"Sepertinya ini saatnya aku menunjukan ke ahlian aku ke Lidya!" gumam Andy dalam hati sambil melihat ke arah Lidya.
Andy adalah remaja yang lumayan mahir di bidang olahraga sepak bola. Dia pernah mewakili SMA nya untuk tanding antar SMA. Dan saat itu di adalah kapten team.
"Sepertinya dia tidak bisa bermain sepak bola!" gumam Tomy seraya melihat ke arah Raydha yang hanya duduk sambil membaca sebuah Komik di tangannya.
"Tapi anggota kita kurang 1 bro!" Ucap salah satu teman mereka.
Seketika itu pandangan Ahmad langsung tertuju ke arah Raydha. dan berniat menghampiri Raydha.
"Tunggu, jangan bilang kamu ingin mengajak Raydha! kalau dia bisa pasti dia menawarkan diri tadi!" Ucap Andy sambil memegang tangan Ahmad.
"Dari pada kita kurang pemain, dan kita tidak bisa main. lebih baik kita ajak saja. lagi pula tidak apa-apa juga kalau dia tidak bisa mainkan!" Seru Ahmad dan langsung berlari menghampiri Raydha.
"Ray?Ikut main yuk bantu kami!" Seru Ahmad sedikit memohon.
"Kalian saja Mad, Aku lagi pingin baca komik saja!" jawab Raydha sambil terus melihat ke arah Komiknya.
Sedikit kecewa di raut wajah Ahmad.
"Sudah sob lupain saja Dia kita cari yang lain. Percuma kamu ajak dia, Dia tidak mungkin bisa bermain!"teriak Andy dari kejauhan dengan nada sedikit kesal.
Seketika itu semua mata tertuju ke arah Andy dan Raydha. begitu juga senior lainnya.
"Kamu tidak ingin bantu teman kamu, kalau pun kamu tidak bisa bermain. setidaknya kamu main saja untuk melengkapi jumlah yang kurang!" terdengar suara lembut berbicara ke arah Raydha.
Saat mengalihkan pandangannya ke arah suara tersebut, terlihat gadis yang tinggi semampai dg kulit putih dan raut wajah yang sangat cantik. gadis itu adalah Lidya. gadis yang sangat di sukai Andy. Raydha pun berdiri sambil menarik nafas panjang lalu menghembuskan lagi dan memberikan gadis itu sesuatu yang dia pegang sebelumnya.
Dari kejauhan Andy melihat mereka dengan wajah yang sangat kesal sambil mengepalkan jarinya.
"Kamu pegang ini, setelah main aku ambil kembali!" Seru Raydha dan langsung berjalan menuju lapangan di mana yang lain sudah bersiap untuk bermain.
"Raydha bisa bermain?" tanya Intan kepada Nadia.
"Sepertinya gak bisa, dari awal dia juga tidak ingin bermain!" jawab Nadia sambil terus melihat ke arah Raydha.
Tomy dan teman-temannya adalah lawan mereka saat itu.
"Sekarang kalian sudah lengkap, boleh kita mulai sekarang?" tanya Tomy
"Ayo kita mulai!" jawab Andy
Akhirnya permainan di mulai dengan bola di awali oleh team Tomy
Saat itu Tomy membawa bola, Satu persatu team juniornya berhasil dia lewati. saat itu hanya terlihat Ahmad yang sedang menjaga gawangnya.
Saat Tomy ingin melepaskan tendangannya, tiba-tiba bola di kakinya sudah hilang. seseorang sudah mengambil bola di kakinya.
"Sial cepat sekali!" gumam Tomy langsung membalikan pandangannya.
Terlihat seseorang membawa bola ke arah gawangnya.
"Ayo Ray, serang" teriak Ahmad dari bawah mistar gawang.
Raydha berlari ke arah gawang lawan. saat menuju gawang lawan Raydha di hadang 2 orang seniornya.
"Mex jangan biarkan dia lewat!" ucap Riko meminta temannya untuk merebut bola dari Raydha.
