"LEAAA ... AAARRGGHH!" Geraman maskulin saat berjuta partikel cahaya seakan meledak dalam otaknya itu terdengar menggema memecah kesunyian malam.Badan kekar berotot itu bermandikan peluh saat tengah malam yang dingin di Swiss. Pagutan penuh gairah bertukaran di atas peraduan yang berseprai kusut. Zayn menatap lekat-lekat wajah cantik bermata biru bak saphire yang dibingkai rambut pirang panjang yang berserakan di atas bantal.Perempuan berdarah Perancis itu membuatnya susah move on dengan segala kepasrahannya serta gairah murni yang mereka bagi berdua hampir setiap malam. Azalea sudah seperti istrinya saja yang setiap akan tidur bersama di malam hari melayani hasrat lelaki Zayn. "Zayn Darling, kau selalu membuatku melayang-layang dalam kenikmatan setiap kita bersama seperti ini!" ujar Azalea membiarkan pemuda asal Indonesia itu memuaskan dirinya dengan buah dadanya yang membulat indah.Sapuan lidah Zayn di puncak merah kecokelatan itu dan juga isapan-isapan kecilnya membuat Azalea k
"SRIJITA! Tunggu—" Suara pria yang memanggil namanya dari jauh membuat wanita anggun bersanggul rapi itu menoleh dan membuat gaun berbahan sifon ringan warna beige itu mengembang di sekeliling tubuh rampingnya.Sorot mata bening itu mendadak dicekam rasa panik. Srijita Adira Lukmana tak ingin bertemu dengan pria yang begitu familiar dalam ingatannya itu selamanya. Namun, kakinya seakan terpatri di lantai tempatnya berdiri.Pria itu terengah-engah menata napasnya seraya mencekal pergelangan tangan Srijita. Bertemu dengan wanita yang pernah memikat hatinya begitu rupa adalah sebuah keberuntungan bagi Bram. "Kebetulan sekali kita bertemu di sini, Mein Liebling!" ucap Bram, panggilan sayang itu khas di antara mereka berdua saat masih berpacaran."A—aku terburu-buru. Maaf, aku harus pergi!" ujar Srijita dengan jantung yang berdebar tak karuan. Dia yakin pria itu akan melakukan hal yang tidak-tidak kepadanya lagi seperti yang sudah sudah terjadi.Seringai iblis itu tersungging di bibir Bra
Seusai merapikan riasan wajahnya yang berantakan karena menangis di toilet tadi, Srijita keluar dari toilet dan melangkah dengan anggun seperti tak ada kejadian buruk yang terjadi sebelumnya. "Selamat siang, Sus. Maaf saya terlambat. Pasien atas nama Srijita Adira Lukmana," ucap wanita itu kepada perawat jaga di meja pendaftaran pasien poli obsygin."Ohh, iya. Dokter Yuni masih ada di ruang praktiknya menunggu Ibu. Silakan, pasien terakhir hari ini ya," jawab Suster Wati seraya mengantar pasien tersebut ke ruang periksa.Dokter Yuni Siregar yang sudah bertahun-tahun menangani Nyonya Srijita pun menyambutnya hangat, "Selamat siang, Jeng. Saya kira batal ke mari kok siang sekali baru datang, biasa on time!""Selamat siang, Dok. Maaf ya sudah bikin nunggu lama. Tadi kena macet di jalan, memang Jakarta nggak bisa diprediksi lancar apa macet lalu lintasnya," jawab Srijita beralasan. Padahal dia tadinya memang sudah tiba tepat waktu sesuai kebiasaannya. Bram, kolega Dokter Yuni sendiri yan
