50. Tujuh Perampok Setelah menghabiskan beberapa hari di wilayah Kuil Cahaya Kebenaran, Banyu Aji akhirnya memilih untuk kembali melanjutkan pengembaraannya di dunia persilatan. "Aku pikir kau bisa menghabiskan beberapa hari lagi di sini, saudaraku," ucap Arya Geni yang masih terlihat berat melepas Banyu Aji untuk kembali melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda beberapa hari ini."Aku harus melanjutkan perjalananku, tapi yakinlah kita akan sering bertemu di masa depan karena aku yakin kau akan menjadi salah satu kekuatan yang akan sangat di perhitungkan nantinya," ujar Banyu Aji.Keduanya saling berpelukan untuk beberapa saat, sebelum Banyu Aji melangkahkan kakinya meninggalkan Kuil Cahaya Kebenaran. Dia tidak memiliki arah tujuan yang pasti, hanya mengikuti instingnya saja dan membantu kekuatan yang besar untuk kembali merebut tahta Sungaisari dari tangan Jaka Waruga yang menggunakan kekuasaannya untuk menindas kaum yang lemah dan memperkaya diri sendiri di atas penderitaan
51. Arya TirtaTujuh orang perampok itu mendominasi serangan sejak awal. Hujan tebasan terus melesat ke arah Banyu Aji, seolah tidak memberikan waktu bagi Banyu Aji untuk menarik nafas panjang.Serangan beruntun yang di buat oleh para perampok itu nyatanya masih belum mampu memberikan luka pada Banyu Aji. Bahkan terkesan mampu di antisipasi dengan sangat mudah oleh Banyu Aji.Tujuh orang itu terlihat mulai frustasi, karena setiap serangan yang mereka buat seolah tidak mempan sama sekali."Sial, siapa pemuda ini?" Gumamnya. Sosok yang menjadi ketua dari perampok itu tentunya sadar betul jika pemuda yang menjadi lawannya kali ini bukanlah sosok sembarangan, hal ini terlihat dari bagaimana sosok ini mampu mengimbangi setiap serangan yang di buat olehnya dan kelompoknya.Bukan hanya dia yang merasakannya, tetapi mereka semua menyadari jika yang menjadi lawannya jauh lebih kuat dari lawan yang biasa mereka hadapi selama ini."Jangan ada yang lengah, sekali kalian lengah maka nyawa kalian y
52. Banyu Aji Vs Arya Tirta"Luar biasa, kau memiliki kemampuan menganalisis yang bagus anak muda. Kau terus membuatku semakin tertarik... " Puji Arya Tirta, "Tapi kau sangat berbahaya jika di lepaskan, kau bisa membahayakan kelompok kami ke depannya. Maka dengan sangat berat aku harus menyikirkan dirimu," lanjut Arya Tirta dengan sorot mata yang dingin dan mengintimidasi lawannya.Banyu Aji tentu dengan cepat merasakan perubahan itu, dia mengalirkan tenaga dalam ke sekujur tubuhnya, bersiap jika Arya Tirta melakukan serangan secara tiba-tiba.Menit kemudian, Arya Tirta melakukan serangan cepat ke arah Banyu Aji. Reflek tubuh Banyu Aji membuatnya melompat jauh ke belakang, menghindari serangan kejutan yang di lakukan oleh Arya Tirta.Arya Tirta tersenyum melihat serangan mampu di hindari dengan mudah oleh Banyu Aji, sesuai dengan dugaannya sejak awal."Sesuai dengan dugaanku, serangan itu dapat kau mentalkan dengan cukup mudah," kata Arya Tirta.Arya Tirta kembali bergerak maju menyer
53. Pendekar PedangDua orang itu sama-sama bergerak cepat ke arah depan dengan pedang di cengkraman tangan masing-masing.Menit kemudian, dua orang yang berbeda usia itu saling berbalas tebasan demi tebasan. Kecepatan yang di miliki mereka berdua membuat pertarungan itu kian menarik, denting bunyi pedang beradu kian terdengar semakin cepat, kilatan api pula tercipta akibat benturan dua bilah pedang itu.Bukan hanya mengandalkan pedang, sesekali juga terlihat tendangan yang berakhir dengan menghantam angin juga di lepaskan oleh keduanya."Aku tidak menduga kau juga mahir berpedang. Tidak banyak yang memiliki kemampuan berpedang yang baik ketika dia menguasai gaya bertarung tangan kosong... " Arya Tirta sejak awal tidak menahan diri dalam memuji kemampuan yang di tunjukkan oleh Banyu Aji.Memang sudah lumrah, jika seorang pendekar menguasai kemampuan bertarung tangan kosong yang baik, maka biasanya dia tidak cukup mahir dalam menggunakan senjata, entah itu pedang ataupun yang lainnya.