"Oper sini Ray!" pinta Andy
Seketika itu, bola yang tadi di depan kaki Raydha di letakkan di belakang kakinya. dan saat itu pula bola melambung di atas kepala Raydha dari arah belakang Raydha sampai akhirnya melewati pertahanan Mexy dan Faisal.
"Apa?" Gumam Andy
"Terus Ray, serang!" Terdengar suara dari pingir lapangan dan semua yang berada di pinggir lapangan serentak melihat ke arahnya.
Suara tersebut berasal dari Nadia, sontak dia memberi dukungan ke Raydha karena melihat cara Raydha mengecoh temannya sangatlah menakjubkan. Tidak hanya Nadia, yang lain pun ikut terpana dengan apa yang baru saja mereka lihat. Kembali lagi ke dalam lapangan. Setelah berhasil mengecoh mexy dan faisal Raydha kembali berlari menuju gawang lawan. Satu persatu pemain bertahan lawan mencoba menahan Raydha. akan tetapi hal tersebut sia-sia belaka. semuanya berhasil di kecoh Raydha. Hingga akhirnya Raydha tiba di depan gawang lawan. Saat hendak melakukan tendangan ke gawang. tiba-tiba penjaga gawang menyergap dengan cepat ke arah Raydha. Dengan sangat cepat Raydha menarik bola dengan ujung kakinya ke belakang. kemudian Dia memantulkan bola ke atas kemudian bola tersebut melayang di atas penjaga gawang hingga akhirnya bola tersebut mendarat di dalam gawang lawan. Penjaga gawang hanya terdiam sambil melihat ke arah bola yang sekarang sudah masuk ke dalam gawang
"Mereka ngapain si?" gumam Nadia sambil mengepalkan tangannya.Raut wajah Nadia seperti terbakar cemburu. Dia sepertinya sangat kesal melihat Lidya yang mendekati Raydha. kekesalan Nadia semakin memuncak saat melihat mereka saling bertukaran senyuman dan saling berjabat tangan yang menandakan mereka semakin dekat.Melihat paras Lidya yang sangat cantik. wajar saja jika Nadia menaruh cemburu kepada Lidya. Karena dia yakin Raydha juga pasti suka dengan Lidya."Perasaan apa ini?""Sadar Nad, kamu baru kenal dan belum tentu dia juga suka dengan kamu!" gumam Nadia terus meyakinkan dirinya.Perlahan Nadia membalikan tubuhnya seperti ingin meninggalkan sisi lapangan."Kamu mau ke mana?" tanya Intan"Aku mau ke toilet sebentar!" jawab Nadia terus berjalan menjauhi keruman.Melihat ada yang aneh dengan sahabatnya. Intan mencoba melihat sekelilingnya. karena sebelumnya setiap Nadia ingin ke toilet, Nadia selalu mengajak dirinya. Da
"Ya sudah kamu istirahat, besok pagi kamu harus pergi lagi ke kampus"! sambung Oma."Iya Oma"! sambil membalikan tubuhnya Raydha berjalan kearah kamarnya.Sesampai di dalam kamar, saat dirinya hendak naik ke atas tempat tidur, perhatiannya teralihkan oleh suara telepon gengam yang dia letakan di atas meja."Kriiinng... kringgg...kriiinggg...!""Hallo... ini benar Raydha? terdengar suara seorang gadis dari dalam telepon."iya, ini siapa?" tanya Raydha"Ini aku Lidya, kamu belum tidur Ray?" jawab Lidya"hem Lidya...!! belum, ada perlu apa Lid?""Gini Ray, kalau kamu lagi tidak sibuk aku mau ajak kamu keluar untuk jalan-jalan. Lagi pula besok kita sudah masuk kampus dan tidak bisa keluar lagi" ucap Lidya dengan nada sedikit memohon."Bagaimana ya, sejujurnya aku sedang tidak ingin kemana-mana. Ya sudah, kamu jemput aku ya, motor sudah aku simpan!" jawab Raydha"Iya, kamu share location ya. Aku jemput kamu
Berselang beberapa saat, mereka pun tiba di cafe tersebut. Terlihat banyak sekali pengunjung yang berada di cafe itu dan sebagian besar adalah teman-teman Lidya. Ternyata, salah satu teman Lidya sedang merayakan ulang tahun di cafe tersebut. dan dia mengundang semua teman-teman SMA nya termasuk Lidya. Saat Raydha dan Lidya hendak masuk ke dalam cafe, terdengar seseorang memanggil Lidya. "Lidya" suara yang sangat tidak asing bagi Lidya. Lidya membalikan tubuhnya dan melihat kearah datangnya suara tersebut. Terlihat 1 orang pria dan 3 orang wanita berjalan menghampiri Lidya dan Raydha. "Oh kalian" ucap Lidya. Mereka adalah teman sekaligus sahabat baik Lidya saat masih SMA. "Kamu baru datang Lid? yang di sebelah kamu itu siapa?" tanya seorang pria tubuh yang lumayan besar. "Iya aku baru saja tiba, oh ini kenalin teman kampus aku, namanya Raydha!" Ucap Lidya mengenalkan Raydha kepada teman-temannya.
