Naina tidak tahu, apakah itu karena dia terlalu memikirkan hal tersebut. Tetapi Naina berpikir semua perkataan Dennis terasa ada benarnya. Kalung ruby itu, dia bisa menilai kalau itu pasti kualitas terbaik, harganya mungkin 10% lebih mahal daripada kalung batu akik merahnya, kalung rubi ini sangat langka di pasaran.Hadiah untuk selamat bergabung semahal itu, tidak mungkin diberikan pada seseorang seperti Caca. Dennis mengerti bahwa nonanya sedang memikirkan ucapannya "Sudahlah nona, jangan terlalu dipikirkan, lagipula Caca tidak mempunyai peran penting di industri ini, lalu bagaimana mungkin seorang Bramasta Moses memiliki hubungan dengannya?" Naina berbalik menatap asistennya tersebut, "benar, mana mungkin Moses punya hubungan dengan perempuan sepertinya." Setelah bertahun tahun dia mengenal seorang Bramasta Moses, dia juga menyadari Bram adalah orang yang jarang berinteraksi dengan dunia luar, karena identitas khususnya, dia tidak akan sembarangan berinteraksi dengan orang luar
"Seperti apa pria yang tidur denganmu terakhir kali?" "Hahaha." semua gadis tertawa. Ini adalah pertanyaan yang bagus, semua orang mengatakan bahwa Caca Tidur dengan petinggi Star King, sekarang Caca Pasti akan mengaku! Jawaban dari Caca, akan membuat mereka dapat mengetahui eksekutif puncak Star King mana yang telah tidur dengannya? Pipi Caca Memerah. Lebih tepatnya, Caca memerahkan pipinya karena amarah. Akhirnya, setelah lama bermain Dan dia selalu lolos dari pertanyaan pertanyaan itu, inilah saatnya dia ikut bermain dalam hal ini. gadis-gadis yang baru saja tertawa, melihat wajah Caca Yang memerah, sekarang mulai menahan tawa mereka, menciptakan suasanasunyi dan mendengarkan dengan tenang kata-kata caca. Pada titik ini Caca akan bersikap tenang. Meskipun dia malu, dia akan mengatakannya. Caca Menegakkan duduknya dan dengan sikap tenang menjawab, "Tingginya 1,85 meter, rambut rapi, dengan otot yang sangat kuat, dan bekas luka di pinggangnya." Saat dia mengucapkan kalimat
Mendengar suara ini, Caca merasa bulu kuduknya berdiribisakah dia tidak berlaku seperti itu? Cara Membalikkan badan dan memang melihat wajah Yezline dengan senyuman yang tidak berbahaya.“Tenanglah Yezline, tidak ada orang lain di sini, tidak perlu berteriak kepadaku, dan jangan panggil aku kakak, itu membuatku jijik."Karena tidak ada siapa-siapa, dan tidak perlu di sangkut pautkan dengan yang sudah terjadi. Bram segera turun dari mobil saat melihat pertarungan ini, dan meraih bahu caca, yang membuat yezline sedikit kaget. Caca melirik Bram dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?" "Apa kamu suka kejutanku ini?" Tanya Bram dengan senyum usil. "Pergilah." Ucap Caca dengan memutar matanya jengah. Yezline melihat Bram mengerucutkan bibirnya lalu tersenyum, pria tampan ini, ya! dia ingat, dia adalah orang yang ditemui saat di kampus waktu itu. “Kakak, ini pacarmu kan? Aku bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan diri terakhir kali, aku bertanya-tanya apa pekerjaannya