Suara sirine mobil polisi memecah keheningan malam di villa pribadi tepi pantai yang ada di Jakarta Utara. Bram pun terbangun dari tidur lelapnya, dia sangat terkejut dengan situasi kacau yang terjadi mendadak tersebut."BAAMM! BAAMM! BAAMM!""BUKA PINTUNYA, ANDA SUDAH TERKEPUNG!" Teriakan petugas kepolisian mengikuti gedoran di pintu kamar tidur villa yang ditempati oleh Bram dan Srijita. Hal itu membuat pria bejat itu panik hingga segera mencari pakaiannya agar tidak kena malu ketika digrebek oleh pasukan polisi."Apa kau yang memanggil polisi ke mari, Srijita?!" bentak Bram sembari mengenakan celana kainnya serta kemejanya. Dia menatap tajam ke wajah pucat nan sembab yang basah oleh air mata pipinya di lantai dekat jendela kaca besar yang menghadap ke arah laut. Wanita itu mengenakan mantel mandi berbahan handuk putih di tubuhnya karena memang gaun sifonnya tak dapat dikenakan lagi."Ya, siapa lagi yang akan menolongku kalau bukan diriku sendiri? Dasar pria laknat!" jawab Srijita
"Intan, kamu punya tugas baru sekarang. Layani dan rawat mamiku, nama beliau Srijita. Kamu boleh panggil tante, nggak usah terlalu formal, oke?" tutur Jovan ketika Intan membangunkannya di kamar pagi itu usai malam panjang yang dilewati oleh Jovan bersama maminya di Jakarta Utara.Sedikit penasaran karena memang belum pernah bertemu dengan ibu kandung bosnya itu, Intan pun bertanya, "Apa beliau bangun pagi seperti Pak Jovan? Tugas saya untuk Tante Srijita apa ya, kalau boleh diperinci, Pak?" Jovan meletakkan cangkir kosong teh manis hangatnya di atas nakas. Dia bangkit berdiri dari tepi ranjang untuk melangkah menuju meja kerjanya sembari diikuti oleh Intan. "Temenin aja beliau, Tan. Nanti juga disuruh ini itu sama mami. Beliau itu paling nggak bisa diem aja nganggur. Moga-moga nggak bikin kamu terlalu repot ya sambil ngurusin Orion juga," ujar Jovan."Ohh baik, Pak Jovan. Kalau begitu saya siapkan air mandi Anda dulu sama pakaian kantor. Permisi!" jawab Intan sopan lalu bergegas mas
"ZAYN, TUNGGU AKU!" Teriakan seorang perempuan yang terdengar familiar di telinganya di koridor menuju ruang kuliah membuat pemuda itu berhenti melangkah dan menoleh ke belakang.Azalea berlari-lari hingga menubruk badan kekar kekasihnya yang terbungkus mantel Roccobaroco mahal warna khaki. Dia dipeluk dengan hangat dan disambut dengan senyuman tampan pemuda itu yang melelehkan hatinya."Kenapa berlari-lari pagi begini? Kau akan berkeringat, Lea!" tegur Zayn terkekeh lalu merangkul bahu kekasih untuk menuju ke ruang kuliah mereka."Zayn, seandainya ayahku ingin minta bertemu denganmu, apa kau bersedia?" tanya Azalea hati-hati takut pemuda itu menolak dan marah kepadanya. Namun, rasanya tidak berlebihan karena mereka sudah 2 tahun lebih berpacaran. Bahkan, dia menjadi teman tidur Zayn nyaris setiap malam akhir-akhir ini.Sejenak pemuda tampan itu terdiam, dia menimbang-nimbang efek dari pertemuan tersebut ke depannya. "Baiklah—kapan?" sahutnya yang membuat senyum di wajah Azalea meleba
"Mami, kenapa dari kemarin nggak pulang ke rumah sih?" sambut Yudhistira Adira Lukmana saat melihat istrinya masuk ke ruangan kerja putera mereka di lantai 30 Adira Lukmana Building.Langkah Srijita terhenti di tengah ruangan berdinding kaca itu dengan terperangah. Maksudnya mengunjungi Jovan bersama Intan dan Orion tadi hanya untuk makan siang bersama. Dia tak akan mengira bahwa suaminya sedang berada di tempat itu juga. Mentalnya masih belum siap untuk menjelaskan segala kekacauan yang terjadi kemarin karena ulah Bramantyo.Pria berparas tampan dengan garis tulang wajah aristokrat yang tercukur rapi itu menghampirinya dan memeluknya dengan mesra. Rasanya air mata menggenangi bola mata Srijita. "Mami, jangan kuatir. Semua sudah diceritain sama Jovan tadi ke Papi. Hmm ... mungkin sebaiknya kita duduk di sofa aja yuk. Papi mau bicara dari hati ke hati tentang semuanya berdua saja sama Mami!" ajak Pak Yudhi merangkul bahu istrinya yang masih nampak terpukul oleh rasa malunya atas segal
