"Siapa nama pemilik minimarket Indomarch ini, Pak?" tanya Nyonya Selvi kepada manager toko tersebut saat Intan mengambilkan barang belanjaan pengganti sama seperti yang terkena sabun cair tadi.Pak Robby pun menjawab dengan tatapan sedikit curiga, "Minimarket ini milik Pak Steven Bimantara, Bu. Ada apa ya?" "Ohh ... kebetulan saya kenal beliau. Hmm, terima kasih infonya, Pak," jawab mama Zayn girang. Dia berada di komunitas konglomerat yang sama dengan pemilik minimarket tempat kerja Intan. Sedikit campur tangan dari atas pastinya bisa membuat Intan kehilangan pekerjaannya, pikir wanita licik berhati tiran itu.Dengan langkah cepat Intan membawa keranjang belanja berisi beberapa barang yang sesuai pilihan Nyonya Selvi dan Prilly tadi. "Sudah semua barang belanjaan barunya, Pak Robby. Apa Anda yang akan memproses transaksinya?" ujar Intan dengan napas terengah-engah karena tergesa-gesa melangkah."Iya, aku aja, Tan. Kamu yang masukkan barang ke tas kreseknya saja," perintah Pak Robby
Siang itu di sebuah presidential suite room Hotel Pullman Jakarta, seorang pria berusia setengah abad sedang mengumbar napsu kejantanannya di atas ranjang bersama dua orang perempuan muda. "Kriiiieett ... kriiieett ... kriiiieeett." Suara springbed yang berderit akibat aktivitas panas mereka bertiga di dalam ruang berpencahayaan remang-remang tersebut menggema di ruangan sunyi itu. AC ruangan sudah dipasang 16° celsius, tetapi masih saja tubuh mereka bermandikan peluh."Aaakkhh, Om Bram. Pelan sedikit ... sakiiitt!" rintih salah satu perempuan telanjang yang sedang digenjot kencang oleh pria berambut gondrong sebahu yang sudah tak muda lagi, tetapi berjiwa muda itu."HE-HE-HE-HEH! Kalo nggak kenceng nanti kamu nggak puas, Heny. Mas 'kan perkasa melayani kamu sama Lolita barusan. Tuh teman kamu masih pengin minta ronde berikutnya," ujar Pak Bramantyo Muis Pradipta.Lolita, salah satu wanita penghibur high class bertarif mahal itu pun terkikik geli mendengar komentar pelanggannya yang
"Kamu cuci pakaian kotor ini per pelanggan untuk satu kali pencucian mesin ya! Ingat, jangan dicampur karena bisa bingung nanti punya siapa aja pakaiannya," perintah dari Mbak Mira, pegawai senior laundry Be Fresh and Clean kepada Intan yang masih baru bekerja di sana hari ini."Siap, Mbak Mira. Saya kerjain laundry-nya sekarang," jawab Intan patuh. Dia lalu mulai membaca keterangan di tas kresek besar baju kotor yang berderet di ruang pencucian satu per satu. Ada 10 tas kresek penuh berukuran jumbo menunggu untuk dicuci.Ada tiga karyawati selain Intan di ruang pencucian. Mereka masing-masing bertanggung jawab untuk satu mesin cuci dengan jatah pakaian kotor yang berbeda pembagiannya dari supervisor laundry yaitu Mbak Mira."Hey, kamu pegawai baru ya?" seru salah satu wanita berambut keriting sebahu yang ekspresi wajahnya sinis.Intan yang sedang berlutut di depan mesin cuci memasukkan pakaian kotor ke sana pun hanya menoleh sekilas lalu menjawab singkat, "Iya, Mbak.""Huhh ... sombo
