Beranda / Romansa / Gelora Adik Ipar / Bab 1 Lamaran Dadakan.

Share

Gelora Adik Ipar
Gelora Adik Ipar
Penulis: Wilda Akha

Bab 1 Lamaran Dadakan.

Penulis: Wilda Akha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mbak Amera, ayo kita menikah."

Nampan yang didekap oleh Amera terjatuh seketika, disaat pemuda tampan itu berkata demikian. Amera syok sekali sampai tidak mampu berkata apa-apa.

Selama ini Andre yang merupakan adik iparnya selalu datang dan membantunya dalam merawat Kejora, setelah kematian Rudy sang suami. Tapi, Amera tidak memiliki perasaan apapun kepada adik iparnya itu, selain menjalankan peran sebagai kakak dan adik saja.

"Mbak Amera mau, 'kan? Ini demi Kejora," tambah Andre lagi dan membuat Amera tersadar.

Amera salah mengira bahwa Andre memiliki perasaan lebih terhadapnya, tentang semua perhatian dan rasa nyaman yang Andre berikan selama ini. Tentu saja adik iparnya itu melakukan semua itu demi sebuah tanggung–jawabnya saja, terhadap Kejora yang merupakan anak dari kakak Andre.

"Maaf, Dek. Mbak gak bisa," jawab Amera dengan desahan yang berat.

Amera masih tahu diri untuk tidak mendapatkan perhatian lebih dari Andre, cukup seperti ini saja menurut Amera sudah cukup. Ia tidak ingin menjalani hubungan spesial dengan adik iparnya.

"Mbak! Pikirkan Kejora, dia akan semakin besar dan suatu hari nanti pasti menanyakan tentang ayahnya," jelas Andre memohon.

Andre melakukan ini semua demi Rudy, kakaknya datang dalam mimpi Andre dan memintanya untuk menikahi Amera demi Kejora.

Andre juga tidak ingin keponakannya itu merasa kehilangan sosok ayah, biarlah Andre yang mengantikan Rudy yang sudah meninggal demi Kejora.

"Dek! Sampai kapanpun juga Mas Rudy adalah ayahnya Kejora, Mbak sendiri yang akan menceritakan semua hal tentang Mas Rudy kepada Kejora!" Amera meluapkan perasaannya yang tidak nyaman, setiap kali adik iparnya itu mengungkit kembali tentang sang suami yang sudah tiada.

Cinta Amera kepada Rudy tidak akan pernah memudar sampai kapanpun juga, bahkan Amera sudah berniat akan mencari tahu tentang kasus kecelakaan yang menimpa suaminya.

Amera merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan kematian sang suami yang terjadi terlalu cepat. Di mana Rudy meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat, tepat dihari pernikahan mereka yang kelima tahun.

"Mbak, jangan egois! Mbak tahu rasanya kehilangan orangtua dan harus melewati semuanya sendirian. Apa Mbak akan membiarkan Kejora merasakan kesedihan yang sama, sedangkan Mbak tahu bagaimana beratnya hal itu!"

Andre terus mendesak Amera, bukan Amera ingin menjadi seorang ibu yang egois dan mengabaikan perasaan putrinya. Namun, Amera tidak ingin mengulangi rasa sakit yang sama.

Selama menjadi istri Rudy, Amera diperlakukan buruk oleh Mama Rossa. Ibu mertuanya itu tidak pernah menganggapnya sebagai menantu, melainkan sebagai babu.

Bodoh rasanya kalau Amera terjun ke jurang yang sama, kalau dirinya menikah dengan Andre otomatis ia akan hidup dengan Mama Rossa yang menjadi ibu mertuanya.

Seandainya pun Amera menikah suatu hari nanti, tentu saja bukan dengan Andre. Sekalipun adik iparnya itu sangat baik dan perhatian dengan dirinya dan juga Kejora.

"Sebaiknya kamu pulang, Dek! Masih banyak pekerjaan yang harus kamu lakukan, bukan?" kata Amera mengusir Andre dengan cara yang halus.

Tiba-tiba saja suhu di ruangan tersebut berubah menjadi suram, setelah Amera mengatakan hal itu. Wajah Andre menjadi amat mengerikan, membuat Amera menjadi takut.

Sejak lama Amera merasakan ada sesuatu yang aneh dengan Andre, namun tidak sekalipun ia menanyakan hal itu kepada adik iparnya. Sebab bukan ranahnya ikut–campur dalam urusan Andre.

