Sekali lagi, Caca menenggelamkan dirinya setelah staf membawa gaun baru untuknya.Ketika Naina Xander selesai syuting di tempat lain, dia kebetulan melewati tempat Caca syuting, melihat kondisi Caca yang sudah berantakan, dia bersiap untuk mendekati mereka.Dennis asistennya segera menghentikannya, “Berhenti nona, kau bisa lihat, semua yang sutradara lakukan adalah atas perintah yezline. Lebih baik tidak ikut campur terlalu dalam tentang masalah mereka. Mengadukan semua ini pada ESSE pun akan percuma, tidak akan ada manfaatnya untuk kita."Setelah mengikuti karir Naina Xander selama ini, Dennis telah banyak melihat hal seperti ini dalam dunia entertain.Meskipun Naina adalah artis Star International, tetapi, tidak ada cara untuk menang jika berurusan dengan ESSE Internasional, akhir-akhir ini banyak aktor aktris harus belajar memihak salah satu aktor maupun aktris yang memiliki kekuatan besar dalam dunia entertain.Tapi kemudian Naina berbalik dan melepaskan tangan Dennis, bergegas m
Lina mematikan saklar listrik rumah itu. Ruangan itu kembali gelap.Saat Bram membuka pintu kamar, ia hanya mendengar dengkuran nafas Caca. "Aku senang bisa tidur denganmu lagi." Dia tidak sabar untuk berada di atas tubuh Caca, dengan langkah semangat ia segera menyibakkan selimut di tubuh Caca.Caca tidak bersuara, biasanya ketika dia mengangkat selimut, dia akan mengerang kedinginan bahkan jika dia tertidur, tetapi hari ini tidak ada reaksi. Bram tidak terlalu memikirkan hal itu, ia segera mendekatkan dirinya untuk mencium bibir Caca. Tepat ketika bibirnya menyentuh bibir Caca, Bram terkejut. Ini terlalu panas.Dia tanpa sadar meletakkan tangannya di dahi Caca, itu sangat panas untuk ukuran suhu tubuh. “Ca! Caca! ” Bram mengguncang tubuh Caca, tapi tidak ada reaksi apapun. Ah, sial!Bram menggendong Caca secara bridal style dan hendak pergi keluar ketika dia mengingat sesuatu, mengambil kain besar secara acak dari lemari dan membungkusnya di sekitar Caca. Lina mendengar lang
"Tunggu! Kalian mau kemana?" Bram tiba-tiba membentak lagi. Para perawat segera menghentikan langkah mereka. "Kalian mengatakan wajahnya bengkak, kenapa tidak memberikan obat terlebih dahulu?" Para perawat saling menatap satu sama lain, hingga salah satu perawat dengan kepala tertunduk, melangkah mendekat ke arah Bram, dan memberikan salep luka di tangannya. Bram mengambil salep itu, "Bagaimana cara pemakaiannya?" "Cu-cukup mengoleskan salep pa-da ba-ba-gian yang bengkak dan memar. Tidak ada obat khusus untuk hal semacam ini, salep ini akan membantu merevitalisasi darah dan menghilangkan memarnya." Ucap perawat tersebut dengan terbata bata. Bram mengangguk angguk paham. "Baiklah, kau boleh pergi." Perawat kecil itu berlari kecil melarikan diri. Bram mengambil salep di ujung jarinya dan duduk di tepi tempat tidur, dengan lembut mengoleskan salep tersebut, pada ujung bibir Caca yang memar, dan pada pipi yang nampak bengkak dan merah. Caca berjengit tanpa sadar, dan Bram men
