Tangguh mengikuti langkah-langkah cepat namun teratur khas militer ayah Gerhana. Dalam hati Tangguh mengagumi bahasa tubuh kaku-kaku tegas di diri seorang jendral ini. Orang-orang yang berasal dari dunia militer memang berbeda. Gerak-gerik dan gestur mereka begitu teratur. Begitu juga dengan struktur tubuh mereka yang ramping namun berisi. Rambut cepak mereka mungkin bisa saja ditemukan pada orang-orang sipil biasa. Namun aura tegas dan disiplin mereka, tidak. Kita pasti akan langsung tahu bahasa tubuh orang-orang militer dari cara mereka berjalan saja. Kecuali kalau mereka itu para intelijen atau spionase. Para intel memang tugasnya adalah menyamar. Mereka menyamar untuk mengumpulkan informasi hingga valid, atau melakukan Operasi Tangkap Tangan. Ia tahu bahwa terkadang tukang bakso, tukang siomay bahkan ibu-ibu berhijab di pasar adalah para intel yang sedang menyamar. Kepada mereka ini ia juga salut. Mereka bisa begitu menjiwai peran dan enjoy menjalani berbagai macam profesi penya
Seminggu telah berlalu sejak kejadian Tangguh di sidang oleh ayahnya. Gerhana ingat betapa muramnya wajah Tangguh saat keluar dari ruang kerja ayahnya sendirian. Ia memang sengaja menunggu di ujung koridor. Ia tidak tenang sebelum Tangguh keluar dari ruangan dalam keadaan utuh. Saat tiba-tiba pintu terbuka, ia nyaris terlompat karena kaget.Pandangan mereka kembali bersirobok. Hanya saja ia merasa ada yang berbeda dari sinar mata Tangguh. Jika di dalam ruangan tadi sinar matanya begitu lembut dan menenangkan, namun sekarang sangat berbeda. Tatapannya dingin dan datar. Nyaris sinis malahan. Tatapan inilah yang ia lihat pertama kali saat insiden tabrakan gerobak martabak dulu. Dingin, datar, kejam!"Bagaimana Bang? Ayah percaya kan dengan semua penjelasan Abang?""Semuanya telah usai.""Usai bagaimana maksudnya, Bang?"Gerhana ingat. Ia sampai berlari-lari kecil demi bi
Gerhana membasuh wajahnya dengan air dingin di wastafel. Lumayan. Percikan air yang membasahi wajahnya sedikit banyak ikut mendinginkan hati dan kepalanya yang panas. Hareudang euy. In hale... ex hale... sabar.Udahlah Na, lo nggak perlu memaksakan diri untuk di notice sama Tangguh. Lo itu cuma kebetulan ditolong sama dia. Nggak usah kege-eran perasaan diistimewakan.Mungkin emang udah sifat si Tangguh suka nolongin orang. Bukan cuma lo doang. Berhenti berpikir yang bukan-bukan.Perang batin antara perasaan dan logikanya semakin membuat Gerhana pusing. Ia mengeleng-gelengkan kepalanya. Mengusir bayangan senyum manis yang Tangguh berikan pada Alexa. Baru saja ia hendak mengeringkan wajahnya dengan sehelai tissue, suara jerit tertahan yang dibarengi benda jatuh singgah di telinganya. Penasaran ia melongok keluar. Mengintip dari wastafel sembari menyeka wajah basahnya. Pemandangan tidak biasa menyambutnya. Ramzi jatuh tertelung
"Selamat siang, Pak. Apa terjadi sesuatu di proyek?" Gerhana langsung berdiri. Siaga satu saat melihat Antonio menghampiri mejanya. Bukan apa-apa. Alam bawah sadarnya selalu mendeteksi aura negatif saat client songongnya ini menyapa. Tidak ada berita baik yang pernah keluar dari mulut sianidanya."Apa kamu berharap proyek kita selalu terkena masalah? Ingat, ucapan adalah doa. Jadi biasakan untuk selalu berbaik sangka."Nahkan! Belum apa-apa bawaannya sudah menuduh saja."Bukannya saya berburuk sangka. Tapi biasanya kan berita yang Bapak bawa tidak pernah enak di--aduh!" Gerhana tidak melanjutkan kalimatnya karena kakinya ditendang seseorang di bawah meja. Melihat pelototan Selena, sadarlah ia akan kecerobohannya. Ia memang cenderung suka berbicara sesuai fakta dan non filter. Reaksi otaknya selalu berbanding lurus dengan mulutnya. Hanya saja tidak semua hal bisa dikatakan secara gamblang bukan? Seperti kalima
Mobil yang dikendarai Tangguh baru berjalan beberapa menit, tapi Gerhana sudah tidak tahan berada di dalamnya. Akibat kempesnya ban mobil Antonio, ia terpaksa menerima tawaran Alexa agar menumpang mobilnya saja. Toh tujuan mereka memang searah katanya. Kalau Antonio, jangan ditanya. Mana sudi anak sultan begitu mau menumpang mobil orang. Client songongnya itu memilih menunggu dijemput supir sambil memeriksa CCTV restaurant. Ia mengancam akan menuntut pihak pengelola parkiran apabila terbukti ada oknum yang menyabotase mobilnya. Orang seperti Antonio ini mana terima kalau dicurangi. Pasti ia akan mengusut tuntas sampai ke akar-akarnya.Di sepanjang perjalanan sikap Alexa terhadap romantis sekali. Mulai dari memberi air mineral, permen, sampai mengelap tetesan air yang sedikit tumpah di dagu Tangguh pun semua Alexa yang melayani. Bagaimana hati Gerhana tidak cenat cenut bukan? Walau pun Tangguh itu bukan apa-apanya, tadi ada rasa tidak rela yang mencubiti re
