Bella merasa Arland menyembunyikan sesuatu darinya, tapi ada alasan lain yang tidak ingin ia katakan saat ini, Bella sangat memahami situasi yang dirasakan suaminya. Murni sebenarnya tidak ingin kemana-mana setelah Novia sembuh, ia masih ingin bersama dengan keluarganya, hal yang selama ini ia inginkan hanyalah keutuhan keluarga. "Mom, kita mungkin harus pergi sesuai dengan permintaan Arland," ucap Bella tersenyum sambil memegang tangan mertuanya, meskipun ia ingin sekali bicara, tapi ia tidak ingin membuat semuanya jadi cemas. "Hmm, kau benar." "Kemungkinan Novia akan segera keluar dari rumah sakit, aku sudah mengatakan pada dokter supaya memberikan penanganan yang sangat baik untuk Novia, dan semua dokter yang menanganinya pun sudah berusaha semaksimal mungkin, dan kita lihat perkembangan kesehatan Novia sudah sangat baik." Setelah selesai berbincang di luar ruangan mereka pun masuk lagi ke dalam, sedangkan Arlan rantai menunggu di luar sambil merencanakan yang akan mereka
"Aku sudah berhasil melakukan tugasku," itulah pesan yang di kirim Kay kepada Nilesh. Tak lama kemudian, balasan pesan itu pun ada sehingga Kay semakin marah. "Bagus." "Kurang ajar, aku harus memberinya pelajaran," gumam Kay, ia pun memberikan ponsel itu pada Arland. Arland hampir saja meremukkan ponsel itu, untung saja Kay langsung mencegahnya supaya suatu saat mereka bisa menunjukkannya di depan mata Nilesh atau Anthony. "Amankan dia," ucap Arland lalu pergi dari tempat itu, Kay pun segera membawa pria itu jauh dari rumah sakit. Kay membawanya ke rumah kecilnya dulu tempat ia dan Arland sembunyi sebelum berhasil mengambil semua miliknya dari Anthony. Pria itu di ikat di kursi supaya tidak melarikan diri, ia juga mengunci semua pintu, Kay tidak perduli apakah pria itu sudah makan atau tidak, yang mereka tahu siapapun yang berniat jahat padanya akan segera berakhirnya. Kay segera menuju rumah sakit setelah menyekap pria itu, tidak terasa sudah pukul 04.00, Arland meminta Be
Tuan Alexander pun segera memberikan obat kepada Novia yang diambil dari apotek. Sebenarnya mereka bisa saja memindahkan Novia ke rumah sakit yang lain, tetapi Arland sangat percaya kepada dokter itu untuk menangani Novia. "Ini obat yang obat ambil tadi dari apotek, diminum ya!" Bella segera mengambil obat itu lalu memberikannya kepada Novia, Bella pun membantu Nokia supaya bisa menelan obat itu. Tak lama saat Novia sudah minum obat, tiba-tiba saja tubuhnya bergetar hebat, semua orang yang berada di dalam pun merasa takut, Bella segera menyuruh Arland untuk memanggil dokter, Bella menangis terus saat mata Novia mulai terbalik dan tubuhnya tegang. "Novia, apa yang terjadi padamu? Novia jawab mama!" Bella memegang erat tangan Novia, dokter pun tiba di ruangan dengan cepat setelah Arland memanggilnya. "Tolong minggir Bu, saya akan memeriksanya!" Sang dokter segera memberi suntikan supaya badan Novia berhenti bergetar. Setelah mendapatkan suntikan tubuh Novia pun mulai memb