Ashar menarik napas dalam-dalam dan berkata "Asisten sutradara tim sengaja mempersulit istri anda Tuan, mereka sedang melakukan adegan di sungai, tetapi dia memintanya untuk melakukannya berulang kali."Tentu saja, Ashar tidak dapat mengetahui bahwa Yezline lah di balik semua kejadian ini, lagi pula, tidak ada yang melihat atau mendengar Yezline dan asisten sutradara itu membahas hal ini. Paling-paling, orang berpikir bahwa asisten sutradara sengaja mempersulit Caca untuk menjilat Yezline.Bram sedikit mengangguk, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya hanya ekspresi datar dan tegas yang terlihat. "Baiklah."Ashar melihat wajah gelap Bram. Dia telah mengikutinya selama bertahun-tahun. Dan ini adalah pertama kalinya Ashar melihatnya menunjukkan wajah marah hanya karena wanita. "Aku yakin Kau tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, dengan cara ospek kuno ini."Ashar menganggukkan kepalanya, "Oke, saya akan segera melakukannya, juga, karena periode fisiologis istri anda, me
"Iya suami anda."Perawat kecil itu memandang Caca dengan rasa curiga. Meskipun mereka semua telah diperingatkan dengan keras bahwa mereka tidak boleh memberi tahu Caca tentang Bram, tapi, kan masih boleh mengatakan "Suami".Hanya saja, jangan katakan bahwa suaminya adalah seorang pengusaha muda yang gagah dan sukses. Bramasta Moses. “Suamiku ada di sini?”“Ya dia berada di samping tempat tidur anda selama tiga hari tiga malam, anda tidak tahu? Anda mengalami demam tinggi hingga empat puluh derajat, suhu tubuh tertinggi adalah empat puluh derajat, dan kalau saja sampai terlambat dibawa ke rumah sakit saya rasa otak anda akan terbakar habis, Anda jadi tidak bisa mendengar cerita, suami Anda yang begitu panik dengan keadaan anda.”“Tidak panik, Mungkin dia sedang terburu-buru saja,” Caca langsung meletakkan sendoknya.“Dia panik Nona, sampai akan memarahi para dokter sini, saya disuruh untuk mengawasi Anda setiap hari, suami anda selalu memeluk anda saat tidur di malam hari, saya sampa
Naina tidak tahu, apakah itu karena dia terlalu memikirkan hal tersebut. Tetapi Naina berpikir semua perkataan Dennis terasa ada benarnya. Kalung ruby itu, dia bisa menilai kalau itu pasti kualitas terbaik, harganya mungkin 10% lebih mahal daripada kalung batu akik merahnya, kalung rubi ini sangat langka di pasaran.Hadiah untuk selamat bergabung semahal itu, tidak mungkin diberikan pada seseorang seperti Caca. Dennis mengerti bahwa nonanya sedang memikirkan ucapannya "Sudahlah nona, jangan terlalu dipikirkan, lagipula Caca tidak mempunyai peran penting di industri ini, lalu bagaimana mungkin seorang Bramasta Moses memiliki hubungan dengannya?" Naina berbalik menatap asistennya tersebut, "benar, mana mungkin Moses punya hubungan dengan perempuan sepertinya." Setelah bertahun tahun dia mengenal seorang Bramasta Moses, dia juga menyadari Bram adalah orang yang jarang berinteraksi dengan dunia luar, karena identitas khususnya, dia tidak akan sembarangan berinteraksi dengan orang luar
"Seperti apa pria yang tidur denganmu terakhir kali?" "Hahaha." semua gadis tertawa. Ini adalah pertanyaan yang bagus, semua orang mengatakan bahwa Caca Tidur dengan petinggi Star King, sekarang Caca Pasti akan mengaku! Jawaban dari Caca, akan membuat mereka dapat mengetahui eksekutif puncak Star King mana yang telah tidur dengannya? Pipi Caca Memerah. Lebih tepatnya, Caca memerahkan pipinya karena amarah. Akhirnya, setelah lama bermain Dan dia selalu lolos dari pertanyaan pertanyaan itu, inilah saatnya dia ikut bermain dalam hal ini. gadis-gadis yang baru saja tertawa, melihat wajah Caca Yang memerah, sekarang mulai menahan tawa mereka, menciptakan suasanasunyi dan mendengarkan dengan tenang kata-kata caca. Pada titik ini Caca akan bersikap tenang. Meskipun dia malu, dia akan mengatakannya. Caca Menegakkan duduknya dan dengan sikap tenang menjawab, "Tingginya 1,85 meter, rambut rapi, dengan otot yang sangat kuat, dan bekas luka di pinggangnya." Saat dia mengucapkan kalimat
