"Jo, sini deh! Mami mau ngobrol sesuatu sama kamu," panggil Nyonya Srijita Adira Lukmana yang duduk bersandar di kepala ranjang putera sulungnya itu."Bentar, Mi. Jovan keringin rambut pake hairdryer dulu!" balas pria bertubuh six packs dan jangkung itu membawa celana boxer bersih dari walk in closetnya ke dalam kamar mandi.Bunyi dengungan hair dryer terdengar hingga ke kamar tidur luas itu. Dan Nyonya Srijita membaca ulang pesan yang dikirim oleh Nyonya Selvi Pradipta siang tadi kepadanya. Meresahkan sekali, dia tidak ingin putera kesayangannya salah memilih pasangan. Murahan, matre, licik, sifat perempuan yang dikatakan sedang dekat dengan Jovan. Dia pun menghela napas dengan berat, kepalanya mendadak pening.Akhirnya puteranya yang ganteng keluar dari kamar mandi lalu berbaring merebahkan kepalanya di pangkuan Nyonya Srijita. Dengan spontan maminya membelai rambut tebal di kepala Jovan. "Aku seneng deh kalo Mami sering nemenin Jovan di sini. Pulang kerja di rumah nggak ada orang,
Dari gerbang kedatangan penumpang penerbangan internasional Nyonya Selvi melambaikan tangannya ke arah putera kebanggaannya. Dia berjalan di sebelah suaminya yang mendorong troli berisi dua koper berukuran besar milik mereka berdua. "Hai, Ma. Gimana penerbangannya tadi, lancar 'kan?" sapa Zayn dengan penuh kerinduan kepada mamanya, dia memeluk erat wanita yang telah melahirkannya bergantian dengan papanya yang masih nampak gagah dan tangguh di usia yang tak lagi muda. Nyonya Selvi Pradipta pun menjawab dengan wajah berseri-seri, "Lancar kok, Sayangnya Mama. Gimana kabar kamu di Swiss? Kuliahmu bagus 'kan IPKnya?" "Beres, Ma. Anak Mama ini 'kan berotak encer. Yuk kita ngobrol di mobil aja," ajak Zayn menggandeng tangan mamanya setelah menyuruh Martin Jaelani, asprinya membawakan troli berisi koper kedua orang tuanya ke lobi keluar bandara. Di dalam perjalanan menuju ke Rue Caroline, alamat rumah Zayn di Swiss, keluarga kecil itu pun berbincang seru. Tak lupa Nyonya Selvi me-mention
"Intan, kamu belum ada dua bulan penuh kerja di Laundry Be Fresh and Clean. Perusahaan belum bisa memberi pesangon lho kalau kamu resign sekarang. Nggakpapa tuh?" tanya manager cabang laundry terkemuka di Jakarta dan sekitarnya itu saat ditemui Intan pagi-pagi di kantor.Namun, Intan menanggapi kenyataan pahit itu dengan senyuman tegar. Dia pun menjawab, "Nggakpapa, Bu Nancy. Saya yang berterima kasih sudah diberi pekerjaan pasca terkena PHK bulan lalu di sini. Malahan bisa tambah pengalaman serta keterampilan juga."Mendengar perkataan Intan yang tegar dan positif, Bu Nancy justru trenyuh. Pegawai masa percobaan itu sangat rajin pekerjaannya selama nyaris dua bulan di situ. Dia pun menghitung gaji Intan sesuai peraturan kantor pusat. Kemudian lembaran-lembaran rupiah warna merah dimasukkan Bu Nancy ke dalam amplop putih panjang sebelum diserahkan ke hadapan Intan."Ini gaji kamu, Intan. Hari ini tidak perlu bekerja, langsung pulang saja!" ujar Bu Nancy yang ditanggapi dengan anggukan
