Home / Romansa / Gelora Asmara Preman Kampung / Bab 33. Tak Sengaja Menemukan.

Share

Bab 33. Tak Sengaja Menemukan.

Author: Biyung_Desa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 33

Benni termangu di tempatnya berdiri, mendengar apa yang baru saja dikatakan bapaknya. Pikirannya langsung tertuju pada Mila.

'Mungkinkah Bapak sudah menemukan Mila?' batin Benni.

"Sekarang kalian tahu kan, rasanya dikhianati suami? Ibuku merasakan rasa sakit itu berulang kali!!" ucap Benni dingin.

"Ck, sok tahu kamu itu Ben! Jadi pria itu bebas mau punya istri berapa, yang penting adil ngasih nafkah," sahut Pak Broto.

"Terserah Bapak saja, sudah tua bukannya tobat malah makin menjadi. Dasar bandot tua!" kata Benni mengungkapkan isi hatinya.

"Kamu itu, gak sopan! Mau seperti apapun aku ini, bapakmu!" bentakPak Broto yang merasa kesal dengan perkataan Benni.

Benni berkacak pinggang menatap bapaknya, nyali Pak Broto menciut melihat tatapan elang Benni.

"Apa ada yang salah dengan ucapanku tadi? Bapak itu egois, Bapak selalu ingin Ibu mengerti apa kemauan Bapak. Tapi Bapak tidak pernah mau mengerti Ibu!

Bapak itu kawin terus, selingkuh sana-sini. Coba Bapak pikir jika itu di
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 34. Senang

    "Apa hubungan Mak Romlah dengan gadis tadi?" tanya Komar membuat Mak Romlah menahan napas dan meliruk ke arah pintu rumahnya yang terbuka. "Dia, temannya anak saya, Bang," jawab Mak Romlah lirih sambil menatap takut Komar dan Aseng. Komar dan Aseng saling melirik satu sama lain. "Bang, jangan minta dia untuk dijadikan jaminan pelunas hutang suami saya. Dia tidak ada hubungan apapun dengan kami," kata Mak Romlah memohon. "Asal kamu tahu ya, Mak. Kamu gak mau menjadikan dia jaminan hutangmu sekalipun, dia itu iti sudah jadi jaminan hutang. Dia itu, buronan kita ... ibunya menjadikan jaminan hutang pada Pak Broto. Tapi dia kabur," beritahu Komar dengan suara setengah berbisik. Mak Romlah terperangah mendengar penjelasan dari Komar. "Tapi ... tadi," ucap Mak Romlah menggantung karena bingung. "Dia itu tak tahu siapa kami, karena pasti tak mengenali kami. Jadi Mak harus diam dan membantu kami. Tenang saja, pasti ada imbalannya kalau Mak Romlah membantu kami membawa Mila pulang ke r

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 35. Lunas

    Komar dan Aseng lantas menjelaskan rencana mereka pada Pak Komar. "Wah, pintar sekali kalian!" Puji Pak Broto, "kalau berhasil, saya akan kasih bonus pada kalian berdua!" Mendengar kalimat itu, Aseng dan Komar bertambah semakin semangat. "Tapi, Mak Romlah mengajukan syarat untuk bantuan yang akan dia berikan," Komar memberitahu. "Apa yang dia mau? Melunaskan hutangnya? Ya sudah, lunaskan saja ... toh, dia sudah membayar hutang pokok dengan bunga yang sudah memberi keuntungan lumayan. Penuhi saja apa maunya," jawab Pak Broto seakan tahu. Komar pun menjelaskan kembali syarat yang diajukan Mak Romlah. Pak Broto pun tidak keberatan dan segera membuat surat pernyataan. Pikirannya terus teringat wajah Mila yang cantik bak artis korea yang dia sangat gemari. Komar menghubungi Mak Romlah, jika sore itu mereka akan segera datang ke rumahnya membawa surat perjanjian dari Pak Broto. Mak Romlah keluar dari kamarnya, dia mencari Mila yang ternyata sedang berada di dapur. Mila sedang