54. Kejutan Arya Tirta yang mendengar dan mengetahui jika pemuda yang baru saja di hadapinya adalah putra dari junjungannya, tentu membuatnya terkejut dan sulit untuk mempercayainya."Kau? Kau tidak sedang bercanda bukan?""Kau bisa menilainya sendiri paman. Apakah aku sedang bercanda atau tidak bukan?"Arya Tirta terdiam dan membisu, sungguh dia masih sangat sulit untuk percaya jika di hadapannya saat ini adalah putra Galih Panuraga atau lebih tepatnya Pangeran Mahkota Sungaisari, pewaris sah tahta keraton.Arya Tirta pula tidak bisa menyangkal tentang Banyu Aji yang benar-benar memiliki banyak kemiripan dengan Galih Panuraga."Gusti Pangeran, maafkan aku yang sudah lancang menyerangmu dan maafkan pula atas kebodohanku yang tidak bisa mengenalimu lebih cepat... " Arya Tirta atau dahulu di kenal dengan nama Senopati Arya Tirta bertekuk di depan Banyu Aji.Banyu Aji melihat tindakan yang di laksanakan oleh Arya Tirta tentu sangat terkejut, dia tidak pernah menduga akan membuat situasi
55. Desa SubaBanyu Aji menghabiskan satu purnama lebih di markas milik Arya Tirta. Bahkan Banyu Aji juga ikut melatih beberapa orang prajurit dan memberikan arahan kepada beberapa prajurit yang membuat kemampuan mereka terus berkembang pesat.Banyu Aji tersenyum puas melihat perkembangan yang di perlihatkan oleh para prajurit itu. "Pangeran, aku akan terus membangun kelompok ini supaya semakin besar. Dan di kemudian hari aku akan memimpin pasukanku untuk merebut kembali tahta Keraton Sungaisari," kata Arya Tirta yang berdiri di sebelahnya."Paman, jika kalian sudah memiliki cukup banyak kekayaan, aku harap kalian tidak terlalu bergantung pada hasil rampokan dan rampasan, karena itu akan membuat banyak jatuh korban di pihak kita jika terlalu di paksakan... " Tutur Banyu Aji.Arya Tirta menganggukkan kepalanya, dia juga berpikir seperti itu. Memang sejak pertama kali di dirikan sudah tidak terhitung lagi berapa banyak anggota kelompoknya yang berguguran setiap harinya."Sudah saatnya
56. Jaya WardhanaSetelah menunggu cukup lama, makanan yang di pesan oleh Banyu Aji akhirnya tiba pula. Dua ekor ayam bakar dan beberapa buah-buahan sudah terhidang di hadapannya.Banyu Aji tanpa membuang banyak waktu langsung saja menyantap semuanya dengan lahap. Tentu, tidak membutuhkan waktu lama semua hidangan itu ludes tak bersisa. Praktis, hanya buah-buahan saja sebagai makanan penutup."Apakah kalian memilki minuman untuk menghangatkan tubuh?" Tanya Banyu Aji."Tentu tuan, rumah makan ini juga terkenal dengan sajian tuak arennya,""Jika begitu berikan aku satu kendi kecil tuak aren."Tidak lama setelah itu, satu kendi berserta gelas bambu kecil sudah tersaji. Banyu Aji menikmatinya dengan berlahan. Dia memang ingin menikmati setiap perjalanan, baginya tidak ada yang harus di kejar cepat-cepat. Perihal dia yang sedang membangun kekuatan, tentu akan terus di lakukan olehnya, akan tetapi tidak harus kejar-kejaran dengan waktu bukan.Banyu Aji menghabiskan cukup lama di dalam rumah