"Lea, temani aku tidur nanti malam ya!" bisik Zayn saat duduk bersebelahan dengan Azalea di ruang kuliah General Pathology Science.Perempuan itu menepuk lengan pacarnya dengan wajah tersipu melirik ke Zayn. "Kita sedang berkuliah, bisa-bisanya kamu mengatakan hal semacam itu, Zayn!" tegur Azalea."Kau jual mahal sekarang, sudah seminggu aku sendirian di rumah, Lea," protes Zayn memasang wajah cemberut yang bagi Azalea justru menambah ketampanan pria Asia itu di matanya.Akhirnya dia pun mengalah, sambil berdecak Azalea mengiyakan permintaan Zayn untuk menemaninya tidur bermalam di rumah mewah Zayn yang berlokasi di Rue Caroline.Ketika sedang berjalan menuju ke perpustakaan ponsel di saku jaket Zayn bergetar. Dia pun meraihnya lalu melihat pesan baru yang masuk. Matanya terbelalak membaca identitas pengirim pesan baru tersebut. 'Untuk apa lagi perempuan bodoh itu mengirimiku pesan?!' batin Zayn enggan membaca pesan dari Intan di whatsappnya.Namun, rasa penasarannya mengalahkan keeng
"Yanuar, antar aku ke Indomarch tempat kerja Intan. Aku perlu membeli sesuatu di sana," titah Jovan ke asisten pribadi merangkap sekretarisnya itu.Dengan sigap Yanuar mengiyakan dan sopirnya juga mendengar kehendak bosnya tersebut. Mobil AUDI A6 merah itu memasuki area parkir Indomarch.Pikir Jovan, dia akan bertemu dengan Intan. Namun, dia harus menelan kekecewaannya karena kasir yang berjaga bukanlah perempuan yang ia cari. Maka Jovan pun segera menuju ke rak display minuman dingin lalu mengambil sebotol air mineral 500 ml dan snack Pringles favoritnya. Pria itu membawa belanjaannya ke kasir untuk dibayar."Apa belanjaannya cukup ini saja, Pak? Ada promo beli 2 gratis 1 Indomie kuah ayam bawang untuk Pringlesnya, apa mau diambil promonya?" tawar kasir baru itu kepada Jovan."Nggak deh, Mbak. Satu kaleng aja Pringlesnya. Boleh tanya nggak? Kasir yang namanya Intan kok nggak masuk kerja sih siang ini?" ujar Jovan sembari menunggu nota belanjaannya diproses di komputer kasir.Petugas
"Silakan menikmati hidangannya!" seru riang waitress Pempek Garuda itu usai menghidangkan pesanan Intan dan Jovan di meja makan."Makasih, Mbak!" ucap kedua tamu itu kompak secara tak sengaja.Intan dan Jovan pun segera mencicipi pempek legendaris di Jalan Garuda itu. Kemudian Jovan pun bercanda, "Wah enak lho! Gimana nih ... jadi tiap sore kutemenin makan pempek di sini? HA-HA-HA!""Pak Jovan ada-ada aja deh. Besok ganti menu dong, ketoprak kek apa nasi goreng kambing kek biar nggak bosanlah!" sahut Intan tanpa maksud apa pun, tetapi yang diajak bicara justru kegeeran."Boleh-boleh deh, yuk besok mau makan apa sore sepulang kerja, Tan?" ujarnya seakan Intan mengajaknya kencan lagi besoknya.Sontak Intan pun tertawa melihat antusiasme pria di hadapannya. "Pak Jovan apa nggak sibuk sih kalau nemenin saya makan sore melulu?" balasnya."Nggak sibuk kok, kan sepulang jam kelar kerjaan kantor, Tan. Emm ... besok ke Gado-gado Boplo ya. Sudah lama deh aku nggak makan itu!" usul Jovan spontan
"Jo, sini deh! Mami mau ngobrol sesuatu sama kamu," panggil Nyonya Srijita Adira Lukmana yang duduk bersandar di kepala ranjang putera sulungnya itu."Bentar, Mi. Jovan keringin rambut pake hairdryer dulu!" balas pria bertubuh six packs dan jangkung itu membawa celana boxer bersih dari walk in closetnya ke dalam kamar mandi.Bunyi dengungan hair dryer terdengar hingga ke kamar tidur luas itu. Dan Nyonya Srijita membaca ulang pesan yang dikirim oleh Nyonya Selvi Pradipta siang tadi kepadanya. Meresahkan sekali, dia tidak ingin putera kesayangannya salah memilih pasangan. Murahan, matre, licik, sifat perempuan yang dikatakan sedang dekat dengan Jovan. Dia pun menghela napas dengan berat, kepalanya mendadak pening.Akhirnya puteranya yang ganteng keluar dari kamar mandi lalu berbaring merebahkan kepalanya di pangkuan Nyonya Srijita. Dengan spontan maminya membelai rambut tebal di kepala Jovan. "Aku seneng deh kalo Mami sering nemenin Jovan di sini. Pulang kerja di rumah nggak ada orang,