"Selamat pagi, Bu. Kami datang untuk menjemput Bapak Bramantyo Muis Pradipta!" ujar seorang petugas polisi berlabel nama Harris Pratikno berjabatan Ipda di jajarannya.Nyonya Selvi yang ditemui oleh Ipda Harris sontak terperangah, dia tidak tahu kasus hukum apa yang tengah menjerat suaminya. Dia pun segera bertanya setelah pulih dari keterkejutannya, "Pagi, Pak Polisi. Atas tuduhan apa ya? Beliau itu suami saya."Kedua orang itu masih berdiri di teras depan kediaman megah keluarga Pradipta yang bagaikan Istana Bogor. Dengan sabar Ipda Harris Pratikno menunjukkan surat resmi pemanggilan tersangka kasus pelecehan dan pemerkosaan atas Srijita Adira Lukmana kepada wanita di hadapannya."Aarrhh ... Ya Tuhan, Papa!!" seru Nyonya Selvi terkesiap membaca isi surat di tangannya. Dia membatin penuh kegalauan, 'Bagaimana bisa ini terjadi? Papa memerkosa Jeng Srijita, mereka tak pernah bercakap-cakap selama ini di pertemuan sosialita!'Kemudian Ipda Harris pun mendesak, "Tolong panggilkan Pak Bra
Dengan pikiran buntu dan hati yang panas Zayn berjalan kaki di trotoar setelah meninggalkan kediaman Richermond. Harapan terakhirnya pupus sudah. Semua gara-gara pria sialan keturunan Adira Lukmana itu! Zayn merutuki Jovan.Ketika sampai di sebuah halte bus, Zayn memilih untuk duduk sendiri bengong meratapi nasibnya yang naas. Dia seharusnya menjadi pewaris tunggal aset kekayaan mendiang papanya. Namun, semua tidak bisa diusut. Pengacara keluarga Pradipta malah tersandung kasus hukum hingga masuk bui. Dia sekarang luntang lantung hanya punya dompet dan HP saja. Entah barangnya di kost sudah dibuang ke mana oleh pengelola tempat tersebut atau pula disimpan kalau orangnya baik hati. Zayn belum sempat pulang ke kost. Sebuah mobil sedan Ferrari merah berhenti tak jauh dari halte bus tempat Zayn duduk bengong sendirian di sana. Seorang wanita dengan penampilan heboh dan riasan tebal mendekati Zayn."Hai, apa Mas lagi butuh pekerjaan? Kenalkan namaku Mami Rosa. Aku suka wajah dan perawaka
"Bebaskan saja dia dari tuntutan hukum, Pak Sondang Sirait. Saya lebih senang kalau Zayn menghidupi dirinya sendiri di luar penjara. Cabut laporan kasus saya dari kepolisian ya!" tutur Dokter Maya Suratih pasca sembuh dari cedera di kepalanya.Kepalanya memang bocor di sisi kiri akibat dipukul oleh mantan suaminya itu menggunakan trofi yang terbuat dari kaca. Sungguh tragis justru dia dilukai dengan trofi favorit kebanggaannya sebagai rumah sakit favorit konsumen 6 tahun yang lalu. Saat itu Rumah Sakit Permata Indah Medika masih dipegang managemen lama belum diakuisisi oleh grup Richermond, jadi rumah sakitnya menjadi pilihan utama pasien ibu kota.Usut punya usut, mantan suaminya pernah punya masa lalu hingga memiliki anak haram dengan komisaris utama rumah sakit tersebut. Namun, Dokter Maya menganggap rahasia kelam itu sebatas cukup tahu saja.Pengacara kepercayaan Dokter Maya pun menjawab disertai peringatan, "Baik kalau itu yang diinginkan oleh Bu Dokter Maya. Saya cabut berkas pe