57. Pameran dan Lelang Banyu Aji memilih untuk menetap lebih lama di Desa Suba, selain dia memerlukan banyak informasi guna menentukan kemana lagi kakinya akan melangkah, dia juga merasa betah untuk berlama-lama di desa ini.Banyu Aji juga kagum dengan sistem pajak yang di terapkan di desa ini. Pajak masuk yang tinggi itu rupanya di gunakan untuk perawatan desa dan ganti rugi jika terjadi keributan di dalam desa ini. Entah antar pedagang ataupun pembeli, dan pendatang yang notebene berasal dari kalangan para pendekar."Cerdas, di mana saat para pemangku jabatan akan menggunakan posisi untuk memperkuat diri sendiri, akan tetapi kepala desa ini malah menggunakan pajak masuk untuk keperluan penduduknya," kata Banyu Aji memuji.Banyu Aji juga mempelajari tentang aspek-aspek yang ada di desa Suba. Salah satunya penghasilan terbesar Desa ini didapat dari pajak bumi dan pajak niaga yang menjadi tulang punggung kemajuan desa Suba dan juga perguruan harimau putih.Selain mengumpulkan informas
81. Janayo Yang Tangguh Jurenggo menarik nafas panjang, dia jelas paling menyadari jika pertarungan dengan Janayo akan berjalan alot. Tidak ada jaminan untuk dirinya akan memenangkan pertarungan kali ini.Di tambah lagi, Jurenggo tidak mengetahui sekuat apa kemampuan yang di miliki Janayo saat ini."Sial, aku tidak memiliki gambaran seberapa kuat kemampuan yang di miliki oleh Janayo saat ini," umpat Jurenggo.Janayo tersenyum tipis, dia yang sudah lama menghilang dari dunia persilatan jelas akan membuat lawan tidak mengetahui batasan kekuatan yang di milikinya. Hal ini jelas menjadi suatu keuntungan untuknya di dalam pertarungan hidup mati seperti saat ini.Janayo mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, dalam satu tarikan nafas dia sudah berpindah tempat dan melesatkan serangan pembuka kepala Jurenggo.Jurenggo dengan cekatan menyilangkan pedangnya menangkis setiap serangan yang di buat oleh Janayo. Kecepatan hujan serangan yang di buat oleh Janayo masih mampu untuk di imbangi dan di
80. Jurenggo Vs Yudha Wardhana Banyu Aji langsung bergerak cepat menuju gerbang masuk desa Suba. Dia melompat ke bangunan paling tinggi, berusaha untuk melihat apa yang sebenernya terjadi, sehingga perseteruan antar para pendekar berhenti seketika.Banyu Aji dengan cepat dapat menyimpulkan jika perseteruan itu terhenti karena kedatangan sekelompok pendekar yang menggunakan jubah yang sama."Jubah itu milik Tengkorak Iblis, jadi mereka benar-benar ingin menghapus Harimau Putih dengan menggerakkan para pendekar yang mereka miliki sebanyak ini," gumam Banyu Aji.Banyu Aji memilih untuk menjadi penonton, dia tidak ingin terlibat terlalu dalam pada konflik yang sedang terjadi di bawah sana, tentu karena dia tidak tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya pertempuran besar itu.***Yudha Wardhana tersenyum tipis, dia tidak ingin meladeni basa-basi Jurenggo lebih jauh, Yudha Wardhana mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, sebelum berpindah tempat ke hadapan Jurenggo.Tebasan dan tusukan ped
