56. Jaya WardhanaSetelah menunggu cukup lama, makanan yang di pesan oleh Banyu Aji akhirnya tiba pula. Dua ekor ayam bakar dan beberapa buah-buahan sudah terhidang di hadapannya.Banyu Aji tanpa membuang banyak waktu langsung saja menyantap semuanya dengan lahap. Tentu, tidak membutuhkan waktu lama semua hidangan itu ludes tak bersisa. Praktis, hanya buah-buahan saja sebagai makanan penutup."Apakah kalian memilki minuman untuk menghangatkan tubuh?" Tanya Banyu Aji."Tentu tuan, rumah makan ini juga terkenal dengan sajian tuak arennya,""Jika begitu berikan aku satu kendi kecil tuak aren."Tidak lama setelah itu, satu kendi berserta gelas bambu kecil sudah tersaji. Banyu Aji menikmatinya dengan berlahan. Dia memang ingin menikmati setiap perjalanan, baginya tidak ada yang harus di kejar cepat-cepat. Perihal dia yang sedang membangun kekuatan, tentu akan terus di lakukan olehnya, akan tetapi tidak harus kejar-kejaran dengan waktu bukan.Banyu Aji menghabiskan cukup lama di dalam rumah
57. Pameran dan Lelang Banyu Aji memilih untuk menetap lebih lama di Desa Suba, selain dia memerlukan banyak informasi guna menentukan kemana lagi kakinya akan melangkah, dia juga merasa betah untuk berlama-lama di desa ini.Banyu Aji juga kagum dengan sistem pajak yang di terapkan di desa ini. Pajak masuk yang tinggi itu rupanya di gunakan untuk perawatan desa dan ganti rugi jika terjadi keributan di dalam desa ini. Entah antar pedagang ataupun pembeli, dan pendatang yang notebene berasal dari kalangan para pendekar."Cerdas, di mana saat para pemangku jabatan akan menggunakan posisi untuk memperkuat diri sendiri, akan tetapi kepala desa ini malah menggunakan pajak masuk untuk keperluan penduduknya," kata Banyu Aji memuji.Banyu Aji juga mempelajari tentang aspek-aspek yang ada di desa Suba. Salah satunya penghasilan terbesar Desa ini didapat dari pajak bumi dan pajak niaga yang menjadi tulang punggung kemajuan desa Suba dan juga perguruan harimau putih.Selain mengumpulkan informas
58. Pameran dan Lelang IIPameran dan lelang yang di lakukan oleh Perguruan Harimau Putih setiap tahunnya tentu di sambut dengan baik oleh beberapa perguruan silat yang berada di sekitaran wilayah mereka, karena dengan adanya kegiatan ini mereka memiliki kesempatan untuk mendapatkan beberapa senjata dan sumber daya yang berharga untuk kemajuan perguruan.Namun, terdapat pula kendala yang hampir sama setiap tahunnya, yaitu ada banyak perguruan yang mendesak mereka untuk menjadi bagian dari lelang, bukan sebagai peserta akan tetapi ingin masuk menjadi salah satu penyelenggara acara lelang. Tentu, hal ini di tentang dan di tolak oleh Jaya Wardhana dan seluruh tetua Perguruan Harimau Putih.Berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini mereka harus berhadapan dengan dua perguruan besar dari dua aliran yang berbeda, yaitu Perguruan Tengkorak Iblis dari aliran sesat dan Perguruan Rajawali Sakti dari aliran lurus."Jadi mereka kali ini mendesak untuk ikut terlibat dalam lelang?" Tanya Jay
