Semua orang terpukul mendengar Arland hilang ingatan, mereka belum siap melihat Arland harus memulai kehidupannya, ia harus benar-benar di bantu untuk memulihkan ingatannya. "Pah, apa yang harus kita lakukan supaya anak kita segera pulih?" tanya Murni menangis, selama ini ia melihat Arland adalah sosok yang kuat dan tangguh, tapi ternyata harus kalah dan tidak ingat siapapun. Bella, Kay dan kedua orang tua Arland masuk ke dalam kamar di mana Arland di rawat. Semua orang tak bisa mendengung air matanya saat mereka melihat Arland terbaring, Murni menggenggam tangan putranya itu dan berharap Arland segera sembuh, sedangkan Tuan Alexander sosok yang kuat dan tak pernah terlihat menangis, hari ini ia tertunduk menangis melihat kondisi Arland. Bella juga begitu, semuanya berharap Arland segera pulih. Setelah Arland di rawat selama lima hari, Maudy dan keluarganya datang menemui keluarga Alexander di rumah sakit, Maudy tidak percaya jika Arland akan mengalami cidera parah setelah m
"Kurang ajar, beraninya dia mengusirku," ucap Maudy dalam hatinya. Ia segera mengatakan pada Murni jika Bella berani mengusirnya dan melarangnya untuk masuk ke dalam. "Bella berani mengusirku dari ruangan Arland, dia juga tidak malu mengatakan jika ia adalah istri Arland, aku harus bagaimana mom, aku tidak mungkin membiarkan Bella merasa berkuasa." Murni pun marah pada Bella karena telah mengusir Maudy dari ruangan Arland, Murni menyeret Bella keluar dari dalam ruangan, tidak ada seorangpun yang membelanya karena Kay sudah pergi ke kantor. "Aku mengatakan yang sebenarnya, harusnya dia malu dia tidak ada hubungannya dengan Arland," ucap Bella. Murni menampar wajah Bella di depan Maudy, Maudy merasa senang, ia tertawa di belakang Murni. Murni pun melarang Bella masuk ke dalam, karena murni mengatakan jika Bella sama sekali tidak berguna. "Lebih baik kau pulang sekarang daripada aku semakin marah padamu, kau membuat kekacauan, jika kau terus di sini Arland semakin lama pulih." Be
Maudy datang ke kantor untuk menemui Arland, tapi setibanya di sana ia bertanya pada security kemana Arland pergi, security mengatakan jika Tuan Muda pergi dengan Kay, Maudy khawatir jika Kay mengatakan semuanya pada Arland, ia segera menyusul Arland ke cafe. "Syukurlah aku segera tiba, jika tidak Kay akan menghancurkan semuanya," gumamnya dalam hati, lalu ia tersenyum pada Arland kemudian memeluknya. "Kenapa kau ke sini?" tanya Arland saat Maudy memeluknya. "Aku tadi ke kantor, tapi kamu tidak ada, jadi aku menyusul mu ke sini." Kay pun meneguk minumannya yang sudah di pesan, lalu ia pamit pada Arland untuk segera ke kantor, tapi tiba-tiba saja Maudy mendekatinya. "Kay tunggu, aku aku bicara." Kay menoleh, ia pun menatap Maudy, lalu Maudy memasang senyuman liciknya. "Kau tidak akan bisa menghancurkan apa yang sudah ku miliki, jika kau masih ingin melihat perempuan kampung itu hidup, jangan pernah menggangguku," ucapnya sambil tersenyum, "pergilah Kay, mungkin kau sangat s
Dug. Jantung Maudy seperti di tusuk sembilu, ia terdiam, bibirnya seperti terkunci, tak ada yang bisa ia ucapkan, hanya detak jantungnya yang terdengar begitu kencang. "Ada apa denganmu?" tanya Arland saat ia melihat Maudy bengong. "Apa yang kau katakan tadi?" "Aku tidak tahu, tapi nama Bella terngiang-ngiang di kepalaku, siapa dia?" Maudy gugup, wajahnya terlihat pucat. Ia seperti tidak bisa bicara. "Aku tidak tahu, lupakan saja, itu tidak penting," ucap Maudy lalu ia kembali ke meja rias, ia menatap dirinya, hatinya sangat hancur, ia khawatir berlebihan, secepat itukah Arland menginginkan Bella? "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi, aku harus secepatnya menjauhkan Bella dan anaknya dari kota ini, aku tidak mau kehilangan apa yang sudah ku miliki," ucapnya dalam hati. Ia benar-benar hilang akal. Ia pun membuka pintu kamar, Arland menarikan tangannya, ia melihat Maudy begitu pucat dan berkeringat. "Ada apa? mengapa kau terlihat pucat?" "Aku mau ke bawah, di sini
"Jika itu yang kau inginkan aku bisa memberitahu siapa dirimu sebenarnya kepada suami palsu mu itu, kau masih beruntung ibunya berpihak padamu, tetapi jika kebenaran terungkap kau akan terbuang entah ke mana seperti sampah, jadi siapa yang ingin bermain?" Anthony merasa senang membuat Maudy tertekan, tentu saja Maudy takut jika Anthony mengatakan pada Arland, jika istrinya adalah Bella. Maudy segera mendorong Anthony lalu ia pun keluar dari kamar itu, setelah ia berjalan beberapa langkah, Arland ada di belakangnya Arland pun memanggil Maudy, ia pun takut jika Arland mendengar ia bicara dengan Anthony. "Apa yang kau lakukan disini? bukankah kau bilang kau sedang rapat?" Arland menatap Maudy yang terlihat gugup. "Iya, aku salah kamar, aku akan segera menemui klien ku, tunggu aku di rumah," jawab Maudy lalu ia bergegas pergi, wajahnya berkeringat ia sangat khawatir jika Arland mengetahui kebohongannya. Arland pun mengerutkan keningnya, ia bingung melihat Maudy. Biasanya Maudy tid