Setelah berteriak, ponsel Bram baru berdenting. Benar-benar berdenting keras. Oh tidak, Caca menoleh kepadanya dan sumber suara. Yah secara naluri manusia memang akan melihat sumber suara yang dia dengar. Ini tidak boleh terbongkar sekarang, Bram masih harus melanjutkan misinya.CitttttttttTtttTt!! Tiba-tiba Bram mengerem mobilnya secara mendadak. Caca yang belum siap terhuyung ke depan. Syukurlah dia memakai seat belt dengan benar. Jika tidak, dia pasti sudah celaka."Kenapa? Apa kamu sakit?" Bram memandang Caca dan mengatakan hal yang paling memalukan baginya: "Perutku tiba-tiba sakit. Aku harus pergi ke kamar mandi."Setelah mengatakan itu, Bram dengan cepat menyambar ponselnya dan keluar dari mobil dengan kecepatan kilat.Caca memperhatikan saat dia dengan cepat menghilang dari penglihatannya."Aneh, sakit perut bawa ponsel," Caca menggelengkan kepalanya, jantung kecilnya sendiri masih berdebar karena terkejut. Sepertinya Dia harus lebih berhati-hati kalau mau naik mobil ini, b
Caca bingung, mengapa akhir akhir ini sangat banyak orang yang tidak tahu malu. Setelah berbohong padanya, Lina bahkan meminta imbalan atas apa yang sama sekali tidak pernah dia lakukan. Caca membatalkan bonus untuk Lina."Kamu sudah berjanji waktu itu akan memberiku bonus, karena aku merawatmu dengan baik." Caca memutar matanya jengah. Apa semua kebohongan itu tetap akan dilanjutkan, andai Caca tidak tahu kebenarannya? Pasti dia akan terus merasa berhutang Budi pada Lina."Tidak jadi." Lina mendengus kesal."Apa? Kamu mengingkari janjimu?" Lina berkata marah dengan menaruh kedua tangannya pada pinggangnya. Seolah olah dia adalah nyonya besar rumah ini, yang sedang memarahi pembantunya. "Ya. Aku tidak akan memberimu sepeserpun. Paham?" Caca berkata acuh tak acuh dengan menyisir rambutnya pelan."Baiklah, aku akan memberitahukan perlakuanmu pada tuan." Ancam lina."Yah, silahkan, katakan apapun yang Kamu mau. KALAU BISA!" perkataan Caca dengan di akhiri senyum miring. "Kamu!" Lina
Itu adalah malam yang ditakdirkan untuk menjadi menawan dan indah bagi mereka.Bram belum pernah mengalami malam yang benar-benar memuaskan, sejak pertama kali dia melakukan dengan Caca sebagai suaminya.Jadi, dia ingin malam ini menjadi malam yang luar biasa.Lagi dan lagi dan lagi.Tubuh kecil Caca sangat pas untuk dia kukung dalam gairahnya. "Aku harus melaksanakan sidang skripsi besok, jam sembilan, jadi aku tidak boleh terlambat, segera mulai dan akhiri dengan cepat!" Gumaman Caca, dengan engahan nafas hangatnya, membuat Bram benar-benar tidak bisa menahan diri lagi. Bram segera melepas baju tidur Caca dan dia juga melepas kemejanya. Dibaringkannya tubuh Caca, dan mulai menyapukan bibir serta lidahnya pada tubuh Caca, mulai dari kening, hidung, bibir, tulang selangka Caca yang nampak menonjol, hingga tepat berada di dada kecil padat Caca. Bram menyapukan lidahnya pada ujung dada Caca yang sudah menonjol. Caca yang merasakan sapuan lidah Bram mengangkat dadanya naik. Jari-jari
Semua orang di jalanan melihat ke arah Caca. Bagaimana tidak, pakaian formal dengan tas di bahu kirinya. Namun, rambutnya yang acak-acakan serta wajahnya yang pucat, serta sepatu heels berwarna hitam yang ia tenteng di tangan sebelah kanan, membuatnya terlihat seperti orang depresi karena tadi ia harus berlari dari rumah hingga halte depan komplek.Setelah dia sampai, Caca segera keluar dari komplek Rainbow City dan menunggu taksi lewat.Tidak boleh terlambat.Dia tidak boleh terlambat.Tapi dia sudah terlambat sekarang.Semua pikiran buruk ada di kepalanya.Kampusnya sangat mementingkan nilai akhir yang sempurna. Tidak seperti perguruan tinggi seni lainnya, begitu terkenal dan dikontrak oleh perusahaan, maka bisa lulus dengan mudah.Namun, Kampus Caca, yang selama ini dikenal ketat, tidak akan pernah mentolerir hal-hal seperti itu.Pernah ada seorang bintang yang sudah menjadi hits saat kelulusan, dia tidak bisa menyelesaikan skripsinya dan tidak muncul untuk sidang akhir kelulusann
