Menjadi monster.Memang tidak sampai berubah fisik seperti monster yang ada di film-film, tapi ini lebih ke karakter dan kemampuan saja.Gian mengirup napas panjang. Dia sudah sangat disalahpahami oleh banyak orang. Dia telah dihujat sebagai anak durhaka dan disebut monster.Tak ada lagi celah baginya untuk menjelaskan mengenai dirinya di hadapan masyarakat yang telah terlanjur tercuci otak oleh orang-orang yang membenci dia.Hm, sepertinya saran dari Elang tidak ada salahnya juga.“Nah, kau sudah paham sekarang, Bocah?” Elang melirik Gian yang sepertinya telah menelan dengan baik nasehatnya.Gian mengangguk, dia memang tidak bisa menghindari takdir menjadi monster apabila keadaan sudah sejauh begini.“Kalau begitu, kita tidak perlu lagi bersembunyi seperti tikus got, tak perlu lagi bersembunyi seperti pengecut dan pecundang, kau mengerti, Bocah? Kau ini spesial dan hebat, untuk apa malah mengalah pada mereka yang ingin merendahkanmu? Apakah kau ingin seumur hidup direndahkan?” Elang
“Arrghh!” Banyak warga menjerit ketika trafo di tiang listrik memberikan ledakan kecil dan percikan api mulai terlihat. Seketika, listrik di area itu menjadi padam.“Monster Listrik mengamuk!”“Monsternya mengamuk!”“Lari! Lari!”“Selamatkan nyawa kalian!”“Ada monster! Lari!”Seketika, para warga mulai berteriak sambil berlari kocar-kacir ketakutan setelah mereka melihat sendiri bagaimana mengerikannya kekuatan listrik dari Gian. Demikian pula pak RT yang awalnya memang sudah gemetar, kini Beliau lari paling duluan.Gian melihat orang-orang yang kabur ke segala arah, mirip seperti gerombolan semut yang diinjak dan mereka serabutan menyebar dengan panik. Melihat kejadian di bawah sana, dia terkekeh, apalagi mengkaitkan itu dengan semut.“Ya, bisa kupahami, bahwa manusia kelas rendah memang sudah terbiasa bergerak bersama-sama. Mereka hanya berani jika berkelompok dan tak ada yang memiliki nyali menghadapi sendirian. Itulah golongan manusia rendahan.” Elang sudah muncul di bahu Gian.I
Baru saja Logan dan gengnya selesai bersenang-senang sebentar di sebuah kelab malam dan mereka berencana ke kelab malam berikutnya. Di masing-masing pelukan mereka ada wanita muda dengan pakaian minim dan dandanan seronok.Motor Gian berhenti di dekat mereka dan dia membuka helmnya, menampilkan wajah tampannya tanpa ragu, tidak lagi bermasker.“Rasanya lama tidak bertemu dengan sampah seperti kalian.” Gian menyapa Logan dan gengnya.Mata Logan dan gengnya seketika terfokus pada sosok yang ada di dekat mereka.“G—Gian!” pekik Logan dengan wajah terkesiap, benar-benar tidak siap menerima kehadiran Gian di dekatnya secara nyata.“Baguslah kau masih mengingat namaku.” Gian menyeringai tanpa turun dari motornya. Kemudian, dia memberikan sindiran, “Tapi, bukankah kau sudah sering menyebutku monster di sana dan sini? Tumben sekali kau masih memanggilku dengan nama? Sepertinya kau kurang lama di penjara.”Logan ketakutan, demikian pula kawan-kawannya yang berjumlah lima orang.“A—aku tidak in