Mendengar suara ini, Caca merasa bulu kuduknya berdiribisakah dia tidak berlaku seperti itu? Cara Membalikkan badan dan memang melihat wajah Yezline dengan senyuman yang tidak berbahaya.“Tenanglah Yezline, tidak ada orang lain di sini, tidak perlu berteriak kepadaku, dan jangan panggil aku kakak, itu membuatku jijik."Karena tidak ada siapa-siapa, dan tidak perlu di sangkut pautkan dengan yang sudah terjadi. Bram segera turun dari mobil saat melihat pertarungan ini, dan meraih bahu caca, yang membuat yezline sedikit kaget. Caca melirik Bram dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?" "Apa kamu suka kejutanku ini?" Tanya Bram dengan senyum usil. "Pergilah." Ucap Caca dengan memutar matanya jengah. Yezline melihat Bram mengerucutkan bibirnya lalu tersenyum, pria tampan ini, ya! dia ingat, dia adalah orang yang ditemui saat di kampus waktu itu. “Kakak, ini pacarmu kan? Aku bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan diri terakhir kali, aku bertanya-tanya apa pekerjaannya
Sebelum masuk ke dalam kamar, bahkan Bram sudah menyambar bibir Caca dengan ganas. Caca hanya diam mematung, dia tak tahu harus berbuat apa. Ini pertama kalinya, dia melakukan ini dengan suaminya tanpa kegelapan. “Buka bibirmu, Sayang!” Seru parau Bram sambil membuka pintu kamarnya dengan siku dan Caca yang masih dalam gendongannya. Caca semakin membeku, tapi perlahan bagai terhipnotis dengan wajah Bram yang semakin terlihat sensual, dia membuka bibirnya mengikuti arahan Bram dalam setiap gerakan lidahnya. Bram semakin memperdalam lumatannya hingga tak memberi Caca jeda untuk bernapas. Kini Bram sudah menurunkan Caca di tempat tidur mereka, tangan Bram tak tinggal diam, meremas salah satu dada Caca dan memilin ujung dada itu dari luar pakaian Caca. Bram semakin lihai memberi rangsangan ke tubuh Caca. Caca terus melenguh akibat ulah Bram yang memberinya rangsangan bertubi-tubi, membuat Caca tak kuasa menahannya dan ingin segera mengakhiri sesi kegiatan tersebut. “Sssh…” Bram men
Bram membawa Caca kembali ke Rainbow City dan Lina sudah terlelap dikamarnya. Sepasan suami istri tersebut duduk berhadapan di ruang tamu dengan berjarak meja kopi di depan mereka. Yang satu bersandar di sofa, satunya lagi hanya duduk diam dengan kaki erlangnya. “Ada yang ingin kau katakan?” Bram bertanya lebih dulu. “Cerai.” Caca dengan tegas bicara. Bram mencibir, “jadi kau ingin menceraikan suamimu untuk menikah lagi dengannya?” Caca mencengkram baju di lututnya, “Bukankah aku sudah mengatakan alasan kenapa aku ingin menceraikan suamiku pada Asta? Semua karena suamiku hanya menganggapku sebagai boneka s*ks nya.” Pupil mata Bram mengecil. “Aku melakukan itu agar kamu tidak selingkuh!” Ucap Bram dengan tenangnya. “Apa aku akan melakukan perselingkuhan kalau sejak awal kau memperlakukanku selayaknya bagaimana seorang suami memperlakukan seorang istrinya?” Caca berkata lagi, “Tidak usah sibuk mencari kesalahanku, lebih baik sekarang jelaskan padaku kenapa kau membohongiku, mem