59. Karta Waruga dan Rana JelinaSuasana desa Suba menjadi sangat riuh saat setelah informasi jika utusan dari keraton sudah memasuki wilayah Desa suba. Banyak penduduk desa berjejer rapi menyambut sosok yang berasal dari keraton itu.Kereta kuda berwarna emas yang di kawal oleh para prajurit di sisi kiri dan kanan, serta depan dan belakang itu tentu sangat menarik perhatian semua orang. Kereta berwarna emas itu menunjukkan jika sosok yang berada di dalam kereta itu bukanlah sosok yang biasa, pastilah salah satu orang penting di keraton Sungaisari.Seorang pemuda yang menggunakan jubah kebesaran keraton berwarna emas, serta mahkota di kepalanya turun dari kereta kuda itu. Semua mata tentu di buat terpana dengan ketampanan yang di miliki oleh pemuda itu, kulit putih cerah menjadi daya tarik tersendiri, selain itu aura kebesaran jubah keraton semakin menambah kesan luar biasa.Orang-orang yang sering berkunjung ke Kota Raja tentu langsung dapat dengan cepat mengenali sosok tersebut. Pem
60. Rana Jelina Yang AngkuhRana Jelina sangat menikmati perjalanannya ke Desa Suba. Perjalanan ini memang bukan yang pertama untuknya, dia sudah beberapa kali meninggalkan padepokan mengerjakan misi, beberapa kali juga dia terlihat berkencan dengan Karta Waruga.Namun, ketika dia mendapatkan kesempatan untuk datang ke desa Suba, Rana Jelina girang bukan kepalang. Dia memang sangat penasaran dengan desa Suba yang sangat terkenal di kalangan para pendekar muda karena berada di pesisir laut.Rana Jelina semakin bersemangat saat melihat begitu banyak orang-orang yang menyambut kedatangannya, walaupun bukan pihak pejabat desa yang melakukan sambutan itu. Akan tetapi semua itu sudah lebih dari cukup untuk membuktikan betapa terkenal namanya di dunia persilatan, bahkan di kalangan manusia awam."Nona, mau kemanakah dirimu?" Tanya salah seorang Tetua yang di tugaskan untuk mengawal dan memastikan keselamatan Rana Jelina selama perjalanan."Aku hanya ingin berkeliling desa Suba, paman. Aku sa
61. Salah Memilih LawanKeempat orang pendekar Cakra Dewa itu berkeringat dingin saat merasakan tekanan tenaga dalam yang di lepaskan oleh Banyu Aji.Pemuda yang sebelumnya di anggap sosok lemah dan nekad, ternyata memiliki tenaga dalam sebesar ini. "Jika aku tidak mampu membaca berapa banyak tenaga dalam yang di milikinya, jawabannya hanya satu, dia jauh lebih kuat dariku."Keempat orang itu yang sadar jika Banyu Aji ternyata jauh lebih kuat dari mereka hanya bisa tersenyum getir, tidak mungkin mereka akan menarik perkataan mereka sebelumnya atau nama Perguruan Cakra Dewa akan menjadi bahan tertawaan dunia persilatan Sungaisari."Gabungan kemampuan kita berempat sudah lebih dari cukup untuk menghabisinya, kakang." Kata salah satu dari mereka saat menyadari rasa takut mulai menyelimuti sanubari mereka.Tiga orang rekannya itu menganggukkan kepalanya. Mereka tidak memilih pilihan lain selain bertarung, terlanjur basah yasudah mandi sekalian nyebur ke dasar air.Keempat pendekar Cakra D
62. Kekalahan Rana Jelina Banyu Aji mengalihkan pandangannya pada sumber suara yang lantang nan keras itu. Dia menaikkan alisnya, melihat gadis yang tadi bersifat angkuh kepadanya sudah menarik pedangnya dan menodongkan kepadanya."Kau salah memilih lawan!!" Kata Rana Jelina yang berusaha untuk menutupi rasa takut dan gugupnya itu. "Aku akan memberimu pelajaran berharga hari ini," lanjut Rana Jelina.Banyu Aji kembali tertawa kecil, dia jelas sudah mengetahui batasan kemampuan yang di miliki oleh Rana Jelina, berada cukup jauh di bawahnya. Ya, meskipun sedikit lebih kuat dari empat orang pendekar Cakra Dewa yang baru saja di kalahkannya itu."Baiklah, majulah!!" Banyu Aji berkata dengan nada menantang kepada Rana Jelina.Rana Jelina yang di tantang dengan sedikit ragu bergerak ke depan membuat serangan cepat kepada Banyu Aji. Berbeda dari sebelumnya, di mana Banyu Aji memilih menunggu di tempat, tetapi kali ini dia ikut bergerak maju menyambut serangan yang di lakukan oleh Rana Jelin