Hingga suara Kejora membuat keduanya menatap bocah yang baru berusia empat tahun itu yang tengah berlari menghampiri mereka.

"Bunda! Bunda!" panggil Kejora dan berhamburan dalam pelukan Amera.

Dengan penuh kasih–sayang Amera mengusap rambut keriting putrinya itu seraya bertanya, "Ada apa, Sayang?"

"Bunda, ada Oma," jelas Kejora.

Wajah Amera menjadi pias seketika, ketika Kejora mengatakan kalau omanya datang. Siapalagi kalau bukan Mama Rossa, bagaimanapun wanita paruh baya itu akan selalu berada di dalam ruang–lingkup kehidupan Amera.

Tidak berapa lama terdengar derap langkah yang mendekat dan menampakkan Mama Rossa dengan raut wajah yang tidak bersahabat seperti biasanya.

Amera segera meminta Kejora untuk masuk ke kamar, sebab Amera sudah mendapatkan firasat buruk dengan kedatangan wanita itu.

"Apa kabar, Ma?" tanya Amera menyapa setelah Kejora pergi.

Kini ketiganya saling menatap, seakan ada masalah besar yang tengah terjadi sampai Rossa memulai pembicaraan dengan caranya yang kasar.

"Pelet apa yang sudah kamu sudah berikan kepada Andre, hah? Kenapa tiba-tiba saja dia ingin menikahimu?"

"Mama!" pekik Andre geram.

Amera membuang nafas panjang, ia sudah tahu akan terjadi seperti ini bahkan sebelum dirinya menikah dengan Andre.

Menolak lamaran Andre memang pilihan yang terbaik, setidaknya Amera tidak ingin memperkeruh hubungan diantara mereka bertiga.

"Ingat Amera! Kamu sudah mengambil Rudy! kali ini, aku gak akan membiarkan kamu mengambil Andre!" kata Mama Rossa dengan sorot mata tajam.

"Mama! Semua ini Andre yang inginkan, bukan Mbak Amera yang memintanya." Andre mencoba menjelaskan apa yang terjadi, namun Mama Rossa tidak mau mendengarkan.

"Iya! Kamu mau menginginkannya karena telah dipelet wanita murahan itu!" pekik Mama Rossa.

Amera tidak tahan dengan kata yang selalu Mama Rossa selamatkan kepadanya, sebagai wanita murahan.

"Cukup! Mbak tidak akan pernah menerima lamaranmu, Dek! Maaf, kamu masih muda dan diluar sana masih banyak gadis yang baik untuk kamu nikahi."

Wajah Andre mengelap setelah mendengar penolakan dari Amera, selama ini dirinya telah banyak berkorban demi kakak iparnya itu. Namun, seolah tidak ada artinya segala yang telah ia lakukan sampai Amera dengan tega menolaknya.

Sedangkan Mama Rossa tersenyum puas dengan tangan dilipat di dada, ia menatap ke arah Amera yang tampak menegakkan kepalanya.

"Mbak, aku mohon. Sekali ini saja, dengarkan kata hatimu! Apakah ada ruang di sana yang berisi tentang aku?" tanya Andre yang masih belum mau menyerah.

"Menikah bukan perkara kita sah menjadi suami–istri, Dek. Melainkan menjadi partner dalam menjalani kehidupan ini dengan saling mencintai, kamu tahu, bukan? Ada hal yang lebih penting dari itu semua, yaitu restu dari orang tua yang harus kita dapatkan."

Amera menahan air mata yang sudah menganak sungai di pelupuk matanya agar tidak terjatuh, dirinya harus nampak kuat didepan Mama Rossa agar tidak mudah ditindas lagi oleh wanita itu.

Setelah sekian tahun Amera baru menyadari bahwa bukan rasa cintanya kepada Rudy yang salah sampai membuat hubungan keduanya terkadang tidak sejalan dengan semestinya, melainkan restu Mama Rossa yang tidak mereka dapatkan.

"Kamu sudah dengarkan, Ndre? Kalau Amera telah menolakmu," kata Mama Rossa seraya bangun dari posisi duduknya.

"Jika restu Mama yang kamu inginkan, Mbak. Maka, aku akan membuat Mama merestui hubungan kita," kata Andre dengan sorot mata serius dan membuat Amera dan Mama Rossa terkejut.

