''Jangan, Tan. Nanggung, ouch!" pekik Gerry karena Julia berhasil melepaskan diri dari Arjuna.Antara rasa kesal, ngilu dan juga tanggung yang Gerry rasakan saat ini. Dia benar-benar tidak menyangka jika Gita akan meninggalkan dirinya hanya karena takut pada tokek."Maaf, Gery. Tante takut," ucap Gita yang langsung berlari keluar dari dalam kamar mandi.Melihat kepergian istrinya yang tanpa memedulikan dirinya, Gerry benar-benar merasa kesal. Dia bahkan sampai memukulkan tangannya ke udara."Vangke!" teriak Gerry karena nanggung tidak bisa mendapatkan pelepasannya.Gerry benar-benar merasa kesal karena sebentar lagi akan mendapatkan pelepasannya, tetapi Gita tidak mengindahkan hal itu. Gita lebih mementingkan rasa takutnya, dengan teganya wanita itu meninggalkan Gerry sendirian di dalam kamar mandi."Bisa-bisanya dia berlari seperti itu, masa gue harus mengeluarkannya sendirian? Percuma dong punya istri," ucap Gerry seraya menatap miliknya yang masih menegang dengan sabun mandi secara
"Nggak usah malu-malu kaya gitu, aku tahu kalau Tante mau. Aku bisa ngasih itu sekarang walaupun belum makan, mau?" tanya Gerry seraya menaik turunkan alisnya."Aih! Apaan sih!" ujar Gita yang memang nyatanya dia menginginkannya, tetapi tetap saja dia malu untuk mengakuinya."Ayo dong, Yang. Kita nyobain di sini, pasti enak." Gerry berusaha untuk merayu Gita, tangannya bahkan sudah mulai mengusap area sensitif pada tubuh Gita.Gita langsung menggeliatkan tubuhnya, tubuhnya seperti tersengat aliran listrik. Namun, dia menginginkan hal yang lain."No!" tolak Gita tegas.Dia memang benar-benar suka ketika dirinya bercinta dengan Gerry, tetapi dia juga ingin pergi ke kebun teh seperti yang sudah dia rencanakan.Gerry menekuk wajahnya menerima penolakan dari Gita, tetapi dia juga paham jika istrinya butuh waktu untuk mengistirahatkan tubuhnya.Mungkin memang mereka seharusnya pergi untuk jalan-jalan, setelah itu barulah dia bisa kembali mengajak istrinya untuk melakukan pergumulan panas di
"Gerry, bagaimana nanti kalau misalkan ada---"Gita tidak bisa meneruskan ucapannya, karena dia langsung berpegangan dengan erat pada pundak suaminya. Tentu saja hal itu dia lakukan karena tiba-tiba saja Gerry menghentak inti tubuhnya dari bawah dengan begitu cepat."Ouch, Tante. Ini sangat nikmat!" erang Gerry seraya memejamkan matanya.Beruntung hujan turun begitu deras, sehingga suara erangan Gerry yang terdengar begitu erotis hilang terbawa suara air yang mengalir dengan deras.Begitupun dengan suara lenguhan dari bibir Gita, seakan terbawa angin dan tidak terdengar. Bahkan di telinganya sendiri, hanya suara derasnya air hujan yang begitu menggema.Sesekali terlihat ada kilat yang seakan membelah langit, tetapi tidak ada suara guntur yang menakutkan.Warna langit boleh menghitam, awan Nimbus boleh mengucurkan air dengan derasnya. Namun, perasaan keduanya sedang ada dalam kesenangan yang luar biasa.Pasangan pengantin baru itu, benar-benar ada di dalam fase kebahagiaan. Baik Gerry
Menyadari sahabatnya yang hanya diam saja, Gerry langsung menegur sahabatnya tersebut. Karena Gerry takut jika Gilang kenapa-kenapa."Hey! Kenapa elu malah diem, Lang?" tanya Gerry."Anu, elu kenapa telanjang dada kayak gitu? Elu lagi liburan sama cewek? Elu lagi itu?" tanya Gilang seraya menautkan jari telunjuknya.Gerry langsung tertawa melihat reaksi dari Gilang, dia memang tidak memberitahukan soal pernikahannya dengan Gita.Dia bahkan sengaja tidak pernah memberitahukan hubungannya dengan Gita kepada Gilang.Hal itu memang sengaja Gerry lakukan karena dia sangat tahu jika sahabatnya itu adalah si mulut ember, Gilang adalah sahabat yang tidak pernah bisa memegang rahasia.Bukannya Gerry tidak ingin orang lain mengetahui tentang pernikahannya dengan Gita, hanya saja dia lebih menghargai perasaan dari Gendis. Selain itu, ini juga permintaan dari Gita."Gue baru kelar mandi, tadi gue kehujanan di jalan. Jadinya gue mandi, ngomong-ngomong elu ngapain mau nemuin gue?" tanya Gerry. Karen
