Bab 31. Sinar matahari menyengat kulit, meski hari masih terbilang pagi. Benni berhenti di depan gang kecil yang terhubung dengan gang di depan rumahnya. Dia ingin mencari tahu jejak terakhir Mila, dia sangat berharap jika waktu itu ada saksi mata yang melihat. Saat Benni termenung, ada becak datang dan berhenti di dekatnya. Bapak becak itu menatap heran ke arah Benny. "Ngapain kamu di situ? Ngojek? Memangnya kamu sudah tobat dan beralih profesi?" tanya Si Bapak Tukang Becak. Dia sangat tahu siapa Benni, preman kampung tukang palak. Benny sedikit terkejut mendengar perkataan pria setengah tua itu. Mungkun dia mengira jika Benni ingin menyainginya. Benni tak ingin mengambil hati ucapan si Bapak. Saat ini dia punya misi yang lebih penting. Benni turun dari motor dan mendekati si Bapak. "Kalau mau ngojek, motornya jangan yang seperti itu. Mikir-mikir orang yang mau naik," tegurnya sambil menunjuk ke arah Benni. "Tidak kok, saya tidak mau ngojek. Tujuan saya, mau mencari orang. Mm,
Bab 32 Malam terasa begitu sunyi, Benmi merasa jika uasana di rumahnya juga terasa berbeda dari biasanya. Benni masuk ke kamar yang biasanya di tempati oleh Mila. Dia memperhatikan seluruh penjuru kamar. Benni tergelak karena pernah ketakutan melihat kecoa di kamar ini bersama Mila. "Kau harus tahu Mila, setelah Shasa mengkhianati diriku. Aku benar-benar menutup pintu hatiku untuk wanita manapun. Tapi bocah ingusan sepertimu, dengan begitu muda meluluhkan hatiku. Tapi saat hatiku mulai bersemi kenapa kamu pergi hingga membuat rasa ini hampir layu sebelum berkembang," gumam Benni sendirian. Keadaan rumahnya memang sangat sepi, biasanya ada Dirga yang tinggal di rumah ini menjaga Mila. Tapi hal-hal tak terduga terjadi bagai mimpi buruk yang ikut menjelma ke alam nyata. Benni membaringkan diri di atas kasur, dia menatap ke atas langit kamar. Wajah Mira menari-nari dalam ingatan. Aroma wangi Mila masih menempel pada sprei membuatnya rindu pada perdebatan kecil setiap bertemu dengan M
Bab 33Benni termangu di tempatnya berdiri, mendengar apa yang baru saja dikatakan bapaknya. Pikirannya langsung tertuju pada Mila. 'Mungkinkah Bapak sudah menemukan Mila?' batin Benni. "Sekarang kalian tahu kan, rasanya dikhianati suami? Ibuku merasakan rasa sakit itu berulang kali!!" ucap Benni dingin. "Ck, sok tahu kamu itu Ben! Jadi pria itu bebas mau punya istri berapa, yang penting adil ngasih nafkah," sahut Pak Broto. "Terserah Bapak saja, sudah tua bukannya tobat malah makin menjadi. Dasar bandot tua!" kata Benni mengungkapkan isi hatinya. "Kamu itu, gak sopan! Mau seperti apapun aku ini, bapakmu!" bentakPak Broto yang merasa kesal dengan perkataan Benni. Benni berkacak pinggang menatap bapaknya, nyali Pak Broto menciut melihat tatapan elang Benni. "Apa ada yang salah dengan ucapanku tadi? Bapak itu egois, Bapak selalu ingin Ibu mengerti apa kemauan Bapak. Tapi Bapak tidak pernah mau mengerti Ibu! Bapak itu kawin terus, selingkuh sana-sini. Coba Bapak pikir jika itu di
"Apa hubungan Mak Romlah dengan gadis tadi?" tanya Komar membuat Mak Romlah menahan napas dan meliruk ke arah pintu rumahnya yang terbuka. "Dia, temannya anak saya, Bang," jawab Mak Romlah lirih sambil menatap takut Komar dan Aseng. Komar dan Aseng saling melirik satu sama lain. "Bang, jangan minta dia untuk dijadikan jaminan pelunas hutang suami saya. Dia tidak ada hubungan apapun dengan kami," kata Mak Romlah memohon. "Asal kamu tahu ya, Mak. Kamu gak mau menjadikan dia jaminan hutangmu sekalipun, dia itu iti sudah jadi jaminan hutang. Dia itu, buronan kita ... ibunya menjadikan jaminan hutang pada Pak Broto. Tapi dia kabur," beritahu Komar dengan suara setengah berbisik. Mak Romlah terperangah mendengar penjelasan dari Komar. "Tapi ... tadi," ucap Mak Romlah menggantung karena bingung. "Dia itu tak tahu siapa kami, karena pasti tak mengenali kami. Jadi Mak harus diam dan membantu kami. Tenang saja, pasti ada imbalannya kalau Mak Romlah membantu kami membawa Mila pulang ke r