Pria itu memberitahu Arland di mana alamat Anthony, pria itu tetap diikat mereka tidak akan membebaskan pria itu sebelum mendapatkan Anthony. "Kita harus pergi ke sana, kali ini aku tidak mau dia melakukan aksi biadabnya lagi." Kay dan Arland naik ke mobil lalu pergi ke alamat yang dikatakan pria itu. Mereka menempuh jarak kurang lebih 40 menit, Arland pun memakaikan mobilnya agak jauh dari alamat yang dikatakan pria itu. Arland melihat sekelilingnya, ia tidak menemukan apa-apa dia juga tidak melihat mobil yang terparkir di dalam rumah yang dikatakan pria itu. "Arland apa kau melihat sesuatu?" "Tidak ada." Arland masuk ke dalam mobil lalu mereka mengamati dari dalam. "Mereka suka berpindah tempat, karena mereka tidak mau ada orang yang mengetahui keberadaan mereka," ucap pria itu sambil merintih kesakitan. "Apa kau tahu di mana lagi mereka tinggal?" Pria itu mencoba mengingat alamat rumah Anthony. Lalu ia memberitahunya, ternyata alamat yang dikatakan pria itu
Semua orang sudah tidur di ruangan Novia dengan lelap setelah selesai makan, Kay dan Arland sama sekali belum bisa tidur dengan nyenyak, mereka harus selalu waspada, karena apapun bisa terjadi saat mereka lengah. "Apa yang harus kita lakukan supaya Nilesh bicara jujur?" tanya Kay saat mereka berdua duduk di depan ruangan Novia. "Aku tidak tahu, jika dia tidak bicara juga habisi saja dia." Kay sangat tahu sifat Arland, ia pasti akan melakukan apapun jika seseorang mengganggunya melebihi kesabarannya. "Tunggu, jangan gegabah dulu, aku tahu dia pasti akan bicara, kita tunggu saja beberapa hari ini." Kay masih tetap menunggu, karena ia yakin Nilesh pasti akan bicara jujur pada mereka. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 22.00, tak terasa sudah lebih 2 minggu ia tidak pulang ke rumahnya. Kay sebenarnya ingin pulang dan istirahat, tapi ia tidak mau meninggalkan Arland sendirian. "Apa kau ingin pulang ke rumah?" Arland sepertinya bisa membaca pikiran Kay saat ini, ia ter
Arland menyetir dengan pelan supaya Kay tetap merasa nyaman karena ia masih merasakan sakit akibat pukulan beberapa anak buah Anthony. Arland membawanya ke rumah sakit, Kay segera di tangani oleh dokter. "Arland, kenapa kau tahu aku dibawa ke sana?" "Diam kau, biarkan dokter mengobati lukamu, nanti saja bicara setelah kau merasa lebih baik!" Kay pun tersenyum, ia melihat kepedulian di mata Arland padanya. "Aku akan pergi keruangan Novia, datang saja ke sana setelah kau selesai di obati." "Iya." Arland berjalan ke ruangan Novia, disana ia melihat Bella dan juga keluarganya. Novia tertidur dengan pulas dengan papa dan mommy nya, sedangkan Bella berjaga sambil menahan rasa ngantuk. "Bella," Arland mengelus rambutnya. Bella memeluk Arland dengan erat, matanya terlihat bengkak karena menahan rasa ngantuk. "Kau sangat mengantuk!" "Tidak, aku masih bisa berjaga!" Bella tidak mau Arland mencemaskan dirinya, ia tetap berusaha kuat di depan suaminya. Arland menyuruh
Sebentar Nilesh juga sudah tidak bisa menahan rasa haus, ia menatap Kay penuh curiga, apakah Kay akan memanfaatkan dirinya atau tidak. Nilesh belum menerima botol minuman itu, sedangkan pria di sebelahnya sudah minum sampai habis. "Minumlah, apa kau ingin mati di sini? baiklah kalau itu yang kau mau!" Kay berdiri lalu melangkah menjauhi Nilesh, ia segera memanggil Kay untuk meminta minuman itu. "Aku mau minum!" Kay berhenti melangkah, ia segera berjalan lalu memberikan minuman itu pada Nilesh. "Kenapa kau tidak membunuh ku saja? aku tidak perduli dengan hidupku!" "Kalau kau mati, mati saja, siapa yang perduli denganmu?" ucap Kay lalu pergi menemui Arland. Nilesh bingung, ia pikir Kay akan membunuhnya jika ia maish tetap diam. "Apa yang dia pikirkan?" Nilesh semakin penasaran. Saat Nilesh dan pria yang di sampingnya itu berusaha lepas dari ikatan Kay, Arland berjalan mendekati mereka, rasa benci Nilesh terhadapnya semakin besar. Nilesh menatapnya seolah menantangn