"Selamat datang, Pak! Ada yang bisa saya bantu?" sambut waitress Clairmont bakery ketika Jovan memasuki pintu toko kue elite tersebut.Pria tampan itu menyunggingkan senyum ramah sebelum menjawab, "Saya cari kue yang enak dan nggak bikin eneg, Mbak. Lalu apa ada kue untuk batita usia setahunan ya?" Dengan segera waitress dengan nametag Rini itu paham apa yang sedang dicari calon pembeli di toko tempatnya bekerja. Dia pun meminta Jovan mengikutinya ke sebuah rak display. "Ini vanilla chiffon roll cake with Cheddar cheese, gurih sedikit manis. Enak dan nggak eneg seperti yang Bapak cari. Selain itu bisa dicoba Mandarin cake 3 layer vanilla, tiramisu, chocolate with cannary almond seeds. Kalau untuk adik bayinya mungkin kue Semprit Garut Letter S ini sudah bisa, Pak soalnya lumer tanpa digigit dan kelebihannya tanpa gula berlebihan, tanpa zat berbahaya. Rasanya bisa dipilih vanilla, cokelat, strawberry, blueberry, dan keju. Silakan mana yang cocok menurut, Bapak!" terang Rini dengan ko
"TOK TOK TOK." Ketokan jamak dari luar pintu kamar tidur Intan terdengar dan perempuan itu pun segera berseru, "Ya, sebentar!"Dia berlari-lari kecil untuk membuka pintu dan ketika daun pintu itu terayun, Jovan sedang berdiri tersenyum menatapnya. "Hai, Tan. Apa sudah siap berangkat dinner sama aku?" ujar pria itu."Ohh, sudah sih. Sebentar ya, Pak Jovan. Saya ambil tas dan jemput Orion di box bayi," jawab Intan lalu bergegas masuk lagi ke dalam kamarnya. Tanpa ia duga Jovan pun mengikutinya sembari berkata, "Boleh nggak kalau aku saja yang gendong Orion? Kita soalnya 'kan pergi keluar rumah, nanti kamu pasti capek.""Ehh ... nggak ngerepotin Pak Jovan? Orion sudah berat lho, Pak!" tolak Intan dengan halus. Dia karyawati pria tersebut, tetapi malah digendong anaknya oleh Jovan. Tentu saja Intan tak enak hati."Udah, siniin si Ori!" tukas Jovan tak memedulikan protes mama bayi itu. Dia menggendong Orion dengan ahli hingga Intan pun terkesan karenanya.Dengan langkah-langkah lebarnya
Pagi pertama ketika Intan tinggal di rumah Jovan, perempuan itu bangun sekitar pukul 05.00 WIB dan mulai mandi sebelum ia memandikan Orion juga. Segalanya harus siap sebelum Intan mulai mengerjakan tugasnya sebagai asisten pribadi Jovan. Seperti yang dijelaskan Jovan malam sepulang dari Taman Sari Family Restoran saat di perjalanan, Intan harus membangunkan pria itu dan menyiapkan segala kebutuhan sebelum berangkat ke kantor termasuk secangkir teh manis hangat, pakaian kerja Jovan, dan juga air hangat di bathtub. Sedikit mirip mengurusi suami, pikir Intan. Namun, dia tak berani lancang berkomentar seperti itu di hadapan bos barunya.Pintu kamar Jovan tidak dikunci dari dalam, Intan mengetoknya tiga kali sebelum membukanya. Dia masuk dengan membawa nampan berisi secangkir teh manis hangat. Bu Shinta yang mengajarinya membuat dengan takaran gula yang pas sesuai selera Jovan. Dia melangkah hingga ke samping ranjang lebar di mana Jovan masih terlelap.'Duh nyenyak sekali tidurnya! Wajahn
"Saya Intan, asisten pribadi Pak Jovan, Mbak. Ini hari pertama saya kerja di sini," jawab Intan dengan sopan tanpa emosi kepada Mirna.Namun, Mirna menatap Intan dan Orion dengan raut wajah masam tidak senang. Dia memonyongkan bibirnya lalu berkata, "Asisten sih asisten, tapi sama-sama babu 'kan? Jangan sok jadi ratu dong!"Chef Donny yang merasa Mirna terlalu memojokkan Intan pun melerai mereka, "Sudah ... sudah, kamu juga ngapain malah bikin ribut di dapur, Mirna!? Nyapu ngepel aja sana, itu tugas kamu. Kalau Intan memang ngurusin tuan muda kita.""WHAT?! Ngurusin apa nih? Jadi curiga jangan-jangan nemenin bobo Pak Jovan kerjaannya tuh!" tuduh Mirna semakin kacau saja omongannya.Akhirnya Intan pun tak terima mendengar perkataan Mirna. Dia pun berdiri menggendong Orion. "Maaf, jangan menuduh seenaknya!""Sebentar Intan, ini bubur bayinya sudah jadi," ucap Chef Donny menyerahkan semangkuk bubur salmon dan sayur yang beraroma lezat untuk Orion.Kemarahan Intan pun menguap seketika kar
