"Maafkan aku, tolong lepaskan aku, ibuku pasti menungguku!" Arland pergi meninggalkan pria itu bersama dengan beberapa polisi, pria itu tetap memohon supaya dilepaskan. Arland segera menghubungi Kay saat dia berada di luar ruangan. "Halo, pria itu mengaku dia disuruh oleh Nilesh untuk mendapatkan uang supaya bisa mengobati biaya ibunya yang sedang dirawat di rumah sakit." "Apa? kurang ajar, apa yang dia inginkan? apakah Bella tahu kalau dia yang melakukan itu?" "Tidak, aku masih berada di kantor polisi sedangkan Bella di rumah sakit menjaga Novia." "Katakan saja pada Bella bahwa Nilesh yang menyuruh pria itu untuk menyakiti Novia, berarti selama ini dia masih mengintai kita, aku harus memberi pelajaran." Panggilan itu terputus Arland segera pergi ke rumah sakit untuk menemui Novia. Kay harus bekerja keras di kantor, ia juga mencari keberadaan Nilesh, ia tidak mau Nilesh hidup bahagia di atas penderitaan Arland. Kay mencari semua informasi tentang Nilesh, akhirnya ia
Bella merasa Arland menyembunyikan sesuatu darinya, tapi ada alasan lain yang tidak ingin ia katakan saat ini, Bella sangat memahami situasi yang dirasakan suaminya. Murni sebenarnya tidak ingin kemana-mana setelah Novia sembuh, ia masih ingin bersama dengan keluarganya, hal yang selama ini ia inginkan hanyalah keutuhan keluarga. "Mom, kita mungkin harus pergi sesuai dengan permintaan Arland," ucap Bella tersenyum sambil memegang tangan mertuanya, meskipun ia ingin sekali bicara, tapi ia tidak ingin membuat semuanya jadi cemas. "Hmm, kau benar." "Kemungkinan Novia akan segera keluar dari rumah sakit, aku sudah mengatakan pada dokter supaya memberikan penanganan yang sangat baik untuk Novia, dan semua dokter yang menanganinya pun sudah berusaha semaksimal mungkin, dan kita lihat perkembangan kesehatan Novia sudah sangat baik." Setelah selesai berbincang di luar ruangan mereka pun masuk lagi ke dalam, sedangkan Arlan rantai menunggu di luar sambil merencanakan yang akan mereka
"Aku sudah berhasil melakukan tugasku," itulah pesan yang di kirim Kay kepada Nilesh. Tak lama kemudian, balasan pesan itu pun ada sehingga Kay semakin marah. "Bagus." "Kurang ajar, aku harus memberinya pelajaran," gumam Kay, ia pun memberikan ponsel itu pada Arland. Arland hampir saja meremukkan ponsel itu, untung saja Kay langsung mencegahnya supaya suatu saat mereka bisa menunjukkannya di depan mata Nilesh atau Anthony. "Amankan dia," ucap Arland lalu pergi dari tempat itu, Kay pun segera membawa pria itu jauh dari rumah sakit. Kay membawanya ke rumah kecilnya dulu tempat ia dan Arland sembunyi sebelum berhasil mengambil semua miliknya dari Anthony. Pria itu di ikat di kursi supaya tidak melarikan diri, ia juga mengunci semua pintu, Kay tidak perduli apakah pria itu sudah makan atau tidak, yang mereka tahu siapapun yang berniat jahat padanya akan segera berakhirnya. Kay segera menuju rumah sakit setelah menyekap pria itu, tidak terasa sudah pukul 04.00, Arland meminta Be
Tuan Alexander pun segera memberikan obat kepada Novia yang diambil dari apotek. Sebenarnya mereka bisa saja memindahkan Novia ke rumah sakit yang lain, tetapi Arland sangat percaya kepada dokter itu untuk menangani Novia. "Ini obat yang obat ambil tadi dari apotek, diminum ya!" Bella segera mengambil obat itu lalu memberikannya kepada Novia, Bella pun membantu Nokia supaya bisa menelan obat itu. Tak lama saat Novia sudah minum obat, tiba-tiba saja tubuhnya bergetar hebat, semua orang yang berada di dalam pun merasa takut, Bella segera menyuruh Arland untuk memanggil dokter, Bella menangis terus saat mata Novia mulai terbalik dan tubuhnya tegang. "Novia, apa yang terjadi padamu? Novia jawab mama!" Bella memegang erat tangan Novia, dokter pun tiba di ruangan dengan cepat setelah Arland memanggilnya. "Tolong minggir Bu, saya akan memeriksanya!" Sang dokter segera memberi suntikan supaya badan Novia berhenti bergetar. Setelah mendapatkan suntikan tubuh Novia pun mulai memb
Pria itu memberitahu Arland di mana alamat Anthony, pria itu tetap diikat mereka tidak akan membebaskan pria itu sebelum mendapatkan Anthony. "Kita harus pergi ke sana, kali ini aku tidak mau dia melakukan aksi biadabnya lagi." Kay dan Arland naik ke mobil lalu pergi ke alamat yang dikatakan pria itu. Mereka menempuh jarak kurang lebih 40 menit, Arland pun memakaikan mobilnya agak jauh dari alamat yang dikatakan pria itu. Arland melihat sekelilingnya, ia tidak menemukan apa-apa dia juga tidak melihat mobil yang terparkir di dalam rumah yang dikatakan pria itu. "Arland apa kau melihat sesuatu?" "Tidak ada." Arland masuk ke dalam mobil lalu mereka mengamati dari dalam. "Mereka suka berpindah tempat, karena mereka tidak mau ada orang yang mengetahui keberadaan mereka," ucap pria itu sambil merintih kesakitan. "Apa kau tahu di mana lagi mereka tinggal?" Pria itu mencoba mengingat alamat rumah Anthony. Lalu ia memberitahunya, ternyata alamat yang dikatakan pria itu