63. Tabiat Karta Waruga Karta Waruga yang sedang bersantai dengan para wanita penghibur yang di sewanya di buat sangat terkejut saat mendengar berita tentang kekalahan dari Rana Jelina, bahkan sampai membuat Rana Jelina di malukan di depan umum."Cari tahu siapa pemuda itu dan beri dia pelajaran karena sudah membuat malu kekasihku itu," perintah Karta Waruga kepada prajurit yang mengawalnya."Baik Gusti Pangeran," dua orang prajurit itu menundukkan badannya memberi hormat, sebelum berjalan meninggalkan ruangan penginapan Karta Waruga.Karta Waruga geram saat mendengar kekasihnya itu di permalukan. Mempermalukan Rana Jelina, sama saja dengan memalukan dirinya. Siapapun yang berani melakukannya hal itu maka dia harus di berikan pelajaran atau bila perlu harus di hukum mati.Namun, Karta Waruga memilih untuk memerintahkan pengawalnya saja. Karena dia masih ingin menikmati bersama para wanita penghibur yang sudah di sewanya."Kemarilah sayang, berikan aku pelayanan terbaikmu. Jika kau bi
81. Janayo Yang Tangguh Jurenggo menarik nafas panjang, dia jelas paling menyadari jika pertarungan dengan Janayo akan berjalan alot. Tidak ada jaminan untuk dirinya akan memenangkan pertarungan kali ini.Di tambah lagi, Jurenggo tidak mengetahui sekuat apa kemampuan yang di miliki Janayo saat ini."Sial, aku tidak memiliki gambaran seberapa kuat kemampuan yang di miliki oleh Janayo saat ini," umpat Jurenggo.Janayo tersenyum tipis, dia yang sudah lama menghilang dari dunia persilatan jelas akan membuat lawan tidak mengetahui batasan kekuatan yang di milikinya. Hal ini jelas menjadi suatu keuntungan untuknya di dalam pertarungan hidup mati seperti saat ini.Janayo mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, dalam satu tarikan nafas dia sudah berpindah tempat dan melesatkan serangan pembuka kepala Jurenggo.Jurenggo dengan cekatan menyilangkan pedangnya menangkis setiap serangan yang di buat oleh Janayo. Kecepatan hujan serangan yang di buat oleh Janayo masih mampu untuk di imbangi dan di
80. Jurenggo Vs Yudha Wardhana Banyu Aji langsung bergerak cepat menuju gerbang masuk desa Suba. Dia melompat ke bangunan paling tinggi, berusaha untuk melihat apa yang sebenernya terjadi, sehingga perseteruan antar para pendekar berhenti seketika.Banyu Aji dengan cepat dapat menyimpulkan jika perseteruan itu terhenti karena kedatangan sekelompok pendekar yang menggunakan jubah yang sama."Jubah itu milik Tengkorak Iblis, jadi mereka benar-benar ingin menghapus Harimau Putih dengan menggerakkan para pendekar yang mereka miliki sebanyak ini," gumam Banyu Aji.Banyu Aji memilih untuk menjadi penonton, dia tidak ingin terlibat terlalu dalam pada konflik yang sedang terjadi di bawah sana, tentu karena dia tidak tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya pertempuran besar itu.***Yudha Wardhana tersenyum tipis, dia tidak ingin meladeni basa-basi Jurenggo lebih jauh, Yudha Wardhana mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, sebelum berpindah tempat ke hadapan Jurenggo.Tebasan dan tusukan ped