"Hal itu tidak akan pernah terjadi!"

Bab terkait

  • Gelora Adik Ipar   Bab 2 Mertua Kejam.

    "Hal itu tidak akan pernah terjadi!" balas Rossa. Ia tidak menyangka kalau Andre akan senekat ini demi bisa menikahi Amera. Sebenarnya Rossa tidak ingin kehilangan Andre sama seperti Rudy, sebab setelah Amera datang dalam kehidupan mereka. Banyak sekali bencana dan hal buruk yang terjadi.Rossa mengira bahwa Amera merupakan wanita pembawa sial dan berusaha untuk menjauhkannya dari Andre, tetapi Rossa tidak tahu. Bahwa kekuatan cinta yang dimiliki oleh putranya amat besar kepada wanita ia benci."Hentikan semua ini, Dek. Mbak enggak mau sampai kamu menjadi durhaka dan melawan Mama Rossa," pinta Amera yang tidak ingin terjadi keributan di rumahnya. Seraya memijat kepalanya yang terasa berdenyut nyeri akibat lamaran Andre dan kedatangan Mama Rossa.Amera tidak ingin mengulang rasa sakit yang sama, hingga ingatannya kembali ke masa di mana sang suami masih hidup dulu."Sampai kapanpun, aku tidak pernah menganggap kamu bagian dari keluarga ini!" sakras wanita cantik dengan raut wajah meme

  • Gelora Adik Ipar   Bab 3 Hari Pernikahan.

    Di dalam kamar Andre menemani Amera, kakak iparnya itu belum sadarkan diri sedari tadi. Rasa cemas dan gelisah terus menghantuinya sampai Kejora masuk."Om, Bunda kenapa?" tanya Kejora dengan polos seraya mendekati Andre yang menatap kearahnya dengan senyuman.Sebenarnya ada rasa tidak nyaman yang tengah Andre rasakan, setiap kali Kejora memanggilnya dengan panggilan tersebut. Ingin sekali Andre menyalurkan perasaan sayang dan cintanya pada gadis kecil yang seperti berlian begitu amat berharga itu. Namun, Amera masih belum mau menerimanya.Andre meminta Kejora untuk duduk di atas pangkuannya seraya mengusap puncak kepala gadis kecil itu dengan penuh kehangatan, sampai tidak sadar Andre meneteskan air mata.Mencintai seseorang dengan tulus dan tidak bisa terbalaskan merupakan cara yang amat menyiksa baginya, perasaan Andre terlalu dalam kepada Kejora dan Amera."Uugg ... ." Suara Amera yang mengeluh seraya membuka perlahan matanya, menyesuaikan cahaya dalam ruangan membuat Andre dan Ke

  • Gelora Adik Ipar   Bab 4 Kecewa

    Amera menyambut pagi yang indah dengan senyum yang terus mengembang, entah mengapa hatinya seakan dipenuhi oleh banyak sekali kebahagiaan. Apakah, sebuah pertanda di mana hari ini dirinya akan melepaskan status jandanya dan menikah dengan sang adik ipar.Andre merupakan pemuda yang amat sempurna dan terkadang membuat Amera merasa begitu canggung, setiap kali mereka bertemu. Namun, sebentar lagi keduanya akan menjalin sebuah hubungan yang lebih erat dari sekedar adik dan kakak ipar saja."Wah, ada yang sedang bahagia?" Amera menatap ke arah pintu di mana asal suara tadi, ternyata wanita paruh baya yang telah ia anggap seperti ibu sendiri.Wanita itu menghampirinya dan memegang bahu Amera yang kini tengah mengenakan kebaya putih yang dulu pernah ia kenakan ketika menikah dengan Rudy."Kamu cantik, Amera. Ibu senang melihatnya," kata Bu Tini sampai meneteskan air mata. Sejak Amera kecil, wanita paruh baya itu mendampingi keluarga Amera dan begitu banyak hal yang terjadi. Ia merupakan s