"LEAAA ... AAARRGGHH!" Geraman maskulin saat berjuta partikel cahaya seakan meledak dalam otaknya itu terdengar menggema memecah kesunyian malam.Badan kekar berotot itu bermandikan peluh saat tengah malam yang dingin di Swiss. Pagutan penuh gairah bertukaran di atas peraduan yang berseprai kusut. Zayn menatap lekat-lekat wajah cantik bermata biru bak saphire yang dibingkai rambut pirang panjang yang berserakan di atas bantal.Perempuan berdarah Perancis itu membuatnya susah move on dengan segala kepasrahannya serta gairah murni yang mereka bagi berdua hampir setiap malam. Azalea sudah seperti istrinya saja yang setiap akan tidur bersama di malam hari melayani hasrat lelaki Zayn. "Zayn Darling, kau selalu membuatku melayang-layang dalam kenikmatan setiap kita bersama seperti ini!" ujar Azalea membiarkan pemuda asal Indonesia itu memuaskan dirinya dengan buah dadanya yang membulat indah.Sapuan lidah Zayn di puncak merah kecokelatan itu dan juga isapan-isapan kecilnya membuat Azalea k
Dengan pikiran buntu dan hati yang panas Zayn berjalan kaki di trotoar setelah meninggalkan kediaman Richermond. Harapan terakhirnya pupus sudah. Semua gara-gara pria sialan keturunan Adira Lukmana itu! Zayn merutuki Jovan.Ketika sampai di sebuah halte bus, Zayn memilih untuk duduk sendiri bengong meratapi nasibnya yang naas. Dia seharusnya menjadi pewaris tunggal aset kekayaan mendiang papanya. Namun, semua tidak bisa diusut. Pengacara keluarga Pradipta malah tersandung kasus hukum hingga masuk bui. Dia sekarang luntang lantung hanya punya dompet dan HP saja. Entah barangnya di kost sudah dibuang ke mana oleh pengelola tempat tersebut atau pula disimpan kalau orangnya baik hati. Zayn belum sempat pulang ke kost. Sebuah mobil sedan Ferrari merah berhenti tak jauh dari halte bus tempat Zayn duduk bengong sendirian di sana. Seorang wanita dengan penampilan heboh dan riasan tebal mendekati Zayn."Hai, apa Mas lagi butuh pekerjaan? Kenalkan namaku Mami Rosa. Aku suka wajah dan perawaka
"Bebaskan saja dia dari tuntutan hukum, Pak Sondang Sirait. Saya lebih senang kalau Zayn menghidupi dirinya sendiri di luar penjara. Cabut laporan kasus saya dari kepolisian ya!" tutur Dokter Maya Suratih pasca sembuh dari cedera di kepalanya.Kepalanya memang bocor di sisi kiri akibat dipukul oleh mantan suaminya itu menggunakan trofi yang terbuat dari kaca. Sungguh tragis justru dia dilukai dengan trofi favorit kebanggaannya sebagai rumah sakit favorit konsumen 6 tahun yang lalu. Saat itu Rumah Sakit Permata Indah Medika masih dipegang managemen lama belum diakuisisi oleh grup Richermond, jadi rumah sakitnya menjadi pilihan utama pasien ibu kota.Usut punya usut, mantan suaminya pernah punya masa lalu hingga memiliki anak haram dengan komisaris utama rumah sakit tersebut. Namun, Dokter Maya menganggap rahasia kelam itu sebatas cukup tahu saja.Pengacara kepercayaan Dokter Maya pun menjawab disertai peringatan, "Baik kalau itu yang diinginkan oleh Bu Dokter Maya. Saya cabut berkas pe
