Gendis merasa jika inilah waktunya untuk Gita berbahagia, jika dia membiarkan Gita pergi berduaan saja dengan Gerry, dia yakin Gita bisa benar-benar memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya bersama pria yang kini menjadi ayah sambungnya itu.Pria muda yang kini menjadi ayah baginya, teman dan juga tempat sharing baginya. Gerry, pria yang dia rasa lebih baik dibanding dengan ayah kandungnya.Karena pria yang bernama Ganjar itu tidak pernah sama sekali berusaha untuk mendekati dirinya, setidaknya untuk menyapanya walaupun hanya sesekali saja."Hem, Mom berangkat ke puncak dulu," pamit Gita.Setelah mengatakan hal itu Gita langsung menolehkan wajahnya ke arah Gerry, dia tersenyum lalu berkata."Ayo, Sayang," imbuhnya seraya menarik lengan Gerry dengan lembut."Ya, Sayang."Baru saja Gita hendak pergi dengan Gerry, seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan perut yang sedikit menonjol menghampiri Gita dan juga Gerry."Gita, aku datang. Selamat atas pernikahan kamu, aku harap kamu bisa baha
Gemericik hujan turun membasahi bumi, hari yang tenang mulai gaduh dengan suara air yang didatangkan oleh Tuhan. Namun, tidak mengganggu indra pendengaran. Justru malah menjadi musik yang menenangkan jiwa Malam telah berganti pagi, mentari mulai menampakkan sinarnya setelah hujan turun beberapa saat. Rasa hangat sudah mulai terasa menerpa kulit. Namun, rasa hangat dari sinar mentari tidak mampu membangunkan Gerry dan juga Gita.Justru Gita terbangun karena tangannya terasa begitu kebas, dia begitu sulit untuk menggerakkan tangan kirinya.Dengan mata yang masih terasa begitu berat, Gerry berusaha untuk bangun. Dia juga berusaha untuk menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku, tubuhnya yang terasa pegal."Hoam!"Gerry menguap seraya mengucek matanya menggunakan tangan kanannya, ketika matanya terbuka dengan sempurna, Gerry langsung menjerit karena kaget. Beruntung Gita yang begitu kelelahan tidak terganggu dengan jeritan Gerry.Dia melihat wajah Gita begitu dekat dengan wajahnya, bahkan G
"Kok malah bengong di kamar mandi? Kamu nyesel udah ngelakuin itu sama Tante?" tanya Gita. "Kamu nyesel udah nyerahin keperjakaan kamu sama Tante?" Gerry gelagapan mendengar pertanyaan dari istrinya, dengan cepat dia berusaha untuk berbicara sebaik mungkin agar istrinya itu tidak tersinggung."Eh? Ngga gitu juga, Tan. Aku hanya kaget aja, soalnya biasanya aku tidur sendirian. Tapi, pas bangun tadi ada Tante di samping aku." Gerry tersenyum canggung.Rasanya, saat miliknya masuk ke dalam liang kelembutan milik istrinya sangat nikmat luar biasa. Bahkan, Gerry sampai tidak bisa menjabarkannya dengan kata-kata.Namun, tetap saja ada rasa tidak biasa di dalam dirinya. Seakan ada yang hilang tetapi tidak tahu apa, Gerry kebingungan dan tidak tahu harus mengatakan apa lagi."Oh! Kirain Tante, kamu merasa tidak rela sudah menyerahkan keperjakaan kamu sama Tante," ulang Gita.Gerry tersenyum semanis mungkin di depan istrinya, karena dia takut jika Gita akan tersinggung. Walau bagaimanapun jug
''Jangan, Tan. Nanggung, ouch!" pekik Gerry karena Julia berhasil melepaskan diri dari Arjuna.Antara rasa kesal, ngilu dan juga tanggung yang Gerry rasakan saat ini. Dia benar-benar tidak menyangka jika Gita akan meninggalkan dirinya hanya karena takut pada tokek."Maaf, Gery. Tante takut," ucap Gita yang langsung berlari keluar dari dalam kamar mandi.Melihat kepergian istrinya yang tanpa memedulikan dirinya, Gerry benar-benar merasa kesal. Dia bahkan sampai memukulkan tangannya ke udara."Vangke!" teriak Gerry karena nanggung tidak bisa mendapatkan pelepasannya.Gerry benar-benar merasa kesal karena sebentar lagi akan mendapatkan pelepasannya, tetapi Gita tidak mengindahkan hal itu. Gita lebih mementingkan rasa takutnya, dengan teganya wanita itu meninggalkan Gerry sendirian di dalam kamar mandi."Bisa-bisanya dia berlari seperti itu, masa gue harus mengeluarkannya sendirian? Percuma dong punya istri," ucap Gerry seraya menatap miliknya yang masih menegang dengan sabun mandi secara