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 36. Terjebak

    . Mila mengetuk pintu kamar Mak Romlah, mereka sudah janjian mau mengantar donat. Tapi maghrib sudah usai malah hampir menjelang isya, tapi Mak Romlah tak kunjung keluar dari kamar. Krek~ Pintu kamar Mak Romlah terbuka, Mila terkejut melihat Mak Romlah yang memakai jaket tebal dan koyo di kanan-kiri pelipisnya. "Mak Romlah sakit?" tanya Mila khawatir. "He'em, tiba-tiba Emak merasa pusing dan kedinginan," jawab Mak Romlah. "Aduh, terus ini donatnya gimana?" Mila bingung. "Misal kamu antar sendiri bisa kan, Mil? Nanti saya suruh tukang ojek langganan saya buat mengantar kamu," Mak Romlah berbicara dengan nada lemas. "Mm, Mila naik motor sendiri saja, Mak." tolak Mila. "Jangan Mil, sudah malam. Bahaya kalau kamu pergi sendirian!" "Hm, ya sudah deh. Mila nunggu ojek langganan Emak di luar ya," jawab Mila. “Maaf ya Mil, Emak jadi gak bisa mengantar kamu,” ucap Mak Romlah dengan wajah sedih. “Tak apa, Mak. Emak istirahat aja biar cepat sembuh,” jawab Mila. Mak Romla

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 37. Dikurung

    Bab 37Jenny berdiri dan hendak menghampiri Mila kembali. Dia sangat kesal dengan perlakuan Mila padanya. "Kamu itu benar-benar ya!" Jenny mengangkat tangan kanannya kembali hendak memukul Mila. "Hentikan Jenny, atau aku akan mengusirmu dari sini!" suara Pak Broto menghentikan langkah kaki Jenny. "Aku ingin memberi putriku pelajaran!" bantah Jenny. "Berani kamu menyentuh calon istriku, kamu sendiri yang akan rugi. kamu itu bukan ibu yang baik Jenny. Kamu sudah menelantarkan dia sejak kecil. Setelah dewasa, kamu gunakan dia untuk pelunas hutangmu yang dia saja tidak menikmatinya. Bahkan dari dia juga, akhirnya kamu akan tinggal nyaman di rumah ini. Tapi ingat, rumah ini adalah rumah Mila, pemberian dariku. Kamu harusnya berterima kasih karena Mila membawa keberuntungan untukmu. Kamu harus bicara baik-baik padanya dan membujuknya," tutur Pak Broto. "Cih, dasar orang-orang tua gila! Aku tidak terkesan dengan ucapan itu! Biarkan aku pergi dari sini, Jenny yang berhutang padamu. Jad

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 38. Rencana

    Mila membuka matanya, dia tak tahu sekarang sudah jam berapa. Dia mengubah posisinya menjadi duduk, saat itu juga dia melihat makanan sudah tersedia di meja depan tempat tidurnya. Mila berdecak kesal, lalu turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Mila mencuci mukanya dan melakukan aktifitas lainnya. Setelah selesai, dia keluar dan duduk di sofa. Menatap makanan yang tersaji. Ada, susu, roti sandwich, nasi uduk dan juga air putih beserta buah-buahan. "Aku tidak akan terkesan dengan semua ini wahai bandit tua!" gerutu Mila sambil membuka pembungkus sandwich. Lalu mengigitnya dengan kasar. Karena rasa bosan, Mila mendekati jendela dan membuka kordennya. Menatapke arah luar sana. Dia jadi teringat betapa aman dan nyaman tinggal di rumah Benni. Seandainya saja dirinya bisa lebih bersabar menghadapi sikap Benni yang angin-anginan tidak jelas. "Kalau dia benar-benar mencintaiku, harusnya dia mencariku, kan?" Mila berbicara sendirian. Krek~ Mila menoleh saat mendengar pint

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 39. Rencana Besar

    Bab 39 Bu Sari mengajak Shasa untuk berunding di kamar tamu yang terletak di lantai bawah tak jauh dari kamar yang Mila tempati. Bu Sari mengunci pintu kamar. "Gimana ini Sha? Mana gadis itu cantik banget lagi?!" Bu Sari sangat risau jika Pak Broto berhasil menikah kembali. "Aku juga cantik, tapi dulu rasanya kamu tidak terlihat serisau sekarang ini," Shasa menimpali. "Iya, tapi aura Mila terlihat berbeda. Dia bukan hanya cantik, tapi sepertinya juga anak baik. Pasti Mas Broto bakal bertekluk lutut sama dia," ungkap Bu Sari. "Kalau baik, pasti tidak akan mau menikah dengan suami orang atau kalaupun nanti jadi menikah. Tak mungkin menguasai, kan dia tahu suaminya itu juga suami 3 wanita lain," jawab Shasa sambil menunjukkan tiga jarinya. "Tapi pasti Mas Broto bakal lebih sayang sama dia!" ucap Bu Sari dengan wajah kesal. Shasa terdiam, dia teringat jika Benni pernah menyebut nama Mila sebagai pacarnya. Hati Shasa merasa sakit, dia merasa cemburu. Shasa juga mengakui j