Di sisi lain Nadia sedikit gugup saat melihat Raydha, sementara Raydha sendiri sibuk dengan handphone yang dia pegang."Baiklah semuanya, Silahkan nikmati apa yang sudah di sediakan. Malam ini kita pesta" teriak Anggun sambil mengangkat kedua tangannya di atas.Semua tamu yang hadir bergiliran mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan hadiahnya. Kemudian mereka melanjutkan pestanya."Bukankah kita seharusnya tiup lilin dan potong kue dulu sebelum pesta?" tanya Agnes sedikit heran."Seseorang yang sedang aku tunggu belum datang, tunggu sampai dia datang dulu" jawab Anggun.Saat mereka sedang asik-asiknya menikmati pesta. Tiba-tiba seseorang pria paruh baya berjalan naik ke atas pangung cafe."Selamat malam semuanya, selamat datang di cafe kami..!!" ucap pria paruh baya tersebut."Selamat malam" jawab beberapa tamu yang hadir."Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih karena sudah menyewa cafe kami ini. akan tetapi say
"Ayolah Ray, anggap aja kado untuk Anggun!" ucap Intan yang berdiri di sebelah Nadia.Mendengar ucapan Intan, Tomy tanpa sadar mengepalkan tangannya."Baiklah!" ucap Raydha yang langsung berdiri dan berjalan ke arah pangung cafe.Terlihat raut bahagia di wajah Anggun. Akhirnya acara ulang tahunnya bisa berlanjut dengan baik."Tamu yang kamu tunggu tadi bagaimana ?" tanya Agnes"Sepertinya tidak akan datang. Tamu yang aku harapkan sesungguhnya adalah salah satu pemain band yang akan mengisi acara ini" jawab Anggun dengan nada sedikit kecewa."Sudah jangan di fikirin, mungkin dia lagi ada keperluan yang lebih penting. Sekarang kita lihat aja penampilan teman kampus Lidya" ucap Agnes sedikit menghibur sahabatnya."Itu Raydha sudah mulai" ucap Lidya yang langsung berjalan kedepan pangung untuk melihat Raydha lebih dekat lagi."Selamat malam semuanya, nama saya Raydha. Di sini saya hanya penganti band yang tidak bisa hadir. jika nan
Akhirnya lagu yang dinyanyikan Raydha pun selesai. Bersamaan dengan selesainya lagu yang dia nyanyikan terdengar riuh suara tepuk tangan tamu yang ada. "Lagi...lagi..!!" teriak beberapa tamu yang ada di depan pangung cafe. Tak berselang lama, seseorang berjalan menghampiri Raydha dengan setelan Jas serba hitam. Tidak ada dari teman-teman Anggun dan Lidya yang mengenali siapa pria tersebut. "Kamu punya waktu sebentar? saya ingin berbicara!" Ucap pria tersebut. Sedikit heran terpancar di wajah Raydha, begitu juga dengan tamu-tamu yang ada di sana. "Iya, boleh pak" jawab Raydha sambil meletakan gitar yang dia gunakan tadi. "Silahkan ikuti saya ke dalam" sambung pria tersebut mempersilahkan Raydha. Setelah itu, pria tersebut berjalan memasuki ruang VIP yang ada di cafe tersebut. di ikuti Raydha yang berjalan di belakangnya. "Siapa pria tua itu?" tanya Nadia berbicara kepada Intan yang melihat ke arah Raydha dan pria tua ter