Selama berada di puncak, Gerry benar-benar menghabiskan waktunya untuk bercinta. Dia terus saja meminta haknya sebagai suami, bahkan Gerry begitu berani meminta haknya di sembarang tempat.Dia mengajak Gita bercinta di dapur, bahkan Gerry juga sempat mengajak Gita untuk bercinta di kolam renang yang ada di belakang Villa.Tanpa ragu, bahkan Gerry mengajak Gita untuk bercinta di kebun belakang Villa. Kebun tomat dan juga cabe, di ayunan dan juga di gazebo.Gita benar-benar tidak menyangka jika Gerry akan segila itu, tetapi Gita begitu menyukainya. Terlebih lagi Gerry memperlakukannya dengan begitu lembut, sampai-sampai Gita merasa kalau tubuhnya terbang melayang sampai ke awang-awang."Sudah siap untuk pulang?" tanya Gerry.Pria itu sudah merapikan barang bawaannya ke dalam koper, dia juga merapikan makanan pesanan dari Gendis. Gendis mengirimkan pesan chat kepada Gerry, dia minta dibelikan asinan buah dan juga roti Unyil.Gerry memang begitu perhatian kepada Gendis, bukan karena genit
Beberapa saat sebelumnya Jhon datang untuk menemui Gendis, pria itu datang dengan sikap manisnya. Gendis yang memang merasa kesepian karena tidak ada ibunya merasa senang dengan kedatangan Jhon.Mereka berbicara di ruang tengah seraya menonton serial drama kesukaan Gendis, tidak ada yang aneh pada Jhon karena pria itu bersikap manis seperti biasanya.Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Gendis meminta Jhon untuk pulang karena hari memang sudah larut. John mengiyakan apa yang dikatakan oleh kekasihnya itu.Namun, sebelum pergi Jhon berkata jika dia ingin meminjam buku tugas milik Gendis. Dia beralasan jika Jhon belum mengerjakan tugasnya."Kok tumbenan banget sih, Yang, pake acara pinjam buku tugas segala? Biasanya kamu rajin banget loh, kenapa?" tanya Gendis merasa aneh.Jhon tersenyum mendengar pertanyaan dari kekasihnya itu, dia merangkul pundak Gendis dengan mesra dan mengecup pipi gadis itu."Nggak sempet, Yang. Tadi pulang kuliah aku langsung tidur, jadi lupa
John sempat berpikir jika malam ini akan menjadi malam yang indah bagi dirinya bersama dengan Gendis, walaupun mungkin ada sedikit pemaksaan di awal.Namun, malam ini malah berubah menjadi Malam yang begitu mengerikan bagi dirinya. Karena selain ketahuan oleh Gerry dan juga Gita, kini nyawa pria itu terancam melayang."Hentikan, Gerry. Gue salah! Gue minta maaf, lepasin gue!" teriak Jhon.Jhon merasakan sekujur tubuhnya sakit semua, dia tidak menyangka jika Gerry akan memukulinya sekencang itu.Dia bahkan sempat bertanya-tanya di dalam hatinya, kenapa Gerry begitu membela Gendis? Mungkinkah Gerry memiliki rasa suka kepada Gendis?Karena setahunnya, Gerry hanyalah pria yang bekerja kepada Gita. Namun, Gerry memang sering pergi bersama dengan Gendis juga, makanya Jhon terkadang merasa cemburu.Dia takut jika di antara Gerry dan juga Gendis akan ada hubungan yang spesial, hubungan yang akan merusak kisah cinta mereka."Tidak akan," jawab Gerry seraya mengambil syal milik Gendis dan mengi
Malam ini adalah malam pertama Gerry tidur sendirian setelah memiliki istri, dia tidur di kamar Gita karena tidak mungkin membiarkan Gendis tidur sendirian.Anak gadis dari Gita yang seumuran dengan dirinya itu terlihat begitu syok setelah mendapatkan perlakuan tidak senonoh dari Jhon, maka dari itu dia meminta istrinya untuk menemani putri mereka.Ya, walaupun usia Gerry sangat muda, tetapi baginya Gendis adalah putrinya. Wanita muda yang harus dia lindungi dari mata lapar setiap lelaki, contohnya seperti Jhon.Namun, walaupun dia tidur sendiri, dia tidak susah untuk memejamkan matanya. Justru, Gerry yang kelelahan bisa dengan mudah tidur dan langsung terlelap masuk ke dalam alam mimpinya.Keesokan paginya."Bangun, Yang. Shalat subuh dulu, kalau masih ngantuk nanti selepas shalat subuh boleh bobo lagi."Gita merebahkan tubuhnya di samping Gerry, kemudian wanita itu mengecup pipi Gerry agar pria itu cepat bangun dari tidurnya.Sebenarnya Gita merasa tidak tega harus membangunkan suam