Anthony mencoba melepaskan dirinya dari Arland dan Kay, sedangkan Sunny hanya duduk di atas ranjang sambil berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut dengannya, Kay Arland memaksa Anthony ikut dengannya, Kay melemparkan pakaian yang ada di lantai ke depan Sunny. "Hargai dirimu sendiri." Hanya itu yang di ucapkan Kay padanya, lalu ia pun pergi, sementara Sunny hanya terdiam sambil meneteskan air matanya, ia sangat sedih, merasa bersalah karena telah berkhianat pada sahabatnya, sementara ia tahu dengan jelas jika Anthony selalu melakukan kesalahan, ia hanya melakukan apapun yang ia inginkan tanpa peduli pada siapapun. Semua orang memperhatikan Arland membawa Anthony masuk ke dalam, sayangnya Anthony hanya menggunakan handuk, tangannya di borgol, pandangan semua orang tidak lepas dari mereka. "Minggir, jangan menghalangi jalan," ucap Kay saat beberapa orang mengerumuni mereka. "Lepaskan aku bajingan, aku akan membunuhmu," Anthony bicara keras pada Arland, Arland tidak memperd
Ia melihat sosok pria yang berdiri di depannya, ia melihat dengan matanya tanpa berkedip, ia segera menangis lalu memeluk Arland dengan penuh haru, sedangkan Kay segera masuk ke dalam. Saat Bella tidak kunjung masuk ke dalam rumah, Novia segera melihat keluar, ia kaget, ia segera memeluk papanya, air mata di pipinya jatuh saat ia berada di pelukan papanya. "Papa kemana saja? kenapa tidak pernah pulang?" tanya Novia. "Maafkan papa ya nak, papa sangat sibuk, tapi papa tidak pernah melupakan Novia dan juga mama, doa kalian lah yang membuat papa pulang ke rumah dengan selamat." Novia sangat terharu mendengarnya, ia pun segera membawa papanya masuk, Bella segera membuatkan makanan untuk Arland, Arland segera mandi saat ia tiba di rumah, ia menikmati setiap sentuhan air yang membasahi tubuhnya. Kay memberi kejutan pada Sunny, ia berdiri di depan pintu kamar saat Sunny menggendong Kayra Maharani, Sunny segera berlari memeluk Kay, ia juga menangis terharu saat memeluk Kay, ia merasa
Kay menikahi Sunny secara mendadak, sedangkan Maudy depresi karena tidak bisa mendapatkan apapun yang ia rencanakan selama ia tinggal di rumah Alexander. Arland dan Kay secara brutal terus mengejar keberadaan Anthony dan Nilesh, meskipun sangat lama ia baru menemukan tempat persembunyian Anthony, mereka mencari hingga ke pelosok kampung, banyak rintangan yang dilalui untuk menemukan persembunyian Anthony yang saat ini menjadi buronan karena banyak permasalahan yang mereka hadapi. Bella berbulan-bulan menunggu kepulangan suaminya, ia khawatir dengan keselamatan suaminya, ia merasa seperti seorang istri militer yang menunggu suaminya antara hidup dan mati. Bella menunggu dengan sabar, meskipun kadang Novia masih selalu bertanya di mana keberadaan papanya. Yang lebih sedihnya lagi, saat hari pernikahan Sunny harus rela melepaskan kepergian suaminya untuk mencari keberadaan Anthony, dengan hati yang penuh rasa khawatir dan air mata yang terus mengalir ia terus berdoa dan berharap