  • Gelora Adik Ipar   Bab 5 Wanita Murahan

    Amera keluar dari kamar Andre dengan lelehan air mata, ia tidak menyangka kalau pemuda yang selama ini begitu menjaga jarak dengannya dan selalu bersikap sopan ternyata adalah seorang b*j*ng*n.Ketika Amera melewati ruangan tamu dan bertemu kembali dengan Mama Rossa, sebisa mungkin ia menutupi perasaan kecewanya."Mau ke mana kamu, Amera? Apakah pesta kalian sudah selesai?" Lagi dan lagi, wanita itu mengeluarkan kalimat yang menusuk ke hati Amera. Setelah mengusap sisa jejak air mata, Amera tidak tahan lagi. Ia berbalik badan dan menatap mantan mertuanya itu dengan tajam."Ternyata, wanita murahan yang selalu Mama ucapkan sudah naik ke atas ranjang Andre?" Amera berusaha terlihat kuat dan ingin memberikan sedikit pelajaran kepada Mama Rossa. Namun, apa yang Amera harapkan? Wanita itu malahan berdiri dan bertepuk tangan, kemudian mendekatinya. "Wah! Wah! Sepertinya kamu melewatkan bagian yang seru, ya?" ejek Mama Rossa dengan senyum lebar.Ingin sekali Amera melayangkan tinjunya

  • Gelora Adik Ipar   Bab 6 Merasa Dikhianati

    Amera membawa laju mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia ingin segera meninggalkan semua hal yang baru saja dilihat. Seakan hatinya tangah dicabik-cabik, Amera merasa dikhianati oleh adik iparnya itu.Setelah sampai di rumah Amera pun segera berlari masuk ke kamar, ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang dan mengunci pintu kamarnya.Kenapa dadanya terasa sesak disaat melihat Andre bersama wanita lain? Ada apa dengan dirinya? Padahal selama hidup dengan Rudy, sekalipun Amera tidak pernah merasakan hal ini."Nak Mera, buka pintunya, Nak," panggil Bik Tini berulang-ulang kali. Namun, tidak ada jawaban dari dalam. Wanita paruh baya itu tahu, kalau saat ini Amera tengah menangis. Hingga Bik Tini memilih untuk memberikan waktu kepada Amera menenangkan diri dan membawa Kejora ke kamarnya."Mas, kenapa kamu pergi? Kamu tahu, bukan? Kalau adikmu telah menyakitiku," gumam Amera sesigukan seraya duduk di atas ranjang dan menatap foto suaminya.

  • Gelora Adik Ipar   Bab 7 Pernikahan Andre

    Sudah beberapa hari setelah kejadian waktu itu, Andre seakan kehilangan gairah hidupnya. Ternyata ia terlalu naif, cintanya memang terbalaskan. Namun, sang pujaan hati memilih untuk menjauh. Andaikan saja waktu bisa diulang kembali, maka Andre lebih memilih menjadi adik ipar Amera untuk selamanya dari pada wanita itu menjaga jarak seperti sekarang."Ndre! Kenapa sih wajahmu ditekut terus? Hari ini kamu akan menikah!" Andre hanya memutar bola matanya malas, pemuda itu enggan meladeni ucapan sang mama yang datang menghampirinya. Padahal ijab qobul sebentar lagi akan segera dimulai.Mungkin Rossa berhasil membuat Andre mau menikah dengan Hesti, tapi tidak dengan hati dan juga raga putranya yang masih tertinggal kepada Amera.Dengan langkah gontai Andre ditarik paksa Rossa untuk segera keluar dari kamar, bisa-bisa dirinya dipermalukan oleh putranya itu jika para tamu mereka kelamaan menunggu."Mohon maaf Pak, Bu, Andre kelamaan dirias," kata

  • Gelora Adik Ipar   Bab 8 Menjadi Wanita Kuat

    "Apalagi ini, ya Tuhan?" gumam Andre. Andre hanya mampu membuang nafas panjang akan sikap Hesti yang terlalu kekanak-kanakan, padahal jika istri barunya itu sedikit saja sadar diri. Bahwa yang sebenarnya pelakor adalah dia, tapi wanita itu malahan mengatai Amera sebagai pelakor.Pepatah lama menyebutkan, 'Maling teriak maling, tidak adakan ada maling yang mau mengaku. Jika sampai itu terjadi, maka penjara akan penuh.'"Mas! Kamu mau ke mana?" pekik Hesti melihat Andre yang melewatinya begitu saja. Namun, tidak digubris sama sekali oleh suaminya itu.Di saat Hesti dan Andre yang tengah marah-marahan, saling menyalahkan satu dan lainnya. Kini Amera yang masih melajukan mobilnya berusaha untuk tetap tegar.Hati Amera terasa sakit, setiap kali mengingat bagaimana senyum bahagia diwajah Mama Rossa yang selama ini tidak pernah ditujukan kepadanya selama menjadi menantu."Nak, kamu harus kuat." Amera menatap sekilas ke arah Bik Tini yang memberinya semangat."Iya Bun, Bunda harus kuat. J