Setelah memikirkan dengan baik dan seksama, akhirnya Gian teringat akan kedua kakaknya yang sudah sangat keterlaluan memfitnah dia di berbagai acara televisi dan podcast.Maka, tanpa berlama-lama, motor dipacu ke arah rumah keluarganya.Namun, pada kenyataannya, ketika Gian tiba di rumahnya di dalam sebuah gang tengah kota, rumah itu sudah ditinggalkan.Hanya satu dugaan yang ada di kepala Gian, keluarganya pindah atau mengungsi karena takut ditemui dia. Ya, sepertinya semacam itu.Saat Gian hendak melaju lagi dengan motornya, tiba-tiba saja muncul seorang wanita dari rumah di sebelah rumah Gian.“Ah!” Wanita itu terkejut mendapati Gian di sana, keluar dari gerbang rumahnya. Dia sungguh tidak mengira akan bertemu dengan si monster yang terkenal belakangan hari ini.Gian tidak melakukan apapun pada wanita itu karena si wanita sudah masuk kembali ke rumahnya dan mengunci pintu rumah.Sebenarnya, bisa saja Gian menerobos masuk dan memberikan ancaman pada wanita itu untuk mencari keberada
Namun, ketika ayah Ardi sudah menapakkan kakinya di teras depan, nyalinya mendadak berkerut ketika bertatapan pandang dengan Gian.“Halo, Om!” Gian melambaikan tangannya dengan santai pada ayahnya Ardi.“Ha—halo, Gian.” Ayah Ardi secara canggung membalas sapaan Gian.Tak berapa lama, ibu Ardi juga ikut keluar dan berjalan takut penuh waswas sambil melihat ke Gian. “Gi—Gian?” sapanya ketika melihat bahwa anak dan suaminya tidak kenapa-kenapa setelah menyapa Gian.“Halo, Tante!” Gian tersenyum sambil melambaikan tangan ke ibu Ardi.“Kak, aku tidak akan dijahati, kan?” tanya Ardi lagi sebagai bentuk memastikan akan keselamatannya. Dia ingin lebih mendekat ke Gian.“Tentu saja tidak!” balas Gian dengan wajah ramah. “Kalau kamu tidak jahat ke Kakak, untuk apa Kakak jahat ke kamu?” Dia mengerling jenaka ke Ardi.Ini menyebabkan Ardi makin berani melangkah keluar rumah. Namun, lekas saja ayah dan ibunya menahan bocah remaja itu.“Mah, Pah! Kak Gian ini baik, kok! Dia bilang tidak akan jahati
Sementara ibunya Ardi sudah menyelesaikan teleponnya dengan Melinda, giliran dia menelepon ibu-ibu lainnya di gang itu untuk menceritakan kejadian menegangkan dan sangat hebat antara keluarganya dan Gian.Bagaimanapun juga, manusia selalu ingin diakui oleh sesamanya, apapun alasan dan caranya.Motor Gian sudah tiba di depan gerbang utama Perumahan Alam Seroja Indah. Ada dua satpam berjaga di sana.“Selamat malam, ingin mencari siapa dan alamat yang mana?” tanya salah satu satpam.“Maaf, Pak! Alamatnya bu Melinda di mana, ya? Saya ditugaskan untuk mengantarkan pesan dari bos saya dari stasiun televisi terkait dengan jadwal syuting selanjutnya.” Gian berbohong.“Maaf, boleh melihat ID Card Anda?” tanya si satpam.Gian mengeluarkan tanda pengenal kerja dari dalam tasnya. Itu baru saja dia buat di tempat rental komputer. “Maaf, Pak. Kemarin kena hujan dan agak rusak ID Card saya!”Satpam melihat tanda pengenal kerja yang memang terlihat kusut dan tak begitu jelas tulisan serta fotonya. “O
Gian tak habis pikir, bagaimana bisa ibunya terus saja memberikan pembelaan pada kedua kakaknya tanpa bersimpati padanya sedikitpun!“Ma … sekarang Mama ingin aku mengingat mereka sebagai saudara kandung? Hanya karena aku menyakiti mereka? Lalu ke mana Mama ketika aku ditindas dan disakiti mereka sejak aku kecil? Mama ke mana ketika itu terjadi?!” Gian berteriak dengan perasaan kalut. Matanya mulai basah jika mengingat kejadian masa lalu yang amat menyakitkan.Ditindas kakak-kakaknya sendiri, diremehkan dan tidak diakui ibu kandungnya. Apa yang bocah cilik bisa lakukan ketika dihadapkan pada perlakuan keji macam itu?Menyadari akar sakit hati Gian, Melinda segera bersimpuh lebih benar dan meratap, “Maafkan kedua kakakmu, Gian. Maafkan Mama juga. Kami salah padamu, kami sungguh salah! Ampuni kami!” Dia sembari menggosok-gosokkan kedua telapak tangan sebagai permintaan maaf dan penuh penyesalan.“Sekarang aku ingin tahu, aku salah apa sampai diperlakukan buruk dari kecil oleh kalian?” G