Jam antik di ruang tamu berdentang sebanyak 10 kali. Gerhana yang terus mondar mandir di kamarnya kian gelisah. Berarti waktu Tangguh bertanding hanya tersisa satu jam lagi. Sementara jarak dari rumahnya ke Alcatraz memakan waktu setidaknya satu jam. Kalau ia mengebut pun paling tidak akan menghabiskan waktu sekitar empat puluh menit. Masalahnya sampai sekarang ini ia belum menemukan ide untuk bisa "keluar" dari rumah secepatnya.Sayup-sayup terdengar suara televisi dari ruang tamu. Sepertinya Mbok Wati sedang menonton acara reality show favoritnya. Biasanya setelah acara reality shownya habis, Mbok Wati akan melanjutkan dengan menonton berita-berita kriminal sekitar tanah air. Setelah itu barulah Mbok Wati tidur. Sedangkan kakaknya setelah makan malam tadi langsung masuk ke ruang kerja. Biasanya setelah masuk ke sana, kakaknya akan tenggelam dalam dunianya hingga berjam-jam lamanya. Waktu terus berjalan hingga jam dinding kamarnya menunjukkan pukul 22.30 WIB. I
"Bu Wardah harus di operasi bypass secepatnya. Ada tiga pembuluh darah yang tersumbat di jantung ibu Anda. Kalau hanya dilakukan tindakan pasang cincin, tidak akan efektif. Istimewa ibu Anda juga mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes. Hanya saja, karena Bu Wardah menggunakan BPJS, maka beliau wajib menunggu antrian operasi tahun depan. Sementara melihat keadaan ibu Anda yang sudah seperti ini, saya pesimis. Jika dalam waktu seminggu saja tidak ada tindakan operasi, dikhawatirkan keadaannya akan fatal.""Kalau mengunakan dana pribadi, berapa kisaran biayanya, Dok?""Sekitar 80 sampai 500 juta. Besarnya biaya disesuaikan dengan fasilitas dan seberapa banyak pembuluh arteri yang harus diganti. Juga termasuk biaya tenaga medis yang dibutuhkan serta teknologi yang digunakan. Biaya tersebut hanya mencakup tindakan operasinya saja, belum perawatan lainnya."Pembicaraan terakhirnya dengan Dokter Hendrawan terus terbayang-bay
Gerhana merasa ia seperti sedang terhisap pada sebuah pusaran yang tidak berdasar. Berputar-putar dan melayang tanpa ia tahu akan bermuara di mana. Ia ketakutan dan berusaha menggerak-gerakkan tubuhnya. Melawan sekuat tenaga demi tidak terseret arus. Namun ia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Saat ia ingin berteriak, lidahnya juga terasa kelu. Yang bisa ia rasakan hanyalah gelombang pusaran kegelapan yang menghisapnya kian dalam.Anehnya ia bisa mendengar suara-suara berisik di sekitar walau tidak begitu jelas artinya. Ia mendengar teriakan, umpatan, serta suara orang-orang yang berbicara secara bersamaan. Keadaan menakutkan itu berlangsung sekian lama, sampai lamat-lamat ia mendengar suara panik seseorang yang terus memanggil-manggil namanya."Na... Nana... kamu kenapa? Buka mata kamu, Na? Demi Tuhan. Jangan membuat saya ketakutan!!!""Na! Lo bangun dong, Na? Kalo lo sampe kenapa-kenapa, gu
Gerhana sarapan pagi sembari terkantuk-kantuk. Ia berkali-kali menguap lebar hingga nyaris membelah wajahnya menjadi dua bagian. Ia mengantuk berat. Tadi malam ia hanya tidur selama beberapa jam saja. Setelah Selena mengantarnya pulang, ia masih terus terjaga hingga pukul tiga pagi. Ia tidak bisa memejamkan mata dan hanya membolak-balik tubuhnya di atas kasur. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan wajah babak belur Tangguh dan sakitnya Bu Wardah. Ia mengkhawatirkan keadaan mereka berdua.Tidak heran kalau pagi ini matanya memerah dan terus menguap karena kurang tidur."Jangan menguap terus, Na. Semua makanan di meja ini bisa kena kuman yang berasal dari mulut kamu semua?" Omelan Guruh sontak membuat Gerhana menutup mulutnya yang tengah menganga lebar. Tapi ya mau bagaimana lagi. Kuap itu kan sama seperti cegukan. Selalu muncul tiba-tiba dan tidak bisa dikontrol kedatangannya. Buktinya baru saja ia menguap eh sekarang ia sudah kepengen menguap lagi.