  • Gelora Adik Ipar   Bab 9 Kembali Bangkit

    Amera merasa begitu senang karena bisa dibantu oleh Selvi, sampai wanita itu memberikan dirinya tempat tinggal di kota ini.Tidak henti-hentinya Amera mengucapkan terimakasih kepada teman lamanya itu, sedangkan Selvi hanya tersenyum ramah kepadanya."Sekali lagi, gue berterimakasih benget sama loe, Vi," kata Amera yang kesekian kalinya."Biasa aja deh, Ra. Oh iya, gue cabut dulu, ya. Nanti berkas loe, bakalan gue kirim ke atasan perusahan tempat gue kerja," jelas Selvi seraya berlalu.Amera mengantar wanita cantik itu sampai ke pintu luar, perasaannya menjadi lega karena apartemen yang diberikan oleh Selvi begitu luas. Cukup untuk dirinya dan Bik Tini serta Kejora tinggal. Apartemen itu memiliki dua kamar tidur dan ruang tamu yang cukup luas berserta ruangan dapur yang menyatu dengan ruang makan, terlebih semua fasilitas yang ada di apartemen itu gratis.Baru saja Amera menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa, Bik Tini mendekat dan mempertahankannya tentang Selvi."Nak, temanmu tadi kayakn

Bab terbaru

  • Gelora Adik Ipar   Bab 49 Andre Murka.

    Di saat Amera berniat untuk melarikan diri, tiba-tiba saja pergelangan tangannya dicengram erat oleh Andre.Lelaki itu menariknya masuk ke ruangan di mana ada Mama Rossa yang tengah di rawat, jantung Amera berdetak semakin kencang. Terlebih ketika matanya menatap ke arah ranjang rumah sakit, di mana wanita yang ia ingin hindari itu tengah terbaring lemah."Mama," panggil Andre dengan suara pelan seraya meraih tangan Mama Rossa. Wanita itu mengalihkan perhatiannya sejenak untuk menatap wajah Andre, sebelum membuang kembali wajahnya ke arah berlawanan."Kenapa kamu bersama dia?" tanya Mama Rossa membuat hati Amera tersentil.Andre menatap ke arah Amera sejenak dan tersenyum lebar, seolah mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja.Kemudian Andre kembali mengajak Mama Rossa berbicara tentang penyebab wanita yang telah melahirkannya itu bisa masuk ke rumah sakit."Mama lelah, bisa tinggalkan Mama? Mama ingin beristirahat," kata Mama Rossa dengan nada pelan."Baiklah, aku akan pergi. Ta

  • Gelora Adik Ipar   Bab 48 Amera Lagi

    Amera hanya bisa menggigit bibir bawahnya ketika Hesti datang dengan keadaan marah-marah dan menarik tangan Andre untuk keluar dari ruangan tersebut.Kini hanya ada Amera seroang diri di dalam kamar, ia menutup pintu yang masih terbuka lebar itu dan berjalan gontai menuju ke ranjang."Selalu aku yang bersalah," gumamnya pelan seraya menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.Terlalu munafik untuk Amera mengatakan dirinya baik-baik saja saat ini, padahal ia juga seroang wanita yang memiliki perasaan.Semua yang teradi di dalam hidupnya terlalu berat untuk ia pikul seroang diri, terlebih harus berhadapan dengan Hesti yang menjadi madunya."Ya Tuhan, kuatkanlah aku," batin Amera, kemudian ia pun memejamkan kedua matanya.Di saat Amera tengah merasa kesepian dan rasa sedih yang mendalam akan semua hal yang terjadi, Andre dan Hesti malahan melakukan hal lain.Kedua insan itu menghabiskan beberapa ronde malam pertama yang mereka lewatkan begitu saja, Andre benar-benar lepas kendali sampai tum

  • Gelora Adik Ipar   Bab 47 Balas Dendam.