Ternyata, Gian memiliki rencana untuk pergi ke stasiun televisi.“Cher, bisa terus menyetir? Atau gantian dengan Kakak saja, sini!” Gian tak tega jika adiknya harus menghadapi ini.Dengan gerakan cepat, Gian berganti posisi dengan Cheryl, kini dia di ruang kemudi.Sementara itu, belasan mobil polisi dan juga truk berisi banyak polisi bersenjata api terus mengikuti secara ketat mobil yang dilajukan Gian. Mereka tidak berani melakukan serangan karena ada 4 sandera di dalam mobil Melinda.Bahkan, komandan tidak berani memerintahkan anak buahnya untuk menembak ban mobil karena dikhawatirkan akan mencelakai para sandera jika mobil sampai oleng atau terguling.Di belakang kemudi, Gian menyeringai sambil terus menatap ke jalanan yang sedikit lengang karena ini sudah hampir tengah malam.Dikarenakan adanya suara sirene iring-iringan mobil dan truk polisi, menjadikan warga sekitar menjadi heboh dan ingin tahu ada apa.Dari satpam yang kini sudah sadar, warga kompleks pun tahu bahwa si anak mon
“Ya, misimu sudah selesai. Kau bisa melanjutkan hidupmu seperti dulu atau seperti apapun yang kau inginkan.” Gumpalan itu menyahut Gian. Meski menyenangkan mengetahui bahwa dia sudah menyelesaikan misi, tapi ada keengganan di hatinya. Wajah gembira Gian berganti ke muram dan bertanya, “Apakah aku boleh tetap memiliki kekuatan ini dan meneruskan misi? Aku … jujur saja aku mulai menyukai menolong orang.” Dia sedikit malu saat mengatakannya dan menggaruk belakang kepalanya. Si gumpalan terdiam sesaat, tapi kemudian ada suara lain muncul dan itu barulah suara Dewa Milhesh. Mungkin ucapan Gian segera diteruskan ke sang dewa oleh gumpalan tadi. “Kau ingin tetap melakukan misi kemanusiaan?” tanya Dewa Milhesh ingin memastikan dari Gian sendiri. “Benar, Tuan Dewa.” Gian mengangguk dan meneruskan, “Saya sudah terbiasa melakukan misi ini dan rasanya sedih jika harus menyudahinya. Kalau Tuan Dewa berkenan, bolehkah saya meneruskan misi?” “Hm, ya sudah, kau bisa lanjutkan misimu sampai kau pu
Gian sedang memberikan terapi penting pada seorang bapak untuk mencegah si bapak menderita penyumbatan darah di saluran yang ada pada jantungnya, tapi ternyata ada copet yang sedang dikejar seseorang yang mungkin saja korbannya.Haruskah Gian menghentikan terapi untuk menolong korban copet? Ternyata tidak perlu.Dengan santai, Gian cukup menjulurkan kakinya ke belakang saat dia sedang memberikan terapi di dada si bapak, dan copet yang berlari tadi tersandung dan terjungkal akibat itu sehingga dia bisa diringkus dengan cepat.Sepertinya Gian mulai menyukai misinya yang menyenangkan karena bisa membuat seseorang tersenyum bahagia usai ditolong. Apalagi, misi ini juga tidak memerlukan banyak tantangan. Mudah untuknya.Benarkah akan selalu mudah?***"Jangan kamu kira kamu yang paling hebat hanya karena kamu kuat!" Seorang lelaki menatap penuh dengki ke Gian saat mereka saling berhadapan di sebuah kebun kosong di sebuah desa. "Aku tidak merasa yang paling hebat. Aku hanya meminta kamu be