Dari gerbang kedatangan penumpang penerbangan internasional Nyonya Selvi melambaikan tangannya ke arah putera kebanggaannya. Dia berjalan di sebelah suaminya yang mendorong troli berisi dua koper berukuran besar milik mereka berdua. "Hai, Ma. Gimana penerbangannya tadi, lancar 'kan?" sapa Zayn dengan penuh kerinduan kepada mamanya, dia memeluk erat wanita yang telah melahirkannya bergantian dengan papanya yang masih nampak gagah dan tangguh di usia yang tak lagi muda. Nyonya Selvi Pradipta pun menjawab dengan wajah berseri-seri, "Lancar kok, Sayangnya Mama. Gimana kabar kamu di Swiss? Kuliahmu bagus 'kan IPKnya?" "Beres, Ma. Anak Mama ini 'kan berotak encer. Yuk kita ngobrol di mobil aja," ajak Zayn menggandeng tangan mamanya setelah menyuruh Martin Jaelani, asprinya membawakan troli berisi koper kedua orang tuanya ke lobi keluar bandara. Di dalam perjalanan menuju ke Rue Caroline, alamat rumah Zayn di Swiss, keluarga kecil itu pun berbincang seru. Tak lupa Nyonya Selvi me-mention
Dengan pikiran buntu dan hati yang panas Zayn berjalan kaki di trotoar setelah meninggalkan kediaman Richermond. Harapan terakhirnya pupus sudah. Semua gara-gara pria sialan keturunan Adira Lukmana itu! Zayn merutuki Jovan.Ketika sampai di sebuah halte bus, Zayn memilih untuk duduk sendiri bengong meratapi nasibnya yang naas. Dia seharusnya menjadi pewaris tunggal aset kekayaan mendiang papanya. Namun, semua tidak bisa diusut. Pengacara keluarga Pradipta malah tersandung kasus hukum hingga masuk bui. Dia sekarang luntang lantung hanya punya dompet dan HP saja. Entah barangnya di kost sudah dibuang ke mana oleh pengelola tempat tersebut atau pula disimpan kalau orangnya baik hati. Zayn belum sempat pulang ke kost. Sebuah mobil sedan Ferrari merah berhenti tak jauh dari halte bus tempat Zayn duduk bengong sendirian di sana. Seorang wanita dengan penampilan heboh dan riasan tebal mendekati Zayn."Hai, apa Mas lagi butuh pekerjaan? Kenalkan namaku Mami Rosa. Aku suka wajah dan perawaka
"Bebaskan saja dia dari tuntutan hukum, Pak Sondang Sirait. Saya lebih senang kalau Zayn menghidupi dirinya sendiri di luar penjara. Cabut laporan kasus saya dari kepolisian ya!" tutur Dokter Maya Suratih pasca sembuh dari cedera di kepalanya.Kepalanya memang bocor di sisi kiri akibat dipukul oleh mantan suaminya itu menggunakan trofi yang terbuat dari kaca. Sungguh tragis justru dia dilukai dengan trofi favorit kebanggaannya sebagai rumah sakit favorit konsumen 6 tahun yang lalu. Saat itu Rumah Sakit Permata Indah Medika masih dipegang managemen lama belum diakuisisi oleh grup Richermond, jadi rumah sakitnya menjadi pilihan utama pasien ibu kota.Usut punya usut, mantan suaminya pernah punya masa lalu hingga memiliki anak haram dengan komisaris utama rumah sakit tersebut. Namun, Dokter Maya menganggap rahasia kelam itu sebatas cukup tahu saja.Pengacara kepercayaan Dokter Maya pun menjawab disertai peringatan, "Baik kalau itu yang diinginkan oleh Bu Dokter Maya. Saya cabut berkas pe
