61. Salah Memilih LawanKeempat orang pendekar Cakra Dewa itu berkeringat dingin saat merasakan tekanan tenaga dalam yang di lepaskan oleh Banyu Aji.Pemuda yang sebelumnya di anggap sosok lemah dan nekad, ternyata memiliki tenaga dalam sebesar ini. "Jika aku tidak mampu membaca berapa banyak tenaga dalam yang di milikinya, jawabannya hanya satu, dia jauh lebih kuat dariku."Keempat orang itu yang sadar jika Banyu Aji ternyata jauh lebih kuat dari mereka hanya bisa tersenyum getir, tidak mungkin mereka akan menarik perkataan mereka sebelumnya atau nama Perguruan Cakra Dewa akan menjadi bahan tertawaan dunia persilatan Sungaisari."Gabungan kemampuan kita berempat sudah lebih dari cukup untuk menghabisinya, kakang." Kata salah satu dari mereka saat menyadari rasa takut mulai menyelimuti sanubari mereka.Tiga orang rekannya itu menganggukkan kepalanya. Mereka tidak memilih pilihan lain selain bertarung, terlanjur basah yasudah mandi sekalian nyebur ke dasar air.Keempat pendekar Cakra D
62. Kekalahan Rana Jelina Banyu Aji mengalihkan pandangannya pada sumber suara yang lantang nan keras itu. Dia menaikkan alisnya, melihat gadis yang tadi bersifat angkuh kepadanya sudah menarik pedangnya dan menodongkan kepadanya."Kau salah memilih lawan!!" Kata Rana Jelina yang berusaha untuk menutupi rasa takut dan gugupnya itu. "Aku akan memberimu pelajaran berharga hari ini," lanjut Rana Jelina.Banyu Aji kembali tertawa kecil, dia jelas sudah mengetahui batasan kemampuan yang di miliki oleh Rana Jelina, berada cukup jauh di bawahnya. Ya, meskipun sedikit lebih kuat dari empat orang pendekar Cakra Dewa yang baru saja di kalahkannya itu."Baiklah, majulah!!" Banyu Aji berkata dengan nada menantang kepada Rana Jelina.Rana Jelina yang di tantang dengan sedikit ragu bergerak ke depan membuat serangan cepat kepada Banyu Aji. Berbeda dari sebelumnya, di mana Banyu Aji memilih menunggu di tempat, tetapi kali ini dia ikut bergerak maju menyambut serangan yang di lakukan oleh Rana Jelin
63. Tabiat Karta Waruga Karta Waruga yang sedang bersantai dengan para wanita penghibur yang di sewanya di buat sangat terkejut saat mendengar berita tentang kekalahan dari Rana Jelina, bahkan sampai membuat Rana Jelina di malukan di depan umum."Cari tahu siapa pemuda itu dan beri dia pelajaran karena sudah membuat malu kekasihku itu," perintah Karta Waruga kepada prajurit yang mengawalnya."Baik Gusti Pangeran," dua orang prajurit itu menundukkan badannya memberi hormat, sebelum berjalan meninggalkan ruangan penginapan Karta Waruga.Karta Waruga geram saat mendengar kekasihnya itu di permalukan. Mempermalukan Rana Jelina, sama saja dengan memalukan dirinya. Siapapun yang berani melakukannya hal itu maka dia harus di berikan pelajaran atau bila perlu harus di hukum mati.Namun, Karta Waruga memilih untuk memerintahkan pengawalnya saja. Karena dia masih ingin menikmati bersama para wanita penghibur yang sudah di sewanya."Kemarilah sayang, berikan aku pelayanan terbaikmu. Jika kau bi