Bram yang mendapat tatapan tajam dari Caca mendengus."Apa lagi? Itu memang seharusnya aku berikan pada klienku. Tapi dia berhalangan hadir, karena dia harus pulang ke negaranya, jadi daripada terbuang sia-sia lebih baik kamu pakai." Caca masih terus menatap tajam Bram."Kenapa Kamu terus melihatku seperti itu, apakah aku terlalu tampan untuk Kamu lewatkan?" Tanya Bram dengan tingkat kepedean setinggi planet mars."Benarkah ini sebuah kebetulan. Bukan karena Kamu sengaja membelikan ku untuk percobaan penyuapan." Caca tidak terlalu percaya dengan sebuah kebetulan."Dih. Untuk apa? " Jawab Bram mendengus geli: "Lagipula, gaun itu tidak terlalu berharga, dan harganya pun juga tidak mahal. Karena gaun itu barang tiruan. Tapi tenang, itu barang tiruan yang kualitasnya juga bagus kok, jadi aman!" Hati Caca masih merasa hangat, setelah kejadian tadi siang. Kenapa pria ini, sangat baik padanya. Ingin dia mengucapkan terimakasih atas apa yang telah dia lakukan padanya. Tapi, karena Caca ju
Sebelum masuk ke dalam kamar, bahkan Bram sudah menyambar bibir Caca dengan ganas. Caca hanya diam mematung, dia tak tahu harus berbuat apa. Ini pertama kalinya, dia melakukan ini dengan suaminya tanpa kegelapan. “Buka bibirmu, Sayang!” Seru parau Bram sambil membuka pintu kamarnya dengan siku dan Caca yang masih dalam gendongannya. Caca semakin membeku, tapi perlahan bagai terhipnotis dengan wajah Bram yang semakin terlihat sensual, dia membuka bibirnya mengikuti arahan Bram dalam setiap gerakan lidahnya. Bram semakin memperdalam lumatannya hingga tak memberi Caca jeda untuk bernapas. Kini Bram sudah menurunkan Caca di tempat tidur mereka, tangan Bram tak tinggal diam, meremas salah satu dada Caca dan memilin ujung dada itu dari luar pakaian Caca. Bram semakin lihai memberi rangsangan ke tubuh Caca. Caca terus melenguh akibat ulah Bram yang memberinya rangsangan bertubi-tubi, membuat Caca tak kuasa menahannya dan ingin segera mengakhiri sesi kegiatan tersebut. “Sssh…” Bram men
Bram membawa Caca kembali ke Rainbow City dan Lina sudah terlelap dikamarnya. Sepasan suami istri tersebut duduk berhadapan di ruang tamu dengan berjarak meja kopi di depan mereka. Yang satu bersandar di sofa, satunya lagi hanya duduk diam dengan kaki erlangnya. “Ada yang ingin kau katakan?” Bram bertanya lebih dulu. “Cerai.” Caca dengan tegas bicara. Bram mencibir, “jadi kau ingin menceraikan suamimu untuk menikah lagi dengannya?” Caca mencengkram baju di lututnya, “Bukankah aku sudah mengatakan alasan kenapa aku ingin menceraikan suamiku pada Asta? Semua karena suamiku hanya menganggapku sebagai boneka s*ks nya.” Pupil mata Bram mengecil. “Aku melakukan itu agar kamu tidak selingkuh!” Ucap Bram dengan tenangnya. “Apa aku akan melakukan perselingkuhan kalau sejak awal kau memperlakukanku selayaknya bagaimana seorang suami memperlakukan seorang istrinya?” Caca berkata lagi, “Tidak usah sibuk mencari kesalahanku, lebih baik sekarang jelaskan padaku kenapa kau membohongiku, mem