79. Tengkorak Iblis Vs Dunia Persilatan Yudha Wardhana dengan cepat dapat melihat kedatangan kelompok Tengkorak Iblis. Dia tersenyum tipis, sejauh ini rencana mereka berjalan dengan baik. Kedatangan pendekat Tengkorak Iblis sesuai dengan perkiraan, tepat ketika suasana desa Suba sedang sangat kacau.Bersama dengan itu pula, Yudha Wardhana memberikan kode kepada rekannya untuk segera memberitahu anggota yang lain, guna melakukan rencana selajutnya. Yaitu, menyebarkan kepada dunia persilatan jika Tengkorak Iblis menggerakkan banyak pendekar untuk menjarah semua hasil lelang yang di adakan Perguruan Harimau Putih."Gusma, jika semua rencanamu berjalan lancar, maka bersiaplah Tengkorak Iblis akan mengalami masalah besar dan dunia persilatan akan melihat Harimau Putih sebagai perguruan besar," gumam Yudha Wardhana.Sementara itu, di desa Suba pertarungan sudah benar-benar pecah. Jurenggo yang baru tiba di buat naik pitam saat salah satu anggotanya membawa berita jika Gelato yang menjadi u
78. Pertempuran di Desa Suba IV"Mundurlah sedikit, tapi jangan terlalu jauh. Karena akan ada bahaya lain yang mengincar dirimu nanti," ucap Banyu Aji sambil bersiap dengan kuda-kuda tarungnya Banyu Aji menarik pedangnya, bergegas menangkis setiap serangan yang di lakukan oleh Lapan. Banyu Aji bukan hanya bertahan, dia juga berbalik menyerang Lapan, bahkan dalam waktu singkat Banyu Aji mendominasi serangan.Lapan tentu tidak terlalu terkejut, mengingat latar belakang Banyu Aji yang merupakan pendekar Perguruan Tirta Kencana tidak mungkin memiliki kemampuan rendahan.Lapan sejak awal pertarungan di mulai langsung menggunakan kemampuan terbaiknya dan berusaha mengakhiri pertarungan dengan singkat. Namun tampaknya hal itu sulit terjadi, karena Banyu Aji bukanlah lawan yang mudah."Kau membuatku kagum, tidak banyak pendekar muda yang memiliki kemampuan seperti dirimu. Tapi sayang, aku harus menghabisimu hari ini... " Kata Lapan.Banyu Aji tertawa dengan pelan, dia tidak ingin terlalu lam
77. Pertempuran Di Desa Suba IIITubuh Rana Jelina berkeringat dingin dan bergetar dengan hebat. Perkataan dari Lapan terngiang-ngiang di kepalanya. Dia jelas tidak pernah rela jika harus mati, akan tetapi lebih tidak rela lagi harus menyerahkan kehormatannya kepada lelaki jelek seperti Lapan.Rana Jelina menarik pedangnya, sekalipun tangannya gemetar dengan hebatnya."Haha, kau ingin memberikan perlawanan? Percuma saja, karena semua itu akan sia-sia... " Ejek Lapan dengan menjilati bibirnya bersiap menerkam Rana Jelina. Di kepalanya jelas sudah tergambar apa yang akan di lewati bersama Rana Jelina.Tubuh Rana Jelina semakin berkeringat dingin. Rasa takut jelas menyelimuti tubuhnya dan hatinya. Tidak pernah terbayangkan jika dia akan mengalami nasib sesial ini, jika saja dia tahu akan berada di posisi seperti saat ini, mungkin dia tidak akan berpikir untuk datang ke desa Suba atau mungkin pula dia akan meminta beberapa orang tetua yang memiliki kekuatan tinggi untuk menjadi pengawalny
76. Pertempuran di Desa Suba IIIRana Jelina yang baru saja keluar dari penginapan tentu merasa sangat terkejut dengan kejadian di desa Suba. Sungguh dia tidak pernah menduga jika sedang terjadi kericuhan hampir di seluruh desa ini."Tetua, apa yang sedang terjadi di desa ini? Di mana para pendekar Harimau Putih? Kenapa tidak ada yang berusaha melerai pertarungan ini?" Tanya Rana Jelina dengan cemas.Tetua itu sama halnya seperti Rana Jelina. Dia pun merasa cukup terkejut melihat situasi di desa Suba. Bahkan dia menemukan beberapa prajuritnya sedang meregang nyawa dengan mengenaskan. Kondisi desa Suba sudah tidak ubahnya seperti area pertempuran. Bangun-bangunan rumah penduduk sudah jebol dan beberapa pula sudah ambruk. "Pendekar Perguruan Cakra Dewa, sepertinya kalian memiliki barang-barang berharga," kata salah seorang dari pendekar yang menggunakan jubah berwarna hitam itu bercorak kepala gagak itu."Lapan, Tetua tertinggi Perguruan Gagak Hitam. Apa maksud perkataanmu itu!!!" Cer
