidak menghiraukan suara merajuk manis tadi dia langsung ke intinya.Mendengar Levan bertanya tentang Caca, Yezline tidak senang, tetapi juga menjawab dengan jujur, "Ya, dan kau tahu? dia menjadi semakin sombong sekarang, gaya hidupnya menjadi semakin menjadi.""Apa maksudmu?""Dia tidur dengan petinggi Star King untuk bisa mendapat kontrak dari Star King. benar-benar membuat malu keluarga.""Jangan berkata omong kosong!" Levan tidak percaya kata-kata seperti itu."Di mana omong kosongku? Semua orang disini tahu tentang itu, orang-orang yang tinggal di k
Ketika Caca berpapasan dengan Yezline, Caca melihat tatapan marah sekaligus dendam di mata Yezline, membuat Caca mengerti bahwa dia tidak bisa melarikan diri.Hal seperti ini pasti akan terjadi padanya sebelum namanya berhasil melambung tinggi di puncak karir.Caca menghembuskan nafas dalam dalam, dan mengepalkan tangannya. Mencoba memberi semangat pada dirinya sendiri. Caca segera berjalan menuju ke danau.Caca hanya bisa berdo'a semoga syutingnya berjalan lancar untuk hari ini.Namun Caca tidak bisa berharap banyak, karena lawan akting dia kali ini adalah Yezline.Dalam adegan ini, Yezline akan menampar Caca.Yezline berjalan ke arah , "Pak sutradara apa saya harus benar benar menampar atau hanya gimmick saja?"Begitu Asisten Sutradara menatap mata Yezline, dia mengerti apa yang dia maksud, "Tentu saja benar benar di tamparan, sebagai aktris Anda tentu harus profesional dan totalitas"Caca yang mendengar hal itu hanya terdiam, dia mengerti semua itu atas kemauan Yezline.Asisten s
Sekali lagi, Caca menenggelamkan dirinya setelah staf membawa gaun baru untuknya.Ketika Naina Xander selesai syuting di tempat lain, dia kebetulan melewati tempat Caca syuting, melihat kondisi Caca yang sudah berantakan, dia bersiap untuk mendekati mereka.Dennis asistennya segera menghentikannya, “Berhenti nona, kau bisa lihat, semua yang sutradara lakukan adalah atas perintah yezline. Lebih baik tidak ikut campur terlalu dalam tentang masalah mereka. Mengadukan semua ini pada ESSE pun akan percuma, tidak akan ada manfaatnya untuk kita."Setelah mengikuti karir Naina Xander selama ini, Dennis telah banyak melihat hal seperti ini dalam dunia entertain.Meskipun Naina adalah artis Star International, tetapi, tidak ada cara untuk menang jika berurusan dengan ESSE Internasional, akhir-akhir ini banyak aktor aktris harus belajar memihak salah satu aktor maupun aktris yang memiliki kekuatan besar dalam dunia entertain.Tapi kemudian Naina berbalik dan melepaskan tangan Dennis, bergegas m
Sebelum masuk ke dalam kamar, bahkan Bram sudah menyambar bibir Caca dengan ganas. Caca hanya diam mematung, dia tak tahu harus berbuat apa. Ini pertama kalinya, dia melakukan ini dengan suaminya tanpa kegelapan. “Buka bibirmu, Sayang!” Seru parau Bram sambil membuka pintu kamarnya dengan siku dan Caca yang masih dalam gendongannya. Caca semakin membeku, tapi perlahan bagai terhipnotis dengan wajah Bram yang semakin terlihat sensual, dia membuka bibirnya mengikuti arahan Bram dalam setiap gerakan lidahnya. Bram semakin memperdalam lumatannya hingga tak memberi Caca jeda untuk bernapas. Kini Bram sudah menurunkan Caca di tempat tidur mereka, tangan Bram tak tinggal diam, meremas salah satu dada Caca dan memilin ujung dada itu dari luar pakaian Caca. Bram semakin lihai memberi rangsangan ke tubuh Caca. Caca terus melenguh akibat ulah Bram yang memberinya rangsangan bertubi-tubi, membuat Caca tak kuasa menahannya dan ingin segera mengakhiri sesi kegiatan tersebut. “Sssh…” Bram men