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 40. Menikah

    Bab 40. Menikah. Benni terbangun saat ada tangan yang memukul kasar pahanya. Mata Benni menyipit memperhatikan siapa orang yang sudah berani membangunkannya. "Mila!" panggilnya dan langsung terduduk. "Dasar sinting!" Benni tersadar saat mendengar suara yang dia sangat kenal, ternyata Harsa yang sudah membangunkannya dengan kasar. "Ada apa?" tanya Benni kesal. "Ada apa katamu?" Harsa balik bertanya pada abangnya itu. "Hari ini kan, kamu menikah!" imbuh Harsa. Benni mengusap kasar wajahnya, dia lupa. Bahkan dia juga tak memiliki persiapan apapun. "Cepatlah mandi, aku sudah membawakan kemeja dan jas untukmu!" titah Harsa. "Kau ini, darimana kamu bisa masuk?!" tanya Benni penasaran. "Aku dapat kunci duplikat rumah ini dari Ibu," jawab Harsa. Benni beranjak dari tempat tidurnya dan dengan lesu menuju kamar mandi. Benni tak bisa berlama-lama berada di dalam kamar mandi, karena Harsa terus saja menggedor pintu kamar mandi tanpa henti. Benni bersiap dengan c

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 41. Terkejut

    Benni pasrah duduk di kursi, jika orang lain akan bersemangat karena akan melangsungkan pernikahan. Berbeda dengan Benni yang tak punya semangat sedikitpun. Dia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya kelak, karena menikahi wanita yang menurutnya tidak dia kenal, bahkan wajahnya saja belum pernah dia lihat. "Mas kita latihan baca ikrar ijab qobulnya dulu ya? Nanti biar lancar," kata Pak Penghulu memberi saran. "Iya," jawab Benni lesu. Benni menjabat tangan Pak Penghulu, Harsa meletakan selembar kertas bertuliskan nama mempelai wanita. Tapi Benni langsung tak melihatnya. "Ananda Benni Asmoro bin Subroto Asmoro, saya nikahkan dan saya kawinkan Anda dengan ananda Karmila binti Hasyim yang mana walinya telah mewakilkan kepada saya untuk menikahkannya dengan Anda, dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan uang sebesar seratus lima puluh juta rupiah. Dibayar tunai!" Pak penghulu menghentakan tangan Benni. Membuat Benni yang kurang fokus langsung tersadar. "Saya

Latest chapter

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 80

    Sesuai janjinya, Bu Fitri benar-benar membantu Mila mengadakan syukuran di rumah barunya. Bahkan Bu Fitri juga lah yang merekomendasikan catering untuk konsumsi para tamu. Mila cukup senang karena para tetangganya ramah-ramah. Pak Rt juga membantu Mila mendaftarkan Intan di sekolah yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Pak Rt dan istrinya tak mau menerima imbalan dari Mila, sehingga Mila memutuskan membeli sesuatu saja untuk mereka. Mila memutuskan pergi ke pasar dengan memesan ojek online. Selain tak ada motor juga Mila tak tahu lokasi pasar terdekat. Sesampainya di pasar, Mila langsung menuju ke kios buah. Membeli apel merah, jeruk, pir dan buah naga. Lalu melanjutkan membeli bahan makanan dan bumbu dapur. Setelah selesai, Mila langsung mencari becak motor untuk mengantarnya pulang. Baru saja Mila sampai rumah dan baru turun dari becak. Intan juga baru sampai pulang dari sekolah. "Adik kak Mila sudah pulang," ucap Mila menyambut kedatangan Intan.Inta tersenyum mendekati Mila l

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 79

    Mila sudah berada di dapur sejak subuh, membantu Mbok Denok memasak di dapur. Mak Leha, sudah sibuk mencuci pakaian kotor penghuni panti dengan mesin cuci. Mbok Denok beberapa kali terdengar membuang napas berat. Mila sesekali memperhatikan wanita yang sudah sangat baik padanya itu."Mil, kamu sudah yakin dengan keputusanmu ini?" Mbok Denok pada akhirnya membuka suara. "Ya, Mbok. Mila sudah yakin ..." "Mbok merasa khawatir tapi tak bisa berbuat apa-apa," ucap Mbok Denok sedih."Gak pa pa, Mbok. Mila sudah biasa menjalani kehidupan yang keras," jawab Mila mencoba menenangkan perasaan Mbok Denok."Semoga saja semua baik-baik saja ya, Mil." "Aamiin, Mbok." "Kamu jaga diri baik-baik, jaga kandungan kamu. Simbok sudah menganggap calon anakmu ini seperti cucu Simbok sendiri," kata Simbok berpesan, Mila mengangguk. "Mil," Simbok dan Mila langsung terdiam saat Yuza tiba-tiba datang ke dapur."Ya, Kak?" jawab Mila mendekati Yuza."Aku sama Mama mau berangkat sekarang. Kamu baik-baik d

