Share

135 - Melakukan Live Tik Tak

Penulis: Gauche Diablo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Namun, ketika ayah Ardi sudah menapakkan kakinya di teras depan, nyalinya mendadak berkerut ketika bertatapan pandang dengan Gian.

“Halo, Om!” Gian melambaikan tangannya dengan santai pada ayahnya Ardi.

“Ha—halo, Gian.” Ayah Ardi secara canggung membalas sapaan Gian.

Tak berapa lama, ibu Ardi juga ikut keluar dan berjalan takut penuh waswas sambil melihat ke Gian. “Gi—Gian?” sapanya ketika melihat bahwa anak dan suaminya tidak kenapa-kenapa setelah menyapa Gian.

“Halo, Tante!” Gian tersenyum sambil melambaikan tangan ke ibu Ardi.

“Kak, aku tidak akan dijahati, kan?” tanya Ardi lagi sebagai bentuk memastikan akan keselamatannya. Dia ingin lebih mendekat ke Gian.

“Tentu saja tidak!” balas Gian dengan wajah ramah. “Kalau kamu tidak jahat ke Kakak, untuk apa Kakak jahat ke kamu?” Dia mengerling jenaka ke Ardi.

Ini menyebabkan Ardi makin berani melangkah keluar rumah. Namun, lekas saja ayah dan ibunya menahan bocah remaja itu.

“Mah, Pah! Kak Gian ini baik, kok! Dia bilang tidak akan jahati
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   136 - Apakah Kalian Merindukanku?

    Sementara ibunya Ardi sudah menyelesaikan teleponnya dengan Melinda, giliran dia menelepon ibu-ibu lainnya di gang itu untuk menceritakan kejadian menegangkan dan sangat hebat antara keluarganya dan Gian.Bagaimanapun juga, manusia selalu ingin diakui oleh sesamanya, apapun alasan dan caranya.Motor Gian sudah tiba di depan gerbang utama Perumahan Alam Seroja Indah. Ada dua satpam berjaga di sana.“Selamat malam, ingin mencari siapa dan alamat yang mana?” tanya salah satu satpam.“Maaf, Pak! Alamatnya bu Melinda di mana, ya? Saya ditugaskan untuk mengantarkan pesan dari bos saya dari stasiun televisi terkait dengan jadwal syuting selanjutnya.” Gian berbohong.“Maaf, boleh melihat ID Card Anda?” tanya si satpam.Gian mengeluarkan tanda pengenal kerja dari dalam tasnya. Itu baru saja dia buat di tempat rental komputer. “Maaf, Pak. Kemarin kena hujan dan agak rusak ID Card saya!”Satpam melihat tanda pengenal kerja yang memang terlihat kusut dan tak begitu jelas tulisan serta fotonya. “O

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   137 - Memiliki Sandera Khusus

    Gian tak habis pikir, bagaimana bisa ibunya terus saja memberikan pembelaan pada kedua kakaknya tanpa bersimpati padanya sedikitpun!“Ma … sekarang Mama ingin aku mengingat mereka sebagai saudara kandung? Hanya karena aku menyakiti mereka? Lalu ke mana Mama ketika aku ditindas dan disakiti mereka sejak aku kecil? Mama ke mana ketika itu terjadi?!” Gian berteriak dengan perasaan kalut. Matanya mulai basah jika mengingat kejadian masa lalu yang amat menyakitkan.Ditindas kakak-kakaknya sendiri, diremehkan dan tidak diakui ibu kandungnya. Apa yang bocah cilik bisa lakukan ketika dihadapkan pada perlakuan keji macam itu?Menyadari akar sakit hati Gian, Melinda segera bersimpuh lebih benar dan meratap, “Maafkan kedua kakakmu, Gian. Maafkan Mama juga. Kami salah padamu, kami sungguh salah! Ampuni kami!” Dia sembari menggosok-gosokkan kedua telapak tangan sebagai permintaan maaf dan penuh penyesalan.“Sekarang aku ingin tahu, aku salah apa sampai diperlakukan buruk dari kecil oleh kalian?” G

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   138 - Ingin Mengadakan Acara Live!