Dini hari sekitar pukul 03.00 WIB Mariana merasakan bagian paha dalamnya dialiri air hangat. Awalnya dia berpikir sedang bermimpi dan mengompol. Namun, ketika merabanya dan mendapati bahwa itu sepertinya air ketubannya ia segera menggoyang-goyang bahu suaminya."Mas Jovan, aku pecah ketuban!" ucapnya sedikit panik karena hampir melahirkan.Jovan yang tadinya masih mengantuk karena baru tidur beberapa jam setelah beberapa putaran bercinta dengan Mariana semalam segera bangun lalu duduk di ranjang. Dia bertanya, "Kuantar ke rumah sakit sekarang ya?""Iya, Mas. Ganti baju dulu. Panggil Pak Sapto buat anterin kita," jawab Mariana lalu perlahan bangkit dari tempat tidur dengan perutnya yang sangat besar. HPL memang besok sebetulnya, wajar lebih cepat sehari. Berat janin terakhir sudah 3.4 kilogram sudah cukup untuk dilahirkan kata Dokter Royce Adler. Mariana mengganti gaun tidurnya yang basah dengan daster batik berkancing depan agar mudah berganti baju pasien nanti di rumah sakit.Setela
"Permisi, Bu. Saya Zayn Alarik Pradipta, kliennya Om Charles. Apa beliau ada di tempat?" ujar Zayn berusaha menemui pengacaranya yang berjanji akan membantu mengurus masalah hak warisnya yang sulit diproses karena surat-surat habis terlahap api saat kediaman Pradipta kebakaran tempo hari.Wanita yang berjaga di bagian front desk kantor firma pengacara serta notaris Hutapea and Friends menghela napas mengulang kalimat yang sama untuk kesekian kalinya ke klien bosnya. "Maaf ya, Mas. Sepertinya saya nggak bisa memberi tahukan sampai kapan beliau tidak bisa memproses kasus hukum Anda. Pak Charles Hutapea tersandung kasus money laundry pejabat pemerintahan sehingga harus ditahan di Rutan Salemba untuk sementara," terang Bu Dyah Pertiwi, karyawati berusia setengah abad itu kepada Zayn yang mendadak bengong."Ta—tapi, perkara hak waris saya gimana dong, Bu? Mungkin rekan Om Charles bisa bantu?!" kejar Zayn, dia risau uang tabungannya tak mampu mencukupi kebutuhan sehari-harinya. "Bisa, sil
Jorges D'Argentine mengusap sudut matanya yang basah. Di sisinya, puteri kesayangannya mengenakan gaun putih sederhana dengan model sabrina mermaid dress memegang lekuk lengannya berjalan dalam langkah anggunnya menuju ke sebuah gazebo berhias mawar putih.Pagi yang sejuk tanpa tertutup lapisan salju di Danau Biel menjadi hari pernikahan sakral yang dinantikan oleh Patrick Olsen. Setelah perjuangan tanpa henti selama berbulan-bulan bolak-balik Jakarta-Genewa, segalanya terbayar lunas. Pada akhirnya Mariana melepaskan kepergian dokter spesialis obsgyn andalannya kembali ke Swiss untuk seterusnya. Dokter Royce Adler yang terikat kontrak menggantikan dirinya sebagai dokter praktik di poli obsgyn rumah sakit jaringan Richermond.Wanita pujaan hatinya yang mungkin adalah jawaban doanya untuk seorang kekasih yang baik hati itu melangkah di seberangnya bersama Tuan Jorges D'Argentine, papanya. Sama seperti calon papa mertuanya, Patrick pun menitikkan air mata haru yang membuat tamu undangan
Sudah beberapa bulan berlalu semenjak pernikahan resmi antara Zayn dan Dokter Maya. Rumah tangga mereka nampak harmonis tanpa ada pertengkaran yang berarti. Namun, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh jua.Memang Zayn sudah mendapat mobil baru untuk akomodasinya pulang pergi ke rumah sakit dan bepergian sendiri. Dokter Maya berangkat ke tempat kerjanya tanpa suaminya seusai sarapan pagi bersama. Dia tidak menaruh curiga sama sekali seperti apa kelakuan Zayn di balik punggungnya.Kehidupan seksual pasangan pengantin baru itu pun sangat aktif nyaris setiap malam mereka bermesraan. Itu pun Dokter Maya bukan hanya dihajar satu atau dua ronde di atas ranjang. Maka dari itu dia tidak pernah berpikir masih ada hasrat yang tak tersalurkan oleh suaminya. Akan tetapi, sesuatu yang tak pernah ia duga terjadi di bawah atap rumahnya.Pintu kamar tidur Zayn diketok tiga kali sebelum dibuka perlahan dari luar. Seorang perempuan berambut panjang hitam legam tergerai sepunggung masuk