Ini masih jam 9 malam, belum terlalu larut malam sehingga masih ada banyak orang di jalanan.Ketika Gian baru saja menyembuhkan ibu pemilik warung kecil penjual pecel dan gado-gado, mendadak saja dikejutkan dengan teriakan orang-orang di dekatnya.Ketika Gian menatap apa yang menjadi biang keributan, ternyata ada mobil yang berjalan zig-zag tidak terkendali dengan kecepatan yang cukup tinggi. Meskipun jalanan sudah cukup sepi, namun masih ada banyak pejalan kaki di sana.Mobil itu tiba-tiba saja sudah berpindah ke daerah jalur sepeda dan hendak menyeruduk beberapa pesepeda yang sedang berada di sana.Gian lekas bergerak cepat dan menghilang dari hadapan ibu tadi dan dia sudah ada di depan mobil tadi dan memegangi bumper depan mobil sehingga kuda besi itu pun bisa berhenti secara paksa.Ketika mobil sudah berhasil dihentikan, orang-orang segera saja mengerumuninya dan terlihat pengendaranya ternyata sedang teler karena itu terlihat jelas dari tingkah lakunya.Oleh karena itu, orang-ora
Gian berjalan kaki keluar rumah, dan bahkan dia tidak menggunakan kendaraan apapun untuk perjalanan misinya. Ini memang yang diperintahkan Dewa Milhesh kepadanya sebagai salah satu hukuman.Karena fisik kuat melebihi manusia biasa, Gian tidak mengalami kesulitan ketika dia harus berjalan berkilo-kilometer jauhnya tanpa berhenti.Di tas ransel yang dia bawa hanya ada 3 stel baju dan dalaman. Kostum ajaib dari perusahaan Rusia sudah dihancurkan oleh Dewa Milhesh kala itu di puncak gunung.Saat ini, Gian benar-benar mirip bocah petualang biasa. Hanya saja, dia terlihat berbeda karena penampilan menawannya.***Bruakk!Seorang lelaki terpental hingga menabrak tumpukan peti kayu di belakangnya ketika Gian meninjunya meski hanya mengeluarkan sekian persen kecil dari kekuatannya.“Bukankah sudah aku bilang agar kamu bersikap lebih pantas pada yang tua? Bisa-bisanya kamu merampas uang bapak ini!” tegur Gian pada orang yang baru saja dia tinju.Setelahnya, dia mengambil kembali segepok uang Rp
Gian benar-benar tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat ketika mendengar Alicia yang terdengar cemas dan bertanya pada dia.Meski Gian memiliki sekelumit dugaan bahwa orang yang memiliki perasaan kuat padanya hanyalah Alicia, tapi dia tetap saja terkejut mendapati bahwa itu adalah nyata.Padahal, Dewa Milhesh membuka segel penghapusan memori dimulai tadi malam, tapi ternyata Alicia sudah mencari dia sejak siang.Bergegas, Gian meraih ponselnya dan dia lupa bahwa dia sempat mengatur silent pada ponsel itu. Tentu saja, ada banyak panggilan tak terjawab dan chat yang semuanya adalah dari Alicia.“Cia … em, maaf … aku minta maaf, ponselnya aku silent, he he ….” Gian tersenyum canggung.“Oh, aku pikir kamu kenapa. Aku lega bukan main waktu kamu masuk ke kelas. Kau tahu, kau sudah tidak masuk berminggu-minggu, membuatku cemas saja.” Alicia seperti sedang mengomeli Gian, tapi remaja pria itu justru tersenyum senang.Ya, memang dari dulu hanya Alicia yang memiliki kepedulian lebih terhad
Memang informasi yang didapat Gian dari gumpalan gaib itu bukan suara melainkan pemahaman-pemahaman yang ingin dia ketahui.Gian diam dan mencerna apa yang masuk ke otaknya dari gumpalan kabut petir emas.Akhirnya dia paham, bahwa saat ini, semua anggota keluarganya hanya mengingat Gian di rentang waktu saat dia belum memiliki kekuatan super.Meski begitu, wajah Gian saat ini sudah sesuai dengan wajah terakhir dia, yaitu pemuda tampan yang membawa aura bule menawan padanya.Keluarga dan semua orang tidak akan ada yang ingat mengenai Gian memiliki kekuatan ajaib di luar nalar manusia. Oleh karena itu, Dewa Milhesh tidak memperbolehkan dia menunjukkan kekuatan itu jika bukan untuk kebajikan dalam misi kemanusiaan atau Gian bisa mendapatkan hukuman keras dari sang dewa.Karenanya, Gian pada malam harinya ketika pergi ke ruang makan untuk bersantap bersama ibu dan saudara-saudaranya, masih akan ada sikap usil dari Carlen dan Zohan.Namun, mereka sedikit terkejut dengan perubahan wajah Gia