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 78

    Berat bagi Mila menjalani hari-hari yang selalu dalam pantauan Bu Sania dan juga Moza. Gadis kota itu terlihat ramah saat ada Bu Sania dan Yuza, selebihnya dia seperti manusua angku yang minta di keroyok dan dipukuli ramai-ramai. Sore itu, dia merasa begitu lelah setelah seharian berkerja. Intan membantu memijat kaki Mila meski Mila sudah melarangnya. "Tan, jangan lupa untuk siap-siap ya. Kita bisa aja disuruh pergi dari sini kapan saja. Jadi kita harus sudah siap," Kata Mila. "Iya, Kak. Barang-barang Intan kan cuma sedikit," balas Intan. "Iya, semoga mereka mencarikan rumah yang sesuai dan nyaman. Jadi kita bisa usaha cari uang meski tanpa keluar jauh dari rumah." "Maksudnya, kita jualan gitu ya kak?" tanya Intan."Ya gitu juga, boleh." Intan mengangguk seolah benar-benar mengerti apa yang mereka bicarakan. Tiga hari kemudian, Saat Mila sedang membantu Mbok Denok dan Mak Leha di dapur. Bu Sania datang menemui Mila. "Mila," panggil Bu Sania. "Ya, Bu. Bagaimana?" jawab Mila sa

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 77

    "Kenapa memangnya? anda hanya ingin menerima bayi ini tapi tidak dengan saya?" tanya Mila dengan wajah yang dibuat-buat sedih."Tidak dua-duanya!" tegas Bu Sania.Mila terbelalak pura-pura terkejut mendengar perkataan Bu Sania. "Tega sekali anda, Nyonya. Aku mungkin memang tak pantas menjadi bagian dari kalian. Tapi, bayi ini ... dia ini ... " jawab Mila dengan nada yang terdengar pilu.Di luar dapur, Mak Leha dan Mbok Denok menggaruk kepala mereka karena bingung. Karena tadi Mila bilang punya suami dan sekarang lain pengakuannya."Aku tidak peduli, bawa saja anak itu pergi denganmu!" jawab Bu Sania sinis."Ya Tuhan, tak kusangka dan tak kuduga. Orang yang kelihatannya baik, dermawan suka menolong orang. Tapi tega pada pada darah dagingnya sendiri," ucap Mila."Ck, tidak perlu banyak bicara! Pergi saja ... berapa yang kamu mau agar kamu mau pergi jauh dari kehidupan kami?" tanya Bu Sania. Mila tersenyum miring, ini yang dia tunggu dari tadi. "Aku ... hanya mau Mas Yuza. Dia bisa

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 76

    Yuza tergelak mendengar penuturan Mila. Dia mengira jika Mila cemburu pada Moza. "Sebenarnya, aku juga tidak suka pada Moza. Dia itu pilihan mamaku, dia putri sahabat baik Mama," ucap Yuza berharap agar Mila mengerti arti ucapannya."Maksudmu, kamu menyukai wanita lain?" tanya Mila. Yuza tersenyum lalu mengangguk."Lalu kenapa bilang padaku, kenapa tidak bilang saja pada orang tuamu," balas Mila membuat Yuza menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Ck, gimana ya?" gumam Yuza."Apanya yang gimana?" tanya Mila bingung meligat tingkah Yuza."Sku bingung aja bilang ke mereka, gak punya alasan yang tepat. Ya ... alasan yang mungkin bisa diterima, misal aku bilang sudah punya tambatan hati. Sayangnya, aku gak punya." "Oh begitu ... ya sudah. Terima nasib, mungkin memang dia jodohmu," jawab Mila santai.Yuza tersenyum, jawaban Mila tak sesuai yang dia harapkan. Padahal dia mengira, jika Mila bakal mengatakan, mau di jadikan alasan untuk menolak Moza."Kembalilah ke aula!" usir Mila. Akhirny