Dokter Patrick Olsen mencoba mensiasati kesulitannya untuk resigned dari rumah sakit tempat bekerjanya saat ini dengan mengumpulkan jatah cutinya selama beberapa bulan terakhir. Memang mencari dokter spesialis yang bagus tidak mudah, biasanya dokter yang sudah berpengalaman terkontrak praktik di rumah sakit lain. Sedangkan, dokter yang baru lulus pendidikan spesialis masih butuh menimba pengalaman di meja praktik. Adik angkatan sealmamaternya yang diterima bekerja di rumah sakit jaringan Richermond masih di bawah pemantauannya dan dokter senior poli obsgyn lainnya. Kini dia harus berpesan dengan serius kepada Dokter Royce Adler selama mengambil cuti seminggu penuh."Dokter Royce, kuharap kau ingat semua tips dan trick praktik obsgyn yang sudah kuajarkan kepadamu. Ingat-ingat itu semua selama aku pergi seminggu ke Swiss, okay?" ujar Dokter Patrick duduk berhadapan di ruangan praktiknya bersama Dokter Royce Adler.Pria berambut model taper fade warna pirang itu menyeringai jenaka. "He
"Untuk apa perjanjian pranikah ini, Pak?!" bentak Zayn setelah membaca judul berkas yang disodorkan oleh notaris Dokter Maya Suratih kepadanya di ruang tunggu kantor dinas kependudukan Jakarta Pusat.Pak Rian Fantoni yang dipercaya oleh Dokter Maya mewakilinya sebagai pihak legal dalam setiap perjanjian hukum yang dia buat menjawab standar saja pertanyaan Zayn, "Ini sudah jadi keputusan klien saya, Pak. Zaman sekarang harus serba hati-hati terutama Bu Maya itu seorang wanita sukses dengan banyak harta. Kalau Anda menolak mungkin pernikahan ini tidak bisa terlaksana. Kami nantikan itikad baiknya untuk menanda tangani perjanjian pranikah tersebut!"Kening Zayn berkerut dalam, dia tak menyangka bahwa dalam dua pernikahan dia harus selalu diatur dengan perjanjian pranikah. Harta terpisah, tak ada gono gini setelah bercerai. Hatinya terasa dongkol, niatnya mendapat cipratan harta kekayaan Dokter Maya pun pupus sudah. Apa gunanya jadi suami kere setelah menikahi janda kaya raya itu? pikir Z
"Mas Zayn, maaf. Bukannya tidak bisa diurus hal warisnya, tapi butuh waktu yang tidak diprediksi lamanya karena semua berkas penting habis dilahap api dalam kebakaran rumah tempo hari," tutur Charles Hutapea, pengacara langganan keluarga Pradipta. Kemudian Zayn membalas, "Apa mendiang papa nggak membuat surat warisan semasa hidup dulu, Om?" Sebuah gelengan dengan raut wajah prihatin itu disertai jawaban, "Beliau tidak ingin berpikir cepat meninggal dunia waktu saya menyarankan dulu, Mas. Sayang sekali ketika jatuh sakit, saya tidak tahu karena memang sibuk dengan pekerjaan dan Pak Bram pun sama sekali tidak menghubungi saya lagi.""Ckkk ... payah sekali, lantas jalan keluar yang bisa saya tempuh apa dong, Om? Eman-eman sekali warisan ratusan milyar itu nilainya!" Zayn berdecak kesal dengan wajah tertekuk bersandar di sofa kantor pengacara kondang tersebut.Charles Hutapea beranjak berdiri lalu mengambil sebuah map berkas di rak dokumennya. Dia pun duduk kembali dan menyodorkan sebua