Di salah satu bar. Saat Bram menyesap satu sloki minumannya, John datang terlambat. Tadi waktu Bram menelponnya, dia sudah bersiap akan tidur dan ketika menerima panggilan dari Bram, John segera menanggalkan pakaian tidurnya. John pikir, Bram mengajaknya bertemu di bar untuk mengajaknya bersenang-senang dengan seorang wanita. Tapi begitu John masuk, pemandangan yang dilihatnya adalah Bram yang sedang menenggak minumannya dengan wajah yang sangat tidak enak untuk dipandang. “Yah, katakan padaku, siapa orang disini yang berani membuat mood mu jadi hancur seperti itu!” John menjatuhkan pantatnya di sebelah tempat duduk Bram. Bram kemudian menceritakan duduk masalahnya. Setelah mendengar keseluruhan cerita, ekspresi John jadi agak rumit. “Errrr, mari kita selesaikan ini, jadi, kamu menyamar sebagai orang lain untuk mendekati wanita itu, dan akhirnya pendekatan itu berhasil, kan?” Bram menatap John penuh arti dan tidk berkata apa-apa. John segera bertepuk tangan. “Kalau begitu kamu
Bram kembali ke kamarnya. Ashar dan beberapa pengawal saling berpandangan, wajah mereka yang tadinya berseri-seri saat Bram baru keluar, tapi sekarang seperti kanebo kering. “Tuan, anda baik-baik saja?” Bram mengangkat kepalanya dengan sepasang mata yang tajam. “Batalkan rencana hari ini!” Ashar terkejut, “Tuan, tapi kenapa?” “Lakukan saja apa yang kusuruh,” geram Bram. “Baik, saya akan membatalkan semuanya.” Ashar tidak berani lagi bertanya lebih banyak dan segera berjalan keluar ruangan. Bram mengepalkan tangannya, sorot matanya memancarkan cahaya dingin yang menusuk. Di sisi lain, Caca sudah berganti pakaian, dia sudah merias dirinya dan memakai gaunnya. Gaun organza biru laut, benang yang tersulam lembut membungkus tubuhnya, tidak terlalu luar biasa, tapi jika dilihat lebih teliti, gaun itu membuat Caca seperti peri, sangat cocok. Caca tidak berhenti mengagumi gaun itu, kalau dia tidak tahu bahwa gaun itu adalah gaun KW dari Asta, dia pasti akan menyangka gaun itu adalah
Caca mencengkram ponselnya dengan erat. Kenapa harus seperti itu, kenapa suaminya harus pura-pura menjadi orang lain di hadapannya? Kepala Caca dipenuhi dengan pertanyaan tak terhitung jumlahnya. Siapa dia sebenarnya? Caca melihat ke arah kerumunan lagi dan menemukan kalau orang-orang itu sudah masuk ke dalam salah satu kamar, menyisakan dua orang untuk berjaga di depan pintu. Caca mengumpulkan keberaniannya dan mendekat. Kedua penjaga di depan pintu tidak mengenal Caca dan terlihat tidak perduli saat Caca berjalan mendekat. “Permisi, boleh saya tahu siapa yang ada di ruangan ini?” Kedua penjaga itu saling memandang. “Ada perlu apa, Nona?” Salah satunya bertanya. “Tidak apa-apa, saya hanya melihat seorang pria tampan disini tadi dan ingin tanya saja.” Caca tersenyum kecil. “Asal anda tahu, di dalam adalah orang penting. Bramasta Moses. Cari tahu sendiri saja siapa dia di internet!” Pengawal itu juga tampak sombong. Sebagai pengawal seorang Bramasta Moses, tentu saja suatu
Bagaimana ini, Susi pasti sudah menghabiskan banyak uang untuk memesan gaun ini. Caca sendiri tidak tahu apakah noda merah dari minuman berkarbonasi bisa dihilangkan dalam semalam. Dia hanya berjalan menyusuri lorong hotel, memikirkan kemana harus mencari bantuan, atau setidaknya pinjaman untuk gaun yang akan dipakainya besok. Tiba-tiba, sosok pria muncul di benaknya, Asta. “Hei, Asta, apa kamu sudah tidur?” “Belum, kenapa?” Bagi Bram tidak ada hari tanpa bekerja, dia sudah terbiasa masih bekerja hingga dini hari, jadi dia pasti belum tidur. “Begini, aku ingin minta bantuanmu.” “Bantuan apa? Katakan!” “Gaun KW super yang kamu berikan padaku di acara pertunangan Yezline dulu itu. Bisa tidak, kamu carikan untukku dengan model berbeda? Aku dalam keadaan darurat.” Padahal gaun yang Bram dulu berikan pada Caca adalah asli, bukan KW. “Untuk apa memangnya?” Tanya Bram. “Ceritanya panjang. Jadi besok aku harus menghadiri acara Golden Award, tapi barusan gaunku rusak. Aku bingung dim