75.Pertempuran Di Desa Suba IISuasana di seluruh penjuru desa benar-benar kacau. Bau anyir darah dengan cepat memenuhi di seluruh penjuru desa. Hampir di setiap tempat terdengar bunyi dua pedang beradu dan teriakan atau jeritan kesakitan dan kematian yang menyayat hati.Desa Suba yang sebelumnya sangat nyaman, sekarang tidak ubahnya lautan mayat manusia yang terus-menerus melakukan pertarungan, sampai mereka mendapatkan apa yang menjadi incarannya itu."Jurang Neraka akan selalu mengingat apa yang sudah kau lakukan Prayogo. Perguruan Bukit Bintang akan merasakan akibat dari kesombonganmu ini," kata Jenata yang murka, karena setengah murid yang di bawahnya meregang nyawa. Yups, mereka semua tewas dalam pertarungan dengan kelompok Prayogo. Satu yang menjadi kesalahan dari Jenata, dia terlalu percaya diri dengan pasukan yang di bawahnya dan nama besar Jurang Neraka sudah lebih dari cukup untuk membungkam banyak lawannya."Aku tidak terlalu peduli, Jenata. Apa kau pikir Jurang Neraka aka
74. Pertempuran Di Desa Suba "Gusma, jika rencana yang kau susun ini berhasil maka Perguruan Tengkorak Iblis akan mendapatkan banyak tamu penting yang mengetuk perguruan mereka setelah ini bukan?" Kata Jaya Wardhana bernada tanya kepada pemuda itu."Benar, Ketua. Para pendekar Tengkorak Iblis sangat terkenal serakah dan arogan, mereka yang berada di bawah lindungan keraton jelas merasa tinggi. Sampai lupa jika keraton bukan ancaman bagi perguruan-perguruan besar persilatan ini," jawab Gusma, tanpa melepas senyum di wajahnya.Gusma Wardhana adalah salah seorang tetua termuda yang di miliki oleh Perguruan Harimau Putih. Namanya mungkin tidak seterkenal Yudha Wardhana di dunia persilatan, karena memang kemampuan utamanya bukan terletak pada ilmu kanuragan dan silatnya, akan tetapi pada kemampuannya dalam meramu siasat, taktik dan strategi untuk menaklukkan lawannya, tanpa harus menguras stamina dan tenaga dalam yang besar.Berkembangnya Perguruan Harimau Putih tentu berkat andil dari Gu
73. Rencana Perguruan Harimau Putih Banyu Aji yang masih berada di desa suba tentu melihat pertarungan antara Ki Ciung Alam dengan Gelato.Dari percakapan keduanya, Banyu Aji dapat menarik kesimpulannya jika Ki Ciung Alam dan Perguruan Pedang Tunggal menaruh rasa benci kepada pemerintahan keraton saat ini. Akan tetapi, dia tentu tidak ingin terlalu cepat menarik kesimpulan karena jika melakukan kesalahan fatal maka semua rencana yang di susunnya akan menjadi sia-sia."Perguruan Pedang Tunggal, sepertinya aku harus berkunjung ke sana. Barulah bisa ku putuskan apakah mereka bisa menjadi sekutu atau tidak nantinya," guman Banyu Aji.Banyu Aji turut menyaksikan pertarungan antara Gelato dan Ki Ciung Alam, dalam beberapa kali pertukaran jurus saja Banyu Aji sudah dapat menebak jika Ki Ciung Alam menang dalam segala hal, akan tetapi lebih kepada menahan diri agar tidak terlalu menarik perhatian para pendekar lainnya.Benar saja, pertarungan di antara mereka di menangkan dengan mudah oleh K