64. Yudha Wardhana Di saat para pendekar Cakra Dewa sedang sibuk mencari letak keberadaan dirinya, Banyu Aji malah menghabiskan waktu dengan bersantai di atas bukit kecil yang berada di belakang desa Suba bagian barat."Perguruan Cakra Dewa, aku akan hancurkan kalian tanpa sisa sama seperti kalian menghancurkan keluargaku... " Banyu Aji mencengkram dengan keras batu di tangannya, hingga tanpa sadar batu itu lebur menjadi debu.Banyu Aji menghela nafas dengan pelan, dia benar-benar jengik setelah bertemu dengan orang-orang dari Perguruan Cakra Dewa yang sangat sombong dan tidak mencerminkan mereka berasal dari aliran lurus."Mereka sangat sombong, lihat saja aku akan hancurkan kesombongan kalian itu... " Banyu Aji bersandar di batang pohon.Desiran angin yang menyapu rambutnya, menciptakan rasa kantuk di matanya. Menuntut sang pemilik tubuh untuk menutup matanya beberapa saat ke depannya.Sayup-sayup Banyu Aji tertidur dengan nyenyak, siluet wajah teduh memancarkan rupa yang begitu ru
65. Lelang Proses registrasi berlangsung alot dan panjang, setiap perwakilan perguruan harus menunjukkan identitas terlebih dulu untuk bisa masuk. Bahkan beberapa perwakilan perguruan yang tidak bisa menunjukkan identitasnya, di larang untuk masuk karena di takutkan akan menciptakan kekacauan dan keributan nantinya."Perguruan Tirta Kencana? Kau sedang tidak bercanda anak muda?" Tanya pemuda itu kepada Banyu Aji."Apakah ini sudah cukup untuk membuat kalian percaya?" Banyu Aji memberikan lempengan Tirta kencana sebagai bukti jika dia benar-benar bagian dari Perguruan Tirta Kencana.Para pemuda yang bertanggung jawab di bagian registrasi kebingungan, mereka ragu akan tetapi lempengan sebagai identitas asal seorang pendekar di miliki oleh Banyu Aji."Tuan, mohon tunggulah sebentar, kami akan mengkonfirmasi hal ini lebih dulu kepada, Tetua." Ucap pemuda itu.Banyu Aji menganggukkan kepalanya, dia tidak merasa keberatan. Tidak lama setelah itu, pemuda itu sudah kembali dan memberi izin k
66. Lelang IISetelah barang ke 80, tidak ada lagi perguruan kecil yang membuka penawaran. Mereka jelas sadar diri tidak akan menang jika bersaing dengan para pendekar dari perguruan besar. Di tambah pula harus bersinggungan yang tidak akan membawa dampak baik untuk mereka dan perguruan tempat mereka bernaung.Para pendekar perguruan besar sudah saling melemparkan penawarannya. Sementara para pendekar dari perguruan kecil memilih menjadi penonton.Di mulai dari pedang Ashura itu, para pendekar itu mulai saling melemparkan penawaran, tidak jarang di antara mereka saling mengintimidasi dengan aura kekuatan dan nama besar perguruan mereka.Persaingan terasa semakin panas ketika memasuki barang ke 90, yaitu sebuah panah. Panah Surga, merupakan senjata milik seorang resi yang telah lama memilih moksa dari dunia bersama dengan senjatanya, entah bagaimana senjata itu kembali muncul di dunia persilatan setelah sekian tahun menghilang, bahkan banyak para pendekar berusaha menemukan panah itu, t
67. Lelang III: Pedang Malaikat Maut Nyai Sandora, Gelato, Cokro Winoro dan Karta Waruga terus saling menaikkan penawaran. Mereka jelas sangat tertarik dengan pedang itu."Nyai, biarlah Tengkorak Iblis yang mendapatkan pedang ini, setelah ini kami berjanji tidak akan membuat penawaran lainny untuk barang-barang yang tersisa, kau bisa mendapatkan semuanya," kata Gelato berusaha untuk membuju Nyai Sandora karena sejak awal perempuan paruh baya itulah terus menerus membuat penawaran."Maafkan orang tua ini, Gelato. Tapi seperti yang sudah aku sampaikan jika aku sangat ingin memiliki pedang ini," tutur Nyai Sendora.Gelato yang mendengarnya jelas semakin tersulut emosi, dia bahkan melepaskan aura kekuatan tenaga dalamnya, berusaha untuk mengintimidasi Nyai Sendora.Nyai Sandora yang merasakan hal itu, tentu dengan segera bereaksi, dia juga melepaskan aura kekuatan tenaga dalam yang tidak kalah besar dari Gelato.Ruangan Lelang seketika menjadi panas, oksigen dengan cepat memadat, manusia