Setelah Dewa Milhesh menunjukkan raut tegasnya yang mengakibatkan penampilannya makin menyeramkan karena kulit kemerahan dia, sang dewata pun mengendur dan menghela napas. “Haahh … manusia tetaplah manusia.”Mendengar suara Dewa Milhesh mendadak lebih lembut, beban di benak Gian menguap secara perlahan dan dia menjadi lebih tenang.“Kau harus bersyukur bahwa aku bukan orang kejam dan seenaknya meski kekuatanku besar. Nak, kau harus meneladani diriku ini, kau paham?!” Sang dewa melotot meski tidak menyebarkan aura mengerikan seperti sebelumnya.Gian tergagap menjawab, “Ba—baik, Tuan Dewa! Tentu! Tentu saya paham! Saya pasti meneladani Anda!” Memangnya apa lagi yang bisa dia ucapkan selain itu agar sang dewata tidak murka?“Hm, baiklah. Aku akan mengabulkan keinginanmu. Jadikan ini pengingat untuk dirimu agar setelah ini, jangan bertindak berlebihan dan merugikan orang baik di luar sana! Kau paham?” tegas Dewa Milhesh sambil menatap tajam ke Gian.“Paham, Tuan Dewa!” Gian mengangguk teg
Hukuman. Dia akan dihukum. Gian berdebar merenungkan kata itu. Apalagi, ini hukuman dari entitas tinggi seperti dewa, akan separah apa hukuman yang diberikan?Melihat Gian yang mulai pias karena ketakutan, Dewa Milhesh menghela napas dan berkata, “Aku ini bukan orang kejam.” Lagi dan lagi, sang dewata mengulang kalimat itu agar tak ada orang yang salah persepsi padanya hanya karena penampilan bengis dan menakutkannya.Tak juga mendapatkan sahutan dari Gian, maka Dewa Milhesh berkata lagi, “Hukuman untukmu adalah … aku cabut semua kekuatan yang ada di tubuhmu, semua yang diberikan mantan muridku.”Gian membelalakkan matanya lebar-lebar. Kekuatan supernya hendak dicabut? Bukankah itu artinya dia menjadi manusia pecundang lagi? Dia akan kembali ke kehidupan lamanya yang menyedihkan, bahkan mungkin kali ini akan lebih menyedihkan karena semua orang pasti mengutuk dan menginginkan dia membusuk di penjara.Karena memikirkan kemungkinan terburuk itu, Gian menundukkan kepala. Sepertinya sudah
Diperalat?Kepala Gian bagai dihantam godam raksasa meski itu hanya sebuah ucapan dari Dewa Milhesh.Saat Gian sedang sibuk memproses ucapan sang dewata, sosok besar di langit itu melanjutkan bicara, “Kamu harus tahu, bahwa sebenarnya tikus putih yang selalu bersamamu itu aslinya adalah siluman tikus iblis, dan rekannya yang memberimu kekuatan listrik itu merupakan jin yang berubah menjadi siluman kucing iblis. Mereka sudah pernah beberapa kali membuat huru-hara di dunia manusia sejak jaman dulu.”Gian terdiam mendengarkan penuturan sang dewata dengan seksama, tidak berani mengeluarkan kalimat meski satu kata pun. Dia harus mengetahui dengan jelas semua hal mengenai Elang dan kekuatan di dirinya.“Kucing putih itu dulunya adalah jin yang menjadi muridku. Awalnya dia baik dan patuh padaku. Namun, sejak berteman dengan siluman tikus, perangainya berubah dan kerap membangkang, hingga aku mengusir dia dari kahyangan.“Selain itu, yang membuatku marah, jin muridku itu mencuri salah satu ra