"Wanita ular itu pernah menjadi kekasih mu," ucap Bella dalam hatinya, tapi ia juga mengikuti Arland ke halaman belakang, meskipun wajahnya cemberut dan terus ngedumel di dalam hatinya. Arland menyuruhnya menutup mata, setelah 2 menit Bella membuka matanya karena di suruh oleh Arland, Arland berlutut di hadapannya lalu memberikan cincin yang indah di jarinya. "Cincin?" ucap Bella kaget sambil tersenyum. Arland segera memeluknya lalu mengelus rambutnya, ia tahu Bella sangat lelah beberapa hari terakhir. "Jangan salah paham padaku, aku selalu memikirkan kebaikanmu dan juga kebahagiaan mu, aku selalu memikirkan mu." Bella tersenyum lalu memeluk suaminya, ia pun bahagia kegirangan, akhirnya setelah beberapa hari ia akhirnya di perhatikan lagi oleh suaminya. Bella dan Arland bermesraan di halaman belakang, dan pemandangan itu dilihat oleh Maudy, ia rupanya sangat terluka melihat itu, seperti di tusuk duri di jantungnya. "Kurang ajar, beraninya kau bermesraan di depanku Bella, lihat s
"Untuk apa kau menangis? pergi dari sini!" ucap Arland. "Kenapa kau mengusir ku Arland? Bella dan Sunny juga mengusirku, kenapa tidak ada belas kasih mu padaku?" "Aku tahu apa yang terjadi di sini saat aku tidak ada di rumah, kau mengusir Sunny karena kau sama sekali tidak suka padanya, kehadiran Sunny jadi ancaman bagimu, apakah aku benar?" tanya Arland. Maudy terdiam, semua orang menatapnya sehingga ia sangat membenci Bella. "Aku tidak mengatakan apapun padanya, justru ketika aku baru turun dari kamar mereka berdua berusaha membuatku jatuh, mereka gagal lalu mereka mengusirku, harusnya kau paham apa yang terjadi di sini Arland, aku tidak pernah berubah padamu!" "Apa aku perlu menunjukkan video saat kau mengusir Sunny? kau sangat kasar padanya, jika Kay tahu kau mengusir Sunny maka habislah kau!" ucap Arland. Maudy sama sekali tidak berkutik, ia terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa supaya Arland berpihak padanya. "Aku minta maaf Arland, aku tidak bermaksud membuat mu
Zian hanya bisa menggeleng saat sudah tahu yang terjadi pada Arland, Arland memang melakukan kesalahan tapi itu sama sekali tidak di sengaja ataupun dia sadari, ia melakukan itu saat mabuk. "Lalu apa hubunganya dengan Anthony? kenapa ia selalu mengganggu anak dan istrimu?" tanya Zian sekali lagi. "Dia sebenarnya salah paham, aku tidak tahu apa yang dikatakan ayahnya padanya sehingga ia sangat membenci keluargaku, tapi yang pasti papa tidak pernah melakukannya kesalahan pada keluarganya," ucap Arland. Zian mengerti, sebenarnya ini hanya masalah pribadi yang belum selesai. Zian pun tahu cara memecahkan masalah ini, tapi pastinya dari salah satu pihak pasti ada yang tidak setuju. "Sebenarnya memecahkan masalah ini sangat mudah, tapi tergantung kedua belah pihak, jika salah satunya tidak setuju maka masalah ini akan tetap berlanjut hingga anak cucu kalian." Arland diam, ia sebenarnya tidak ingin memiliki masalah dengan siapapun, karena saat ini ia hanya memikirkan keluarganya saja.