    Ternyata, Gian memiliki rencana untuk pergi ke stasiun televisi.“Cher, bisa terus menyetir? Atau gantian dengan Kakak saja, sini!” Gian tak tega jika adiknya harus menghadapi ini.Dengan gerakan cepat, Gian berganti posisi dengan Cheryl, kini dia di ruang kemudi.Sementara itu, belasan mobil polisi dan juga truk berisi banyak polisi bersenjata api terus mengikuti secara ketat mobil yang dilajukan Gian. Mereka tidak berani melakukan serangan karena ada 4 sandera di dalam mobil Melinda.Bahkan, komandan tidak berani memerintahkan anak buahnya untuk menembak ban mobil karena dikhawatirkan akan mencelakai para sandera jika mobil sampai oleng atau terguling.Di belakang kemudi, Gian menyeringai sambil terus menatap ke jalanan yang sedikit lengang karena ini sudah hampir tengah malam.Dikarenakan adanya suara sirene iring-iringan mobil dan truk polisi, menjadikan warga sekitar menjadi heboh dan ingin tahu ada apa.Dari satpam yang kini sudah sadar, warga kompleks pun tahu bahwa si anak mon

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   139 - Live Tengah Malam yang Menggemparkan

    Acara live di tengah malam dengan bintang tamu yang sangat menakjubkan yang sedang sangat viral dalam satu minggu ini!Mana mungkin pemilik stasiun televisi menolak itu! Maka, setelah dia diberitahu oleh stafnya, dia segera menyuruh agar acara itu bisa berlangsung dengan baik dan lancar.“Tapi, Pak, ada banyak polisi di luar studio!” Stafnya berkata.“Suruh para polisi itu untuk berjaga saja, tak perlu melakukan pertempuran di tempatku!” Pemilik stasiun televisi tak mau kehilangan kesempatan emas meraup banyak uang dan melonjaknya rating setelah ini.Benar saja, dalam waktu sekejap, berita mengenai akan ada tayangan live dengan bintang tamu Gian dan keluarganya di kanal televisi BCYX yang besar segera beredar di media sosial.Di jam seperti itu, tentu masih banyak warganet yang masih begadang. Mereka melotot tak percaya dan segera menyalakan televisi atau mencari kanal resmi stasiun televisi itu di Yutub.Seketika, sudah begitu banyak orang menantikan acara tersebut.Host yang berjuml

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   140 - Melinda Mengakuinya

    “Siapa … siapa yang akan kamu hadirkan, Gian?” tanya salah satu host, seperti yang ad di pikiran Melinda dan yang lainnya.Gian menoleh ke host itu untuk menjawab, “Ada beberapa ibu tetangga dekat rumah kami yang bisa bersaksi bahwa aku memang mengalami pemukulan atau ketika aku sering pergi ke warung depan gang saat aku masih kecil untuk melakukan perintah mama.”“Ya ampun! Bayangkan, anak 5 tahun sudah disuruh-suruh ke warung. Yah, meskipun hanya di depan gang, tetap saja zaman kini marah terjadi penculikan, bukankah itu mengerikan anak sekecil itu dibiarkan sendirian saja mondar-mandir ke warung?” Host itu sampai geleng-geleng kepala.“Dan umur 8 tahun dia harus mencuci pakaiannya sendiri, ingat itu!” Host lain menimpali sesuai dengan apa yang diceritakan Cheryl.Memang, Cheryl saat itu masih sangat kecil ketika Gian cilik harus ke warung. Namun, ketika Cheryl sudah mulai bisa berbicara, dia pernah menyaksikan Gian yang menahan tangis saat pulang ke rumah usai dari warung.Ketika C

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   141 - Dua Kubu

    Warganet terpecah menjadi dua kubu, yang mendukung Gian dan menentang Gian setelah mereka mendengar apa yang sebenarnya terjadi dengan kehidupan Gian.Yang membuat mereka tercengang selanjutnya adalah ketika Gian berkata, “Aku tidak hanya dirundung dan ditindas fisik serta mental di rumah, tapi juga di rumah. Halo, teman-teman sekelasku dan beberapa preman sekolahku, apa kabar kalian di sana? Nyenyakkah tidur kalian semua?”Para host hanya bisa melongo melihat Gian sedang melambaikan tangan ke salah satu kamera yang menyorotnya disertai wajah tersenyum yang sebenarnya itu merupakan ejekan saja pada pihak yang sedang disapa.Karena penasaran, salah satu host wanita bertanya, “Apakah … mereka itu juga merundung kamu, Gian?”“Oh, jelas saja. Itu merupakan kegiatan sehari-hari mereka. Sungguh sebuah ketekunan dari mereka sampai itu seperti sebuah dedikasi bila udah merundungku.” Gian menjawab si host dengan senyum lebar dan kemudian dia menceritakan apa saja perundungan yang dia terima da