"Halo, siapa namamu?" tanya Arland pada Novia. Novia tidak mengatakan apapun, ia hanya diam saja, Bella mengatakan padanya jika bertemu orang baru yang belum pernah ia lihat jangan bicara apapun, Novia pun selalu mengingatkan yang dikatakan mamanya. "Paman Kay, ayo kita pergi!" Novia mengajak Kay untuk segera pergi ke sekolah, Arland terus menatapnya. "Aku akan mengantarnya ke sekolah!" Kay menutup pintu mobilnya, lalu segera meninggalkan Arland. Sepanjang jalan ke sekolah, Kay menyesal tidak mengatakan pada Arland jika ia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Novia. Tapi ia sudah terlanjur berjanji pada Bella beberapa tahun yang lalu, ia tidak boleh mengatakan apapun pada Arland tentang Novia. "Berjanjilah padaku untuk tidak mengatakan apapun pada Arland tentang Novia, biarkan saja dia datang menemui kami sampai ingatannya pulih, aku tidak mau menjadi egois, aku sudah berjanji pada mommy nya untuk menjauhi Arland demi kesembuhannya, terdengar sangat egois bukan? tapi aku t
"Tempat ini tidak asing, aku sepertinya pernah ke sini, kapan? ada sesuatu yang terjadi, tapi aku sama sekali tidak ingat," gumamnya, ia pun menelusuri jalan kecil itu hingga mereka tiba di paviliun kecil. "Rumahmu disini?" tanya Arland pada Novia, ada sesuatu yang ia rasakan saat ia berdiri di gerbang depan. "Iya paman, ayo masuk mama sudah menungguku." Arland berjalan memegang tangan kecil Novia, ia melihat setiap sudut di halaman depan, sangat tidak asing, ia seperti mengenali paviliun ini. Novia berlari masuk ke dalam paviliun, ia memanggil mamanya agar keluar, ia ingin memberitahu mamanya kalau yang mengantarnya bukanlah paman Kay, tetapi orang lain tapi dekat dengan paman Kay. "Mama, aku sudah pulang." Mendengar suara putrinya Bela langsung keluar dari kamar, sejak tadi ia sudah menunggu Novia pulang. Ia melihat seorang pria memakai jas berdiri membelakanginya sambil menatap setiap sudut rumah itu. Bella melihat sosok pria itu bukanlah Kay, ia mulai curiga jika Nokia
Arland istirahat di sofa, ia tidak mengijinkan Maudy untuk tidur dengannya karena kepalanya masih sakit. Sepanjang malam ia teringat pada Novia gadis kecil yang cerewet, ia berencana bsok pagi ia akan menemuinya. Hingga pukul 4.00 WIB Arland belum bisa memejamkan matanya. Ia merasa gelisah, seolah banyak sekali kejadian yang ia khawatir akan terjadi. Matahari telah bersinar, udara terasa sejuk saat Arland membuka matanya, ia segera turun dari sofa lalu berjalan membuka gorden rumahnya.Ia menghirup udara yang sejuk, ia segera turun setelah mandi, Bi Ijah sudah menyiapkan sarapan di atas meja untuk keluarga Alexander."Selamat pagi Bi," sapa Arland saat ia sudah tiba di meja, Bi Ijah kaget mendengarnya, selama beberapa tahun ini Arland tidak pernah menyapanya sekalipun, Bi Ijah merasa senang."Tuan Muda? apakah tuan sedang sakit?" tanya Bi Ijah saat melihat perban di kepala Arland."Tidak Bi, aku baik-baik saja, ini hanya luka kecil."Arland lanjut sarapan, Maudy tiba-tiba turun mas
Bella dan Sunny duduk berdampingan saat menunggu Arland di rumah sakit, Sunny merasa khawatir jika seandainya keluarga Arland atau Kay tidak menerima dirinya, sebab ia memiliki keterikatan dengan Anthony. Sunny duduk diam lesu, ia tidak mengatakan apapun pada Bella, ia masih memikirkan kehidupannya nanti jika Kay tidak lagi melindunginya, saat ini hanya Kay yang ia percaya, apalagi Anthony sudah tahu keberadaannya, pasti ia akan selalu mengincarnya "Kenapa kau diam saja?" tanya Bella padanya, sebab sejak tadi ia hanya diam saja lalu merenung. "Bella, aku tidak tahu harus melakukan apa jika aku seorang diri saja, aku tidak tahu Bella, mungkin aku akan terjerumus lagi ke dalam kejahatan itu, aku sangat bodoh sampai aku harus mengharapkan orang lain untuk melindungi ku," ucapnya, ia merasa sedih, ia juga takut. "Jangan memikirkan itu, aku ada di sini, percayalah padaku!" Bella berusaha membuat Sunny tenang, meskipun ia juga khawatir jika mertuanya tidak mengizinkan Sunny tinggal
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"