Kay dan Arland bicara berdua di luar rumah, ia sebenarnya tahu Maudy drop karena takut ketahuan ikut melakukan kesalahan. "Apa kau yakin dia benar-benar sakit?" tanya Arland. "Iya, dia sakit karena memikirkan papanya, jelas dia takut di penjara!" "Lihat saja nanti apa yang akan dikatakan oleh dokter, aku sebenarnya tidak penasaran kenapa dia tiba-tiba sakit!" ucap Arland sekali lagi. Dokter mulai memeriksa Maudy, Murni dan Bella masih ada di dalam kamar itu, dokter itu dengan cepat memberikan infus di tangannya lalu menyuruh Maudy minum obat. Setelah selesai menanganinya, dokter itu bicara dengan Murni dan Bella. "Jangan biarkan dia memikirkan hal yang tidak baik, itu bisa membuat calon bayinya dalam bahaya, Maudy tipe orang yang sangat mudah drop apalagi saat ini dia sedang hamil." "Apakah ada sesuatu yang membuatnya tiba-tiba sakit?" tanya Murni karena ia sangat penasaran. "Tidak, dia hanya tidak boleh memikirkan sesuatu yang berlebihan!" Dokter itu memberikan rese
Tiba-tiba Maudy merasa deg-degan, ia tahu arah pembicaraan Kay, lalu ia menghela nafas, ia tidak mau buru-buru berfikir negatif. Sunny duduk di samping Bella, ia menunggu kejutan apa yang akan di katakan Kay pada mereka semua. "Jangan terlalu lama membuat orang menunggu, katakan saja apa kejutannya!" ucap Murni, lalu Kay tersenyum, ia mengambil ponselnya lalu menelepon seseorang. "Halo, semuanya berjalan lancar?" tanya Kay, Arland hanya diam mendengar pembicaraan Kay. Ia mematikan ponselnya lalu menatap Arland, ia diam cukup lama. "Mereka sudah di tangkap, kali ini mereka tidak bisa membayar siapapun untuk di bebaskan, ada seseorang yang mendukung mereka melakukan itu, yang pastinya kita tak akan percaya jika dia ikut campur dalam segala hal." Maudy semakin penasaran, tapi ia tidak mau bertanya sama sekali, ia tidak mau membuat orang di rumah itu curiga. "Siapa yang kau maksud? mommy penasaran siapa saja orang yang ingin mengganggu keluarga kita" ucap Murni. "Banyak mom, salah
Arland masuk ke dalam ruangan setelah selesai menelepon Bella, ia melihat Kay duduk di tempat tidur, wajahnya masih terlihat sedikit pucat. "Sebenarnya kejutan apa yang ingin kau tunjukkan pada semua orang?" tanya Arland padanya. "Jangan tanya padaku, lihat saja nanti!" jawab Kay. Arland pun membantu Kay keluar dari ruangan itu setelah Tuan Alexander menelpon bahwa ia sudah berada di parkiran. Dengan pelan Kay berjalan karena kepalanya masih belum sembuh total, tapi ia berusaha untuk terlihat kuat. "Aku akan mengambil kursi roda kalau kau tidak kuat berjalan, aku takut kau pingsan lalu kembali ke ruangan itu lagi!" ucap Arland sambil terus memegangi pundak Kay. "Aku baik-baik saja, kau tidak perlu memejamkan ku seperti itu," jawabnya sambil bercanda. Mereka pun tiba di parkiran, Kay dengan pelan-pelan masuk ke dalam mobil, ia duduk di samping Tuan Alexander sedangkan Arland duduk di belakang. "Bagaimana keadaan mu Kay?" tanya Tuan Alexander sebelum ia memacu mobilnya, tapi tiba
"Oh, jadi kau sudah menampakan topeng aslimu padaku, ternyata selama ini kau tinggal di sini hanya untuk mencari tahu semua informasi tentang keluarga Alexander, tapi sayangnya kau tidak mendapatkan apapun, semua yang kau harapkan sia-sia, ku tidak akan memberimu sebesar pun, dan rencanamu untuk menghancurkan keluargaku tidak akan pernah terjadi, karena kau tahu saat ini Kay dan Arland juga sudah tahu apa yang kau rencanakan bersama dengan Anthony, tunggu saja giliran mau mendapatkan balasan dari mereka berdua!" ucap Bella padanya, Maudy terdiam mendengar apa yang di katakan Bella padanya, ia bahkan gemetar saat tahu Kay dan Arland sudah mengetahui apa yang ia rencanakan. "Apa yang kau katakan? bukanlah selama ini kau yang ingin menghancurkan kehidupan Alexander? kau mengambil semua yang mereka miliki, lalu kau menuduhku supaya mereka tidak curiga padamu, luar biasa, kau memang sangat pandai bersandiwara," Maudy menuduh Bella bersandiwara, ia juga mengatakan bahwa Bella lah yang ingin