Dini hari sekitar pukul 03.00 WIB Mariana merasakan bagian paha dalamnya dialiri air hangat. Awalnya dia berpikir sedang bermimpi dan mengompol. Namun, ketika merabanya dan mendapati bahwa itu sepertinya air ketubannya ia segera menggoyang-goyang bahu suaminya."Mas Jovan, aku pecah ketuban!" ucapnya sedikit panik karena hampir melahirkan.Jovan yang tadinya masih mengantuk karena baru tidur beberapa jam setelah beberapa putaran bercinta dengan Mariana semalam segera bangun lalu duduk di ranjang. Dia bertanya, "Kuantar ke rumah sakit sekarang ya?""Iya, Mas. Ganti baju dulu. Panggil Pak Sapto buat anterin kita," jawab Mariana lalu perlahan bangkit dari tempat tidur dengan perutnya yang sangat besar. HPL memang besok sebetulnya, wajar lebih cepat sehari. Berat janin terakhir sudah 3.4 kilogram sudah cukup untuk dilahirkan kata Dokter Royce Adler. Mariana mengganti gaun tidurnya yang basah dengan daster batik berkancing depan agar mudah berganti baju pasien nanti di rumah sakit.Setela
"Permisi, Bu. Saya Zayn Alarik Pradipta, kliennya Om Charles. Apa beliau ada di tempat?" ujar Zayn berusaha menemui pengacaranya yang berjanji akan membantu mengurus masalah hak warisnya yang sulit diproses karena surat-surat habis terlahap api saat kediaman Pradipta kebakaran tempo hari.Wanita yang berjaga di bagian front desk kantor firma pengacara serta notaris Hutapea and Friends menghela napas mengulang kalimat yang sama untuk kesekian kalinya ke klien bosnya. "Maaf ya, Mas. Sepertinya saya nggak bisa memberi tahukan sampai kapan beliau tidak bisa memproses kasus hukum Anda. Pak Charles Hutapea tersandung kasus money laundry pejabat pemerintahan sehingga harus ditahan di Rutan Salemba untuk sementara," terang Bu Dyah Pertiwi, karyawati berusia setengah abad itu kepada Zayn yang mendadak bengong."Ta—tapi, perkara hak waris saya gimana dong, Bu? Mungkin rekan Om Charles bisa bantu?!" kejar Zayn, dia risau uang tabungannya tak mampu mencukupi kebutuhan sehari-harinya. "Bisa, sil
Jorges D'Argentine mengusap sudut matanya yang basah. Di sisinya, puteri kesayangannya mengenakan gaun putih sederhana dengan model sabrina mermaid dress memegang lekuk lengannya berjalan dalam langkah anggunnya menuju ke sebuah gazebo berhias mawar putih.Pagi yang sejuk tanpa tertutup lapisan salju di Danau Biel menjadi hari pernikahan sakral yang dinantikan oleh Patrick Olsen. Setelah perjuangan tanpa henti selama berbulan-bulan bolak-balik Jakarta-Genewa, segalanya terbayar lunas. Pada akhirnya Mariana melepaskan kepergian dokter spesialis obsgyn andalannya kembali ke Swiss untuk seterusnya. Dokter Royce Adler yang terikat kontrak menggantikan dirinya sebagai dokter praktik di poli obsgyn rumah sakit jaringan Richermond.Wanita pujaan hatinya yang mungkin adalah jawaban doanya untuk seorang kekasih yang baik hati itu melangkah di seberangnya bersama Tuan Jorges D'Argentine, papanya. Sama seperti calon papa mertuanya, Patrick pun menitikkan air mata haru yang membuat tamu undangan
Sudah beberapa bulan berlalu semenjak pernikahan resmi antara Zayn dan Dokter Maya. Rumah tangga mereka nampak harmonis tanpa ada pertengkaran yang berarti. Namun, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh jua.Memang Zayn sudah mendapat mobil baru untuk akomodasinya pulang pergi ke rumah sakit dan bepergian sendiri. Dokter Maya berangkat ke tempat kerjanya tanpa suaminya seusai sarapan pagi bersama. Dia tidak menaruh curiga sama sekali seperti apa kelakuan Zayn di balik punggungnya.Kehidupan seksual pasangan pengantin baru itu pun sangat aktif nyaris setiap malam mereka bermesraan. Itu pun Dokter Maya bukan hanya dihajar satu atau dua ronde di atas ranjang. Maka dari itu dia tidak pernah berpikir masih ada hasrat yang tak tersalurkan oleh suaminya. Akan tetapi, sesuatu yang tak pernah ia duga terjadi di bawah atap rumahnya.Pintu kamar tidur Zayn diketok tiga kali sebelum dibuka perlahan dari luar. Seorang perempuan berambut panjang hitam legam tergerai sepunggung masuk