Sementara itu di ruangan VIP yang telah di masuki Raydha. Terlihat beberapa pria berjas hitam lainnya. Mereka tidak terlihat seperti orang biasa. Dan sepertinya mereka sangat berpengaruh di kota itu, melihat setiap pria yang duduk di kursi masing-masing di jaga setidaknya 2 orang pengawal dengan tubuh yang besar. Melihat suasana yang seperti itu, mendadak wajah Raydha sedikit pucat. dari pertama kali dirinya memasuki ruangan VIP tersebut, tidak ada sepatah kata pun yang berani dia ucapkan. Semua mata yang ada tertuju padanya. "Silahkan duduk!" ucap Tuan Arnold mempersilahkan Raydha duduk di kursi yang baru saja di siapkan oleh salah satu pengawal Tuan Arnold. "I...iya Pak!" jawab Raydha dengan nada suara menahan ketakutan. "Ada apa ini? dan siapa mereka? mengapa pria tua ini membawa aku kesini?" gumam Raydha dalam hati. "Siapa anak muda ini Tuan Arnold?" tanya salah seorang pria. "Sebentar, aku juga ingin memastikannya" jawab A
Setelah keluar dari ruangan tersebut, Raydha berjalan menghampiri Lidya. dengan raut wajah yang sedikit menakutkan.Melihat raut wajah Raydha dengan mata sedikit memerah. Tak ada satu pun di antara temen-temen Nadia yang berani menyapa Raydha."Bisa antar aku pulang sekarang?" ucap Raydha!"Iya, ayo kita pulang!" jawab Lidya yang tidak ingin bertanya akan sesuatu yang sudah terjadi di ruangan tersebut."Kami pulang dulu ya semua, terima kasih untuk pestanya!" Ucap Lidya.Semua yang berada di antara mereka hanya terdiam melihat mereka. begitu juga dengan Tomy.Nadia yang melihat Raydha mengajak Lidya pulang terlihat sedikit kesal."Berarti tadi Raydha dan Lidya pergi kesini bersama-sama!"Gumam Nadia dalam hati.Setelah berbicara dengan Lidya, Raydha langsung berjalan keluar tanpa mengucapkan kata permisi kepada yang lainnya. dengan di ikuti Lidya di belakangnya."Sepertinya telah terjadi sesuatu di dalam ruang
"Maksudnya apa? kabar apa? tolong jawab jujur!" jawab Raydha dengan tangan mengepal. Setelah melihat dan mendengar ucapan Raydha, Arnold sejenak terdiam. "Sepertinya Tuan muda tidak mengetahui kabar tentang kedua orang tuanya" gumam Arnold dalam hati sambil melihat ke arah pria lainnya. "Tuan Arnold?" Ucap salah seorang pria dengan sedikit angukan kepala yang merupakan patner bisnis Tuan Arnold . Angukan tersebut menandakan untuk Tuan Arnold bisa menceritakan semuanya kepada Raydha. Pria tersebut adalah Aldo smurt! Aldo Smurt termasuk kedalam orang-orang kepercayaan keluarga Case. Dia juga sangat menghormati keluarga Case. Setelah melihat angukan Aaldo Smurt, Arnold pun memberitahukan semuanya kepada Raydha tentang hal yang menimpa orang tuanya. "Sebenarnya Tuan dan Nyona Case mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang ke sini! akan tetapi, sampai saat ini kami belum menemukan jasadnya. Kami tidak tau apakan Tuan dan Nyonya Ca