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   142 - Menaklukkan Gian

    Mendapatkan senjata mendadak saja diraih sulur listrik dari Gian, dan terasa menyengat sedikit di tangan mereka, tentu para polisi itu melepaskan semua senjata di genggaman.Dengan cepat, Gian sudah melucuti semua senjata para polisi yang mengepung dia di studio.“Jangan dikira aku tidak berani melakukan apapun pada kalian kalau kalian terus mendesakku.” Gian kini berpindah tempat duduk ke posisi antara Carlen dan Zohan.Setelah Gian duduk di antara kedua kakaknya, dia dengan santai merentangkan kedua tangan ke bahu Carlen dan Zohan. “Tenang saja, aku tidak akan menyetrum kedua kakakku asalkan polisi tidak berbuat aneh-aneh padaku.” Dia menambahkan sikap santainya dengan menaruh kedua kaki di atas meja rendah di depannya.Kekehan tawa terlihat mengejek para polisi yang gagal menundukkan dia. Manusia biasa seperti mereka, akan kesulitan menangani sosok dengan kekuatan super seperti Gian.Namun, itu bukan berarti Gian tidak memiliki kelemahan.Tidak diduga-duga, muncul polisi lain yang

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   143 - Diberondong Peluru

    Pertarungan psikologis? Gian menyeringai. Setelahnya, dia mendorong tubuh Carlen dan Zohan ke arah pasukan khusus itu sembari berkata, “Ambil saja! Mereka sudah tidak berguna lagi untukku.” Dia menatap remeh ke ibu dan kedua kakaknya.Gian memang sudah tidak berminat menyandera Carlen dan Zohan karena dia sudah mencapai apa yang dia inginkan, yaitu pengakuan keluarganya mengenai masa lalu kelamnya. Setidaknya, namanya tidak sekeruh sebelumnya.Melihat Gian sudah melepaskan kedua putranya, Melinda bergegas lari ke dua anak kesayangannya sekaligus ingin mendapatkan perlindungan polisi.Sementara, Cheryl masih ada di sisi Gian, tidak bergerak ke para polisi, sehingga pasukan tidak berani melakukan apapun. “Kak.” Gadis belia itu menoleh ke Gian.“Pergilah bersama mereka. Kakak akan baik-baik saja. Kau justru akan terseret bahaya jika ikut Kakak.” Gian paham kalau Cheryl ingin mengikutinya, dan dia sangat terharu akan itu. Hanya saja, dia tak ingin Cheryl menjadi beban baginya dan bisa-bis

Bab terbaru

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   170 - Akhir Sebuah Petualangan

    “Ya, misimu sudah selesai. Kau bisa melanjutkan hidupmu seperti dulu atau seperti apapun yang kau inginkan.” Gumpalan itu menyahut Gian. Meski menyenangkan mengetahui bahwa dia sudah menyelesaikan misi, tapi ada keengganan di hatinya. Wajah gembira Gian berganti ke muram dan bertanya, “Apakah aku boleh tetap memiliki kekuatan ini dan meneruskan misi? Aku … jujur saja aku mulai menyukai menolong orang.” Dia sedikit malu saat mengatakannya dan menggaruk belakang kepalanya. Si gumpalan terdiam sesaat, tapi kemudian ada suara lain muncul dan itu barulah suara Dewa Milhesh. Mungkin ucapan Gian segera diteruskan ke sang dewa oleh gumpalan tadi. “Kau ingin tetap melakukan misi kemanusiaan?” tanya Dewa Milhesh ingin memastikan dari Gian sendiri. “Benar, Tuan Dewa.” Gian mengangguk dan meneruskan, “Saya sudah terbiasa melakukan misi ini dan rasanya sedih jika harus menyudahinya. Kalau Tuan Dewa berkenan, bolehkah saya meneruskan misi?” “Hm, ya sudah, kau bisa lanjutkan misimu sampai kau pu

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   169 - Lawan Kuat untuk Gian

    Gian sedang memberikan terapi penting pada seorang bapak untuk mencegah si bapak menderita penyumbatan darah di saluran yang ada pada jantungnya, tapi ternyata ada copet yang sedang dikejar seseorang yang mungkin saja korbannya.Haruskah Gian menghentikan terapi untuk menolong korban copet? Ternyata tidak perlu.Dengan santai, Gian cukup menjulurkan kakinya ke belakang saat dia sedang memberikan terapi di dada si bapak, dan copet yang berlari tadi tersandung dan terjungkal akibat itu sehingga dia bisa diringkus dengan cepat.Sepertinya Gian mulai menyukai misinya yang menyenangkan karena bisa membuat seseorang tersenyum bahagia usai ditolong. Apalagi, misi ini juga tidak memerlukan banyak tantangan. Mudah untuknya.Benarkah akan selalu mudah?***"Jangan kamu kira kamu yang paling hebat hanya karena kamu kuat!" Seorang lelaki menatap penuh dengki ke Gian saat mereka saling berhadapan di sebuah kebun kosong di sebuah desa. "Aku tidak merasa yang paling hebat. Aku hanya meminta kamu be