79. Tengkorak Iblis Vs Dunia Persilatan Yudha Wardhana dengan cepat dapat melihat kedatangan kelompok Tengkorak Iblis. Dia tersenyum tipis, sejauh ini rencana mereka berjalan dengan baik. Kedatangan pendekat Tengkorak Iblis sesuai dengan perkiraan, tepat ketika suasana desa Suba sedang sangat kacau.Bersama dengan itu pula, Yudha Wardhana memberikan kode kepada rekannya untuk segera memberitahu anggota yang lain, guna melakukan rencana selajutnya. Yaitu, menyebarkan kepada dunia persilatan jika Tengkorak Iblis menggerakkan banyak pendekar untuk menjarah semua hasil lelang yang di adakan Perguruan Harimau Putih."Gusma, jika semua rencanamu berjalan lancar, maka bersiaplah Tengkorak Iblis akan mengalami masalah besar dan dunia persilatan akan melihat Harimau Putih sebagai perguruan besar," gumam Yudha Wardhana.Sementara itu, di desa Suba pertarungan sudah benar-benar pecah. Jurenggo yang baru tiba di buat naik pitam saat salah satu anggotanya membawa berita jika Gelato yang menjadi u
78. Pertempuran di Desa Suba IV"Mundurlah sedikit, tapi jangan terlalu jauh. Karena akan ada bahaya lain yang mengincar dirimu nanti," ucap Banyu Aji sambil bersiap dengan kuda-kuda tarungnya Banyu Aji menarik pedangnya, bergegas menangkis setiap serangan yang di lakukan oleh Lapan. Banyu Aji bukan hanya bertahan, dia juga berbalik menyerang Lapan, bahkan dalam waktu singkat Banyu Aji mendominasi serangan.Lapan tentu tidak terlalu terkejut, mengingat latar belakang Banyu Aji yang merupakan pendekar Perguruan Tirta Kencana tidak mungkin memiliki kemampuan rendahan.Lapan sejak awal pertarungan di mulai langsung menggunakan kemampuan terbaiknya dan berusaha mengakhiri pertarungan dengan singkat. Namun tampaknya hal itu sulit terjadi, karena Banyu Aji bukanlah lawan yang mudah."Kau membuatku kagum, tidak banyak pendekar muda yang memiliki kemampuan seperti dirimu. Tapi sayang, aku harus menghabisimu hari ini... " Kata Lapan.Banyu Aji tertawa dengan pelan, dia tidak ingin terlalu lam
77. Pertempuran Di Desa Suba IIITubuh Rana Jelina berkeringat dingin dan bergetar dengan hebat. Perkataan dari Lapan terngiang-ngiang di kepalanya. Dia jelas tidak pernah rela jika harus mati, akan tetapi lebih tidak rela lagi harus menyerahkan kehormatannya kepada lelaki jelek seperti Lapan.Rana Jelina menarik pedangnya, sekalipun tangannya gemetar dengan hebatnya."Haha, kau ingin memberikan perlawanan? Percuma saja, karena semua itu akan sia-sia... " Ejek Lapan dengan menjilati bibirnya bersiap menerkam Rana Jelina. Di kepalanya jelas sudah tergambar apa yang akan di lewati bersama Rana Jelina.Tubuh Rana Jelina semakin berkeringat dingin. Rasa takut jelas menyelimuti tubuhnya dan hatinya. Tidak pernah terbayangkan jika dia akan mengalami nasib sesial ini, jika saja dia tahu akan berada di posisi seperti saat ini, mungkin dia tidak akan berpikir untuk datang ke desa Suba atau mungkin pula dia akan meminta beberapa orang tetua yang memiliki kekuatan tinggi untuk menjadi pengawalny
76. Pertempuran di Desa Suba IIIRana Jelina yang baru saja keluar dari penginapan tentu merasa sangat terkejut dengan kejadian di desa Suba. Sungguh dia tidak pernah menduga jika sedang terjadi kericuhan hampir di seluruh desa ini."Tetua, apa yang sedang terjadi di desa ini? Di mana para pendekar Harimau Putih? Kenapa tidak ada yang berusaha melerai pertarungan ini?" Tanya Rana Jelina dengan cemas.Tetua itu sama halnya seperti Rana Jelina. Dia pun merasa cukup terkejut melihat situasi di desa Suba. Bahkan dia menemukan beberapa prajuritnya sedang meregang nyawa dengan mengenaskan. Kondisi desa Suba sudah tidak ubahnya seperti area pertempuran. Bangun-bangunan rumah penduduk sudah jebol dan beberapa pula sudah ambruk. "Pendekar Perguruan Cakra Dewa, sepertinya kalian memiliki barang-barang berharga," kata salah seorang dari pendekar yang menggunakan jubah berwarna hitam itu bercorak kepala gagak itu."Lapan, Tetua tertinggi Perguruan Gagak Hitam. Apa maksud perkataanmu itu!!!" Cer