Sementara itu di ruangan VIP yang telah di masuki Raydha. Terlihat beberapa pria berjas hitam lainnya. Mereka tidak terlihat seperti orang biasa. Dan sepertinya mereka sangat berpengaruh di kota itu, melihat setiap pria yang duduk di kursi masing-masing di jaga setidaknya 2 orang pengawal dengan tubuh yang besar. Melihat suasana yang seperti itu, mendadak wajah Raydha sedikit pucat. dari pertama kali dirinya memasuki ruangan VIP tersebut, tidak ada sepatah kata pun yang berani dia ucapkan. Semua mata yang ada tertuju padanya. "Silahkan duduk!" ucap Tuan Arnold mempersilahkan Raydha duduk di kursi yang baru saja di siapkan oleh salah satu pengawal Tuan Arnold. "I...iya Pak!" jawab Raydha dengan nada suara menahan ketakutan. "Ada apa ini? dan siapa mereka? mengapa pria tua ini membawa aku kesini?" gumam Raydha dalam hati. "Siapa anak muda ini Tuan Arnold?" tanya salah seorang pria. "Sebentar, aku juga ingin memastikannya" jawab A
Akhirnya lagu yang dinyanyikan Raydha pun selesai. Bersamaan dengan selesainya lagu yang dia nyanyikan terdengar riuh suara tepuk tangan tamu yang ada. "Lagi...lagi..!!" teriak beberapa tamu yang ada di depan pangung cafe. Tak berselang lama, seseorang berjalan menghampiri Raydha dengan setelan Jas serba hitam. Tidak ada dari teman-teman Anggun dan Lidya yang mengenali siapa pria tersebut. "Kamu punya waktu sebentar? saya ingin berbicara!" Ucap pria tersebut. Sedikit heran terpancar di wajah Raydha, begitu juga dengan tamu-tamu yang ada di sana. "Iya, boleh pak" jawab Raydha sambil meletakan gitar yang dia gunakan tadi. "Silahkan ikuti saya ke dalam" sambung pria tersebut mempersilahkan Raydha. Setelah itu, pria tersebut berjalan memasuki ruang VIP yang ada di cafe tersebut. di ikuti Raydha yang berjalan di belakangnya. "Siapa pria tua itu?" tanya Nadia berbicara kepada Intan yang melihat ke arah Raydha dan pria tua ter
"Ayolah Ray, anggap aja kado untuk Anggun!" ucap Intan yang berdiri di sebelah Nadia.Mendengar ucapan Intan, Tomy tanpa sadar mengepalkan tangannya."Baiklah!" ucap Raydha yang langsung berdiri dan berjalan ke arah pangung cafe.Terlihat raut bahagia di wajah Anggun. Akhirnya acara ulang tahunnya bisa berlanjut dengan baik."Tamu yang kamu tunggu tadi bagaimana ?" tanya Agnes"Sepertinya tidak akan datang. Tamu yang aku harapkan sesungguhnya adalah salah satu pemain band yang akan mengisi acara ini" jawab Anggun dengan nada sedikit kecewa."Sudah jangan di fikirin, mungkin dia lagi ada keperluan yang lebih penting. Sekarang kita lihat aja penampilan teman kampus Lidya" ucap Agnes sedikit menghibur sahabatnya."Itu Raydha sudah mulai" ucap Lidya yang langsung berjalan kedepan pangung untuk melihat Raydha lebih dekat lagi."Selamat malam semuanya, nama saya Raydha. Di sini saya hanya penganti band yang tidak bisa hadir. jika nan
Di sisi lain Nadia sedikit gugup saat melihat Raydha, sementara Raydha sendiri sibuk dengan handphone yang dia pegang."Baiklah semuanya, Silahkan nikmati apa yang sudah di sediakan. Malam ini kita pesta" teriak Anggun sambil mengangkat kedua tangannya di atas.Semua tamu yang hadir bergiliran mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan hadiahnya. Kemudian mereka melanjutkan pestanya."Bukankah kita seharusnya tiup lilin dan potong kue dulu sebelum pesta?" tanya Agnes sedikit heran."Seseorang yang sedang aku tunggu belum datang, tunggu sampai dia datang dulu" jawab Anggun.Saat mereka sedang asik-asiknya menikmati pesta. Tiba-tiba seseorang pria paruh baya berjalan naik ke atas pangung cafe."Selamat malam semuanya, selamat datang di cafe kami..!!" ucap pria paruh baya tersebut."Selamat malam" jawab beberapa tamu yang hadir."Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih karena sudah menyewa cafe kami ini. akan tetapi say