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   168 - Menghitung Kebajikan

    Ini masih jam 9 malam, belum terlalu larut malam sehingga masih ada banyak orang di jalanan.Ketika Gian baru saja menyembuhkan ibu pemilik warung kecil penjual pecel dan gado-gado, mendadak saja dikejutkan dengan teriakan orang-orang di dekatnya.Ketika Gian menatap apa yang menjadi biang keributan, ternyata ada mobil yang berjalan zig-zag tidak terkendali dengan kecepatan yang cukup tinggi. Meskipun jalanan sudah cukup sepi, namun masih ada banyak pejalan kaki di sana.Mobil itu tiba-tiba saja sudah berpindah ke daerah jalur sepeda dan hendak menyeruduk beberapa pesepeda yang sedang berada di sana.Gian lekas bergerak cepat dan menghilang dari hadapan ibu tadi dan dia sudah ada di depan mobil tadi dan memegangi bumper depan mobil sehingga kuda besi itu pun bisa berhenti secara paksa.Ketika mobil sudah berhasil dihentikan, orang-orang segera saja mengerumuninya dan terlihat pengendaranya ternyata sedang teler karena itu terlihat jelas dari tingkah lakunya.Oleh karena itu, orang-ora

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   167 - Menjadi Penyembuh Gratisan

    Gian berjalan kaki keluar rumah, dan bahkan dia tidak menggunakan kendaraan apapun untuk perjalanan misinya. Ini memang yang diperintahkan Dewa Milhesh kepadanya sebagai salah satu hukuman.Karena fisik kuat melebihi manusia biasa, Gian tidak mengalami kesulitan ketika dia harus berjalan berkilo-kilometer jauhnya tanpa berhenti.Di tas ransel yang dia bawa hanya ada 3 stel baju dan dalaman. Kostum ajaib dari perusahaan Rusia sudah dihancurkan oleh Dewa Milhesh kala itu di puncak gunung.Saat ini, Gian benar-benar mirip bocah petualang biasa. Hanya saja, dia terlihat berbeda karena penampilan menawannya.***Bruakk!Seorang lelaki terpental hingga menabrak tumpukan peti kayu di belakangnya ketika Gian meninjunya meski hanya mengeluarkan sekian persen kecil dari kekuatannya.“Bukankah sudah aku bilang agar kamu bersikap lebih pantas pada yang tua? Bisa-bisanya kamu merampas uang bapak ini!” tegur Gian pada orang yang baru saja dia tinju.Setelahnya, dia mengambil kembali segepok uang Rp

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   166 - Saatnya Berpamitan

    Gian benar-benar tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat ketika mendengar Alicia yang terdengar cemas dan bertanya pada dia.Meski Gian memiliki sekelumit dugaan bahwa orang yang memiliki perasaan kuat padanya hanyalah Alicia, tapi dia tetap saja terkejut mendapati bahwa itu adalah nyata.Padahal, Dewa Milhesh membuka segel penghapusan memori dimulai tadi malam, tapi ternyata Alicia sudah mencari dia sejak siang.Bergegas, Gian meraih ponselnya dan dia lupa bahwa dia sempat mengatur silent pada ponsel itu. Tentu saja, ada banyak panggilan tak terjawab dan chat yang semuanya adalah dari Alicia.“Cia … em, maaf … aku minta maaf, ponselnya aku silent, he he ….” Gian tersenyum canggung.“Oh, aku pikir kamu kenapa. Aku lega bukan main waktu kamu masuk ke kelas. Kau tahu, kau sudah tidak masuk berminggu-minggu, membuatku cemas saja.” Alicia seperti sedang mengomeli Gian, tapi remaja pria itu justru tersenyum senang.Ya, memang dari dulu hanya Alicia yang memiliki kepedulian lebih terhad

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   165 - Kembali ke Sekolah dan Menghadapi Mereka