Bram membawa Caca kembali ke Rainbow City dan Lina sudah terlelap dikamarnya. Sepasan suami istri tersebut duduk berhadapan di ruang tamu dengan berjarak meja kopi di depan mereka. Yang satu bersandar di sofa, satunya lagi hanya duduk diam dengan kaki erlangnya. “Ada yang ingin kau katakan?” Bram bertanya lebih dulu. “Cerai.” Caca dengan tegas bicara. Bram mencibir, “jadi kau ingin menceraikan suamimu untuk menikah lagi dengannya?” Caca mencengkram baju di lututnya, “Bukankah aku sudah mengatakan alasan kenapa aku ingin menceraikan suamiku pada Asta? Semua karena suamiku hanya menganggapku sebagai boneka s*ks nya.” Pupil mata Bram mengecil. “Aku melakukan itu agar kamu tidak selingkuh!” Ucap Bram dengan tenangnya. “Apa aku akan melakukan perselingkuhan kalau sejak awal kau memperlakukanku selayaknya bagaimana seorang suami memperlakukan seorang istrinya?” Caca berkata lagi, “Tidak usah sibuk mencari kesalahanku, lebih baik sekarang jelaskan padaku kenapa kau membohongiku, mem
Di salah satu bar. Saat Bram menyesap satu sloki minumannya, John datang terlambat. Tadi waktu Bram menelponnya, dia sudah bersiap akan tidur dan ketika menerima panggilan dari Bram, John segera menanggalkan pakaian tidurnya. John pikir, Bram mengajaknya bertemu di bar untuk mengajaknya bersenang-senang dengan seorang wanita. Tapi begitu John masuk, pemandangan yang dilihatnya adalah Bram yang sedang menenggak minumannya dengan wajah yang sangat tidak enak untuk dipandang. “Yah, katakan padaku, siapa orang disini yang berani membuat mood mu jadi hancur seperti itu!” John menjatuhkan pantatnya di sebelah tempat duduk Bram. Bram kemudian menceritakan duduk masalahnya. Setelah mendengar keseluruhan cerita, ekspresi John jadi agak rumit. “Errrr, mari kita selesaikan ini, jadi, kamu menyamar sebagai orang lain untuk mendekati wanita itu, dan akhirnya pendekatan itu berhasil, kan?” Bram menatap John penuh arti dan tidk berkata apa-apa. John segera bertepuk tangan. “Kalau begitu kamu
Bram kembali ke kamarnya. Ashar dan beberapa pengawal saling berpandangan, wajah mereka yang tadinya berseri-seri saat Bram baru keluar, tapi sekarang seperti kanebo kering. “Tuan, anda baik-baik saja?” Bram mengangkat kepalanya dengan sepasang mata yang tajam. “Batalkan rencana hari ini!” Ashar terkejut, “Tuan, tapi kenapa?” “Lakukan saja apa yang kusuruh,” geram Bram. “Baik, saya akan membatalkan semuanya.” Ashar tidak berani lagi bertanya lebih banyak dan segera berjalan keluar ruangan. Bram mengepalkan tangannya, sorot matanya memancarkan cahaya dingin yang menusuk. Di sisi lain, Caca sudah berganti pakaian, dia sudah merias dirinya dan memakai gaunnya. Gaun organza biru laut, benang yang tersulam lembut membungkus tubuhnya, tidak terlalu luar biasa, tapi jika dilihat lebih teliti, gaun itu membuat Caca seperti peri, sangat cocok. Caca tidak berhenti mengagumi gaun itu, kalau dia tidak tahu bahwa gaun itu adalah gaun KW dari Asta, dia pasti akan menyangka gaun itu adalah
Caca mencengkram ponselnya dengan erat. Kenapa harus seperti itu, kenapa suaminya harus pura-pura menjadi orang lain di hadapannya? Kepala Caca dipenuhi dengan pertanyaan tak terhitung jumlahnya. Siapa dia sebenarnya? Caca melihat ke arah kerumunan lagi dan menemukan kalau orang-orang itu sudah masuk ke dalam salah satu kamar, menyisakan dua orang untuk berjaga di depan pintu. Caca mengumpulkan keberaniannya dan mendekat. Kedua penjaga di depan pintu tidak mengenal Caca dan terlihat tidak perduli saat Caca berjalan mendekat. “Permisi, boleh saya tahu siapa yang ada di ruangan ini?” Kedua penjaga itu saling memandang. “Ada perlu apa, Nona?” Salah satunya bertanya. “Tidak apa-apa, saya hanya melihat seorang pria tampan disini tadi dan ingin tanya saja.” Caca tersenyum kecil. “Asal anda tahu, di dalam adalah orang penting. Bramasta Moses. Cari tahu sendiri saja siapa dia di internet!” Pengawal itu juga tampak sombong. Sebagai pengawal seorang Bramasta Moses, tentu saja suatu