68. Lelang IV: Peta Makam Pendekar LegendaRana Jelina yang ikut masuk ke dalam ruangan lelang itu di buat sangat terkejut saat menyadari sosok Banyu Aji berasal dari Perguruan Tirta Kencana, salah satu perguruan besar di aliran lurus."Sialan, wajar saja dia tidak merasa takut dan segan, ternyata dia berasal dari salah satu perguruan besar aliran lurus," guman Rana Jelina menatap Banyu Aji dengan sorot mata yang tajam.Rana Jelina seakan tidak peduli dengan berjalannya lelang itu, dia hanya terfokus pada sosok Banyu Aji yang sejak awal berjalannya lelang tidak membuka suara sama sekali. Bahkan Banyu Aji tidak melakukan interaksi dengan beberapa orang di sekitarnya."Cihh, sombong sekali pemuda itu," Pandangan Rana Jelina jelas di penuhi dengan kebencian yang membuncah, akan tetapi sosok dingin Banyu Aji seolah menyihir dirinya yang mulai tertarik. Selama ini tidak ada yang mampu menahan diri untuk tidak terpesona dengan kecantikan yang di miliki olehnya, akan tetapi tidak dengan Ban
81. Janayo Yang Tangguh Jurenggo menarik nafas panjang, dia jelas paling menyadari jika pertarungan dengan Janayo akan berjalan alot. Tidak ada jaminan untuk dirinya akan memenangkan pertarungan kali ini.Di tambah lagi, Jurenggo tidak mengetahui sekuat apa kemampuan yang di miliki Janayo saat ini."Sial, aku tidak memiliki gambaran seberapa kuat kemampuan yang di miliki oleh Janayo saat ini," umpat Jurenggo.Janayo tersenyum tipis, dia yang sudah lama menghilang dari dunia persilatan jelas akan membuat lawan tidak mengetahui batasan kekuatan yang di milikinya. Hal ini jelas menjadi suatu keuntungan untuknya di dalam pertarungan hidup mati seperti saat ini.Janayo mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, dalam satu tarikan nafas dia sudah berpindah tempat dan melesatkan serangan pembuka kepala Jurenggo.Jurenggo dengan cekatan menyilangkan pedangnya menangkis setiap serangan yang di buat oleh Janayo. Kecepatan hujan serangan yang di buat oleh Janayo masih mampu untuk di imbangi dan di
80. Jurenggo Vs Yudha Wardhana Banyu Aji langsung bergerak cepat menuju gerbang masuk desa Suba. Dia melompat ke bangunan paling tinggi, berusaha untuk melihat apa yang sebenernya terjadi, sehingga perseteruan antar para pendekar berhenti seketika.Banyu Aji dengan cepat dapat menyimpulkan jika perseteruan itu terhenti karena kedatangan sekelompok pendekar yang menggunakan jubah yang sama."Jubah itu milik Tengkorak Iblis, jadi mereka benar-benar ingin menghapus Harimau Putih dengan menggerakkan para pendekar yang mereka miliki sebanyak ini," gumam Banyu Aji.Banyu Aji memilih untuk menjadi penonton, dia tidak ingin terlibat terlalu dalam pada konflik yang sedang terjadi di bawah sana, tentu karena dia tidak tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya pertempuran besar itu.***Yudha Wardhana tersenyum tipis, dia tidak ingin meladeni basa-basi Jurenggo lebih jauh, Yudha Wardhana mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, sebelum berpindah tempat ke hadapan Jurenggo.Tebasan dan tusukan ped