    "Mas, aku—" Suara Hesti tercekat di leher, ketika melihat sebuah adengan yang tidak senonoh dari suami dan madunya itu.Nampan yang dibawa oleh wanita itu sampai terjatuh dan menimbulkan suara yang cukup keras, membuat Amera dan Andre tersadar.Mereka berdua kembali berusaha untuk bangun, walaupun Amera merasa kesulitan dan tidak sengaja menyentuh sesuatu yang terasa keras."Kalian!" pekik Hesti dengan mata yang memerah. Antara marah dan merasa cemburu, mata wanita itu mengembun.Hati Hesti benar-benar terasa dicabik-cabik, ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi dan bergegas menghampiri Amera."Dasar! Wanita pelakor!" teriak Hesti murka dan menjambak rambut Amera dengan begitu kerasnya dan membuat wanita itu meringis kesakitan.Andre yang melihat keganasan Hesti pun berusaha untuk melerai dengan cara menarik tubuh Hesti yang masih menggenggam erat rambut Amera."Lepaskan, Hes!" perintah Andre. Namun, seolah tuli. Hesti tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh Andre.Wanita itu

  • Gelora Adik Ipar   Bab 46 Hasil Laboratorium.

    Di saat Amera yang tengah merasa sedih dengan penolakan yang dilakukan oleh Kejora yang berada di bawah pengaruh Hermawan, kini kepala Andre malahan semakin terasa ingin pecah.Semenjak kepergian Amera dan Hesti, Andre mulai mengerjakan sesuatu dan menemukan sebuah fakta yang sulit ia terima."Dasar!" geram Andre seraya menjambak rambutnya. Mata elang lelaki itu menatap tajam sebuah laporan yang dikirim ke alamat emailnya, sesuatu hal yang sama sekali tidak pernah bisa ia bayangkan.Kemudian Andre terdiam sejenak, memikirkan jalan keluar yang akan dirinya ambil untuk selanjutnya. Semua yang terjadi benar-benar membuat otak lelaki tampan itu terasa buntu, sampai sebuah ide melintas begitu saja."Baiklah, aku akan mengikuti permainanmu. Tapi, jangan salahkan aku, jika nanti kamu akan menyesali semuanya," senyum smirk nampak mengerikan disudut Andre yang telah memikirkan sebuah rencana untuk menjebak seseorang yang telah membuatnya panik bukan kepalang.Hingga Andre bekerja sampai sore

  • Gelora Adik Ipar   Bab 45 Masa Depan Kejora.

    Di saat Andre harus memutar otak untuk bisa menutupi pengeluaran yang diakibatkan oleh Hesti yang mengambil uang perusahaan untuk biaya berobat Mama Rossa dan Bik Tini yang berada di rumah sakit.Siang ini lelaki itu kembali dihadapkan dengan meeting mendadak yang diminta oleh pihak Hermawan, membuat kepala Andre terasa ingin pecah."Apakah Mbak yakin akan tetap melakukan meeting ini?" tanya Andre dengan nada khawatir seraya memijat pelan kepalanya. Tatapan mata lelaki itu tidak bisa lepas dari wanita cantik yang tengah duduk manis dihadapannya.Amera mendekati Andre dan meraih tangan suaminya itu, apa yang dilakukan oleh Amera sedikit membuat Andre terkejut. Sebab, begitu banyak hal yang terjadi dalam waktu dekat ini membuat hubungan mereka terasa aneh.Andaikan Amera masih menjadi Kakak iparnya, mungkin Andre akan menghindari tatapan lekat dan lembut wanita itu, namun sayang. Mereka telah sah menjadi suami istri dan hal itu membuat Andre harus terbiasa bersentuhan dengan Amera."Nan

  • Gelora Adik Ipar   Bab 44 Istri Pertama.