75.Pertempuran Di Desa Suba IISuasana di seluruh penjuru desa benar-benar kacau. Bau anyir darah dengan cepat memenuhi di seluruh penjuru desa. Hampir di setiap tempat terdengar bunyi dua pedang beradu dan teriakan atau jeritan kesakitan dan kematian yang menyayat hati.Desa Suba yang sebelumnya sangat nyaman, sekarang tidak ubahnya lautan mayat manusia yang terus-menerus melakukan pertarungan, sampai mereka mendapatkan apa yang menjadi incarannya itu."Jurang Neraka akan selalu mengingat apa yang sudah kau lakukan Prayogo. Perguruan Bukit Bintang akan merasakan akibat dari kesombonganmu ini," kata Jenata yang murka, karena setengah murid yang di bawahnya meregang nyawa. Yups, mereka semua tewas dalam pertarungan dengan kelompok Prayogo. Satu yang menjadi kesalahan dari Jenata, dia terlalu percaya diri dengan pasukan yang di bawahnya dan nama besar Jurang Neraka sudah lebih dari cukup untuk membungkam banyak lawannya."Aku tidak terlalu peduli, Jenata. Apa kau pikir Jurang Neraka aka
74. Pertempuran Di Desa Suba "Gusma, jika rencana yang kau susun ini berhasil maka Perguruan Tengkorak Iblis akan mendapatkan banyak tamu penting yang mengetuk perguruan mereka setelah ini bukan?" Kata Jaya Wardhana bernada tanya kepada pemuda itu."Benar, Ketua. Para pendekar Tengkorak Iblis sangat terkenal serakah dan arogan, mereka yang berada di bawah lindungan keraton jelas merasa tinggi. Sampai lupa jika keraton bukan ancaman bagi perguruan-perguruan besar persilatan ini," jawab Gusma, tanpa melepas senyum di wajahnya.Gusma Wardhana adalah salah seorang tetua termuda yang di miliki oleh Perguruan Harimau Putih. Namanya mungkin tidak seterkenal Yudha Wardhana di dunia persilatan, karena memang kemampuan utamanya bukan terletak pada ilmu kanuragan dan silatnya, akan tetapi pada kemampuannya dalam meramu siasat, taktik dan strategi untuk menaklukkan lawannya, tanpa harus menguras stamina dan tenaga dalam yang besar.Berkembangnya Perguruan Harimau Putih tentu berkat andil dari Gu
73. Rencana Perguruan Harimau Putih Banyu Aji yang masih berada di desa suba tentu melihat pertarungan antara Ki Ciung Alam dengan Gelato.Dari percakapan keduanya, Banyu Aji dapat menarik kesimpulannya jika Ki Ciung Alam dan Perguruan Pedang Tunggal menaruh rasa benci kepada pemerintahan keraton saat ini. Akan tetapi, dia tentu tidak ingin terlalu cepat menarik kesimpulan karena jika melakukan kesalahan fatal maka semua rencana yang di susunnya akan menjadi sia-sia."Perguruan Pedang Tunggal, sepertinya aku harus berkunjung ke sana. Barulah bisa ku putuskan apakah mereka bisa menjadi sekutu atau tidak nantinya," guman Banyu Aji.Banyu Aji turut menyaksikan pertarungan antara Gelato dan Ki Ciung Alam, dalam beberapa kali pertukaran jurus saja Banyu Aji sudah dapat menebak jika Ki Ciung Alam menang dalam segala hal, akan tetapi lebih kepada menahan diri agar tidak terlalu menarik perhatian para pendekar lainnya.Benar saja, pertarungan di antara mereka di menangkan dengan mudah oleh K