Komar dan Aseng lantas menjelaskan rencana mereka pada Pak Komar. "Wah, pintar sekali kalian!" Puji Pak Broto, "kalau berhasil, saya akan kasih bonus pada kalian berdua!" Mendengar kalimat itu, Aseng dan Komar bertambah semakin semangat. "Tapi, Mak Romlah mengajukan syarat untuk bantuan yang akan dia berikan," Komar memberitahu. "Apa yang dia mau? Melunaskan hutangnya? Ya sudah, lunaskan saja ... toh, dia sudah membayar hutang pokok dengan bunga yang sudah memberi keuntungan lumayan. Penuhi saja apa maunya," jawab Pak Broto seakan tahu. Komar pun menjelaskan kembali syarat yang diajukan Mak Romlah. Pak Broto pun tidak keberatan dan segera membuat surat pernyataan. Pikirannya terus teringat wajah Mila yang cantik bak artis korea yang dia sangat gemari. Komar menghubungi Mak Romlah, jika sore itu mereka akan segera datang ke rumahnya membawa surat perjanjian dari Pak Broto. Mak Romlah keluar dari kamarnya, dia mencari Mila yang ternyata sedang berada di dapur. Mila sedang
. Mila mengetuk pintu kamar Mak Romlah, mereka sudah janjian mau mengantar donat. Tapi maghrib sudah usai malah hampir menjelang isya, tapi Mak Romlah tak kunjung keluar dari kamar. Krek~ Pintu kamar Mak Romlah terbuka, Mila terkejut melihat Mak Romlah yang memakai jaket tebal dan koyo di kanan-kiri pelipisnya. "Mak Romlah sakit?" tanya Mila khawatir. "He'em, tiba-tiba Emak merasa pusing dan kedinginan," jawab Mak Romlah. "Aduh, terus ini donatnya gimana?" Mila bingung. "Misal kamu antar sendiri bisa kan, Mil? Nanti saya suruh tukang ojek langganan saya buat mengantar kamu," Mak Romlah berbicara dengan nada lemas. "Mm, Mila naik motor sendiri saja, Mak." tolak Mila. "Jangan Mil, sudah malam. Bahaya kalau kamu pergi sendirian!" "Hm, ya sudah deh. Mila nunggu ojek langganan Emak di luar ya," jawab Mila. “Maaf ya Mil, Emak jadi gak bisa mengantar kamu,” ucap Mak Romlah dengan wajah sedih. “Tak apa, Mak. Emak istirahat aja biar cepat sembuh,” jawab Mila. Mak Romla
Bab 37Jenny berdiri dan hendak menghampiri Mila kembali. Dia sangat kesal dengan perlakuan Mila padanya. "Kamu itu benar-benar ya!" Jenny mengangkat tangan kanannya kembali hendak memukul Mila. "Hentikan Jenny, atau aku akan mengusirmu dari sini!" suara Pak Broto menghentikan langkah kaki Jenny. "Aku ingin memberi putriku pelajaran!" bantah Jenny. "Berani kamu menyentuh calon istriku, kamu sendiri yang akan rugi. kamu itu bukan ibu yang baik Jenny. Kamu sudah menelantarkan dia sejak kecil. Setelah dewasa, kamu gunakan dia untuk pelunas hutangmu yang dia saja tidak menikmatinya. Bahkan dari dia juga, akhirnya kamu akan tinggal nyaman di rumah ini. Tapi ingat, rumah ini adalah rumah Mila, pemberian dariku. Kamu harusnya berterima kasih karena Mila membawa keberuntungan untukmu. Kamu harus bicara baik-baik padanya dan membujuknya," tutur Pak Broto. "Cih, dasar orang-orang tua gila! Aku tidak terkesan dengan ucapan itu! Biarkan aku pergi dari sini, Jenny yang berhutang padamu. Jad
Mila membuka matanya, dia tak tahu sekarang sudah jam berapa. Dia mengubah posisinya menjadi duduk, saat itu juga dia melihat makanan sudah tersedia di meja depan tempat tidurnya. Mila berdecak kesal, lalu turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Mila mencuci mukanya dan melakukan aktifitas lainnya. Setelah selesai, dia keluar dan duduk di sofa. Menatap makanan yang tersaji. Ada, susu, roti sandwich, nasi uduk dan juga air putih beserta buah-buahan. "Aku tidak akan terkesan dengan semua ini wahai bandit tua!" gerutu Mila sambil membuka pembungkus sandwich. Lalu mengigitnya dengan kasar. Karena rasa bosan, Mila mendekati jendela dan membuka kordennya. Menatapke arah luar sana. Dia jadi teringat betapa aman dan nyaman tinggal di rumah Benni. Seandainya saja dirinya bisa lebih bersabar menghadapi sikap Benni yang angin-anginan tidak jelas. "Kalau dia benar-benar mencintaiku, harusnya dia mencariku, kan?" Mila berbicara sendirian. Krek~ Mila menoleh saat mendengar pint