Di salah satu bar. Saat Bram menyesap satu sloki minumannya, John datang terlambat. Tadi waktu Bram menelponnya, dia sudah bersiap akan tidur dan ketika menerima panggilan dari Bram, John segera menanggalkan pakaian tidurnya. John pikir, Bram mengajaknya bertemu di bar untuk mengajaknya bersenang-senang dengan seorang wanita. Tapi begitu John masuk, pemandangan yang dilihatnya adalah Bram yang sedang menenggak minumannya dengan wajah yang sangat tidak enak untuk dipandang. “Yah, katakan padaku, siapa orang disini yang berani membuat mood mu jadi hancur seperti itu!” John menjatuhkan pantatnya di sebelah tempat duduk Bram. Bram kemudian menceritakan duduk masalahnya. Setelah mendengar keseluruhan cerita, ekspresi John jadi agak rumit. “Errrr, mari kita selesaikan ini, jadi, kamu menyamar sebagai orang lain untuk mendekati wanita itu, dan akhirnya pendekatan itu berhasil, kan?” Bram menatap John penuh arti dan tidk berkata apa-apa. John segera bertepuk tangan. “Kalau begitu kamu
Bram kembali ke kamarnya. Ashar dan beberapa pengawal saling berpandangan, wajah mereka yang tadinya berseri-seri saat Bram baru keluar, tapi sekarang seperti kanebo kering. “Tuan, anda baik-baik saja?” Bram mengangkat kepalanya dengan sepasang mata yang tajam. “Batalkan rencana hari ini!” Ashar terkejut, “Tuan, tapi kenapa?” “Lakukan saja apa yang kusuruh,” geram Bram. “Baik, saya akan membatalkan semuanya.” Ashar tidak berani lagi bertanya lebih banyak dan segera berjalan keluar ruangan. Bram mengepalkan tangannya, sorot matanya memancarkan cahaya dingin yang menusuk. Di sisi lain, Caca sudah berganti pakaian, dia sudah merias dirinya dan memakai gaunnya. Gaun organza biru laut, benang yang tersulam lembut membungkus tubuhnya, tidak terlalu luar biasa, tapi jika dilihat lebih teliti, gaun itu membuat Caca seperti peri, sangat cocok. Caca tidak berhenti mengagumi gaun itu, kalau dia tidak tahu bahwa gaun itu adalah gaun KW dari Asta, dia pasti akan menyangka gaun itu adalah
Caca mencengkram ponselnya dengan erat. Kenapa harus seperti itu, kenapa suaminya harus pura-pura menjadi orang lain di hadapannya? Kepala Caca dipenuhi dengan pertanyaan tak terhitung jumlahnya. Siapa dia sebenarnya? Caca melihat ke arah kerumunan lagi dan menemukan kalau orang-orang itu sudah masuk ke dalam salah satu kamar, menyisakan dua orang untuk berjaga di depan pintu. Caca mengumpulkan keberaniannya dan mendekat. Kedua penjaga di depan pintu tidak mengenal Caca dan terlihat tidak perduli saat Caca berjalan mendekat. “Permisi, boleh saya tahu siapa yang ada di ruangan ini?” Kedua penjaga itu saling memandang. “Ada perlu apa, Nona?” Salah satunya bertanya. “Tidak apa-apa, saya hanya melihat seorang pria tampan disini tadi dan ingin tanya saja.” Caca tersenyum kecil. “Asal anda tahu, di dalam adalah orang penting. Bramasta Moses. Cari tahu sendiri saja siapa dia di internet!” Pengawal itu juga tampak sombong. Sebagai pengawal seorang Bramasta Moses, tentu saja suatu
Bagaimana ini, Susi pasti sudah menghabiskan banyak uang untuk memesan gaun ini. Caca sendiri tidak tahu apakah noda merah dari minuman berkarbonasi bisa dihilangkan dalam semalam. Dia hanya berjalan menyusuri lorong hotel, memikirkan kemana harus mencari bantuan, atau setidaknya pinjaman untuk gaun yang akan dipakainya besok. Tiba-tiba, sosok pria muncul di benaknya, Asta. “Hei, Asta, apa kamu sudah tidur?” “Belum, kenapa?” Bagi Bram tidak ada hari tanpa bekerja, dia sudah terbiasa masih bekerja hingga dini hari, jadi dia pasti belum tidur. “Begini, aku ingin minta bantuanmu.” “Bantuan apa? Katakan!” “Gaun KW super yang kamu berikan padaku di acara pertunangan Yezline dulu itu. Bisa tidak, kamu carikan untukku dengan model berbeda? Aku dalam keadaan darurat.” Padahal gaun yang Bram dulu berikan pada Caca adalah asli, bukan KW. “Untuk apa memangnya?” Tanya Bram. “Ceritanya panjang. Jadi besok aku harus menghadiri acara Golden Award, tapi barusan gaunku rusak. Aku bingung dim