Semua orang sudah tidur di ruangan Novia dengan lelap setelah selesai makan, Kay dan Arland sama sekali belum bisa tidur dengan nyenyak, mereka harus selalu waspada, karena apapun bisa terjadi saat mereka lengah. "Apa yang harus kita lakukan supaya Nilesh bicara jujur?" tanya Kay saat mereka berdua duduk di depan ruangan Novia. "Aku tidak tahu, jika dia tidak bicara juga habisi saja dia." Kay sangat tahu sifat Arland, ia pasti akan melakukan apapun jika seseorang mengganggunya melebihi kesabarannya. "Tunggu, jangan gegabah dulu, aku tahu dia pasti akan bicara, kita tunggu saja beberapa hari ini." Kay masih tetap menunggu, karena ia yakin Nilesh pasti akan bicara jujur pada mereka. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 22.00, tak terasa sudah lebih 2 minggu ia tidak pulang ke rumahnya. Kay sebenarnya ingin pulang dan istirahat, tapi ia tidak mau meninggalkan Arland sendirian. "Apa kau ingin pulang ke rumah?" Arland sepertinya bisa membaca pikiran Kay saat ini, ia ter
Arland menyetir dengan pelan supaya Kay tetap merasa nyaman karena ia masih merasakan sakit akibat pukulan beberapa anak buah Anthony. Arland membawanya ke rumah sakit, Kay segera di tangani oleh dokter. "Arland, kenapa kau tahu aku dibawa ke sana?" "Diam kau, biarkan dokter mengobati lukamu, nanti saja bicara setelah kau merasa lebih baik!" Kay pun tersenyum, ia melihat kepedulian di mata Arland padanya. "Aku akan pergi keruangan Novia, datang saja ke sana setelah kau selesai di obati." "Iya." Arland berjalan ke ruangan Novia, disana ia melihat Bella dan juga keluarganya. Novia tertidur dengan pulas dengan papa dan mommy nya, sedangkan Bella berjaga sambil menahan rasa ngantuk. "Bella," Arland mengelus rambutnya. Bella memeluk Arland dengan erat, matanya terlihat bengkak karena menahan rasa ngantuk. "Kau sangat mengantuk!" "Tidak, aku masih bisa berjaga!" Bella tidak mau Arland mencemaskan dirinya, ia tetap berusaha kuat di depan suaminya. Arland menyuruh
Sebentar Nilesh juga sudah tidak bisa menahan rasa haus, ia menatap Kay penuh curiga, apakah Kay akan memanfaatkan dirinya atau tidak. Nilesh belum menerima botol minuman itu, sedangkan pria di sebelahnya sudah minum sampai habis. "Minumlah, apa kau ingin mati di sini? baiklah kalau itu yang kau mau!" Kay berdiri lalu melangkah menjauhi Nilesh, ia segera memanggil Kay untuk meminta minuman itu. "Aku mau minum!" Kay berhenti melangkah, ia segera berjalan lalu memberikan minuman itu pada Nilesh. "Kenapa kau tidak membunuh ku saja? aku tidak perduli dengan hidupku!" "Kalau kau mati, mati saja, siapa yang perduli denganmu?" ucap Kay lalu pergi menemui Arland. Nilesh bingung, ia pikir Kay akan membunuhnya jika ia maish tetap diam. "Apa yang dia pikirkan?" Nilesh semakin penasaran. Saat Nilesh dan pria yang di sampingnya itu berusaha lepas dari ikatan Kay, Arland berjalan mendekati mereka, rasa benci Nilesh terhadapnya semakin besar. Nilesh menatapnya seolah menantangn
Bella dan Sunny duduk berdampingan saat menunggu Arland di rumah sakit, Sunny merasa khawatir jika seandainya keluarga Arland atau Kay tidak menerima dirinya, sebab ia memiliki keterikatan dengan Anthony. Sunny duduk diam lesu, ia tidak mengatakan apapun pada Bella, ia masih memikirkan kehidupannya nanti jika Kay tidak lagi melindunginya, saat ini hanya Kay yang ia percaya, apalagi Anthony sudah tahu keberadaannya, pasti ia akan selalu mengincarnya "Kenapa kau diam saja?" tanya Bella padanya, sebab sejak tadi ia hanya diam saja lalu merenung. "Bella, aku tidak tahu harus melakukan apa jika aku seorang diri saja, aku tidak tahu Bella, mungkin aku akan terjerumus lagi ke dalam kejahatan itu, aku sangat bodoh sampai aku harus mengharapkan orang lain untuk melindungi ku," ucapnya, ia merasa sedih, ia juga takut. "Jangan memikirkan itu, aku ada di sini, percayalah padaku!" Bella berusaha membuat Sunny tenang, meskipun ia juga khawatir jika mertuanya tidak mengizinkan Sunny tinggal
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"