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 75

    Desas-desus Mila hamil semakin ramai diperbincangkan di panti. Semua penghuni menduga jika Mila hamil dengan Yuza, tapi mereka sengaja merahasiakan hubungan mereka karena memiliki alasan tersendiri. Dugaan itu semakin kuat, karena Yuza sangat perhatian pada Mila. "Mila, kamu kalau sudah lelah istirahat saja. Biar Mbok sama Mak Leha yang menyelesaikan semua ini," ucap Mbok Denok yang merasa khawatir karena wajah Mila terlihat pucat. Mereka sedang membuat kue dan makanan untuk menyambut kedatangan orang tua Yuza. "Mungkin Mila semangat untuk menyambut kedatangan mertuanya," celetuk Mak Leha, spontan Mbok Denok menyenggol Mak Leha. Mila cukup terkejut mendengar perkataan Mak Leha. Sejak kapan dia digosipkan jadi istri Yuza. Mila menunduk, sebenarnya dia memang sedang tidak enak badan. Dia merasa pusing dan badan terasa dingin. "Mbok, Mak, Mila masuk ke kamar dulu ya. Gak enak badan soalnya." Mila pada akhirnya memutuskan untuk masuk ke kamar saja. Dia tak ingin memaksakan diri u

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 74

    Seminggu kemudian ... Mila merasakan sakit kepala yang luar biasa. Dia bahkan tak bisa bangun walau sekadar ingin ke kamar mandi. Intan begitu perhatian pada Mila, untung saja hari ini hari minggu sehingga Intan tak perlu sekolah dan bisa menjaga Mila. Tok~tok Intan membuka pintu kamar, Yuza berdiri di depan pintu. "Mana Kak Mila?" tanya Yuza. "Tuh, kepalanya sakit katanya." Intan menunjuk ke arah Mila yang terbaring di ranjang dengan mata tertutup. Yuza masuk ke dalam dan langsung menyentuh dahi Mila kemudian kaki Mila yang terasa dingin. Yuza mengukur tensi Mila. "Astaga, tensinya rendah sekali," gumam Yuza. "Kak," Intan menyerahkan sesuatu pada Yuza. Yuza tertegun melihat benda yang baru saja Intan berikan padanya. Intan mendekati Yuza lalu berbisik di telingan Yuza. "Intan menemukan itu di kamar mandi sekitar satu minggu yang lalu," bisik Intan. Yuza mengingat-ingat kembali percakapan saat pertama bertemu dengan Mila. "Jangan-jangan ..." ucapan Yuza meng

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 73

    Subuh buta, Mila sudah terbangun karena alarm yang dia pasang. Dia mengikuti intruksi yang tertera di bungkus testpack. Urine yang paling akurat adalah yang saat bangun tidur. Dia membawa kotak susu uht kosong yang sudah dia potong ke dalam kamar mandi lalu mencucinya untuk dia gunakan sebagai penampung urine nya. Mila menghela napas panjang, lalu mencelupkan stik testpack, beberapa detik saja alat itu sudah menunjukkan dua garis yang bermakna jika dia positif hamil. Mulut Mila terganga, dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Ih, nanti aku ken cing lagi lah. Aku tes lagi ..." gumamnya. Mila lekas membersihkan kamar mandi dan keluar dari kamar mandi. Intan sudah terbangun dan menunggu di depan kamar mandi. 'Wah, bocil itu bangunnya pagi sekali,' batin Mila. Mila duduk di kursi belajar milik Intan, dia membuka satu botol air mineral yang semalam dia beli. Meneguknya dengan perlahan sambil memikirkan bagaimana menjelaskan pada Yuza jika memang dirinya hamil. Dia han

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 72.

    "Kamu kenapa, Mir?" tanya Mbok Denok yang merasa jika Mila terlihat aneh. Mila menelan air liurnya. "Mm, aku merasa ingin memakan mangga itu, Mbok." Mbok Denok menatap heran ke arah Mila, lalu mengeluarkan satu per satu mangga dalam kresek. Intan ikut duduk di dekat Mbok Denok. Liur Mila semakin mengucur saat mencium aroma getah mangga. "Kamu kok terlihat kayak oeang ngidam sih, Mil?" celetuk Mbok Debok. Mila tertegun, dia kembali mengingat tanggal periode haid nya. "Astaga ..." gumam Mila dalam hati."Kenapa jadi diam?" tanya Mbok Denok semakin bingung.Mila tersenyum untuk menutupi rasa gugupnya, lalu mengambil satu mangga dan mencium aromanya. "Hmm, seger ... masih belum matang ini," ucap Mila mengalihkan pembicaraan."Iya, kita diamkan dulu beberapa hari baru matang dan bisa kita makan," balas Mbok Denok."Pak Rt itu yang rumahnya berselang dua rumah dari panti ini, kan?" tanya Mila ingin tahu."He'em, yang depan rumahnya ada dua pohon mangga itu," jawab Mbok Denok. Mereka

DMCA.com Protection Status