79. Tengkorak Iblis Vs Dunia Persilatan Yudha Wardhana dengan cepat dapat melihat kedatangan kelompok Tengkorak Iblis. Dia tersenyum tipis, sejauh ini rencana mereka berjalan dengan baik. Kedatangan pendekat Tengkorak Iblis sesuai dengan perkiraan, tepat ketika suasana desa Suba sedang sangat kacau.Bersama dengan itu pula, Yudha Wardhana memberikan kode kepada rekannya untuk segera memberitahu anggota yang lain, guna melakukan rencana selajutnya. Yaitu, menyebarkan kepada dunia persilatan jika Tengkorak Iblis menggerakkan banyak pendekar untuk menjarah semua hasil lelang yang di adakan Perguruan Harimau Putih."Gusma, jika semua rencanamu berjalan lancar, maka bersiaplah Tengkorak Iblis akan mengalami masalah besar dan dunia persilatan akan melihat Harimau Putih sebagai perguruan besar," gumam Yudha Wardhana.Sementara itu, di desa Suba pertarungan sudah benar-benar pecah. Jurenggo yang baru tiba di buat naik pitam saat salah satu anggotanya membawa berita jika Gelato yang menjadi u
78. Pertempuran di Desa Suba IV"Mundurlah sedikit, tapi jangan terlalu jauh. Karena akan ada bahaya lain yang mengincar dirimu nanti," ucap Banyu Aji sambil bersiap dengan kuda-kuda tarungnya Banyu Aji menarik pedangnya, bergegas menangkis setiap serangan yang di lakukan oleh Lapan. Banyu Aji bukan hanya bertahan, dia juga berbalik menyerang Lapan, bahkan dalam waktu singkat Banyu Aji mendominasi serangan.Lapan tentu tidak terlalu terkejut, mengingat latar belakang Banyu Aji yang merupakan pendekar Perguruan Tirta Kencana tidak mungkin memiliki kemampuan rendahan.Lapan sejak awal pertarungan di mulai langsung menggunakan kemampuan terbaiknya dan berusaha mengakhiri pertarungan dengan singkat. Namun tampaknya hal itu sulit terjadi, karena Banyu Aji bukanlah lawan yang mudah."Kau membuatku kagum, tidak banyak pendekar muda yang memiliki kemampuan seperti dirimu. Tapi sayang, aku harus menghabisimu hari ini... " Kata Lapan.Banyu Aji tertawa dengan pelan, dia tidak ingin terlalu lam
77. Pertempuran Di Desa Suba IIITubuh Rana Jelina berkeringat dingin dan bergetar dengan hebat. Perkataan dari Lapan terngiang-ngiang di kepalanya. Dia jelas tidak pernah rela jika harus mati, akan tetapi lebih tidak rela lagi harus menyerahkan kehormatannya kepada lelaki jelek seperti Lapan.Rana Jelina menarik pedangnya, sekalipun tangannya gemetar dengan hebatnya."Haha, kau ingin memberikan perlawanan? Percuma saja, karena semua itu akan sia-sia... " Ejek Lapan dengan menjilati bibirnya bersiap menerkam Rana Jelina. Di kepalanya jelas sudah tergambar apa yang akan di lewati bersama Rana Jelina.Tubuh Rana Jelina semakin berkeringat dingin. Rasa takut jelas menyelimuti tubuhnya dan hatinya. Tidak pernah terbayangkan jika dia akan mengalami nasib sesial ini, jika saja dia tahu akan berada di posisi seperti saat ini, mungkin dia tidak akan berpikir untuk datang ke desa Suba atau mungkin pula dia akan meminta beberapa orang tetua yang memiliki kekuatan tinggi untuk menjadi pengawalny
76. Pertempuran di Desa Suba IIIRana Jelina yang baru saja keluar dari penginapan tentu merasa sangat terkejut dengan kejadian di desa Suba. Sungguh dia tidak pernah menduga jika sedang terjadi kericuhan hampir di seluruh desa ini."Tetua, apa yang sedang terjadi di desa ini? Di mana para pendekar Harimau Putih? Kenapa tidak ada yang berusaha melerai pertarungan ini?" Tanya Rana Jelina dengan cemas.Tetua itu sama halnya seperti Rana Jelina. Dia pun merasa cukup terkejut melihat situasi di desa Suba. Bahkan dia menemukan beberapa prajuritnya sedang meregang nyawa dengan mengenaskan. Kondisi desa Suba sudah tidak ubahnya seperti area pertempuran. Bangun-bangunan rumah penduduk sudah jebol dan beberapa pula sudah ambruk. "Pendekar Perguruan Cakra Dewa, sepertinya kalian memiliki barang-barang berharga," kata salah seorang dari pendekar yang menggunakan jubah berwarna hitam itu bercorak kepala gagak itu."Lapan, Tetua tertinggi Perguruan Gagak Hitam. Apa maksud perkataanmu itu!!!" Cer