Dini hari sekitar pukul 03.00 WIB Mariana merasakan bagian paha dalamnya dialiri air hangat. Awalnya dia berpikir sedang bermimpi dan mengompol. Namun, ketika merabanya dan mendapati bahwa itu sepertinya air ketubannya ia segera menggoyang-goyang bahu suaminya."Mas Jovan, aku pecah ketuban!" ucapnya sedikit panik karena hampir melahirkan.Jovan yang tadinya masih mengantuk karena baru tidur beberapa jam setelah beberapa putaran bercinta dengan Mariana semalam segera bangun lalu duduk di ranjang. Dia bertanya, "Kuantar ke rumah sakit sekarang ya?""Iya, Mas. Ganti baju dulu. Panggil Pak Sapto buat anterin kita," jawab Mariana lalu perlahan bangkit dari tempat tidur dengan perutnya yang sangat besar. HPL memang besok sebetulnya, wajar lebih cepat sehari. Berat janin terakhir sudah 3.4 kilogram sudah cukup untuk dilahirkan kata Dokter Royce Adler. Mariana mengganti gaun tidurnya yang basah dengan daster batik berkancing depan agar mudah berganti baju pasien nanti di rumah sakit.Setela
"Permisi, Bu. Saya Zayn Alarik Pradipta, kliennya Om Charles. Apa beliau ada di tempat?" ujar Zayn berusaha menemui pengacaranya yang berjanji akan membantu mengurus masalah hak warisnya yang sulit diproses karena surat-surat habis terlahap api saat kediaman Pradipta kebakaran tempo hari.Wanita yang berjaga di bagian front desk kantor firma pengacara serta notaris Hutapea and Friends menghela napas mengulang kalimat yang sama untuk kesekian kalinya ke klien bosnya. "Maaf ya, Mas. Sepertinya saya nggak bisa memberi tahukan sampai kapan beliau tidak bisa memproses kasus hukum Anda. Pak Charles Hutapea tersandung kasus money laundry pejabat pemerintahan sehingga harus ditahan di Rutan Salemba untuk sementara," terang Bu Dyah Pertiwi, karyawati berusia setengah abad itu kepada Zayn yang mendadak bengong."Ta—tapi, perkara hak waris saya gimana dong, Bu? Mungkin rekan Om Charles bisa bantu?!" kejar Zayn, dia risau uang tabungannya tak mampu mencukupi kebutuhan sehari-harinya. "Bisa, sil
Jorges D'Argentine mengusap sudut matanya yang basah. Di sisinya, puteri kesayangannya mengenakan gaun putih sederhana dengan model sabrina mermaid dress memegang lekuk lengannya berjalan dalam langkah anggunnya menuju ke sebuah gazebo berhias mawar putih.Pagi yang sejuk tanpa tertutup lapisan salju di Danau Biel menjadi hari pernikahan sakral yang dinantikan oleh Patrick Olsen. Setelah perjuangan tanpa henti selama berbulan-bulan bolak-balik Jakarta-Genewa, segalanya terbayar lunas. Pada akhirnya Mariana melepaskan kepergian dokter spesialis obsgyn andalannya kembali ke Swiss untuk seterusnya. Dokter Royce Adler yang terikat kontrak menggantikan dirinya sebagai dokter praktik di poli obsgyn rumah sakit jaringan Richermond.Wanita pujaan hatinya yang mungkin adalah jawaban doanya untuk seorang kekasih yang baik hati itu melangkah di seberangnya bersama Tuan Jorges D'Argentine, papanya. Sama seperti calon papa mertuanya, Patrick pun menitikkan air mata haru yang membuat tamu undangan
Sudah beberapa bulan berlalu semenjak pernikahan resmi antara Zayn dan Dokter Maya. Rumah tangga mereka nampak harmonis tanpa ada pertengkaran yang berarti. Namun, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh jua.Memang Zayn sudah mendapat mobil baru untuk akomodasinya pulang pergi ke rumah sakit dan bepergian sendiri. Dokter Maya berangkat ke tempat kerjanya tanpa suaminya seusai sarapan pagi bersama. Dia tidak menaruh curiga sama sekali seperti apa kelakuan Zayn di balik punggungnya.Kehidupan seksual pasangan pengantin baru itu pun sangat aktif nyaris setiap malam mereka bermesraan. Itu pun Dokter Maya bukan hanya dihajar satu atau dua ronde di atas ranjang. Maka dari itu dia tidak pernah berpikir masih ada hasrat yang tak tersalurkan oleh suaminya. Akan tetapi, sesuatu yang tak pernah ia duga terjadi di bawah atap rumahnya.Pintu kamar tidur Zayn diketok tiga kali sebelum dibuka perlahan dari luar. Seorang perempuan berambut panjang hitam legam tergerai sepunggung masuk