“Ashar, cari tahu siapa saja yang masuk dalam nominasi Aktris Pendukung Terbaik tahun ini!” Dari sebelum Bram memerintahkan untuk itu, rupanya Ashar sudah mengantongi semua data yang Bram minta. “Saya sudah memiliki rincian datanya, Tuan. Dan kandidat terkuat untuk nominasi itu adalah Yezline Hendarmo. ESSE Internasional sudah membuat pelobian. Jadi besar kemungkinan, kalau pemenang nominasi itu adalah Yezline.” Mendengar itu alis Bram merajut. “Tapi jangan khawatir, Tuan. Jika anda mau, kita bisa dengan mudah mengambil posisi itu. Bukan hal yang sulit untuk menjadikan nona muda pemenang. Hanya saja…” “Hanya saja apa?” “Susi, manajer nona muda, berpikir kalau tidak akan baik bagi nona muda untuk memenangkan penghargaan apapun di tahun ini.” “Kenapa?” “Karena, di film nona yang pertama, nona hanya berperan sebagai tokoh wanita ketiga. Jika nona memenangkan nominasi itu tahun ini, maka media pasti akan dibuat heboh dan lebih mudah bagi mereka untuk menggoreng berita tersebut. Sem
Ruangan Presdir Mcoal Indonesia. Bram sedang sibuk berbahagia di mejanya, suasana hatinya sedang sangat baik hari ini, ditambah lagi setoples kue kering di mejanya yang selalu ia pandangi dari waktu ke waktu sambil tersenyum sendirian. Dikejutkan dengan bunyi telepon di mejanya yang tiba-tiba berbunyi, suara Ashar datang dari ujung ponsel Bram. “Pak Bram, Pak John ada disini.” “Suruh dia masuk.” “Baik.” Setelah beberapa saat, si John dengan angkuhnya masuk ke ruangan Bram, sambil berkata, “Tuan Bramasta Moses, satu pertanyaan penting untuk anda. Kenapa anda sulit sekali ditemui sudah seperti artis papan atas.” John menatap ke arah Bram dan dengan segera menemukan setoples kue di meja Bram, dengan cepat John melangkahkan kakinya mendekat. Tepat ketika John ingin meraih kue itu, Bram segera dengan cepat menggeser toplesnya dan tangan John langsung hampa. “Oh, jadi begitu, sekarang kue saja tidak boleh kusentuh?” Pekik John “Kamu tidak boleh makan kue ini!” “Kenapa tidak boleh
Gerak cepat Ashar tidak perlu diragukan lagi, dalam sekejap dia sudah mengantongi nomor kamar Caca dan membawa Bram malam itu juga pada Caca. Hingga malam syuting masih berlangsung, tapi scene untuk Caca sudah berakhir. Hotel tempat dimana Caca menginap sekarang benar-benar sepi. “Tunggu aku di mobil.” Bram memberi perintah, turun dari mobil dengan kaki panjangnya dan langsung menuju lantai enam hotel. Lantai enam adalah tempat suite terbaik di hotel ini, semua pemain penting tinggal di lantai ini. Sekarang sudah sangat malam, sebagian besar orang pasti sudah beristirahat setelah seharian disibukkan dengan sepanjang hari. Bram menaiki lift dan pintu perlahan terbuka. Ini adalah pertama kalinya Bram datang ke hotel ini, jelas dia tidak tahu struktur pasti hotel ini, tapi menurut penyelidikan Ashar, Caca tinggal di kamar nomor 621. Setelah Bram keluar dari lift, dia hanya berdiri di depan lift. Masih mencari pintu kamar dengan nomor 621. Sampai akhirnya dia menyadari kalau kamar