75.Pertempuran Di Desa Suba IISuasana di seluruh penjuru desa benar-benar kacau. Bau anyir darah dengan cepat memenuhi di seluruh penjuru desa. Hampir di setiap tempat terdengar bunyi dua pedang beradu dan teriakan atau jeritan kesakitan dan kematian yang menyayat hati.Desa Suba yang sebelumnya sangat nyaman, sekarang tidak ubahnya lautan mayat manusia yang terus-menerus melakukan pertarungan, sampai mereka mendapatkan apa yang menjadi incarannya itu."Jurang Neraka akan selalu mengingat apa yang sudah kau lakukan Prayogo. Perguruan Bukit Bintang akan merasakan akibat dari kesombonganmu ini," kata Jenata yang murka, karena setengah murid yang di bawahnya meregang nyawa. Yups, mereka semua tewas dalam pertarungan dengan kelompok Prayogo. Satu yang menjadi kesalahan dari Jenata, dia terlalu percaya diri dengan pasukan yang di bawahnya dan nama besar Jurang Neraka sudah lebih dari cukup untuk membungkam banyak lawannya."Aku tidak terlalu peduli, Jenata. Apa kau pikir Jurang Neraka aka
74. Pertempuran Di Desa Suba "Gusma, jika rencana yang kau susun ini berhasil maka Perguruan Tengkorak Iblis akan mendapatkan banyak tamu penting yang mengetuk perguruan mereka setelah ini bukan?" Kata Jaya Wardhana bernada tanya kepada pemuda itu."Benar, Ketua. Para pendekar Tengkorak Iblis sangat terkenal serakah dan arogan, mereka yang berada di bawah lindungan keraton jelas merasa tinggi. Sampai lupa jika keraton bukan ancaman bagi perguruan-perguruan besar persilatan ini," jawab Gusma, tanpa melepas senyum di wajahnya.Gusma Wardhana adalah salah seorang tetua termuda yang di miliki oleh Perguruan Harimau Putih. Namanya mungkin tidak seterkenal Yudha Wardhana di dunia persilatan, karena memang kemampuan utamanya bukan terletak pada ilmu kanuragan dan silatnya, akan tetapi pada kemampuannya dalam meramu siasat, taktik dan strategi untuk menaklukkan lawannya, tanpa harus menguras stamina dan tenaga dalam yang besar.Berkembangnya Perguruan Harimau Putih tentu berkat andil dari Gu
73. Rencana Perguruan Harimau Putih Banyu Aji yang masih berada di desa suba tentu melihat pertarungan antara Ki Ciung Alam dengan Gelato.Dari percakapan keduanya, Banyu Aji dapat menarik kesimpulannya jika Ki Ciung Alam dan Perguruan Pedang Tunggal menaruh rasa benci kepada pemerintahan keraton saat ini. Akan tetapi, dia tentu tidak ingin terlalu cepat menarik kesimpulan karena jika melakukan kesalahan fatal maka semua rencana yang di susunnya akan menjadi sia-sia."Perguruan Pedang Tunggal, sepertinya aku harus berkunjung ke sana. Barulah bisa ku putuskan apakah mereka bisa menjadi sekutu atau tidak nantinya," guman Banyu Aji.Banyu Aji turut menyaksikan pertarungan antara Gelato dan Ki Ciung Alam, dalam beberapa kali pertukaran jurus saja Banyu Aji sudah dapat menebak jika Ki Ciung Alam menang dalam segala hal, akan tetapi lebih kepada menahan diri agar tidak terlalu menarik perhatian para pendekar lainnya.Benar saja, pertarungan di antara mereka di menangkan dengan mudah oleh K