Berselang beberapa saat, mereka pun tiba di cafe tersebut. Terlihat banyak sekali pengunjung yang berada di cafe itu dan sebagian besar adalah teman-teman Lidya. Ternyata, salah satu teman Lidya sedang merayakan ulang tahun di cafe tersebut. dan dia mengundang semua teman-teman SMA nya termasuk Lidya. Saat Raydha dan Lidya hendak masuk ke dalam cafe, terdengar seseorang memanggil Lidya. "Lidya" suara yang sangat tidak asing bagi Lidya. Lidya membalikan tubuhnya dan melihat kearah datangnya suara tersebut. Terlihat 1 orang pria dan 3 orang wanita berjalan menghampiri Lidya dan Raydha. "Oh kalian" ucap Lidya. Mereka adalah teman sekaligus sahabat baik Lidya saat masih SMA. "Kamu baru datang Lid? yang di sebelah kamu itu siapa?" tanya seorang pria tubuh yang lumayan besar. "Iya aku baru saja tiba, oh ini kenalin teman kampus aku, namanya Raydha!" Ucap Lidya mengenalkan Raydha kepada teman-temannya.
"Ya sudah kamu istirahat, besok pagi kamu harus pergi lagi ke kampus"! sambung Oma."Iya Oma"! sambil membalikan tubuhnya Raydha berjalan kearah kamarnya.Sesampai di dalam kamar, saat dirinya hendak naik ke atas tempat tidur, perhatiannya teralihkan oleh suara telepon gengam yang dia letakan di atas meja."Kriiinng... kringgg...kriiinggg...!""Hallo... ini benar Raydha? terdengar suara seorang gadis dari dalam telepon."iya, ini siapa?" tanya Raydha"Ini aku Lidya, kamu belum tidur Ray?" jawab Lidya"hem Lidya...!! belum, ada perlu apa Lid?""Gini Ray, kalau kamu lagi tidak sibuk aku mau ajak kamu keluar untuk jalan-jalan. Lagi pula besok kita sudah masuk kampus dan tidak bisa keluar lagi" ucap Lidya dengan nada sedikit memohon."Bagaimana ya, sejujurnya aku sedang tidak ingin kemana-mana. Ya sudah, kamu jemput aku ya, motor sudah aku simpan!" jawab Raydha"Iya, kamu share location ya. Aku jemput kamu
"Mereka ngapain si?" gumam Nadia sambil mengepalkan tangannya.Raut wajah Nadia seperti terbakar cemburu. Dia sepertinya sangat kesal melihat Lidya yang mendekati Raydha. kekesalan Nadia semakin memuncak saat melihat mereka saling bertukaran senyuman dan saling berjabat tangan yang menandakan mereka semakin dekat.Melihat paras Lidya yang sangat cantik. wajar saja jika Nadia menaruh cemburu kepada Lidya. Karena dia yakin Raydha juga pasti suka dengan Lidya."Perasaan apa ini?""Sadar Nad, kamu baru kenal dan belum tentu dia juga suka dengan kamu!" gumam Nadia terus meyakinkan dirinya.Perlahan Nadia membalikan tubuhnya seperti ingin meninggalkan sisi lapangan."Kamu mau ke mana?" tanya Intan"Aku mau ke toilet sebentar!" jawab Nadia terus berjalan menjauhi keruman.Melihat ada yang aneh dengan sahabatnya. Intan mencoba melihat sekelilingnya. karena sebelumnya setiap Nadia ingin ke toilet, Nadia selalu mengajak dirinya. Da