“Ashar, cari tahu siapa saja yang masuk dalam nominasi Aktris Pendukung Terbaik tahun ini!” Dari sebelum Bram memerintahkan untuk itu, rupanya Ashar sudah mengantongi semua data yang Bram minta. “Saya sudah memiliki rincian datanya, Tuan. Dan kandidat terkuat untuk nominasi itu adalah Yezline Hendarmo. ESSE Internasional sudah membuat pelobian. Jadi besar kemungkinan, kalau pemenang nominasi itu adalah Yezline.” Mendengar itu alis Bram merajut. “Tapi jangan khawatir, Tuan. Jika anda mau, kita bisa dengan mudah mengambil posisi itu. Bukan hal yang sulit untuk menjadikan nona muda pemenang. Hanya saja…” “Hanya saja apa?” “Susi, manajer nona muda, berpikir kalau tidak akan baik bagi nona muda untuk memenangkan penghargaan apapun di tahun ini.” “Kenapa?” “Karena, di film nona yang pertama, nona hanya berperan sebagai tokoh wanita ketiga. Jika nona memenangkan nominasi itu tahun ini, maka media pasti akan dibuat heboh dan lebih mudah bagi mereka untuk menggoreng berita tersebut. Sem
Ruangan Presdir Mcoal Indonesia. Bram sedang sibuk berbahagia di mejanya, suasana hatinya sedang sangat baik hari ini, ditambah lagi setoples kue kering di mejanya yang selalu ia pandangi dari waktu ke waktu sambil tersenyum sendirian. Dikejutkan dengan bunyi telepon di mejanya yang tiba-tiba berbunyi, suara Ashar datang dari ujung ponsel Bram. “Pak Bram, Pak John ada disini.” “Suruh dia masuk.” “Baik.” Setelah beberapa saat, si John dengan angkuhnya masuk ke ruangan Bram, sambil berkata, “Tuan Bramasta Moses, satu pertanyaan penting untuk anda. Kenapa anda sulit sekali ditemui sudah seperti artis papan atas.” John menatap ke arah Bram dan dengan segera menemukan setoples kue di meja Bram, dengan cepat John melangkahkan kakinya mendekat. Tepat ketika John ingin meraih kue itu, Bram segera dengan cepat menggeser toplesnya dan tangan John langsung hampa. “Oh, jadi begitu, sekarang kue saja tidak boleh kusentuh?” Pekik John “Kamu tidak boleh makan kue ini!” “Kenapa tidak boleh
Gerak cepat Ashar tidak perlu diragukan lagi, dalam sekejap dia sudah mengantongi nomor kamar Caca dan membawa Bram malam itu juga pada Caca. Hingga malam syuting masih berlangsung, tapi scene untuk Caca sudah berakhir. Hotel tempat dimana Caca menginap sekarang benar-benar sepi. “Tunggu aku di mobil.” Bram memberi perintah, turun dari mobil dengan kaki panjangnya dan langsung menuju lantai enam hotel. Lantai enam adalah tempat suite terbaik di hotel ini, semua pemain penting tinggal di lantai ini. Sekarang sudah sangat malam, sebagian besar orang pasti sudah beristirahat setelah seharian disibukkan dengan sepanjang hari. Bram menaiki lift dan pintu perlahan terbuka. Ini adalah pertama kalinya Bram datang ke hotel ini, jelas dia tidak tahu struktur pasti hotel ini, tapi menurut penyelidikan Ashar, Caca tinggal di kamar nomor 621. Setelah Bram keluar dari lift, dia hanya berdiri di depan lift. Masih mencari pintu kamar dengan nomor 621. Sampai akhirnya dia menyadari kalau kamar