    Hesti mulai menjalankan rencananya, ia akan membuat hidup Amera bagaikan di dalam sebuah neraka yang tidak pernah berujung.Pagi ini, dengan senyuman manis wanita itu menyambut kedatangan suaminya dan adik madu yang amat ia benci."Aku pikir kalian akan menghabiskan waktu untuk berbulan madu di hotel?" tanya Hesti dengan nada menyindir. Namun, diabaikan oleh Andre dan Amera yang langsung masuk ke rumah.Melihat betapa angkuhnya pasangan itu membuat Hesti geram dan menghentakkan kakinya, ia menatap tajam punggung suami dan adik madunya itu."Permainan baru saja dimulai," batin Hesti.Mau bagaimana pun juga, Hesti adalah istri pertama Andre dan tentu saja wanita itu memiliki derajat lebih tinggi daripada Amera.Namun, apapun yang akan dilakukan oleh Hesti. Tidak akan berpengaruh signifikan terhadap Andre dan Amera yang memang memiliki tujuan lain atas pernikahan yang keduanya lakukan.Kini Andre dan Amera yang baru saja masuk ke kamar meletakan koper mereka di samping lemari, kemudian k

  • Gelora Adik Ipar   Bab 43 Bukan Suami idaman.

    Entah setan mana yang merasuki Andre, kini dirinya hanya bisa menjabak rambutnya dengan kasar seraya menatap Amera yang terbaring lemah di atas ranjang.Andre benar-benar lepas kendali, ia hanya manusia biasa. Di mana terlalu banyak tekanan yang diterima dan tidak bisa ia luapkan."Arggg," geram Andre kesal dengan keadaan. Namun, ia tidak bisa menyalahkan apa yang sudah terjadi. Andaikan saja Hermawan tidak mengancam dirinya, mungkin Amera tidak akan sekecewa itu padanya."Maafkan aku, Mbak," kata Andre dengan raut wajah yang begitu menyesal. Padahal, Amera telah sah menjadi istrinya dan apapun yang ada pada Amera merupakan hak sah untuknya. Namun, seolah yang baru saja ia lakukan adalah sebuah dosa dan kesalahan besar sampai membuat Andre meminta maaf.Sedangkan Amera hanya mampu terdiam dengan lelehan air mata, ia melihat betapa brutalnya Andre menggauli tubuhnya.Bahkan suaminya terus merancau dengan menyebut nama Kejora, andaikan dirinya mau mendengarkan alasan Andre sebentar saja

  • Gelora Adik Ipar   Bab 42 Jebakan Mematikan.

    Andre telah mengatur semuanya, mulai dari acara repsepsi sampai keamanan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.Acara tersebut di mulai dari jam 8 malam dan berada di hotel ternama, setelah tadi pagi mereka melakukan acara ijab kobul. Kini rencana kedua pun mulai dijalankan."Apakah semuanya sudah siap?" tanya Andre kepada anak buahnya, sebab sebentar lagi para tamu undangan akan berdatangan."Sudah Tuan," jawab seseorang dengan berpakaian serba hitam."Baiklah, lakukan dengan sebaik mungkin! Aku tidak ingin ada kesalahan sedikitpun!" perintah Andre dengan menekankan setiap ucapannya dan mendapatkan anggukan dari anak buahnya itu. Kemudian lelaki itu pun pergi, kini Andre melangkah menghampiri Amera yang telah duduk di atas pelaminan.Malam ini bukan hanya acara resepsi pernikahan mereka saja, melainkan acara pelantikan Amera sebagai pemilik sah perusahan Darati Utama."Apakah Mbak merasa gugup?" bisik Andre tepat di samping telinga Amera yang nampak dari tadi tidak tenang.

  • Gelora Adik Ipar   Bab 41 Rencana Besar.

    Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Andre sebelumnya, pagi hari ini mereka akan mengadakan acara ijab kobul. Dikarenakan Amera yang tidak memiliki orangtua dan sanak saudara, maka diputuskan mereka mengambil wali nikah Amera dari pihak KUA sebagai wali hakim.Tidak ada pernikahan yang mewah seperti sebelumnya, hanya sebuah ijab kobul yang sederhana dan disaksikan oleh beberapa orang saja. Sebab, mereka memiliki sebuah rencana besar."Saya terima nikah dan kawinnya Amera Darati binti Amar dengan mas kawinnya Perusahan Darati Utama dibayar tunai!" ucap Andre dengan sekali hentakan nafas saja dan mengguncang tangan penghulu yang berada di hadapannya.Kemudian sang penghulu tersebut menatap ke arah saksi yang berada di kiri dan kanannya, lalu keduanya mengucapkan sah bersamaan.Doa-doa pun mulai di lantunkan, sampai di mana Amera di minta untuk mencium tangan Andre yang telah sah menjadi suaminya.Tangan Amera nampak begitu bergetar, hal itu membuat Andre berinisiatif untuk mengusap lem

DMCA.com Protection Status