"Nggak usah malu-malu kaya gitu, aku tahu kalau Tante mau. Aku bisa ngasih itu sekarang walaupun belum makan, mau?" tanya Gerry seraya menaik turunkan alisnya."Aih! Apaan sih!" ujar Gita yang memang nyatanya dia menginginkannya, tetapi tetap saja dia malu untuk mengakuinya."Ayo dong, Yang. Kita nyobain di sini, pasti enak." Gerry berusaha untuk merayu Gita, tangannya bahkan sudah mulai mengusap area sensitif pada tubuh Gita.Gita langsung menggeliatkan tubuhnya, tubuhnya seperti tersengat aliran listrik. Namun, dia menginginkan hal yang lain."No!" tolak Gita tegas.Dia memang benar-benar suka ketika dirinya bercinta dengan Gerry, tetapi dia juga ingin pergi ke kebun teh seperti yang sudah dia rencanakan.Gerry menekuk wajahnya menerima penolakan dari Gita, tetapi dia juga paham jika istrinya butuh waktu untuk mengistirahatkan tubuhnya.Mungkin memang mereka seharusnya pergi untuk jalan-jalan, setelah itu barulah dia bisa kembali mengajak istrinya untuk melakukan pergumulan panas di
"Gerry, bagaimana nanti kalau misalkan ada---"Gita tidak bisa meneruskan ucapannya, karena dia langsung berpegangan dengan erat pada pundak suaminya. Tentu saja hal itu dia lakukan karena tiba-tiba saja Gerry menghentak inti tubuhnya dari bawah dengan begitu cepat."Ouch, Tante. Ini sangat nikmat!" erang Gerry seraya memejamkan matanya.Beruntung hujan turun begitu deras, sehingga suara erangan Gerry yang terdengar begitu erotis hilang terbawa suara air yang mengalir dengan deras.Begitupun dengan suara lenguhan dari bibir Gita, seakan terbawa angin dan tidak terdengar. Bahkan di telinganya sendiri, hanya suara derasnya air hujan yang begitu menggema.Sesekali terlihat ada kilat yang seakan membelah langit, tetapi tidak ada suara guntur yang menakutkan.Warna langit boleh menghitam, awan Nimbus boleh mengucurkan air dengan derasnya. Namun, perasaan keduanya sedang ada dalam kesenangan yang luar biasa.Pasangan pengantin baru itu, benar-benar ada di dalam fase kebahagiaan. Baik Gerry
Menyadari sahabatnya yang hanya diam saja, Gerry langsung menegur sahabatnya tersebut. Karena Gerry takut jika Gilang kenapa-kenapa."Hey! Kenapa elu malah diem, Lang?" tanya Gerry."Anu, elu kenapa telanjang dada kayak gitu? Elu lagi liburan sama cewek? Elu lagi itu?" tanya Gilang seraya menautkan jari telunjuknya.Gerry langsung tertawa melihat reaksi dari Gilang, dia memang tidak memberitahukan soal pernikahannya dengan Gita.Dia bahkan sengaja tidak pernah memberitahukan hubungannya dengan Gita kepada Gilang.Hal itu memang sengaja Gerry lakukan karena dia sangat tahu jika sahabatnya itu adalah si mulut ember, Gilang adalah sahabat yang tidak pernah bisa memegang rahasia.Bukannya Gerry tidak ingin orang lain mengetahui tentang pernikahannya dengan Gita, hanya saja dia lebih menghargai perasaan dari Gendis. Selain itu, ini juga permintaan dari Gita."Gue baru kelar mandi, tadi gue kehujanan di jalan. Jadinya gue mandi, ngomong-ngomong elu ngapain mau nemuin gue?" tanya Gerry. Karen
Selama berada di puncak, Gerry benar-benar menghabiskan waktunya untuk bercinta. Dia terus saja meminta haknya sebagai suami, bahkan Gerry begitu berani meminta haknya di sembarang tempat.Dia mengajak Gita bercinta di dapur, bahkan Gerry juga sempat mengajak Gita untuk bercinta di kolam renang yang ada di belakang Villa.Tanpa ragu, bahkan Gerry mengajak Gita untuk bercinta di kebun belakang Villa. Kebun tomat dan juga cabe, di ayunan dan juga di gazebo.Gita benar-benar tidak menyangka jika Gerry akan segila itu, tetapi Gita begitu menyukainya. Terlebih lagi Gerry memperlakukannya dengan begitu lembut, sampai-sampai Gita merasa kalau tubuhnya terbang melayang sampai ke awang-awang."Sudah siap untuk pulang?" tanya Gerry.Pria itu sudah merapikan barang bawaannya ke dalam koper, dia juga merapikan makanan pesanan dari Gendis. Gendis mengirimkan pesan chat kepada Gerry, dia minta dibelikan asinan buah dan juga roti Unyil.Gerry memang begitu perhatian kepada Gendis, bukan karena genit