Dokter Patrick Olsen mencoba mensiasati kesulitannya untuk resigned dari rumah sakit tempat bekerjanya saat ini dengan mengumpulkan jatah cutinya selama beberapa bulan terakhir. Memang mencari dokter spesialis yang bagus tidak mudah, biasanya dokter yang sudah berpengalaman terkontrak praktik di rumah sakit lain. Sedangkan, dokter yang baru lulus pendidikan spesialis masih butuh menimba pengalaman di meja praktik. Adik angkatan sealmamaternya yang diterima bekerja di rumah sakit jaringan Richermond masih di bawah pemantauannya dan dokter senior poli obsgyn lainnya. Kini dia harus berpesan dengan serius kepada Dokter Royce Adler selama mengambil cuti seminggu penuh."Dokter Royce, kuharap kau ingat semua tips dan trick praktik obsgyn yang sudah kuajarkan kepadamu. Ingat-ingat itu semua selama aku pergi seminggu ke Swiss, okay?" ujar Dokter Patrick duduk berhadapan di ruangan praktiknya bersama Dokter Royce Adler.Pria berambut model taper fade warna pirang itu menyeringai jenaka. "He
"Untuk apa perjanjian pranikah ini, Pak?!" bentak Zayn setelah membaca judul berkas yang disodorkan oleh notaris Dokter Maya Suratih kepadanya di ruang tunggu kantor dinas kependudukan Jakarta Pusat.Pak Rian Fantoni yang dipercaya oleh Dokter Maya mewakilinya sebagai pihak legal dalam setiap perjanjian hukum yang dia buat menjawab standar saja pertanyaan Zayn, "Ini sudah jadi keputusan klien saya, Pak. Zaman sekarang harus serba hati-hati terutama Bu Maya itu seorang wanita sukses dengan banyak harta. Kalau Anda menolak mungkin pernikahan ini tidak bisa terlaksana. Kami nantikan itikad baiknya untuk menanda tangani perjanjian pranikah tersebut!"Kening Zayn berkerut dalam, dia tak menyangka bahwa dalam dua pernikahan dia harus selalu diatur dengan perjanjian pranikah. Harta terpisah, tak ada gono gini setelah bercerai. Hatinya terasa dongkol, niatnya mendapat cipratan harta kekayaan Dokter Maya pun pupus sudah. Apa gunanya jadi suami kere setelah menikahi janda kaya raya itu? pikir Z
"Mas Zayn, maaf. Bukannya tidak bisa diurus hal warisnya, tapi butuh waktu yang tidak diprediksi lamanya karena semua berkas penting habis dilahap api dalam kebakaran rumah tempo hari," tutur Charles Hutapea, pengacara langganan keluarga Pradipta. Kemudian Zayn membalas, "Apa mendiang papa nggak membuat surat warisan semasa hidup dulu, Om?" Sebuah gelengan dengan raut wajah prihatin itu disertai jawaban, "Beliau tidak ingin berpikir cepat meninggal dunia waktu saya menyarankan dulu, Mas. Sayang sekali ketika jatuh sakit, saya tidak tahu karena memang sibuk dengan pekerjaan dan Pak Bram pun sama sekali tidak menghubungi saya lagi.""Ckkk ... payah sekali, lantas jalan keluar yang bisa saya tempuh apa dong, Om? Eman-eman sekali warisan ratusan milyar itu nilainya!" Zayn berdecak kesal dengan wajah tertekuk bersandar di sofa kantor pengacara kondang tersebut.Charles Hutapea beranjak berdiri lalu mengambil sebuah map berkas di rak dokumennya. Dia pun duduk kembali dan menyodorkan sebua