Dokter Patrick Olsen mencoba mensiasati kesulitannya untuk resigned dari rumah sakit tempat bekerjanya saat ini dengan mengumpulkan jatah cutinya selama beberapa bulan terakhir. Memang mencari dokter spesialis yang bagus tidak mudah, biasanya dokter yang sudah berpengalaman terkontrak praktik di rumah sakit lain. Sedangkan, dokter yang baru lulus pendidikan spesialis masih butuh menimba pengalaman di meja praktik. Adik angkatan sealmamaternya yang diterima bekerja di rumah sakit jaringan Richermond masih di bawah pemantauannya dan dokter senior poli obsgyn lainnya. Kini dia harus berpesan dengan serius kepada Dokter Royce Adler selama mengambil cuti seminggu penuh."Dokter Royce, kuharap kau ingat semua tips dan trick praktik obsgyn yang sudah kuajarkan kepadamu. Ingat-ingat itu semua selama aku pergi seminggu ke Swiss, okay?" ujar Dokter Patrick duduk berhadapan di ruangan praktiknya bersama Dokter Royce Adler.Pria berambut model taper fade warna pirang itu menyeringai jenaka. "He
"Untuk apa perjanjian pranikah ini, Pak?!" bentak Zayn setelah membaca judul berkas yang disodorkan oleh notaris Dokter Maya Suratih kepadanya di ruang tunggu kantor dinas kependudukan Jakarta Pusat.Pak Rian Fantoni yang dipercaya oleh Dokter Maya mewakilinya sebagai pihak legal dalam setiap perjanjian hukum yang dia buat menjawab standar saja pertanyaan Zayn, "Ini sudah jadi keputusan klien saya, Pak. Zaman sekarang harus serba hati-hati terutama Bu Maya itu seorang wanita sukses dengan banyak harta. Kalau Anda menolak mungkin pernikahan ini tidak bisa terlaksana. Kami nantikan itikad baiknya untuk menanda tangani perjanjian pranikah tersebut!"Kening Zayn berkerut dalam, dia tak menyangka bahwa dalam dua pernikahan dia harus selalu diatur dengan perjanjian pranikah. Harta terpisah, tak ada gono gini setelah bercerai. Hatinya terasa dongkol, niatnya mendapat cipratan harta kekayaan Dokter Maya pun pupus sudah. Apa gunanya jadi suami kere setelah menikahi janda kaya raya itu? pikir Z
"Mas Zayn, maaf. Bukannya tidak bisa diurus hal warisnya, tapi butuh waktu yang tidak diprediksi lamanya karena semua berkas penting habis dilahap api dalam kebakaran rumah tempo hari," tutur Charles Hutapea, pengacara langganan keluarga Pradipta. Kemudian Zayn membalas, "Apa mendiang papa nggak membuat surat warisan semasa hidup dulu, Om?" Sebuah gelengan dengan raut wajah prihatin itu disertai jawaban, "Beliau tidak ingin berpikir cepat meninggal dunia waktu saya menyarankan dulu, Mas. Sayang sekali ketika jatuh sakit, saya tidak tahu karena memang sibuk dengan pekerjaan dan Pak Bram pun sama sekali tidak menghubungi saya lagi.""Ckkk ... payah sekali, lantas jalan keluar yang bisa saya tempuh apa dong, Om? Eman-eman sekali warisan ratusan milyar itu nilainya!" Zayn berdecak kesal dengan wajah tertekuk bersandar di sofa kantor pengacara kondang tersebut.Charles Hutapea beranjak berdiri lalu mengambil sebuah map berkas di rak dokumennya. Dia pun duduk kembali dan menyodorkan sebua