    Memang informasi yang didapat Gian dari gumpalan gaib itu bukan suara melainkan pemahaman-pemahaman yang ingin dia ketahui.Gian diam dan mencerna apa yang masuk ke otaknya dari gumpalan kabut petir emas.Akhirnya dia paham, bahwa saat ini, semua anggota keluarganya hanya mengingat Gian di rentang waktu saat dia belum memiliki kekuatan super.Meski begitu, wajah Gian saat ini sudah sesuai dengan wajah terakhir dia, yaitu pemuda tampan yang membawa aura bule menawan padanya.Keluarga dan semua orang tidak akan ada yang ingat mengenai Gian memiliki kekuatan ajaib di luar nalar manusia. Oleh karena itu, Dewa Milhesh tidak memperbolehkan dia menunjukkan kekuatan itu jika bukan untuk kebajikan dalam misi kemanusiaan atau Gian bisa mendapatkan hukuman keras dari sang dewa.Karenanya, Gian pada malam harinya ketika pergi ke ruang makan untuk bersantap bersama ibu dan saudara-saudaranya, masih akan ada sikap usil dari Carlen dan Zohan.Namun, mereka sedikit terkejut dengan perubahan wajah Gia

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   164 - Turun Gunung dan Pulang

    Setelah Dewa Milhesh menunjukkan raut tegasnya yang mengakibatkan penampilannya makin menyeramkan karena kulit kemerahan dia, sang dewata pun mengendur dan menghela napas. “Haahh … manusia tetaplah manusia.”Mendengar suara Dewa Milhesh mendadak lebih lembut, beban di benak Gian menguap secara perlahan dan dia menjadi lebih tenang.“Kau harus bersyukur bahwa aku bukan orang kejam dan seenaknya meski kekuatanku besar. Nak, kau harus meneladani diriku ini, kau paham?!” Sang dewa melotot meski tidak menyebarkan aura mengerikan seperti sebelumnya.Gian tergagap menjawab, “Ba—baik, Tuan Dewa! Tentu! Tentu saya paham! Saya pasti meneladani Anda!” Memangnya apa lagi yang bisa dia ucapkan selain itu agar sang dewata tidak murka?“Hm, baiklah. Aku akan mengabulkan keinginanmu. Jadikan ini pengingat untuk dirimu agar setelah ini, jangan bertindak berlebihan dan merugikan orang baik di luar sana! Kau paham?” tegas Dewa Milhesh sambil menatap tajam ke Gian.“Paham, Tuan Dewa!” Gian mengangguk teg

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   163 - Hukuman dari Dewa

    Hukuman. Dia akan dihukum. Gian berdebar merenungkan kata itu. Apalagi, ini hukuman dari entitas tinggi seperti dewa, akan separah apa hukuman yang diberikan?Melihat Gian yang mulai pias karena ketakutan, Dewa Milhesh menghela napas dan berkata, “Aku ini bukan orang kejam.” Lagi dan lagi, sang dewata mengulang kalimat itu agar tak ada orang yang salah persepsi padanya hanya karena penampilan bengis dan menakutkannya.Tak juga mendapatkan sahutan dari Gian, maka Dewa Milhesh berkata lagi, “Hukuman untukmu adalah … aku cabut semua kekuatan yang ada di tubuhmu, semua yang diberikan mantan muridku.”Gian membelalakkan matanya lebar-lebar. Kekuatan supernya hendak dicabut? Bukankah itu artinya dia menjadi manusia pecundang lagi? Dia akan kembali ke kehidupan lamanya yang menyedihkan, bahkan mungkin kali ini akan lebih menyedihkan karena semua orang pasti mengutuk dan menginginkan dia membusuk di penjara.Karena memikirkan kemungkinan terburuk itu, Gian menundukkan kepala. Sepertinya sudah

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   162 - Menguak Identitas Mereka

    Diperalat?Kepala Gian bagai dihantam godam raksasa meski itu hanya sebuah ucapan dari Dewa Milhesh.Saat Gian sedang sibuk memproses ucapan sang dewata, sosok besar di langit itu melanjutkan bicara, “Kamu harus tahu, bahwa sebenarnya tikus putih yang selalu bersamamu itu aslinya adalah siluman tikus iblis, dan rekannya yang memberimu kekuatan listrik itu merupakan jin yang berubah menjadi siluman kucing iblis. Mereka sudah pernah beberapa kali membuat huru-hara di dunia manusia sejak jaman dulu.”Gian terdiam mendengarkan penuturan sang dewata dengan seksama, tidak berani mengeluarkan kalimat meski satu kata pun. Dia harus mengetahui dengan jelas semua hal mengenai Elang dan kekuatan di dirinya.“Kucing putih itu dulunya adalah jin yang menjadi muridku. Awalnya dia baik dan patuh padaku. Namun, sejak berteman dengan siluman tikus, perangainya berubah dan kerap membangkang, hingga aku mengusir dia dari kahyangan.“Selain itu, yang membuatku marah, jin muridku itu mencuri salah satu ra

DMCA.com Protection Status