Bagaimana ini, Susi pasti sudah menghabiskan banyak uang untuk memesan gaun ini. Caca sendiri tidak tahu apakah noda merah dari minuman berkarbonasi bisa dihilangkan dalam semalam. Dia hanya berjalan menyusuri lorong hotel, memikirkan kemana harus mencari bantuan, atau setidaknya pinjaman untuk gaun yang akan dipakainya besok. Tiba-tiba, sosok pria muncul di benaknya, Asta. “Hei, Asta, apa kamu sudah tidur?” “Belum, kenapa?” Bagi Bram tidak ada hari tanpa bekerja, dia sudah terbiasa masih bekerja hingga dini hari, jadi dia pasti belum tidur. “Begini, aku ingin minta bantuanmu.” “Bantuan apa? Katakan!” “Gaun KW super yang kamu berikan padaku di acara pertunangan Yezline dulu itu. Bisa tidak, kamu carikan untukku dengan model berbeda? Aku dalam keadaan darurat.” Padahal gaun yang Bram dulu berikan pada Caca adalah asli, bukan KW. “Untuk apa memangnya?” Tanya Bram. “Ceritanya panjang. Jadi besok aku harus menghadiri acara Golden Award, tapi barusan gaunku rusak. Aku bingung dim
“Ashar, cari tahu siapa saja yang masuk dalam nominasi Aktris Pendukung Terbaik tahun ini!” Dari sebelum Bram memerintahkan untuk itu, rupanya Ashar sudah mengantongi semua data yang Bram minta. “Saya sudah memiliki rincian datanya, Tuan. Dan kandidat terkuat untuk nominasi itu adalah Yezline Hendarmo. ESSE Internasional sudah membuat pelobian. Jadi besar kemungkinan, kalau pemenang nominasi itu adalah Yezline.” Mendengar itu alis Bram merajut. “Tapi jangan khawatir, Tuan. Jika anda mau, kita bisa dengan mudah mengambil posisi itu. Bukan hal yang sulit untuk menjadikan nona muda pemenang. Hanya saja…” “Hanya saja apa?” “Susi, manajer nona muda, berpikir kalau tidak akan baik bagi nona muda untuk memenangkan penghargaan apapun di tahun ini.” “Kenapa?” “Karena, di film nona yang pertama, nona hanya berperan sebagai tokoh wanita ketiga. Jika nona memenangkan nominasi itu tahun ini, maka media pasti akan dibuat heboh dan lebih mudah bagi mereka untuk menggoreng berita tersebut. Sem
Ruangan Presdir Mcoal Indonesia. Bram sedang sibuk berbahagia di mejanya, suasana hatinya sedang sangat baik hari ini, ditambah lagi setoples kue kering di mejanya yang selalu ia pandangi dari waktu ke waktu sambil tersenyum sendirian. Dikejutkan dengan bunyi telepon di mejanya yang tiba-tiba berbunyi, suara Ashar datang dari ujung ponsel Bram. “Pak Bram, Pak John ada disini.” “Suruh dia masuk.” “Baik.” Setelah beberapa saat, si John dengan angkuhnya masuk ke ruangan Bram, sambil berkata, “Tuan Bramasta Moses, satu pertanyaan penting untuk anda. Kenapa anda sulit sekali ditemui sudah seperti artis papan atas.” John menatap ke arah Bram dan dengan segera menemukan setoples kue di meja Bram, dengan cepat John melangkahkan kakinya mendekat. Tepat ketika John ingin meraih kue itu, Bram segera dengan cepat menggeser toplesnya dan tangan John langsung hampa. “Oh, jadi begitu, sekarang kue saja tidak boleh kusentuh?” Pekik John “Kamu tidak boleh makan kue ini!” “Kenapa tidak boleh
Gerak cepat Ashar tidak perlu diragukan lagi, dalam sekejap dia sudah mengantongi nomor kamar Caca dan membawa Bram malam itu juga pada Caca. Hingga malam syuting masih berlangsung, tapi scene untuk Caca sudah berakhir. Hotel tempat dimana Caca menginap sekarang benar-benar sepi. “Tunggu aku di mobil.” Bram memberi perintah, turun dari mobil dengan kaki panjangnya dan langsung menuju lantai enam hotel. Lantai enam adalah tempat suite terbaik di hotel ini, semua pemain penting tinggal di lantai ini. Sekarang sudah sangat malam, sebagian besar orang pasti sudah beristirahat setelah seharian disibukkan dengan sepanjang hari. Bram menaiki lift dan pintu perlahan terbuka. Ini adalah pertama kalinya Bram datang ke hotel ini, jelas dia tidak tahu struktur pasti hotel ini, tapi menurut penyelidikan Ashar, Caca tinggal di kamar nomor 621. Setelah Bram keluar dari lift, dia hanya berdiri di depan lift. Masih mencari pintu kamar dengan nomor 621. Sampai akhirnya dia menyadari kalau kamar